Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH KAJIAN MODAL SOSIAL

IMELDA
F1261161026
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Modal sosial adalah suatu konsep dengan berbagai definisi yang saling terkait,
yang didasarkan pada nilai jaringan sosial. Sejak konsepnya dicetuskan istilah
modal sosial telah digambarkan sebagai “sesuatu yang manjur” (Portes, 1998:1)
bagi semua masalah yang menimpa komunitas dan masyarakat pada masa kini.
Pengertian Modal Sosial

Modal sosial adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk
norma-norma atau nilai-nilai yang memfasilitasi dan membangun kerja sama
melalui jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif. Modal
sosial memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam
masyarakat.
Modal sosial dalam bentuk kewajiban sosial yang diinstitusionalisasikan ke dalam
kehidupan bersama, peran, wewenang, tanggung-jawab, sistem penghargaan dan
keterikatan lainnya yang menghasilkan tindakan kolektif. Modal sosial sebagai
hubungan yang tercipta dari norma sosial yang menjadi perekat sosial, yaitu
terciptanya sebuah kesatuan dalam anggota kelompok secara bersama-sama.
Modal sosial timbul dari interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas.
Pengukuran modal sosial dapat dilihat dari interaksi baik indiviual maupun
institusional, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga
masyarakat.
Berikut ini beberapa pengertian modal sosial dari beberapa sumber buku:
 Menurut Coleman (1999), modal sosial adalah kemampuan masyarakat
untuk bekerja sama, demi menjadi tujuan tujuan bersama, di dalam
berbagai kelompok dan organisasi.
 Menurut Burt (1992), modal sosial merupakan kemampuan masyarakat
untuk berasosiasi berhubungan antara satu dengan yang lain dan
selanjutnya menjadi kekuatan penting dalam ekonomi dan aspek eksistensi
sosial lainnya.
 Menurut Prusak L (Field, 2010:26), modal sosial adalah hubungan yang
terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual
understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat
anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama secara
efisien dan efektif.
 Menurut Hasbullah (2006), modal sosial adalah jumlah sumber-sumber
daya, aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada seorang individu
atau sekelompok individu karena kemampuan untuk memiliki suatu
jaringan yang dapat bertahan lama dalam hubungan-hubungan yang lebih
kurang telah diinstitusikan berdasarkan pengetahuan dan pengenalan
timbal balik.
 Menurut Partha dan Ismail (2009), modal sosial merupakan hubungan-
hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan
kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas,
yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota
kelompok secara bersama-sama.

Unsur dan Komponen Modal Sosial


Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam sebuah
modal sosial yaitu kepercayaan (trust), nilai dan norma (norms) dan jaringan
(networks). Penjelasan ketiga komponen modal sosial tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Kepercayaan (Trust)
Menurut Giddens, kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas seseorang atau
sistem, terkait dengan berbagai hasil dan peristiwa, dimana keyakinan itu
mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas cinta kasih orang lain atau
ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis) (Damsar, 2009:185).
Sedangkan menurut Fukuyama (1996), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh
di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur,
dan kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang berasal
dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada risiko, namun
kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia
untuk bekerjasama bukan didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif, tetapi
melalui pertimbangan dari suatu ukuran penyangga antara keinginan yang sangat
dibutuhkan dan harapan secara parsial akan mengecewakan. Kerjasama tidak
mungkin terjalin kalau tidak didasarkan atas adanya saling percaya di antara
sesama pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi
terhadap ketidakpastian (Damsar, 2009:202).
b. Nilai dan Norma (Norms)
Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu
berarti atau tidak. Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu
tindakan dianggap sah apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang
disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan
(Setiadi dan Kolip, 2011:119).
Sedangkan norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif
atau bersama yang mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral maupun
sangsi fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran atas
nilai-nilai sosial. Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar segala
perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah
disepakati bersama (Setiadi dan Kolip, 2011:131).
Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial. Nilai
dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam
masyarakat. Norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak
diciptakan oleh birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi,
sejarah, tokoh karismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang
atau sesuatu kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal
sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat
mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok (Fukuyama, 1996).
c. Jaringan Sosial (networks)
Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan
itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Jaringan adalah
hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau
dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan (Damsar, 2009:214).
Jaringan terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan
politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan
masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu
institusi dengan perlakuan khusus (Robison, 2011).
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh.
Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis khas sejalan
dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Kelompok sosial biasanya terbentuk
secara tradisional atas dasar kesamaan garis turun temurun (repeated sosial
experiences) dan kesamaan kepercayaan pada dimensi kebutuhan (religious
beliefs) cenderung memiliki kohesif tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust
yang terbangun sangat sempit (Mawardi, 2007).
Fungsi Modal Sosial
Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling
terbuka, saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang
dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya. Sarana ini
menghasilkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggung jawab
akan kemajuan bersama.
Modal sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.
2. Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial.
3. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.
4. Membangun partisipasi masyarakat.
5. Sebagai pilar demokrasi.
6. Menjadi alat tawar menawar pemerintah.
Jenis-jenis Modal Sosial
Menurut Woolcock (2001), terdapat tiga jenis modal sosial yaitu sebagai berikut:
1. Social bounding (perekat sosial). Social bounding adalah, tipe modal
sosial dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial)
dalam suatu sistem kemasyarakatan. Social bounding umumnya dalam
bentuk nilai, kultur, persepsi, dan tradisi atau adat-istiadat.
2. Social bridging (jembatan sosial). Social bridging merupakan suatu ikatan
sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik
kelompoknya. Social bridging bisa muncul karena adanya berbagai macam
kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga mereka memutuskan untuk
membangun kekuatan dari kelemahan.
3. Social linking (hubungan/jaringan sosial). Merupakan hubungan sosial
yang dikarakteristikkan dengan adanya hubungan di antara beberapa level
dari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat.
Misalnya: Hubungan antara elite politik dengan masyarakat umum.
Daftar Pustaka
 Field, John. 2010. Modal Sosial. Bantul: Kreasi Wacana.
 Hasbullah, J. 2006. Social Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia. Jakarta: MR-United Press.
 Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
 Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakatra:
Kencana.
 Mawardi, M.J. 2007. Peranan Social Capital Dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam.

Anda mungkin juga menyukai