Anda di halaman 1dari 10

Selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik indonesia.
Desa dalam kehidupan sehari-hari sering diistilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah
yang letaknya jauh dari keramaian kota dan dihuni ole sekolompok masyarakat yang sebagian
besar mata pencahariannya dalam bidang pertanian. Hal ini sejalan dengan pengertian desa
menurut Daldjoeni bahwa, “desa merupakan permukiman manusia yang letaknya di luar kota dan
penduduknya berpangupajiwa agraris”

Desa memiliki fungsi penting bagi perkembangan daerah sekitarnya. fungsi desa sebagai berikut.
a. Dalam interaksi desa-kota, desa berfingsi sebagai daerah dukung (hinterland) atau
daerah penyuplai bahan makanan pokok, seperti padi, jagung, ketela, kacang,
kedelai,buah-buahan,sayur-sayuran, dan daging hewan.
b. Desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja
(man power) ditinjau dari sisi potensi ekonomi.
c. Dari sisi kegiatan kerja (occupation), desa berfungsi sebagai desa agraris, desa
manufaktur, desa industri,dan desa nelayan.

2. Unsur dan Ciri Khas Desa


Suatu daerah dikatakan sebagai desa, karena memiliki beberapa ciri khas yang dapat
dibedakan dengan daerah lain di sekitarnya. Secara khusus, beberapa karakteristik sosial
masyarakat desa menurut Soerjono Soekanto(1982) sebagai berikut.
a. Warga masyarakat pedesaan memiliki hubungan kekerabatan yang kuat karena
umumnya berasal dari satu keturunan. Oleh karena itu, biasanya dalam satu wilayah
pedesaan, antara sesama warga masyarakatnya masih memiliki hubungan keluarga
atau saudara.
b. Corak kehidupannya bersifat gemeinschaft, yaitu diikat oleh sistem kekeluargaan
yang kuat. Selain itu, penduduk desa merupakan masyarakat yg bersifat face to face
group, artinya antarsesama warga saling mengenal.
c. Sebagian besar penduduk penduduk bekerja pada sektor agraris (pertanian,
perkebunan, peternakan, maupun perikanan).
d. Cara bertani masih relatif sederhana atau tradisional sehingga sebagian besar
hasilnya masih di peruntukkan bagi kebutuhan hidup sehari-hari (subsistence
farming).
e. Sifat gotong royong masih cukup tampak dalam kehidupan sehari-hari penduduk
desa.
f. Golongan ketua kampung atau ketua adat masih memegang peranan penting dan
memiliki kharisma besar dimasyarakat sehingga dalam musyawarah atau proses
pengambilan keputusan, orang-orang tersebut sering kali dimintai saran atau
petuah.
g. Pada umumnya sebagianmasyarakat masih memegang norma-norma agama yang
cukup kuat.
Sebagai daerah otonom, desa memiliki tiga unsur penting yg satu sama lain merupakan
satu kesatuan. Adapun unsur unsur yang harus ada pada sebuah desa menurut R. Bintarto sebagai
berikut.
a. Daerah, terdiri atas tanah-tanah produktif dan nonproduktif serta penggunaannya,
lokasi,luas,dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat.
b. Penduduk,meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran, dan mata
pencaharian penduduk.
c. Tata kehidupan, meliputi pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga
desa.
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan hidup (living unit) karena daerah yang
menyediakan kemungkinan hidup. Penduduk dapat mengguanakan kemungkinan tersebut untuk
mempertahankan hidupnya. Tata kehidupan, dalam artian yang baik, memberikan jaminan akan
ketentraman dan keserasian hidup bersama di desa.
3. Klasifikasi Desa
Desa yang satu dengan desa yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada
desa yang maju dan adapula yang tertinggal. Pengklasifikasian desa dapat dilhat dari berbagai
faktor, seperti mata pencaharian, jumlah penduduk, dan tingkat perkembangannya.
a. Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Penduduk
Berdasarkan jumlah penduduknya, desa dikelompokkan menjadi tiga macam sebagai
berikut.
1) Desa kecil, yaitu desa yang berpenduduk 250-1.000 jiwa.
2) Desa sedang, yaitu desa yang berpenduduk 1.000-1.750 jiwa.
3) Desa besar, yaitu desa yang berpenduduk 1.750-2.000 jiwa.

b. Klasifikasi Berdasarkan Mata Pencaharian


Aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terkait deangan mata
pencaharian penduduk tersebut. Hal ini mencerminkan aktivitas yang dominan pada desa
tersebut. Dilihat dari segi mata pencahariannya, desa dikelompokkan menjadi:
1) Desa agraris, merupakan desa yang mayoritasnya penduduknya hidup dar sektor
agraris atau pertanian. Faktor yang menentukan terbentuknya desa agraris adalah iklim
yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah.
2) Desa nelayan, merupakan desa yang terbentuk di sepanjang pantai, penduduknya hidup
dari hasil melaut serta hasil pertanian budi daya rumput laut.
3) Desa industri, merupakan desa yang terbentuk karena penduduknya sebagian besar
melakukan kegiatan industri kecil, terutama yang berhubungan dengan kegiatan
pertanian.

c. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Perkembangan Masyarakat

Ketersediaan sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia yang handal
sebagai pengelole akan turut serta dalam memengaruhi perkembangan sebuah desa.
Berdasarkan tingkat perkembangan masyarakatnya, desa di kelompokkan menjadi:
1) Desa tradisional, merupakan desa yang kehidupan masyarakatnya masih sangat
tergantung pada alam sekitarnya. Desa ini sedikit terisolir dan di diami oleh suku
terasing, penduduknya cenderung tertutup atau kurang berkomunikasi deangan daerah
lain.
2) Desa swadaya, merupakan desa yang masyarakatnya telah mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri. Penduduknya masih jarang dan kurang berkomunikasi dengan
masyarakat luar, sehinggah proses kemajuan berjalan lambat.
3) Desa swakarya, merupakan desa yang masyarakatnya sudah lebih maju dibandingkan
dengan desa swadaya. Masyarakat desa ini sudah mulai menjual kelebihan hasil
produksi ke daerah lain. Penduduknya sudah mulai mengadakan hubungan dengan
warga daerah lain,walaupun intensitasnya masih sedikit.
4) Desa swasembada, merupakan desa yang sudah mampu mengembangkan semua
potensi yang ad secara optimal, masyarakat desa ini sudah mulai mengadakan interaksi
dengan masyarakat luar untuk melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain.
Dari hasil interaksi tersebut, masyarakat dapat menyerap teknologi baru untuk
memanfaatkan sumber dayanya sehinggah proses pembangunan berjalan dengan baik.

4. Potensi Desa
Maju mundurnya desa, sangat tergantung pada ketiga unsur di atas. Karena, unsur-unsur
ini merupakan kekuasan desa atau potensi desa. Potensi desa adalah berbagai sumber alam (fisik)
dan sumber manusia (non fifik) yang tersiman dan terdapat di suatu desa, dan diharapkan
kemanfatannya bagi kelangsungan dan perkembangan desa. Adapun yang termasuk ke dalam
potensi desa antara lain sebagai berikut.
a. Potensi Fisik
Potensi fisik desa terdiri atas:
1) Tanah, dalam artian sumber tambang dan mineral, sumber tanaman yang merupakan
sumber mata pencaharian, bahan makanan, dan tempat tinggal.
2) Air, dalam artian sumber air, kondisi dan tata airnya untuk irigasi, pertanian dan
kebutuhan hidup sehari-hari.
3) Iklim, peranannya sangat penting bagi desa yang bersifat agraris.
4) Ternak, sebagai sumber tenaga, bahan makanan, dan pendapatan.
5) Manusia, sebagai sumber tenaga kerja potensial (potential man power) baik pengolah
tanah dan produsen dalam bidang pertanian, maupun tenaga kerja industri di kota.
b. Potensi Nonfisik
Potensi nonfisik desa terdiri atas:
1) Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong royong dan dapat merupakan suatu
kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar kerja sama dan saling
pengertian.
2) Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, dan organisasi-organisasi sosial yang dapat
memberikan bantuan sosial dan bimbingan terhadap masyarakat.
3) Aparatur atau pamong desa, untuk menjaga ketertiban dan keamanan demi kelancaran
jalannya pemerintahan desa.

Kemajuan dan kemakmuran desa di tentukan oleh usaha penduduk desa selain tata
geografinya. Desa yang memiliki banyak sumber daya alam, tetapi penduduknya tidak
cukup mempunyai keterampilan, pengetahuan,dan semangat membangun
mengakibatkan desa kurang maju. Sebaliknya, meskipun desa memiliki sumber daya
alam terbatas, tetapi penduduknya terampil, berpengetahuan, dan bersemangat dalam
membangun desa sehinggah mampu mengatasi hambatan alam dan geografis wilayah
maka desa akan cepat maju.

5. Pola Permukiman Wilayan Desa


Karakteristik kawasan permukiman penduduk di pedesaan ditandai terutama oleh
ketidakteraturan dalam bentuk fisik rumah. Pola permukiman sebuah perkampungan penduduk di
pedesaan dapat diidentifikasi dari situs yang berada di dekatnya, misalnya sungai. Selain itu, pola
permukiman juga bisa mengindikasikan pola mata pencarian penduduknya.
Bentuk perkampungan atau permukiman di pedesaan pada prinsipnya mengikuti pola
persebaran desa yang dapat di bedakan atas perkampungan linier, memusat, terpencar, dan
mengelilingi fasilitas tertentu.
a. Bentuk Perkampungan Linier
Perkampungan linier merupakan bentuk perkampungan yang memanjang mengikuti jalur
jalan raya, alur sungai, dan garis pantai. Biasanya pola perkampungan seperti ini banyak
ditemui di daerah dataran, terutama di dataran rendah. Pola ini digunakan masyarakat
dengan maksud untuk mendekati prasarana transportasi (jalan dan sungai) atau untuk
mendekati lokasi tempat bekerja, seperti nelayan di sepanjang pinggiran pantai.
b. Bentuk Perkampungan Memusat
Perkampungan memusat merupakan bentuk perkampungan yang mengelompok
(agglomerated rural settlement). Pola seperti in banyak di temui didaerah pegunungan
biasanya di huni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan sehingga merupakan satu
keluarga atau kerabat. Jumlah rumah umumnya kurang dari 40 rumah yang di sebut dusun
(hamlet) atau lebih dari 40 rumah, bahkan ratusan yang dinamakan kampung(village).
c. Bentuk Perkampungan Terpencar
Perkampungan terpencar merupakan bentuk perkampungan yang terpencar menyendiri
(disseminated rural settlement). Biasanya perkampungan seperti ini hanya merupakan
farmstead, yaitu sebuah rumah petani yang terpencil, tetapi lengkap dengan gudang alat
mesin, penggilingan gandum, lumbung, kandang ternak,dan rumah petani. Perkampungan
terpencar di indonesia jarang di temui. Pola seperti ini umumnya terdapat di Eropa Barat,
Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.
d. Bentuk Perkampungan Mengelilingi Fasilitas Tertentu
Bentuk perkampngan seperti ini umumnya kita temui di daerah dataran rendah yang di
dalamnya banyak terdapat fasilitas umum yang di manfaatkan penduduk setempat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fasilitas tersebut, misalnya mata air, danau, waduk, dan
fasilitas lain.
B. Struktur Keruangan Serta Perkembangan Kota
Kota identik dengan sesuatu yang sangat kompleks. Bahkan ada yang mencirikannya
dengan adanya prasarana perkotaan, seperti bangunan pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar,
taman, alun-alun yang luas, serta jalan aspal yang lebar-lebar. Pada dasarnya, kota merupakan
suatu wilayah yang sebagian besar arealnya terdiri atas wujud hasil budaya manusia (hasil cipta,
rasa, dan karsa manusia), serta tempat pemusatan penduduk yang tinggi dengan sumber mata
pencaharian di luar sektor pertanian.

1.Pengertian Kota
DI indonesia, kota merupakan pembagian wilayah administratif di indonesia setelah
provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Menurut Bintarto, kota adalah suatu sistem
jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial
ekonomi yang heterogen dan kehidupan materealistis. Kota juga dapat diartikan sebagai sebuah
bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala
pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan
materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.

Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan,pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan soaial, dan kegiatan
ekonomi.

2.Unsur dan Ciri-Ciri Kota


Kota memiliki beberapa unsur. Adapun unsur-unsur perkotaan sebagai berikut.
a. Unsur-unsur fisik, antara lain topografi, kesuburan tanah,dan iklim.
b. Unsur-unsur sosial, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan keserasian dan ketenangan
hidup warga kota.
c. Unsur-unsur ekonomi, yaitu fasikitas yang dapat memenuhi kebutuhan pokok
penduduk perkotaan.
d. Unsur-unsur budaya, yaitu seni dan budaya yang dapat memberikan semangat dan
gairah hidup penduduk perkotaan.
Adapun ciri-ciri kota menurut Bintarto sebagai berikut.
a. Ciri-ciri fisik
Di wilayah kota terdapat sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket,
tempat parkir yang memadai, tempat rekreasi dan olahraga, alun-alun, serta
gedung-gedung pemerintahan.

b. Ciri-ciri sosial
Ciri-ciri masyarakat perkotaan antara lain hubungan sosial bersifat gesselschaftl
patembayan (hubungan jangka pendek) kehidupan bersifat individualistik.
Masyarakatnya beraneka ragam; pandangan hidup masyarakatnya lebih rasional;
norma-norma keagaman tidak begitu ketat; serta adanya lapangan pekerjaan yang
bermacam-macam.

3.Klasifikasi Kota
Kota di klasifikasikan berdasarkan berbagai macam faktor, yaitu berdasarkan fungsinya,
jumlah penduduknya, dan tingkat perkembangannya.
a. Klasifikasi Kota Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya, kota di klasifikasikan menjadi:
1) Kota pusat produksi, yaitu kota yang memeliki fungsi sebagai pusat produksi atau
pemasok, baik yang berupa bahan mentah,barang setebgah jadi, maupun barang jadi.
Contoh: Surabaya, Gresik,dan Bontang.
2) Kota pusat perdagangan ( Centre of trade and commerce), yaitu kota yang memiliki fungsi
sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun internasional, seperti jakarta.
3) Kota pusat pemerintahan (Political Capital), yaitu kota yang memiliki fungi sebagai pusat
pemerintahan atau sebagai ibu kota negara.
4) Kota pusat kebudayaan (Cultural Centre), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat
kebudayaan. Contoh: Yogyakarta dan Surakarta.

b. Klasifikasi Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya


Berdasarkan jumlah penduduknya, kota diklasifikasikan menjadi;
1) Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk di atas lima juta orang.
2) Metropolitan (kota raya),yaitu kota yang berpenduduk antara 1-5 juta orang.
3) Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 500.000-1 juta orang.
4) Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 100.000-500.000 orang.
5) Kota kecil, yaitu kota berpenduduk antara 20.000-100.000 orang.

c. Klasifikasi Kota Berdasarkan Tingkat Perkembangannya


Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota diklasifikasikan menjadi enam fase, yaitu:
1) Fase eopolis (eopolis stage). Dalam tahap ini dicerminkan oleh adanya kehidupan
masyarakat yang semakin maju walaupun kondisi kehidupannya masih di dasarkan pada
kegiatan pertanian, pertambangan, dan perikanan.
2) Fase polis (polis stage). Tahap ini ditandai oleh adanya pasar yang cukup besar, sementara
itu beberapa kegiatan industri yang cukup besar mulai bermunculan di beberapa bagian
kota.
3) Fase metropolis (metropolis stage). Dalam tahap ini kota sudah mulai bertambah besar.
Fungsi-fungsi perkotaannya terlihat mendominasi kota-kota kecil lainnya yang berada di
sekitar kota dan daerah-daerah di belakangnya (hinterland).
4) Fase megapolis (megapolis stage).Tahap ini di tandai oleh adanya tingkah laku manusia
yang hanya berorientasi pada materi. Standardisasi produk lebih diutamakan dari pada
usaha-usaha kerajinan tangan.
5) Fase tiranipolis (tyrannopolis stage). Pada tahap ini ukuran atau tolok ukur budaya adalah
apa yang tampak secara fisik (display). Masalah uang atau materi dan ketidak acuhan
mengenai segala aspek kehidupan mewarnai tingkah laku penduduknya.
6) Fase nekropolis (nekropolis stage).Tahap ini di sebut sebagai tahap kemunduran dari suatu
kota. Hal ini ditandai dengan kemunduran pelayanan kota beserta fungsi-fungsinya, dan
menunjukkan gejala-gejala kehancuran yang di sebabkan oleh adanya peperangan,
kelaparan, dan wabah penyakit yang melanda hebat.
4.Potensi Kota
Potensi kota adalah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki dan kemungkinan untuk
dikembangkan dalam wilayah otonomi kota. Potensi yang dimiliki suatu kota sebagai berikut.
a. Potensi ekonomi, yaitu adanya pasar-pasar, bank-bank, stasiun, dan kompleks
pertokoan yang menunjang sistem perekonomian kota.
b. Potensi politik, yaitu adanya aparatur kota yang menjalankan tugas-tugasnya, baik
aparatur sipil maupun militer.
c. Potensi sosial, yaitu adanya badan-badan atau yayasan-yayasan sosial dan organisasi
pemuda.
d. Potensi budaya, yaitu adanya bentuk-bentuk budaya yang ada, antara lain di bidang
pendidikan (gedung sekolah, kampus), gedung kesenian, dan kegiatan lain yang
menyemarakkan kota.
5.Pola penggunaan lahan Kota
Pola penggunaan lahan merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungan
sebagai sebagai tempat hidupnya. Perencanaan dalam pemanfaatan penggunaan lahan harus sesuai
dengan kondisi lingkungan baik fisik, soaial, serta sektor perekonomiannya. Sehubungan dengan
hal tersebut, ada beberapa teori yang mendukungnya, yaitu teori konsentris, teori sektoral, dan
teori inti ganda.
a. Teori Konsentris
Model zona konsentrik atau teori konsentris adalah teori mengenai perencanaan perkotaan
yang di kembangkan oleh seorang sosiolog asal Amerika serikat bernama Ernest Burgess. Pada
pusat zona lingkaran terdapat inti kota.
1) Zone pusat daerah kegiatan (PDK/CBD), terdapat pusat pertokoan besar (Dept. Store),
gedung perkantoran yang bertingkat , bank, museum, hotel, restoran, dan sebagainya.
2) Zona peralihan atau zone transisi, merupakan daerah yang terikat dengan pusat daerah
kegiatan. Penduduk zone ini tidak stabil,baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial
ekonominya. Dikategorikan sebagai daerah berpenduduk miskin. Pada daerah ini juga
sering di temui daerah slum atau daerah permukiman penduduk yang kumuh.
3) Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik. Didiami oleh para
pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh
adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana
yang di huni oleh keluarga besar. Bergess menamakan daerah ini sebagai workingmen’s
homes.
4) Zone permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks
perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-
rumahnya lebih baik di bandingkan daerah kelas proletar.
5) Zone penglaju (commuters), merupakan daerah yang memasuki daerah belakang
(hinterland) atau merupakan daerah batas desa- kota. Penduduknya bekerja di kota dan
tinggal di pinggiran kota.

b. Teori sektoral

Holmer Hoyt mengemukakan tentang teori sektoral (sector theory). Menurut teori ini struktur
ruang kota cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor dari pada berdasarkan lingkaran
lingkaran konsentrik. Menurut Homer hoyt, kota tersusun sebagai berikut.
1) pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri atas : bangunan –bangunan
kantor ,hotel, bank, bioskop, pasar dan pusat perbelanjaan;
2) pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan;
3) dekat pusat kota dan dekat sektor diatas, yaitu bagian sebelah-menyebelahnya terdapat
sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh;
4) agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor
madyawisma;
5) lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas.

c. Teori Inti Ganda


Teori inti ganda dikemukakan oleh C.D Harris dan E.L.Ullman pada tahun 1945. Teori ini
menegaskan bahwa sesungguhnya kota seringkali mempunyai beberapa inti dan sering pula
terletak di dekat pusat-pusat kegiatan lain. Struktu ruang kota menurut teori inti ganda, yaitu
sebagai berikut.
1) Zona 1: daerah pusat kegiatan (DPK) atau central Business District (CBD)
2) Zona 2: daerah grosir dan manufaktur.
3) Zona 3: daerah permukimankelas rendah
4) Zona 4: permukiman kelas menengah.
5) Zona 5: permukiman kelas tinggi.
6) Zona 6: daerah manufaktur berat.
7) Zona 7: daerah di luar PDK.
8) Zona 8: permukiman suburban.
9) Zona 9: daerah industri suburban.
C. Interaksi Kota dan Desa
Interaksi wilayah dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik yang saling
berpengaruh antara dua wilayah atau lebih, yang dapat menimbukan gejala, kenampakan atau
permasalahan baru. Interaksi tidak hanya terbatas pada gerak pindah manusianya melainkan juga
menyangkut barang dan informasi yang menyertai tingkah laku manusia.
1.Faktor yang Memengaruhi Interaksi Desa-Kota
Ada tiga faktor yang memengaruhi timbulnya interaksi antar wilayah, yaitu sebagai
berikut.
a. Adanya kemudahan Pemindahan dalam ruang (spatial Transfer Ability)
b. Adanya wilayah yang saling melengkapi (Regional Complementary)
c. Munculnya kesempatan untuk Berintervensi (Interventing opportunity)

2.Peran Desa dan Kota dalam Interaksi Desa-kota


Peran desa dalam pengembangan kota
a. Desa sebagai pusat penghasilan dan penyuplai bahan mentah dan bahan baku untuk
pembangunan di kota.
b. Desa menyediakan tenaga kerja yang berperan dalam pembangunan kota, dan
c. Desa menjadi daerah pemasaran produk-produk hasil industri di kota

Demikian sebaliknya kota punya peran besar sehinggah muncul interaksi antara desa dan kota.
a. Kota menyediakan pusat-pusat pelatihan bagi peningkatan keterampilan penduduk
desa.
b. Kota menghasilkan barang-barang siap pakai yang dimanfaatkan di desa.
c. Kota menjadi pusat informasi yang bermanfaat bagi desa.
d. Kota menjadi pusat permodalan yang di butuhkan masyarakat.

3.Dampak terjadinya Interaksi Desa dan Kota


Interaksi antara dua wilayah akanmelahirkan gejala baru yang meliputi aspek ekonomi,
sosial, maupun budaya. Gejala tersebut dapat memberikan dampak bersifat menguntungkan
(positif) atau merugikan (negatif) bagi kedua wilayah. Berikut ini adalah dampak negati dan
dampak positif dari suatu interaksi desa dan kota.
a. Dampak Interaksi bagi Desa

Dampak positif bagi desa dengan adnya interaksi desa-kota.

1) Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak sekolah di bangun di


desa.
2) Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor telah
menjangkau daerah perdesaan sehinggah hubungan desa-kota semakin terbuka.
3) Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat guna.
4) Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai ke masyarakat desa yang umumnya
memiliki banyak anggota keluarga.
5) Adanya hubungan yang lancar antara desa dan kota yang manfaatnya dapat dirasakan
oleh penduduk desa.
Dampak negatif bagi desa dengan adanya interaksi desa-kota.
1) Unturnya kehidupan asli didesa karena pengaruh interaksi desa-kota.
2) Pengurangan tenaga produktif di bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda
yang lebih tertarik bekerja di kota.
3) Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke polosok desa dan
cenderung mengubah budaya desa.

b. Dampak interaksi bagi kota

Dampak positif bagi kota dengan adanya interaksi kota-desa.

1) Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang sebagian besar
berasal dari pedesaan, seperti sayuran, buah-buaha, beras, dan lain sebagainya.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena bnyaknya penduduk dari desa yang
pergi kekota.
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat di pasarkan sampai ke
pelosok desa sehinggah keuntungan yang di peroleh lebih besar.

Sedangkan dampak negatif kota dengan adanya interaksi kota-desa.


1) Meningkatnya tindak kriminalitas atau kejahatn, seperti pencurian dan perampokkan
yang dilakukan oleh penduduk kota yang gagal memperbaiki tingkat kehidupannya.
2) Bertambahnya penduduk kota yang menjadi gelandangan karena mereka tidak
mempunyai tempat tinggal tetap dan tinggal di pingggir-pinggir jalan, diteras
pertokoan, dan dikolom jembatan.
3) Meningkatnya jumlah permukiman kumuh (slump) berupa gubuk-gubuk liar yang
terletak di bantaran sungai atau di sepanjang rel kereta api. Permukiman ini biasanya
di hunioleh masyarakat kota yang sangat miskin.

Anda mungkin juga menyukai