Anda di halaman 1dari 86

KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI MENURUT AL-

QUR’AN DAN SAINS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)

Oleh:

AHMAD HARFA
NIM:106034001208

JURUSAN TAFSIR HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2011 M
ABSTRAKSI

Ahmad Harfa, “Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur’an Dan Sains”

Salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah Swt, kepada manusia
adalah kemampuan berpikir dengan mengunakan akal yang sehat. Kemampuan ini
sangat membantu manusia dalam menemukan kebenaran dan keyakinan. Selain
itu, kemampuan berpikir yang baik dan benar dapat menjadi jalan untuk
mengantarkan seseorang dalam meraih kebenaran dan akan membawa
kemaslahatan bagi orang lain. Sebaliknya, berpikir juga bisa menjadi pemicu
munculnya kemudaratan, khususnya jika seseorang salah dalam mengunakan
pikiranya. Pemikiran seseorang tersebut harus lah menggunakan akal yang sehat
dan hati nurani sehingga mampu menghasilkan sebuah kebenaran yang
mengokohkan keimanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keselarasan dan
keharmonisan antara al-Qur’an dan sains, sehingga membuktikan kebenaran akan
tanda-tanda kebesaran-Nya.
Penelitian ini berpijak dari pemikiran bahwa setiap kalam-Nya haruslah
sesuai dengan ciptaan-Nya dalam hal penciptaan Bumi. Adalah sebuah
kemustahilan bila al-Qur’an benar bertentangan dengan ilmu pengetahuan sains
modern yang meneliti dengan tepat. Dapun jika perbedaan ini terjadi maka sangat
dimungkinkan bahwa ada salah satu yang salah diantara keduanya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir
maudhu’i (tematik), yang secara umum menggunakan langkah-langkah:
menetapkan masalah yang akan dibahas (topik); menghimpun ayat-ayat yang
berkaitan dengan masalah, menyusun pembahasan dalam kerangka yang
sempurna (outline); dan mempelajari ayat-ayat tersebut. Selain itu, penulis juga
menggunakan metode content analisis atau analisis isi, yang dengan metode ini
dua message yang berbeda yang memiliki kaitan erat dengan keseimbangan Bumi
dari Ayat-ayat al-Qura’an dan sains dapat dibandingkan.
Data yang ditemukan menunjukkan bahwa ayat-ayat yang mengisyaratkan
mengenai keseimbangan penciptaan Bumi dapat di temukan dalam al-Qur’an.
Yang secara umum berkaitan erat dengan masalah keseimbangan penciptaan
Bumi.
Setelah mengkaji ayat-ayat tersebut secara seksama, penulis dapat
menyimpulkan bahwa keseimbangan penciptaan Bumi menurut al-Qur’an dan
sains akan selalu selaras dan sejalan. Dari awal terbentuknya Bumi memang
merupakan sebuah kreasi maha Pencipta yang didalam terdapat kesempurnaan dan
keseimbangan. Segala gejala dan proses yang terjadi di Bumi merupakan Tanda-
tanda kebesaran-Nya yang menjadi sebuah kesempurnaan sang maha Pencipta.

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan gelar strata 1 (S1), di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,15 November 2011

Penulis,

( Ahmad Harfa )

iii
KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI MENURUT AL-

QUR’AN DAN SAINS

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin

( S.Ud )

Oleh :

AHMAD HARFA
NIM. 106034001208

Di bawah Bimbingan :

Dr. Mafri Amir, MA


NIP. 195803011992031001

JURUSAN TAFSIR HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2011 M
iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Skripsi ini berjudul Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al Quran Dan Sains
telah di ujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 19 Desember 2011.
Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)
pada Jurusan Tafsir Hadits.
Jakarta, 20 Desember 2011

SIDANG MUNAQASAH

Ketua Sidang, Sekertaris Sidang,

Dr. M. Suryadinata, MA Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA


NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19711003 199903 2 001

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. M. Suryadinata, M.A Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA


NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19711003 199903 2 001

Pembimbing,

Dr. Mafri Amir, MA


NIP. 19580301 199203 1 001

v
PEDOMAN TRANSLITERASI1

Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan


tidak dilambangkan

B Bep

T Te

Ts te dan es

J Je

H h dengan garis bawah

Kh ka dan ha

D da

Dz De dan zet

R Er

Z Zet

S Es

Sy es dan ye

S es dengan garis bawah

D de dengan garis bawah

T te dengan garis bawah

Z zet dengan garis bawah

„ koma terbalik keatas, menghadap ke kanan

Gh ge dan ha

1
Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006/2007, hal. 101 - 105

vi
F Ef

Q Ki

K Ka

L El

M Em

N En

W We

H Ha

„ Apostrof

Y Ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih
aksaranya adalah sebai beeriku:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


______َ a fathah
___ِ___ i kasrah
______ُ u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:


Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
‫__َ__ي‬ ai a dan i
‫َ____ و‬ au a dan u

vii
Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
‫ــَا‬ â a dengan topi di atas
‫ــي‬ î i dengan topi di atas
‫ـــو‬ û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan


huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh
huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân
bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tashdid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secaraa lisan
berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”,
demikian seterusnya.

Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf
/t/ (lihat contoh 3).

viii
Contoh:

no Kata Arab Alih aksara


1 tarîqah

2 al-jâmî ah al-islâmiyyah

3 wahdat al-wujûd

Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid Al-
Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.

ix
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis sanjungkan hanya kepada Allah Swt, yang

dengan taufiq-Nya, penelitian berjudul “Keseimbangan Penciptaan Bumi

Menurut Al-Qur‟an Dan Sains” ini, dapat diselesaikannya tugas akhir penulisan

skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw,

keluarga dan para sahabatnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat

manusia.

Tentunya di dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kesalahan, yang kelak ditemukan oleh mereka yang mau menelaahnya dengan

teliti. Segala kesalahan tersebut tak lain adalah bukti keterebatasan penulis di

dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis

terhadap beberapa masalah yang kelihatannya sepele namun memiliki pengaruh

yang sangat besar dalam bidang tafsir. Penulis juga menyadari bahwa, penelitian

ini tidak luput dari jasa lembaga dan orang-orang tertentu yang telah membantu

penulis, baik moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini, izinkanlah

penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, khusus kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih

M.A (Dekan Fakultas Ushuluddin), Dr. Bustamin, M.Si (Ketua Jurusan Tafsir

Hadits), dan Dr. Lilik Umi Kultsum, MA (Sekjur Tafsir Hadits).

x
2. Bapak Dr.Mafri Amir, MA, selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang

dengan keikhlasannya membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis

hingga selesai skripsi ini.

3. Dr. M. Suryadinata, MA, yang banyak memberikan masukan, arahan dan

motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan

Tafsir Hadits yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga berkat

merekalah penulis mendapatkan setetes air dari samudra ilmu pengetahuan.

5. Yang tercinta Ayahanda Makmun Nawawi dan Ibunda Iis Sutianah yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang dan perhatian dengan segenap hati dan

yang selalu mendoakan ananda untuk mencapai kesuksesan di masa depan,

semoga penulis selalu mendapat ridho mereka dan dapat berbakti kepadanya.

kepada, adik-adikku (Fahmi Hakim, M. Ramdan, M. Najwan, Siti Nabilah,

dan Syaid Hasbi) serta saudara-saudaraku tercinta yang memberikan motivasi

dan membantu penulis baik materil maupun inmaterial sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk teman-teman UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, khususnya teman-

teman Jurusan Tafsir Hadits angkatan 2006/2007, khususnya kelas TH-A:

Amir Mu’min, Ahmad Hazami, Didit, Junaedi, Irfan, Haikal, Kholid, Ust.

Ubaid, Ahmad Firdausi, Hasan, Adi, Aang, Malik, Umam, dll. yang dengan

ikhlas turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman KKN 80 dan

seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam ungkapan yang singkat ini.

xi
7. Teman-teman penulis di manapun berada, khususnya sahabat-sahabatku

yaitu; Abi, Anggara Jauhari, Apankz , Adink, Bang Ozy, Bang Asep, Iqbal,

Fajar, Wahyu, Kendari, Yudo rada-rada, Fuad, Fauzan Bin Abdul Azis, Mas

Afud, Om Bode, Mas Dermawan, Mas Dedwi dan semua rekan-rekan

seperjuangan yang selalu memberi Support dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

8. Terakhir, untuk orang yang pernah melihat saya (ra‟ânî yaqazatan kâna am fi

al-manân), bertemu dengan saya (laqiyanî), belajar bersama saya (jâlasanî),

tinggal bersama saya (aqâma ma‟î), pernah mendengar suara dan ocehan saya

(sami‟a minnî wa akhaza „annî syai‟an), semua orang yang mau menerima

dan memperkenankan saya untuk mengambil hikmah darinya (wa akhaztu

„anhu al-hikam wa al-„ulûm), dan semua orang yang hidup semasa dengan

saya („asaranî). Ini bukan karena saya yang istimewa, melainkan anda semua

lah yang begitu spesial bagi saya. Bolehlah saya berharap dan ber-tafa‟ul

kepada nabi agar semua orang yang tersebut di atas menjadi orang yang

beruntung, sekali lagi- bukan karena saya, tetapi karena kita dianugerahkan

oleh Allah Swt untuk bisa saling berhubungan. Teriring doa, “ Tûbâ liman

ra‟ânî (bifadlih), wa tubâ liman ra‟â man ra‟ânî (bifadlih)”. Atas semua

kebaikan tersebut, tidak ada suatu yang dapat penulis sampaikan, kecuali

ucapan terima kasih yang tidak terhingga, serta doa; semoga amal kebaikan

kita semua diterima dan dibalas oleh Allah Swt. Jazâkumullâh ahsan al-jazâ,

Âmîn…..!

xii
Akhirnya hanya kepada Allah jualah, penulis mengharap ridha dan rasa

syukur penulis yang tak terhingga. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat,

khususnya bagi penulis. Amin

Jakarta, 17 November 2011

Ttd,

Ahmad Harfa
Penulis

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i
ABSTRAKSI….…………………………………………………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN………….……………………………………... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………. iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI………………………………………….. v
PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………… vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................... 12

D. Studi Terdahulu yang Relevan.......................................................... 13

E. Metodologi Penelitian....................................................................... 14

F. Sistematika Penulisan........................................................................ 16

BAB II : LANDASAN TEORITIS TENTANG PENCIPTAAN PLANET

BUMI

A. Pengertian Planet Bumi ………………..………….……………....... 17

B. Teori Penciptaan Bumi

a. Menurut Pandangan Ilmuwan dan Filosof…………...………... 27

b. Menurut Pandangan Muffasir………………………………...... 32

xiv
BAB III : KESEIMBANGAN BUMI MENURUT AL-QURAN DAN SAINS

A. Keseimbangan Bumi………………………………………………… 38

a. Suhu Bumi……………………………………………………….. 44

b. Medan Magnet Bumi …………….......…..……………………… 47

c. Ketepatan Atmosfer Bumi ………………………………………. 51

d. Keseimbangan Untuk Kehidupan………………………………… 57

B. Hikmah Dibalik Keseimbangan Penciptaan Bumi…………………... 63

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………….. 67

B. Saran………………………………………………………………… 68

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 69

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alam semesta, di sana terdapat ribuan galaksi yang dihiasi jutaan

cahaya yang bergerak dengan keteraturanya masing-masing, milyaran planet

yang mengarungi jagad raya dengan struktur pembentuknya yang di dalamnya

terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah swt serta

kegaiban dan keangungan-Nya.

Pengetahuan manusia tentang benda langit semakin luas dengan

semakin majunya teknologi yang ada. Pikiran manusia menjelajah hingga ke

hal yang terkecil sekalipun. Pikiran manusia menerawang tentang sebuah

bentuk keseimbangan dalam penciptaan.

Allah swt, yang telah menciptakan alam semesta, memberikan isyarat

kepada manusia akan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam al Qur‟an. Dalam

dimensi ilmu pengtahuan, Al Qur‟an telah memberi ilmu mengenai fenomena

jagad raya dan membantu pikiran manusia untuk melakukan terobosan

terhadap rahasia-rahasia keseimbangan jagad raya dan planet-planet yang

terdapat di alam semesta. Dan al Qur‟an menunjukkan kepada Realitas

Intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah SWT melalui ciptaan-Nya

Dalam sistem keyakinan Islam, al Qur‟an adalah sumber ajaran yang

menjadi petunjuk bagi manusia untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan di

akhirat. Argument akan sebuah kebenaran al Qur‟an, oleh ulama, antara lain

1
2

dirumuskan dalam sebuah konsep yang membahas segi-segi

kemujizatannya(i‟jaz al Qur‟an). Diskursus seputar ini dimulai sejak abad ke-

2 H/ awal abad ke-3 H,1dan menjadi bagian tersendiri dalam ilmu-ilmu al

Qur‟an.

Dalam hal ini, hubungan antara al Qur‟an dengan ilmu pengetahuan

dan informasi kontemporer, kalangan muslim menyakini bahwa al Qur‟an

telah mengisyaratkan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Intinya al Qur‟an

selalu selangkah lebih dulu dari ilmu pengetahuan yang baru.

Ian G. Barbour berpendapat, dalam salah satu tipologi tentang

munculnya hubungan sains dengan kitab suci yaitu tipologi integrasi nature

theology, terdapat klaim bahwa eksistensi tuhan dapat disimpulkan dari bukti

tentang desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan.2

Tentunya dalam hal ini kitab suci yang dimaksud adalah al Qur‟an. Allah swt

memberikan tanda-tanda akan keberadaan-Nya melalui sebuah kesempurnaan

segala ciptaan-Nya yang diatur dengan keteraturan dan keseimbangan yang

begitu mengagumkan. Argumen kosmologi Ian G. Barbour ini menegaskan

bahwa setiap pristiwa harus memiliki “sebab” sehingga harus mengakui

“sebab pertama” yaitu Allah swt.

Menurut Ahmad Khan, al Quran secara mutlak tidak bertentangan

dengan hukum alam. Mengenai prinsip ini, sejak awal, Ahmad Khan telah

mendeklarasikan bahwa alam dan al Qur‟an sama-sama hasil kreasi Allah

1
Mustafa Muslim, Mabahis Fi ijaz al-Qur‟an, ( Jeddah: Dar al-Manar As-Saudiyah,
1988 M/1408 H), cet. I, hal. 13.
2
Ian G, Barbour, Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad, (Mizan: Bandung, 2002) ,
Cet. I, hal. 82-83.
3

swt; alam merupakan hasil kerja-Nya sedangkan Al Qur‟an merupakan

kalam-Nya. Atas dasar itu tidak akan ada kontradiksi antara science modern

dengan firman Allah swt yang terdapat al Qur‟an. Prinsipnya adalah: “The

word of God (Alquran) must be in harmony with the work of God (nature)”.

al Qur‟an adalah kalam Allah, sedangkan hukum alam adalah hasil perbuatan-

Nya (Nature is the “Work of God” and the Qur‟ân is the “Word of God”). Atas

dasar itu dapat dipastikan bahwa mustahil terjadi pertentangan antara

perkataan dan perbuatan-Nya sendiri, atau tidak ada kontradiksi antara

pernyataan Al Qur‟an dengan sains modern.3

Lebih lanjut, seorang muffasir seperti Muhammad Kamil Daww

menulis dalam bukunya al-Qur‟an al-Karim wa Ulum al-Hadits bahwa

keajaiban muatan “ilmiah” al Qur‟an lebih besar daripada keajaiban kefasihan

bahasa yang tak ada bandingnya. Kesesuaian antara al Qur‟an dan ilmu

pengetahuan bagi muffasir ilmiah modern merupakan suatu bukti kejujuran

Nabi Muhammad saw yang menyakan dan karenanya merupakan kebenaran

dari semua peryataan al Qur‟an, termasuk yang berkaitan dengan Tuhan, Hari

Akhir, Hari kebangkitan dan seterusnya. Mereka tidak pernah bosan bahwa

bagaimanapun keajaiban besar bahwa awal abad ke-7 seorang Nabi pembawa

pesan yang berisi ibarat-ibarat ilmu pengetahuan yang tidak dikembangkan

hingga abad ke-19. Para ulama generasi awal berpendapat bahwa kebesaran

alam membuktikan adanya Tuhan dan secara tidak langsung menyatakan

3
Mukti Ali, Alam Pokiran Islam Modren di India dan Pakistan (Bandung: Mizan,
1995), h. 90
4

sifat-sifatnya.4 Sebagai contoh muatan ilmiah yang disebutkan dalam al

Qur‟an adalah, firman Allah swt:

“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?”5
Sungguh bukan suatu kebetulan belaka al-Qur‟an yang telah

diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan kemanusiaan.

Telah menyampaikan informasi bagaimana alam semesta ini tercipta. Allah

swt secara tegas menyatakan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta dari

ketiadaan untuk hal yang khusus, disertai dengan sistem dan keseimbangan

yang dirancang khusus untuk menunjang kehidupan manusia.

Jika penelitian ini menunjukan adanya keserasian dan keseimbangan

dalam hukum-hukum alam semesta merupakan sebuah bentuk akan

keberadaan Allah swt yang mengusai seluruh alam semesta yang berada

dalam kendali-Nya atau sebaliknya.6 Hukum dan fenomenanya teratur dan

tepat meliputi ruang yang maha luas sampai pada unsur terkecil dalam alam

semesta, tunduk kepada suatu pola dan susunan yang sama. Sungguh hanya

4
Fakruddin ar-Razi, Mafatihul Ghayb,(Beirut: Dar Al-Fikri, 1994), juz. V, hal. 501.
5
QS. Al-Anbiyaa’: 30
6
Afzalur Rahman, Al-Qur‟an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 4.
5

Allah swt yang menciptakan alam semesta dengan berjuta galaksi bintang dan

planet yang tunduk pada aturan yang ditetapkan secara sempurna.7

Maha besar Allah dengan firman-Nya:

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali


tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat
sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan
payah”8.
Dalam al Qur‟an dinyatakan bahwa manusia harus melihat dan

mempertimbangkan semua sistem dan keseimbangan di alam semesta yang

telah diciptakan Allah swt untuknya serta mengambil pelajaran dari

pengamatannya:

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan


untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan

7
Afzalur Rahman, Al-Qur‟an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 5.
8
QS. Al Mulk : 3- 4
6

perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada


tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),”9
Menurut M.Quraish Shihab, tanda-tanda kekuasaan Allah swt yang

telah disebutkan dalam firman di atas hanya kaum yang berakal yang mau

memanfaatkan akalnya untuk memahami apa-apa yang terjadi pada tanda-

tanda kebesaran-Nya.10

Kebenaran nyata yang dipaparkan al Qur‟an juga ditegaskan oleh

sejumlah penemu penting ilmu astronomi modern, Galileo, Kepler, dan

Newton. Semua menyadari bahwa sruktur alam semesta, rancangan tata surya,

hukum-hukum fisika dan keadaan seimbang semuanya diciptakan Tuhan11.

Allah mengajak kepada manusia untuk mempertimbangkan kebenaran

ini dalam ayat berikut:

“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah


telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu
menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan
menjadikan siangnya terang benderang. dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya”12
Menurut M. Quraish Shihab, dalam ayat tersebut Allah Swt

menunjukan bukti kuasa-Nya yang dapat ditarik dari alam raya. Allah

berfirman sekaligus “bertanya” dengan tujuan mengecam bahwa penciptaan

9
QS. An Nahl : 12
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, hal. 198.
11
Harun yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000),
cet. I, hal. 2
12
QS. An Nazi‟at : 27- 30
7

langit lebih sulit dari pada penciptaan manusia. Ayat ini menjelaskan

kuasanya mengenai penciptaan langit yang kokoh dan harmonis. Dia

meninggikan bagunannya sehingga langit menjadi bagaikan atap bagi Bumi,

dan juga meninggikan gugusan-gugusan bintangya lalu menyempurnakannya

sehingga menjadi padu tanpa sedikit ketimpanganpun dan jarak pun menjadi

sesuai untuk menunjang kehidupan di bumi. Kata samkahâ terambil dari kata

As-samk yang dari segi bahasa antara lain diartikan atap atau jarak antara

bagian atas sesuatu dan bagian bawahnya. Para ulama memahami kata

tersebut sebagai bermakna jarak antara Bumi dan benda langit lainnya

sehingga kehindupan di bumi bisa berlangsung dengan nyaman.13

Sementara Hamka dalam tafsirnya mengambil pendapat dari ulama

tafsir lain yaitu, Syekh Muhammad Abduh dalam tafsir juz‟ammanya

menjelaskan tentang ayat ini:

“Bagunan itu menggabungkan sudut-sudut yang tersebar keseleruh


penjuru hingga jadi satu kesatuan, terikat demikian rapat dalam satu
bangunan. Demikian Allah swt mengatur bintang-bintang. Sama
sekali terletak ditempat yang teratur dan seimbang diantara
hunbungan yang satu dengan yang lain; semua berjalan dijalannya
sendiri,”14
Senada dengan pernyataaan di atas seorang ilmuwan bernama George

Watherill dalam karyanya “how special Jupiter is” :

“Tanpa planet besar yang dengan tepat ditempatkan di posisi Yupiter,


bumi tentunya telah ditabrak ribuan kali lebih sering oleh komet atau

13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 15, hal. 44.
14
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. Ke-3, Juz. 30, hal.
36
8

meteor serta serpihan antar planet. Jika saja tanpa Yupiter, kita tidak
mungkin ada untuk mempelajari asal-usul tata surya”15
Dari pernyataan-peryataan para ulama tafsir dan ilmuwan bahwa

benarlah memang tanpa disadari oleh sebagian manusia bumi telah diciptakan

khusus untuk menunjang sebuah kehidupan bgai manusia dan mhaluk lainya.

Keberadaan planet Bumi yang tepat pada posisi dimana sebuah kehidupan

bisa berlangsung sebagai mana Allah Swt dalam firman-Nya telah

menempatkan Bumi diposisi yang sangat begitu teliti sehingga belengsung

kehidupan yang nyaman.

Ini menjadi sebuah jawaban besar akan kebenaran-Nya dan

keberadaan-Nya melalui firman-Nya di dalam al Qur‟an yang ditunjukan bagi

kaum yang mau memikirkan ciptaan-Nya termasuk dalam keseimbangan

penciptaan bumi.

Tidak diragukan lagi al Qur‟an menegaskan tanpa ragu bahwa seluruh

ciptaan merupakan satu kesatuan yang mematuhi hukum tunggal dari Maha

pencipta. Jika tidak demikian maka tidak mungkin ada keseimbangan,

keserasian serta pertimabangan yang sempurana. Kerjasama dan kesesuaian

antara berbagai bagaian alam semesta, dan semuanya berfungsi dalam

keharmonisan yang saling menlengkapi tugas antara yang satu dan yang

lain.16

Keseimbangan penciptaan juga terdapat dalam penciptaan planet

Bumi. Bumi merupakan planet dengan atmosfer yang ramah, kondisi

15
Harun yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000),
cet. I, hal. 68
16
Afzalur Rahman, Al-Qur‟an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 51.
9

permukaan, suhu permukaan, medan magnet, ketersediaan unsur-unsur, serta

posisi pada jarak tepat pada matahari, tampak telah dirancang secara khusus

untuk tempat hidup.

Keseimbangan yang terdapat dalam penciptaan bumi merupakan

sebuah tanda dari kebesaran Allah swt.

Maha besar Allah dalam firman-Nya :

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)


Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga
jelas bagi mereka bahwa Al Qur‟an itu adalah benar. Tiadakah cukup
bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”17

Selain itu, ada ayat lain yang menyebutkan akan kebesaran Allah

melalui penciptaan langit dan bumi dalam al Quran :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal.”18

17
QS. Al Fushsilat : 53
18
QS. Ali Imran : 190
10

Ini menandakan terdapat keselarasan atau tanda-tanda kebesaran Allah

dalam penciptaan Bumi sehingga dapat dihuni oleh manusia dan mahluk

lainnya. Penulis mencoba menelisik lebih jauh akan tanda-tanda yang terdapat

dalan keseimbangan penciptaan Bumi melalui penafsiran para ulama tafsir

dan ilmuwan, sehingga bisa menghasilkan sebuah kesimpulan akan kebenaran

tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan Bumi sehingga dapat

menopang kehidupan.

Penulis menganggap permasalahan ini menarik untuk dibahas karena

jarang sekali yang memikirkan akan ciptaan Allah yang sangat sempurna ini

yaitu Bumi sehingga bisa dihuni oleh manusia. Pembahasaan ini pula dapat

menambah keyakinan kepada Allah melalui sisi lain akan sebuah keyakinan.

Berdasarkan deskripsi di atas, penulis akan mengadakan penelitian


tentang “KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI DALAM
PERSPEKTIF ALQUR’AN DAN SAINS”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Al Qur‟an adalah sumber ilmu pengetahuan yang mencakup segala

aspek kehidupan termasuk sesuatu yang berkaitan dengan kosmologi. Dalam

al Qur‟an banyak sekali yang membahas penciptaan Bumi, kurang lebih ada

350 ayat yang membahas tentang Bumi beberapa diantaranya: 2:22, 4: 97, 7:

10, 11: 7 dan seterusnya19. akan tetapi penulis hanya akan membatasi pada

permasalahan yang menyangkut tentang keseimbangan penciptaan bumi yang

19
Lihat Sukmadjaja Asyarie, indeks Al-Quran, (Bandung : Pustaka, 1984), cet. Ke-1,
hal. 37.
11

bersifat materi seperti atmosfer, suhu, medan magnet dan keseimbangan yang

menopang kehidupan di Bumi. Adapun identifikasi ayat-ayatnya adalah20 :

1. Ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang Atmosfer Bumi dan Magnet

Bumi adalah : (QS 40:64, 67:15), (QS 21:32), (QS 40:64), (QS 2: 22),

dst.

2. Ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang Suhu Bumi dan Keseimbangan

Yang Menjadi Penopang Kehidupan Di Bumi adalah : ( QS 29:44), (QS

79: 27-33), (QS 91: 1-5), (QS 2: 116), (QS 36: 26), (QS 31: 20), (QS 2:

116), (QS 45: 13 ), (QS 6: 73), (QS 14:19), (QS 3:3), (QS 44:39), (QS

45:22), (QS 64:3), dst..

Dikarenakan dalam al Qur‟an banyak sekali ayat-ayat yang

mengisyaratkan keseimbangan penciptaan Bumi dan memiliki

kesamaan makna. Maka hanya dibatasi pada permasalahan dan ayat-

ayat berikut:

1. Suhu Dan Medan Magnet Bumi : (QS. 29:44),(QS 21:23)

2. Atmosfer Bumi Dan Keseimbangan Yang Menjadi Penopang

Kehidupan Di Bumi : (QS. 40:64), (QS. 67: 15), (QS. 79:27-33).

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan

permasalahannya tentang Bagaimana sudut pandang al-Qur‟an dan sains

dalam keseimbangan penciptaan Bumi?

20
Agus purwanto, Ayat-Ayat Semesta, ( Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009), cet. Ke-
3, hal. 45.
12

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan maka tujuan

penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui pandangan alquran dan sains tentang konsep


keseimbangan penciptaan bumi

2. Untuk mengetahui tujuan dibalik adanya keseimbangan dalam


penciptaan bumi

3. Untuk memenuhi syarat akhir studi S1 di Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat.

Adapun manfaat atau kegunaan penulisan skripsi ini adalah:

1. Secara akademis tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menambah

khazanah keilmuan tentang literatur, sehingga berguna bagi menjadi

setetes pengetahuan yang bermanfaat bagi para pemikir dan praktisi

yang haus akan pengetahuan .

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi para

teoritis, praktisi dan aktivis Islam pada umumnya termasuk juga civitas

akademika Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta.

D. Studi Terdahulu

Dalam kajian ini bukanlah kajian baru, telah banyak yang memilih

kajian-kajian yang hampir mirip judul tersebut namun penulis belum

menemukan judul yang sama seperti yang penulis bahas, antara lain:
13

1. Mudrika, Bumi sebagai poros: studi penafsiran Muhammad Shalih atas

ayat rotasi dan revolusi dalam Al-Qur‟an, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,

Uin Syarif Hidayatullah,2008.

Dalam skripsi ini membahas tentang rotasi bumi, skripsi ini hanya

terbatas kepada ayat-ayat yang berkaitan dengan rotasi bumi, melalaui

penafsiran Muhammad Shalih al-Utsaimin. Contoh penafsiran Muhammad

Shalih al-Utsaimin ketika menafsirkan bahwa ketika Allah SWT menerbitkan

matahari, sehingga jelas sekali menunjukan bahwa mataharilah yang bergerak

mengelilingi bumi. Seandainya bumi yang berotasi niscaya Allah SWT tidak

mengatakan bahwa mataharilah yang terbit.

2. Ridwan, I‟jaz Al-Qur‟an Dalam Mengungkap Rotasi Bumi: Sebuah

Analisa Tafsir Ilmi, skripsi S1 fakultas Ushuluddin, Uin syarif

Hidayatullah,2004.

Skripsi ini membahas tentang rotasi bumi, dalam hal ini ayat-ayat

yang berhubungan dengan rotasi bumi yang terbatas surat Yassin ayat 40 dan

Al Anbiyaa‟ ayat 33. Dalam skripsi ini hanya menguraikan sebatas bagaimana

teori-teori astronomi dapat dikompromikan dengan al Qur‟an khususnya pada

ayat-ayat tersebut.

3. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Penciptaan Bumi Dalam

Perspektik Al-Qur‟an Dan Sains (Tafsir „Ilmi), (Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2010)

Buku ini membahas tentang penafsiran al-Qur‟an tentang ayat-ayat

mengenai Bumi. Dalam buku tafsir ini menjelas tentang struktur dan
14

penciptaan bumi melalui pandangan al-Qur‟an dan sains. Buku ini pula yang

akan menjadi rujukan peneliti dalam menjelaskan keseimbangan penciptaan

Bumi dalam al-Qur‟an dan sains.

Adapun kaitannya dengan skripsi yang akan penulis bahas, skiripsi dan

buku tersebut mencakup apa yang akan penulis bahas hanya pada sedikit

bagian pengertian bumi sebagai sebuah planet. Namun bedanya tulisan di atas

dengan penelitian yang akan penulis angkat di sini adalah bahwa hubungan

sains dengan al Qur‟an, khususnya bumi bukan hanya sebatas rotasi saja,

sementara itu ayat yang menjelaskan bumi tidak hanya mencakup itu saja dan

keseimbangan tentang penciptaan bumi adalah salah satunya, inilah yang akan

penulis kaji.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan penulis gunakan tentang bagaimana

keseimbangan penciptaan bumi dalam perspektif alquran dan sains ini adalah

sebagai berikut:

Pertama. penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library

research) dengan mengumpuikan data-data tertulis yang bersifat primer dari

al-Quran itu sendiri, yaitu yang berhubungan dengan masalah keseimbangan

alam, juga sumber-sumber yang bersifat sekunder yaitu kitab-kitab, buku-

buku dan jurnal atau sejenisnya, serta penunjang lainnya yang bersifat

pelengkap.

Kedua, penulis dalam pembahasan penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif analisis, yaitu sebuah pendekatan yang diperlukan


15

untuk rnemaparkan ayat-ayat yang berkaitan dengan permasalahan yang

dibahas berdasarkan sumber data yang ada untuk kemudian dianalisa, dan

menyeleksi data sehingga dapat terbentuk suatu susunan yang logis dan

obyektif tentang permasalahan tersebut.

Ketiga. dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang

ditempuh, yaitu isi (content analysys). Analisa di sini yaitu dengan melakukan

tinjauan secara ayat demi ayat, berdasarkan pengertian yang terkandung

dalam ayat itu, kemudian diadakan pengelompokkan terhadap ayat-ayat al-

Qur„an dan disusun secara logis, sehingga diharapkan dalam melakukan

penelitian ini al-Qur„an dapat mengungkapkan secara keseluruhan dan utuh

tentang keseimbangan penciptaan Bumi dalam persfektif al-Qur'an dan sains.

Penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman Penuiisan Karya

Iimiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi dengan tim penulis Dr. Hamid Nasuhi,

MA. dkk tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan penulisan ini terbagi dalam lima bab, di mana setiap


babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan tersendiri mengenai topik
tertentu adapun urutan penulisan adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan


perumusan masalah, tujuan penulisan, metodelogi penelitian dan
sistematika penulisan. Bab satu ini akan membahas mengenai
hipotesis serta dasar pemikiran yang menjadi alasan pengambilan
judul serta hal-hal yang menjadi acuan penelitian terhadap bab-bab
selanjutnya pada skripsi ini.
16

Bab II : Tinjauan teoritis tentang planet dan Bumi, meliputi pengertian


planet bumi dan teori penciptaan Bumi menurut pandangan
ilmuwan, ulama sains dan filosof, pengertian keseimbangan, serta
hikmah dibalik keseimbangan penciptaan Bumi. Bab dua ini sangat
lah penting untuk mengetahui bagaimana Bumi tercipta sehingga
akan menjelaskan hipotesis-hipotesis serta permasalahan yang
ditawarkan pada bab sebelumnya

Bab III : Konsep keseimbangan Bumi menurut al-Qur'an dan Sains,


meliputi inventaris ayat-ayat yang berhubungan dengan konsep
keseimbangan, suhu, massa, medan magnet Bumi, ketetapan
atmosfer Bumi dan keseimbangan untuk kehidupan, serta analisis
tentang keseimbangan penciptaan Bumi menurut al-Qur‟an dan
Sains. Bab tiga ini akan menjalaskan ketika pengertian tentang
kesimbangan dan bumi itu sendiri telah diketahui maka saatnya lah
untuk menjelaskan serta menguji hipotesi-hipotesis pada bab
sebelumnya.

Bab IV : Penutup yang berisi kesimpulan dari bab sebelumnya yang


menentukan benar atau tidak hipotesis yang diajukan dari bab – bab
sebelumnya. Bab ini pula berisi saran-saran penulis yang tetang
bagaimana umat manusia memperlakukan Bumi khususnya umat
islam dan agar menjadi motivasi untuk mengembangkan berbagai
macam ilmu pengetahuan yang berdasarkan al Qur‟an dan hadits.
BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG PENCIPTAAN PLANET

BUMI

A. Pengertian Planet Bumi

Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani “Asteres Planetai” yang

artinya “Bintang Pengelana”. Dinamakan demikian karena berbeda

dengan bintang biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindah-

pindah) dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini

(pada masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar

mengelilingi matahari.1

Dalam Dictionary of astronomi, Jacqueline Milton menjelaskan planet

sebagai berikut2:

“Planet An astronomical body, with not enough mass to become a star or


a brown dwarf. The upper mass limit for a planet is about 0.013 solar
masses (equivalent to about 13 jupiter masses). Thouhgt planets have
traditionally been considered as object in the orbit around parent star,
isolated bodies of very low mass discovered in regions of star formation
have also described as “ free-floating planet.”To qualify as planet in the
solar system, a body must be in orbit around the sun, and massive enough
both to take on a shape close to spherical and to have swept away most
smaller objects from the vicinity of the orbit, under this definition, there
are eight planet in the solar system.”
Artinya:

“Planet merupakan Sebuah benda astronomi, dengan massa yang tidak


cukup untuk menjadi bintang atau “brown dwarf”. Batas atas

1
“planet” diakses pada Pkl. 20:21, 11 juli 2011, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Planet,
diubah pada Pkl. 19:12, 29 Juni 2011.
2
Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, (New York:
Cambridge Universty Press, 2007), hal. 269
17
18

untuk massa planet adalah sekitar 0,013 massa matahari (setara dengan
sekitar 13 massa Jupiter). Pemikiran planet secara tradisional dianggap
sebagai obyek diorbit sekitar bintang induknya, benda yang terisolasi
dengan massa yang sangat rendah ditemukan juga di daerah formasi
bintang yang digambarkan sebagai "planet mengambang bebas." Untuk
memenuhi syarat sebagai planet di tata surya, sebuah benda harus berada
diorbit mengelilingi matahari, dan cukup besar baik untuk mengambil
bentuk dekat “spherical” dan memiliki berat yang paling kecil dari
sekitar orbit, dibawah definisi ini, ada delapan planet di tata surya”
Lebih lanjut lagi Jacqueline Milton menjelaskan tentang planet yang

termasuk dalam sistem tata surya, dalam hal ini planet yang berada di orbit

sekitar matahari.sebagai berikut3:

“planet may be basically rocky object, such as the inner planet - Mercury,
Venus, Earth and Mars, or primarily liquid and gas with small solid core
like the outer planet – Jupiter, Saturn, Uranus and Neptune. These eight
are regreded as the major planets of the solar system.historically, Pluto
was also considered to be a major planet, but that catagorrization was
called in to question by the discover of other transneptutian object similar
in sixe to Pluto, or even larger. In 2006, the International Astronomy
Union adopted the term dwarf planet to describe Pluto, the largest
asteroid Ceres, and the other similarly sized bodies orbiting the sun.”
Artinya:

“Planet mungkin pada dasarnya objek berbatu, seperti planet dalam -


Merkurius, Venus, Bumi dan Mars, atau terutama cairan dan gas
dengan inti padat kecil seperti planet luar - Yupiter, Saturnus, Uranus
dan Neptunus. Ini adalah delapan yang diterima sebagai planet utama
dari surya sistem. Menurut sejarah, Pluto juga dianggap sebagai sebuah
planet besar, akan tetapi katagorisasi itu membawa kedalam sebuah
masalah dengan mengemukakan objek “transneptutian” serupa lainnya
dalam masalah seperti Pluto, atau bahkan lebih besar. Pada tahun 2006,
Persatuan Astronomi Internasional mengadopsi istilah “planet kerdil”
untuk menggambarkan Pluto, Asteroid terbesar Ceres , dan benda
berukuran hampir sama lain yang mengorbit matahari.
Demikian beberapa definisi mengenai kata planet. Adapun Bumi

merupakan sebuah planet yang akan menjadi objek pemikiran kali ini

3
Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 270.
19

merupakan salah satu planet yang mengorbit Mathari sebagai bintang induknya,

adalaha sebuah planet yang memiliki keistimewaan tersendiri.

Bumi adalah planet yang mengelilingi matahari, garis tengah bumi

sekitar 17.560 km, massa bumi sekitar 598x 1000 ton, volume bumi sekita 1 juta

cu km. Bumi memerlukan 365 hari, 6 jam, 9 menit, dan 9 detik untuk

menyelesaikan perjalanan mengelilingi matahari. 4 Keadaan bumi paling dekat

dengan matahari yaitu pada bulan januari tanggal 3 atau 4, ketika jarak matahari

terhadap bumi 147.0 juta Km. Kemudian, enam bulan selanjutnya bumi berada

pada jarak terjauh dengan matahari sekitar 152.0 juta Km.5

Bumi juga mempunyai gerakan lain, yaitu berotasi pada porosnya,

sebuah garis maya yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan. Bumi

berotasi sekali 24 jam ( tepatnya 23 jam, 56 menit, dan 4 detik)6. Perputaran

rotasi bumi memiliki garis kemiringan khatulistiwa sekitar 23027’ terhadap orbit

bumi. Dikarenakan kemiringan ini menyebabkan munculnya musim siklus

tahunan7.

Dalam dictionary of astronomy, difinisi bumi “Earth” dijelaskan sebagai

berikut8:

“Earth the third planet from the sun. like Mercury, Venus, and Mars,
Earth is the one of rocky, smaller planets in the inner solar system know
as the terrestrial planets. Is the only of the four with a large natural
satellite-the Moon”.

4
Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, (Jakarta: G-Kreatif, 2006), Cet. Ke-1,
hal. 40.
5
Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 94.
6
Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan , Cet. Ke-1, hal. 40.
7
Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 94.
8
Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 93.
20

Artinya:

“Bumi planet ketiga dari Matahari. seperti Merkurius, Venus, dan Mars,
Bumi adalah salah satu planet yang padat, planet kecil di tata surya
bagian dalam. Yang diketahui Sebagai “Planet Terestrial”. Bumi
merupakan salah satu dari empat planet dengan satelit alam yang
besar yaitu Bulan.
Struktur bumi terdiri dari beberapa unsur, yaitu: kerak, mantel dan inti

bumi. Jari-jari di kutub bumi adalah 6.356,8 km, sedangkan jari-jarinya di

ekuator adalah 6.378,2 km. kondisi kutub utara dan selatan agak pepat. Pepatnya

bola bumi ini disebabkan pada saat baru terbentuk bumi belum terlalu padat, dan

rotasinya membuat mengembung pada bagian yang tegak lurus sumbu rotasi,

yakni bagian ekuator. Luas permukaan bumi kurang lebih 510.101.000 km2 dan

volumenya adalah 1.083.320.000.000.000.000 km3.9

Ukuran bumi ini begitu tepat, tidak terlalu kecil sehingga akan kehilangan

atmosfernya, karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke angkasa.

Dan ukuran bumi tidak terlampau besar sehingga gravitasinya menahan begitu

banyak atmosfir gas yang berbahaya.10

Kerak bumi, yaitu kerak batuan yang menutupi bumi lapisan kulit ini

tebalnya kira-kira 32-48 km di bawah benua dan kira-kira 4,8 km di bawah


11
lautan. Kerak bumi terbentuk kira-kira sekitar 4 milyar tahun yang lalu12.

Batuan yang membentuk kerak bumi terbuat dari mineral dan dapat

dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu:

9
Abdul Rahman Ritonga, Alam Semesta, (Jakarta: FE UI, 1997), hal. 125
10
Harun Yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000), cet.
I, hal. 82.
11
Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 41.
12
Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997), hal. 100.
21

1. Batuan beku

Dibentuk dari bahan batu yang panas yang berupa cairan (magma) yang

kemudian membeku dan mengeras. Karena berbagai alasan, magma sering

keluar menuju permukaan dan memancarkan keluar melalui retakan dikerak

bumi. Jika aliran magma ini cukup lama berlasung, sebuah gunung api dapat

terbentuk. Magma yang keluar ke permukaan bumi disebut lahar sebagian besar

lahar mengeras dalam beberapa minggu setelah keluar ke permukaan.

2. Batuan sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari pasir, lumpur, atau bahan-bahan lain yang

tersimpan di laut yang terbawa oleh aliran air dari daratan. Simpanan ini disebut

sedimen. Batuan sedimen bearti batuan yang terbuat dari sedimen. Sebagaian

terbuat dari mineral lautan yang mengendap ketika air menyusut atau atau

mongering. Endapan tersebut menjadi batuan setelah waktu yang berabad-abad.

3. Batuan metamorf

Batuan metamorf beaarti batuan yang telah diubah. Jika magma naik ke

atas, maka banyak batuan yang sudah ada terkena tekenan suhu yang besar.

Karena tekanan dan suhu ini, menyebabkan perubahan penting pada batuan.

Mantel, dibawah lapisan bumi terdapat lapisan batuan padat yang tebal

yang disebut mantel. Tebalnya kira-kira 2.880 km dan suhunya 2.760 C. Mantel

ini merupakan sumber batuan mencair/meleleh yang menjadi magma gunung

merapi. Batuan di mantel terbuat dari magnesium, silicon, oksigen, besi, dan
22

alumunium. Bila gunung merapi meletus, semburan gas batuan

meleleh(magma). Dan lahar yang keluar berasal dari lapisan mantel bumi.13

Setelah mantel adalah inti bumi, inti bumi terbentuk pada suhu sekitar

6000 C elemen-elemen berat seperti besi mengumpul sebagai inti bumi yang

dibagian dalam padat dikarenakan tekanan yang semakin dalam semakin

tinggi.14 inti bumi mempunyai tebal kira-kira 2.240 km dan terbuat dari nikel

dan besi cair. Setelah lapisan inti adalah inti bagian dalam yang berbentuk bola.

Suhunya kira-kira 4.982 C. para ilmuwan menduga inti bagian dalam juga

terbuat dari nikel dan besi15.

Suhu dan atmosfer adalah unsur terpenting pertama bagi kehidupan di

Bumi. Bumi memiliki suhu yang memungkinkan untuk hidup dan atmosfer yang

digunakan mahluk hidup untuk bernafas, khususnya bagi mahluk hidup yang

kompleks seperti manusia. Faktor yang menentukan bumi begitu ideal sehingga

bias ditempati oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Dikarenakan posisi bumi

yang dengan matahari. Bumi tidak akan menjadi memeiliki sebuah kehidupan

anada saja bumi berada lebih dekat terhadap matahari seperti Venus yang

bersuhu hingga 4500 C atau lebih jauh seperti Yupiter yang bersuhu -1430 C.16

Molukul berbasis karbon hanya mampu bertahan pada suhu antara -200 C dan

1200 C, dan bumi satu-satunya planet dengan suhu rata-rata dalam batas

tersebut.17

13
Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 41.
14
Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, hal. 100.
15
Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 42.
16
Setiawan Sandi, Gempita Tarian Cosmos, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal 121.
17
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 79.
23

Jika melihat alam semesta secara keseluruhan, mendapati ruang suhu

yang sangat sempit untuk menunjang sebuah kehidupan ini merupakan hal yang

sangat sulit karena suhu diseluruh alam semesta bervariasi dari beberapa juta

derajat pada bintang terpanas hingga nol derajat mutlak (-2730 C). dalam selang

suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang memungkinkan adanya kehidupan

sangatlah sempit, namun bumi memilikinya.18

Bumi diselubungi oleh campuran gas yang bias disebut udara. Udara

merupakan zat yang sangat penting untuk menunjang kehidupan untuk seluruh

mahluk hidup di bumi. Udara atau atmosfer terdiri dari campuran bermacam-

macam gas dengan nitrogen sebagai unsur yang paling banyak terdapat (78%).

Gas yang kelimpahannya berada di bawah nitrogen adalah oksigen (21%),

kemudian diikuti oleh gas-gas seperti Argon, Karbondioksida, uap air dan

sebagainya.19

Kadar oksigen yang hanya 21 % bukan merupakan sebuah kebetulan

melainkan hasil dari kesempurnaan Allah swt dalam menentukan kadar yang

tepat bagi berlasungnya sebuah kehidupan. Kadar oksigen yang hanya 21%

berkaitan langsung dengan kehidupan manusia dan mahluk lainnya di bumi. Para

peneliti berpendapat bahwa seandainya kada oksigen 15%, maka apai tidak akan

menyala. Karena, kandungan oksigen tidak akan cukup untu berinteraksi.

18
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 79.
19
A. Gunawan Admiranto, Tata Surya Dan Alam Semesta,( Yogyakarta : Kanisius,
2000), hal. 74.
24

Seandainya kadar oksigen mencapai lebih dari 25% maka segala yang ada di

bumi akan hangus tanpa perlu disulut api, cukup dengan panas matahari saja.20

Atmosfer mungkin tampak sebagai udara tipis belaka, namun

sesungguhnya atmosfer memiliki struktur yang sangat kompleks. Atmosfer

memiliki karakteristik sendiri, yaitu dari troposfer yang berputar di atas tanah

hingga eksosfer jernih yang jauh tinggi diluar angkasa. Atmosfer memiliki

kedalaman sekitar 700 km, namun tidak ada batas yang nyata. Atmosfer lenyap

begitu saja diangkasa ketika udara menjadi semakin tipis. Adpun lapisan-lapisan

atmosfer atmosfer sesuai perbedaan suhu dan ketinggiannya. Di troposfer

sebagai terbawah kemudian stratosfer, mesosfer terletak diatas stratosfer,

merupakan lapisan gas tipis di mana suhu turun dengan sangat cepat. Gas-gas

dalam tiga lapisan terakhir atmosfer-ionosfer, termosfer, dan eksosfer-menjadi

semakin tipis. Dalam lapisan atmosfer terbawah, yaitu troposfer, udara terus

menerus begerak karena ada perbedaan tekanan. Ini dipicu oleh distribusi panas

matahari yang tidak merata antara daerah kutub dan ekuator. Gerakan

berkelanjutan menyebabkan perbedaan kondisi cuaca di seluruh dunia. Dan

menimbulkan keberanekaragaman flora dan fauna yang ada. Tanpa atmosfer

bumi tidak akan memiliki kehidupan. Atmosfer menjaga agar bumi tetap hangat,

melindungi dari sinar matahari yang berbahaya dan dari meteor.21

Selain itu, dikarenakan gravitasi bumi yang tepat maka bumi mampu

menyimpan air yang cukup bagi kehidupan. Air merupakan salah satu penunjang

20
Hisham Thalbah dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadits, terj. Syarif Hade
Masyah dkk, ( Jakarta : PT. Sapta Sentosa, 2009), cet. III, vol 8, hal . 33.
21
Richard Walker dkk,Ensiklopedia Ipa: Visual Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika,
terj. Anis apriliawati dkk, (Jakarta : PT Lentera Abadi, 2009) , jilid. 3, hal, 290.
25

kehidupan yang sangat penting, air dapat ditemukan hampir disemua kehidupan

yang ada di bumi. Tubuh manusia 70% nya adalah air. Oksigen yang berguna

untuk manusia, hewan dan tumbuhan salah satu unsur pembentuknya adalah air.

Air adalah salah satu molekul yang paling berlimpah di bumi. sekitar. ada

sekitar 350 juta kilometer kubik air di planet ini. hampir 97% dari semua

air ditemukan di lautan, yang mencakup dua pertiga dari luas permukaan

planet. sekitar 90% dari semua air segar beku dalam es di kutub utara

dan selatan. Dan 1% dari semua air di bumi yang tersedia untuk konsumsi, dan

sebagian besar adalah ditemukan di bawah tanah akuifer.22

A. E. Needhem seorang ahli biokimia, menunjukan betapa pentingnya air

bagi pembentukan kehidupan. Jika hukum alam semesta memungkinkan

keberadaan zat padat atau gas saja, maka tidak akan pernah ada kehidupan.

Alasannya adalah bahwa atom-aton zat padat berikatan terlalu rapat dan terlalu

statis dan sama sekali tidak memungkinkan proses mulekuler dinamis yang

penting bagi terjadinya kehidupan. Sebaliknya, dalam gas, atom-atom bergerak

bebas dan acak. Mekanisme kompleks bentuk kehidupan tidak mungkin

berfungsi dalam struktur seperti itu.23

Dengan demikian, lingkungan cair mutlak diperlukan untuk

pembentukan suatau kehidupan. Perlu dingatkan ini terjadi dikarenakan ukuran

bumi yang tepat sehingga memungkinkan terbentuknya suatu kehidupan di

bumi.

22
K. Lee Lerner dkk, U.X.L Encylopedia of Water Science, (USA : Thomson Gale,
2005), hal. 1.
23
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 118.
26

Ukuran dan massa bumi merupakan sesuatu yang spesial dari jutaan

kemungkinan penciptaan bumi. Ahli geologi Amerika Frank Press dan Raymond

siever meberikan komentar tentang ketepatan ukuran bumi seperti yang dikutip

oleh Harun Yahya24:

“Dan ukuran bumi begitu tepat tidak terlalu kecil sehingga kehilangan
atmosfernya, karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke
angkasa, dan tidak terlalu besar sehingga gravitasinya menahan begitu
banyak atmosfer, termasuk gas yang berbahaya”.
Kemudian selain massa dan ukuran bumi, inti bumi dirancang khusus.

Disebabkan intinya, bumi memiliki medan magnet yang kuat yang berperan

dalam menjaga kelangsungan hidup. Menurut press dan siever 25:

“Perut bumi luar biasa besar, namun merupakan mesin penghasil panas
yang diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radio aktif. Andai
bekerja lebih lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat. Besi
tidak mungkin mencair dan terbenam membentuk inti cair, dan medan
magnet tidak pernah terbentuk andai lebih banyak bahan bakar
radioaktif, dan mesin bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu
telah menghalangi matahari, sehingga atmosfer menjadi pekat mematikan.
Dan permukaan bumi diguncang oleh gempa dan letusan gunung api
setiap hari.”
Singkatnya, jika proses yang terjadi didalam perut bumi tidak stabil
maka tidak akan terbentuk medan magnet yang melindungi bumi dari energi
yang mematikan.

Dari penerangan mengenai bumi sebagai sebuah planet, bumi memang

dirangcang khusus untuk menopang sebuah kehidupan.

24
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.82 .
25
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.83 .
27

B. Teori Penciptaan Bumi

a. Menurut Pandangan Ilmuwan dan Filosof

Pada proses penciptaan planet-planet, khususnya planet-planet yang

mengitari matahari, termasuk diantaranya planet bumi yang permukaannya

terdapat mahluk hidup. Para ilmuwan belum sepakat seputar pembentukan

planet-planet di sekitar bintang-bintangnya atau bulan di sekitar planet-

planetnya. Namun sejumlah ahli telah mencoba untuk merumuskan teori untuk

menjelaskan cara pembentukan planet-planet di sekitar bintang.

Teori yang paling popular adalah teori yang menyatakan bahwa meteri

yang membentuk planet mengitari matahari tersebut berasal dari luar matahari

dan bersandar pada keyakinan bahwa kuantitas unsur-unsur alami yang terdapat

dalam planet-planet tersebut, terutama bumi, tidak mungkin dihasilkan dari

matahari. Pendapat ini menyatakan bahwa materi planet berasala dari hasil

ledakan bintang yang berjumlah banyak setelah kehabisan bahan bakar yang

berupa hidrogen dan unsur-unsur ringan lainya yang berubah menjadi unsur-

unsur alami yang berbeda-beda. Materi-materi bintang yang berterbangan jatuh

pada seluruh gravitasi matahari, lalu mulai berotasi mengelilingi matahari dan

akhirnya membentuk planet-planet yang berbeda26.

Teori lain mengatakan, asal usul terciptanya bumi berasal dari radiasi

yang dipancarkan oleh matahari yang baru lahir menolak materi awan debu

disekitarnya. Yang tersisa hanyalah sebuah cakram debu yang mengitari

matahari. Perlahan-lahan butir-butir tersebut saling bergabung dalam proses


26
Hisham Thalbah dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadis, terj. Syarif Hade
Masyah dk, cet. III, vol 8, hal . 19.
28

yang disebut akresi. Lambat laun, cakram debu berubah menjadi sejumlah

planet, yang salah satunya adalah bumi. Massa bumi terus bertambah sehingga

medan gravitasinya terus meningkat. Hingga terus memampat dan terbentuklah

bola padat yang intinya meleleh. Inti bumi terdiri dari lelehan besi pekat, yang

diselimuti oleh mantel silikat padat. Aktivitas gunung api dan gempuran hujan

meteor membentu rupa permukaan planet bumi. Ketika pembentukan bumi

hamper rampung, sebuah benda seukuran planet mars membenturnya sehingga

terlemparlah awan materi ke jalur orbit bumi. Selanjutnya, awan debu tersebut

memampat dan menjadi satelit bumi dengan nama bulan.27

Menurut teori lain, bumi dulu merupakan suatu massa yang terdiri dari

gas yang berputar yang terlempar dari matahari pada saat matahari masih muda.

Gas tersebut perlahan menjadi dingin, bentuknya berubah menjadi cairan. Cairan

ini, yaitu magma, menjadi dingin dan mineral yang terkandung didalamnya

mulai mengkristal. Mineral-mineral berat cenderung tenggelam kedalam cairan

magma, sedangkan mineral yang ringan terapung diatas mineral yang berat.

Sementara pendinginan terus berlanjut, batuan mulai memadat. Pada waktunya

batuan ini membentuk kerak bumi. Pada saat magma mengeras menjadi kerak

bumi, sering terjadi magma dalam jumlah yang besar dan pada suhu yang sangat

tinggi akan terjebak/terkurung dalam kerak bumi. Gas yang terdapat dalam

magma akan mengeluarkan tekanan yang sangat besar yang menekan batuan

kerak bumi yang di atasnya. Batuan tersebut sering tidak dapat menahan

27
Charles Taylor dkk,“ Ensiklopedia Sains untuk pelajar dan umum”terj. Tim Penerbit
lentera abadi, ( Jakarta : PT Lentera Abadi,2007) , jilid. 1, hal. 2.
29

tekanannya sehingga magma akan naik membentuk lapisan-lapisan yang lebih

tinggi.dan terbentuklah gunung berapi28.

Selain terjadi batuan kerak bumi, karena posisi bumi yang sangat

istimewa terhadap matahari, terbentuk juga materi bumi yang lain yang sangat

penting yaitu air yang menggenang diatas kerak bumi sebagai lautan. Permukaan

bumi saat ini 2/3 nya merupakan air dan 1/3 nya berupa daratan. Dari siklus air

yaitu penguapan-hujan-mengalir kembali kelaut serta angin dan perubahan suhu

siang-malam, batuan-batuan tersebut lama-lama menjadi pecah-pecah. Pecahan-

pecahan tersebut terbawa air dan terdampar didanau atau bagian laut yang

dangkal. Pecahan-pecahan ini saling menekan karena berat yang semakin

bertamabah dan dengan perlahan berubah menjadi batuan sedimen29.

Pada tahun 1755 M, Immanuel kant salah seorang filsuf terbaik Jerman

berpendapat30:

“ The solar system –The Sun, Planets, Moons, Comets and the rest- were
formed from a Nebula-a great mass of thin and like gas”
Artinya:

“Sistem tata surya seperti Matahari, Planet-planet, Bulan, Komet-


komet dan sisanya terbentuk dari sebuah Nebula yaitu sebuah massa yang
besar dan seperti gas.”
Dalam waktu yang bersamaan, naturalis Perancis George Louis leclerc,
Comte the Buffon, memberikan jawabannya sendiri atas pertanyaan31:

28
Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 44.
29
Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 44.
30
Howard Graham dkk, The Book of Popular Science,( Canada: Grolier Limited, 1977),
vol 1, hal. 27
31
Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 28
30

”how was the earth born?he belived that, ages ago, the Sun collided whith
a comet and that, as a result, a great deal of material was forced out of it.
This material later cooled and gave rise to the planets ”
Artinya:

“Bagaimana bumi telah tercipta? Dia Percaya Bahwa, pada masa lalu,
Matahari bertabrakan dengan komet dan bahwa, sebagai hasilnya,
banyak Bahan Dipaksa Keluar. Bahan ini kemudian didinginkan
dan memunculkan planet-planet.”
Pendapat Buffon ini sangat disayangkan, bahwa sebuah komet yang
bertabrakan dengan sama sekali tidak dapat mempengaruhi itu. Walau
bagaimanapun, teori ini menjadi awal untuk hipotesis-hipotesis modern
mengenai sebuah idea tabrakan benda langit.

Sekitar tahun 1900 M, seorang astronome Forest Ray Moulton dan


seorang geolog T. C. chamberlin, menyajikan sebuah teori baru, yang mereka
sebut “planetesimal hypothesis, menurut Moulton dan Chamberlin32:

“a star speeding through space came very close to our sun. the greatly
increased gravitational forces between the two star caused each to raise
great tides in the hot gaseous body of the other. As the solar tides by the
pull of the passing star become greater and greater, masses of gas were
thrown clear of the sun and began whirling round and round. Some of the
followed the orther star as it dashed off into space;held by the attraction
of the sun, started to move around that body. The great solar tides
subsided when the orther star move on; the masses of gas flung off from
the sun settled down into orderly paths around it. As they became cooler,
they changed into liquid form and the gradually became small solid
masses. These fragments-planetesimal-eventually drew together to form
planet. ”
Artinya:

“Sebuah bintang datang melaju dari ruang angkasa mendekati matahari


kita. Gaya gravitasi sangat meningkat antara kedua bintang disebabkan
oleh masing-masing panas gas yang meningkatkan di dalam kedua benda.
Sebagai tata surya yang sedang naik dengan tarikan bintang yang lewat
menjadi lebih besar dan lebih besar, massa gas terlempar dari matahari
dan mulai berputar-putar. Beberapa bintang mengikuti yang lainnya
melesat keangkasa, di tahan oleh daya tarik Matahari, mulai bergerak di
sekitar benda itu. Arus tata surya yang besar berkurang ketika bintang
lainnya mulai bergerak, massa gas terlempar dari matahari mereda ke
32
Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 29
31

jalan yang teratur disekitarnya. Karena mereka menjadi dingin,


mereka berubah menjadi bentuk cair dan bertahap menjadi massa
padat yang kecil. Fragmen ini -planetesimal- akhirnya menarik bersama
untuk membentuk planet.”
Kemudian sekitar tahun 1918 M, Sir James jeans and H. jefreys, dua
ilmuwan Inggris, mengeluarakan sebuah teori yang disebut “Tidal Theory” teori
ini terinspirasi dari “Teori Tabrakan”. Menurut mereka33:

“The planets were formed directly from the priginal mass of gas pulled out
of the sun by passing the star, and not by the building up of large solid
bodies from small particles. The tidal theory, as the star approached, or
even sidewiped our sun, its gravitational, pull drew out a long
cigarshaped filament of gas from the sun a filaments largest in the middle
section and tapering at boths end.”
Artinya:

Planet-planet terbentuk secara langsung dari massa gas asli yang ditarik
keluar dari matahari oleh bintang yang lewat, dan bukan merupakan
bangunan benda padat yang besar dari partikel-partikel yang kecil.
“Teori tidal”, sebagai bintang mendekati, atau bahkan pada sisi lain,
Matahari kita, gaya gravitasi ini, tarik menarik sebuah filamen berbentuk
cerutu panjang gas dari Matahari sebuah filamen terbesar dibagian
tengah dan meruncing pada akhir keduanya.
Lebih lanjut lagi, seorang astonom amerika Fred L. Whipple
menawarkan sebuah teori awan debu alam semesta “dust-cloud theory of the
universe”, menurutnya34:

“the solar system to be was at the first a vast cloud of cosmic dust and
gasses which assumed a disclike shape. irregularities whithin the cloud
brought about rotation; the rotating dust and gases became concentrated
and the cloud collapsed. the solid particles within it collided, stuck
together and became planets.the gases at the center of the former cloud
developed into the sun.”
Artinya :

“sistem tata surya yang pada awalnya adalah sebuah gumpalan awan
debu kosmik dan gas yang belum memiliki bentuk. Ketidak teraturan dalm
awan yang disebabkan oleh rotasi; perputaran debu dan gas menjadi
terkonsentrasi dan awan memadat. Partikel partikel padat di dalmnya

33
Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 29
34
Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 30.
32

saling bertabrakan, saling menempel dan menjadi planet-planet. Gas yang


berada di bagian tengah awan berubah bentuk menjadi Matahari.”
Itulah beberapa teori yang diusul untuk memperediksi bagaimana Bumi

tercipta. Tidak ada salah satu teoripun yang dianggap dapat memberikan

jawaban yang memuaskan mengenai kelahiran Bumi dan planet lainnya. Ini

dikarenakan teori-teori tersebut berbasis spekulasi dan merupakan sebuah

dugaan yang cerdas.

Namun, para astronom modern percaya bahwa terciptanya Bumi secara

teratur dan bertahap bukan hanya pada sebuah bencana tabrakan yang

beruntung.seperti yang tertulis dibuku “The Book of Popular Science”35 :

“Many modern astronomers are inclined to discount theories based on the


collision or the near-collision between a sun and passing star. they believe
that the universe as a whole has evolved in a gradual and orderly fashion,
and not through chance catastrophes beyond the normal course of
events.”
Artinya:

“Banyak astronom modern cenderung mengabaikan teori – teori yang


didasarkan kepada tabrakan atau hampir mendekatinya antara Matahari
dan bintang yang lewat. Meraka percaya bahwa alam semesta secara
keselurahan telah berkembang secara bertahap dan teratur, dan bukan
melalui bencana dari sebuah kemungkinan dari kejadian yang luar
biasa.”
Pengakuan para astronom mengindikasikan ada sebuah kekomplekan yang

teratur dari jutaan kesempatan sebuah penciptaan.

b. Menurut Pandangan Muffasir

Adapun al Qur’an memberikan informasi mengenai penciptaan langit dan

Bumi dalam waktu enam hari. Maha besar Allah Dalam firman-Nya:

35
Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 30.
33

“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy.
tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak
(pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan?36.
Akan tetapi al Qur’an belum cukup menyebutkan hakikat alam ini. Oleh

karena itu, ada hakikat pendukung tentang penjelasan dari hari-hari penciptaan

langit dan bumi tersebut. Begitu juga tentang keadaan alam ketika pertama kali

diciptakan. pada hakikatnya penciptaan bumi tidak memakan waktu selama

enam hari. Hal ini seperti yang termaktub dalam firman-Nya berikut:

“Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang


menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-
Nya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". Dan Dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya
dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku

36
QS. Al-Sajdah: 4
34

dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang


dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang
Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.37
Adapun kata yaum/hari pada ayat di atas dalam penggunaan bahasa Arab

tidak harus dipahami dalam arti 24 jam. Ia bahkan digunakan untuk menunjukan

satuan waktu bagi selesasinya suatu kegiataan, baik pendek maupun panjang.

Perlu dingat bahwa satuan-satuan waktu yang digunakan oleh manusia bertalian

dengan rotasi bumi dan revolusi bumi. Dengan demikian, apabila seorang

meninggalkan bumi menuju planet lain, maka panjang pendek satuan waktu itu

di masing-masing planet memiliki perbedaan.38

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada ayat di atas, bahwa Allah swt

telah menciptakan bumi dalam waktu dua hari dan dua hari sisanya buat

pemberkahan dan penyiapan makanan bagi para penghuninya. dia juga telah

menciptakan langait dalam waktu yang sama. Sementara itu, ayat-ayat lain

menyebutkan bahwa waktu penciptaan langit dan bumi adalah enam hari.

Adapun kronologis konsep enam masa penciptaan langit dan bumi

tercantum dalam al Qur’an sebagai berikut, Allah swt berfirman:

37
QS. Fushilat : 9-11.
38
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2007), Vol. 12, hal. 382.
35

“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah


membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,
Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya
terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia
memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu.”39
Menurut ahli astronomi ayat tersebut, memberi petunjuk tentang

kronologis enam proses penciptaan langit dan bumi, yaitu40:

Masa Pertama, dipahami dari ayat 27 yang memberi petunjuk tentang

penciptaan alam semesta dengan pristiwa Big Bang, yaitu ledakan besar sebagai

awal lahirnya ruang dan waktu, termasuk materi.

Masa Kedua, dipahami dari ayat 28 yang memberi petunjuk tentang

pengembangan alam semesta, sehingga benda-benda langit makin berjauhan “

…lalu menyempurkannya..”, memebri pengertian bahwa pembentukan benda

langit bukanlah proses sekali jadi tetepi proses evolutif.

Masa Ketiga, diperoleh petunjuk dari ayat 29 tentang adanya tata surya

yang juga berlaku pada bintang-bintang lain. Masa ini adalah masa penciptaan

matahari bersinar dan bumi yang berotasi hingga adanya siang dan malam.

Masa Keempat, diperoleh petunjuk dari ayat 30 yang sepertinya

menjelaskan proses evolusi bumi karena tumbukan benda langit lainnya, dan

bumi dihamparkan mungkin pada saat lempeng benua besar Pangea mulai

terpecah tetapi bias jadi lebih tua dari pangea.

39
QS. An-Nazi’at: 27-33.
40
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur‟an
Dan Sains (Tafsir „Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), Cet.1, hal. 21.
36

Masa Kelima, dipahami dari ayat 31 yang memberi petunjuk tentang

awal penciptaan kehidupan di bumi dengan menyediakan air.

Masa Keenam, diperoleh petunjuk dari ayat 32 dan 33 yang menjelaskan

timbulnya gunung-gunung akibat evolusi geologi dan mulai diciptakannya

hewan dan kemudian manusia.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penciptaan bumi terjadi pada

masa ketiga sampai dengan keenam. Seperti yang termaktub dalam ayat di atas.

Pada Masa Ketiga, masa penciptaan matahari dan bumi serta planet-planet

lainya bumi terbentuk semula oleh sekumpulan gas (cloud of gas) dan debu,

lebih dari 4,5-4,6 milliar tahun yang lalu. Elemen-elemen ringan termasuk

hydrogen (H) dan oksigen(O) yang jumlahnya sangat besar terkumpul dalam

planet sebagai gas yang terkondensasi dan membentuk batuan yang lunak dan

mulailah sejarah bumi dan planet-planet lainnya. Material-material yang ada

kemudian terpisah berdasarkan berat jenisnya. Material berat memisahkan diri

dan menempati tempat yang dalam, sedangkan material ringan naik ke atas. Pada

masa ini yang dalam geologi disebut sebagai hadean eon (masa hadean), dimana

bumi masih pada awal penciptaannya dan belum terbentuk batuan, kecuali

meteorit. Meteorit tertua diketahui berumur sekitar 4,6 milliar tahun yang lalu.

Rentang waktu masa hadean sekitar 4,6-3,8 milliar tahun yang lalu. Batuan yang

tertua yang diketemukan di kanada dan diketahui berumur 3,8-4,3 milliar tahun

yang lalu. Bias jadi inilah yang menandai akhir masa ketiga dan memasuki

masa keempat.
37

Pada Masa Keempat, bulan terbentuk dari lontaran sebagian kulit bumi

karena tumbukan dahsyat benda langit lainnya, dan al Qur’an menandai dengan

“…dan setelah itu bumi Dia hamparkan..”. Batuan-batuan tua yang berumur

sekitar 3,8 - 4,3 milliar tahun yang lalu mungkin merupakan batuan-batuan yang

dihamparkan. Pada masa keempat mulai memasuki peralihan dari masa Hadean

ke masa Archean. Dimasa keempat “bumi yang dihamparkan” yaitu dimana

benua pangea terpecah, bergerak dan membentuk 5 benua plus antartika. Masa

Archean diakhiri dengan munculnya bakteri dan stromatolite.

Kemudian, pada Masa Kelima, masa kelima adalah awal penciptaan

kehidupan dengan ditandai dan disertai ketersedian air. Masa kelima dalam

geologi mungkin paralel dengan masa Proterozoikum dimana dijumpai, meski

dalam jumlah tidak banyak, binatang-binatang dalam bentuk primitif.

Selanjutnya, pada Masa Keenam, merupakan masa pembentukan pegunungan.

Pada masa yang disebut fanerozoikum ini salah satunya ditandai oleh pecahnya

benua pangea menjadi beberapa benua seperti sekarang. Pada masa tersebut

pembentukan pegunungan terjadi di wilayah interaksi dua lempeng.

Pembentukan pegununga yang terkait dengan tumbukan antar lempeng, paling

tidak ada 6 atau 7 episode pembentukan pegunungan yang sangat besar.41

41
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur‟an
Dan Sains (Tafsir „Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), Cet.1, hal. 21.
BAB III

KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI MENURUT

ALQUR’AN DAN SAINS

A. Keseimbangan Penciptaan Bumi

Keseimbangan diambil dari kata imbang yang bermakna setimbang

(berat,ukuran, derajat, dsb) sedangkan keseimbangan memiliki makna suatu

keadaan yang berimbang.1

Al Qur’an bukan hanya mengungkap bahwa Tuhan berkuasa menciptakan

alam semesta akan tetapi memeliharanya dengan keseimbangan untuk semua

ciptaan-Nya2. Allah berfirman dalam firman-Nya:

“Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah


agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya
kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. dan Tuhanmu
Maha memelihara segala sesuatu.”3

Hukum-hukum keseimbangan yang mengatur alam sesungguhnya adalah

hukum Allah swt. Maha besar Allah dengan firman-Nya, yang menciptakan

segala sesuatunya keseimbangan takaran yang sempurna:

1
Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007) ,
hal. 425.
2
A. Hidayat, Teologi Qur‟ani,( Bandung :Gunung Jati Press, 1998). hal. 178.
3
QS. Saba’ : 21

38
39

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”4.

Al Maraghi menjelaskan sesungguhnya yang terjadi didalam kehidupan ini

adalah dengan ketentuan Allah dan pembentukan-Nya, menurut ketentuan

hikmah-Nya yang maha bijaksana dengan aturan-Nya yang menyeluruh dan

sesuai dengan sunah-sunah yang Dia letakan pada makhluk-Nya5.

Maha besar Allah dengan firman-Nya:

“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak


mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya),
dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.”6

Hukum Allah atau sunnatullah, memiliki tiga sifat. Pertama, pasti (exact);

Kedua, objektif; Ketiga, tetap dan tidak berubah. Yang dimaksud pasti adalah

hukum itu mesti berlaku, tidak boleh tidak. Misalkan, bahwa jika diangkat

sebuah batu kemudian dilepas, pasti batu itu jatuh, ia tidak mungkin melayang-

layang jika ada sebuah hukum Tuhan (gravitasi) pasti berlaku padanya7.

Yang dimaksud objektif ialah hukum itu berlaku pada apa saja. Sebelum

Newton lahir setiap batu yang terkena dampak hukum gravitasi jika dilemparkan

ke atas pasti akan ajatuh ke bawah, Hukum Gravitasi adalah hukum Allah yang

pertama kali dipopulerkan oleh Newton.8

Maha besar Allah dengan firman-Nya:

4
QS. Al Qamar : 49
5
Bahrun Abu Bakar, dkk, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (semarang: Toha Putera, 1998),
cet. II, hal. 177.
6
QS. Al Furqaan : 2
7
A. Hidayat, Teologi Qur‟ani,( Bandung :Gunung Jati Press, 1998) Hal. 179.
8
Nasrudin Razak, Dienul Islam ( Bandung: al-Ma’arif, 1996), hal. 65.
40

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali


tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu
yang tidak seimbang?”9

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan tujuh langit dengan

keserasian antara yang satu dengan yang lainnya. Pada ciptaan Allah tersebut

tidak ditemukan ketidak serasian. Karena Dia menghadapakan sanggahan-Nya

kepada semua pihak atau manusia untuk memeriksa, mencermati dan meniliti

hasil ciptaan-Nya berulang-ulang, apakah dalam ciptaan-Nya ditemukan ketidak

satuan, ketidak serasian dan ketidak selarasan antara satu dengan yang lainya.

Bila disimak ayat sebelum dan sesudahnya, nyata sekali penekan akan

kesimbangan dan kesempurnaan ciptaan Allah SWT. Sebab itu semua kreasi-

Nya berada dalam keragaman dan keserasian yang mutlak antara masing-

masingnya. Andaikan tidak terjadi keseimbangan dan ketidak serasian dalam

rancangan-Nya atau kekacauan dalam ciptaan-Nya akan membawa kepada

kerusakan dan kebinasaan di alam semesta tidak hanya di bumi.10

Ditinggikannya langit dalam arti diciptakannya tinggi tanpa tiang.

Ketinggian itu terlihat dengan mata kepala oleh penghuni bumi, dan pada saat

yang sam ketinggiannya itu adalah ketinggian kedudukannya, karena biasanya

langit dinilai sebagai tempat turunya malaikat dan turunya rahmat, bahkan tidak

9
QS. Al-Mulk: 3.
10
Sirujuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam, Sains Dan Al-
Qur‟an,( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997) , Cet. III, hal. 74.
41

jarang manusia menunjuk kerah langit untuk mengisyaratkan wujud Tuhan atau

kuasa-Nya.11

Al Zamakhsyariy mengungkapkan bahwa ciptaan adalah mengagungkan

persoalan ciptaan-Nya dan untuk memperingatkan atas keselamatan ciptaan-Nya

dari ketidak selarasan dan ketidak seimbangan. Sebagai hasil ciptaan Allah yang

maha sempurna sudah pasti serasi antara satu dengan yang lainya.12

Alam merupakan lapangan tujuan dimana segala sesuatu memenuhi suatu

tujuan dan dengan cara demikian memberikan sumbangan bagi kesejahteraan

dan kesimbangan segalanya. Dari sebutir batu kerikil yang bernyawa dilembah,

bima sakti-bima sakti dengan matahari-mataharinya, pohon-pohon raksasa, ikan

paus dan gajah dan segala sesuatu yang ada, melalui kelahiran dan

pertumbuhanya, kehidupan dan kematiannya memenuhi suatu tujuan yang telah

ditetapkan untuknya oleh Tuhan, yang perlu bagi mahluk-mahluk lainnya.

Semua mahluk adalah saling bergantung, dan semua ciptaan berjalan lancar

karena adanya keselarasan yang sempurna antara bagian-bagiannya untuk segala

sesuatau.

Ayat-ayat yang mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-

nikmat Tuhan kepada ciptaan-Nya, banyak ayat yang mengandung

pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan dengan Sains

modern. Dari segi pandangan ini ayat-ayat tersebut malah lebih penting

11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2007), Vol. 6, hal. 548.
12
Abi Al-Qasim jar-Allah Mahmud bin Umar Al-Zamakhsyariy, Al-Kasyaaf, (Beirut :
Dar al-Kutub ilmiyyah, 1995), juz IV, hal 563.
42

karena tidak menyebutkan kepercayaan-kepercayaan yang bermacam-

macam mengenai fenomena alamiah.13

Dalam ayat – ayat penciptaan alam semesta dimana Sang Maha Pencipta

memang menginformasikan bahwa segala sesuatu itu telah Dia ciptakan

menurut ukurannya sehingga tidak ada ketidakstabilan didalamnya.

Maha besar Allah swt dengan segala firman-Nya;

“Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi, Yang Menciptakan, dan


menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar
(masing-masing) dan memberi petunjuk”.14
Bagaimana ayat diatas menunjukan segala sesuatu dalam penciptaan

telah melalui proses rancangan yang begitu sempurna bahkan sejak awal mula

penciptaan. Paul Davies berkomentar bagaimana hukum-hukum Fisika

memberikan kondisi ideal bagi kehidupan15;

“Kalau saja alam memilih serangkaian angka yang sedikit berbeda,


dunia akan menjadi tempat yang sangat ama berbeda. Barangkali kita
tidak akan ada untuk melihatnya. Penemuan baru tentang kosmos
primitive mewajibkan kita menerima bahwa alam semesta yang
mengembang telah diatur dalam geraknya dengan suatu ketelitian yang
sangat menakjubkan.”

13
Maurice Bucaille, Bibel, Qur-an, dan Sains Modern, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979),
hal. 50
14
QS. Al A’la : 1-3
15
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.29.
43

Arno Penzias, yang pertama mendeteksi radiasi latar belakang kosmik

bersama Robert Wilson. (keduanya menerima hadiah Nobel tahun 1965 untuk

penemuan ini), mengomentari rancangan indah alam semesta16;

“Astronomi mengarahkan kita pada sebuah pristiwa unik, alam semesta


yang diciptakan dari ketiadaan, alam semesta yang dengan
keseimbangan yang sangat rumit, yang diperlukan untu menediakan
kondisi tepat bagi kehidupan. Dan alam semesta yang mempunya
rencana dasar. (bisa dikatakan super-rasional).”
Kemudian, Seorang ahli biologi molekuler Micheal Dalton

mengomentari bagai mana tepatnya ukuran gaya yang mengatur alam semesta

ini, menurutnya 17:

“Jika, misalnya, gaya gravistasi satu trilliun lebih kuat, maka alam
semesta akan jauh lebih kecil dan sejarah hidupnya jauh lebih pendek.
Sebuah bintang rata-rata akan mempunyai massa satu trilliun lebih kecil
dari Matahari dan masa hidup sekitar satu tahun. Dilain pihak, jika
gravitasi kurang kuat, tidak akan pernah ada bintang atau galaksi yang
akan terbentuk. Hubungan dan nilai-nilai lain tidak kurang kritisnya.
Jika gaya nuklir kuat sedikit lebih lemah saja, satu-satunya unsure yang
akan stabil han hydrogen saja. Tidak ada atom lain yang terbentuk. Jika
gaya nuklir kuat sedikit lebih kuat dalam kaitannya dengan
elekromgnetisme, maka inti atom yang terdiri dari dua proton menjadi
yang paling stabil di alam semesta, yang bearti tidak akan ada
hydrogen, dan jika ada bintang atau galaksi lain yang terbentuk, mereka
akan sangat berbeda dari bentuknya sekarang. Jelas sekali jika semua
konstanta ini tidak mempunyai nilai yang tepat, demikian tidak akan ada
bintang, supernova, atom, planet, dan kehidupan.”
Peryataan-peryataan para ilmuwan-ilmuwan yang dengan serius meneliti
keseimbangan yang terjadi di alam semesta menunjukan bahwa di alam
semesta terdapat rancangan yang begitu unik dan teratur. Tidak bias
dipungkiri lagi bahwa pembuat rancangan adalah Allah SWT, yang
menciptakan seglanya dengan ukuran dan rancangan yang luar biasa. Dalam
ayat-Nya, Allah swr menarik perhatian manusia, pada keteraturan penciptaan
alam semesta, yang derncanakan dan diperhitungkan secara detail.

16
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.29.
17
Michael Denton, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the
Universe, (The New York: The Free Press, 1998), hal. 12-13.
44

Maha Besar Allah swt dengan segala firman-Nya;

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya


gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut
ukuran”18.

a. Suhu Bumi

“Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada


yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-
orang mukmin.”19
Ayat di atas yang menunjukan kekuasaan Allah bagi orang-orang yang

mukmin. Orang-orang mukmin disebutkan secara khusus karena hanya meraka

sajalah yang dapat mengambil manfaat dari hal tersebut untuk memperkuat

keimanannya20.

Ayat penciptaan langit dan bumi dari proses lahirnya sehingga terbentuk

sebuah bentuk, sering dilukiskan oleh al Qur’an dengan kata khalaqa, walau dari

segi bahasa berarti mencipta atau mengatur sesuatu dengan pengaturan ukuran-

ukuran yang sangat teliti. Jika ada kata khalaqa bersama kata lain yang

diciptakan-Nya maka kata itu hanya berarti mencipta atau mengatur saja. Namun

jika berdiri sendiri seperti ayat di atas maka penciptaan meliputi seluruh

pengaturan dan pengendalianya.21Termasuk komponen-komponen yang

18
QS. Al Hijr : 19
19
QS. Al Ankabut : 44
20
Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abubakar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo,2009), cet. Ke-6, hal. 435.
21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 10,hal.350
45

menglengkapi agar bumi memenuhi syarat untuk menopang sebuah kehidupan

salah satunya nyaitu keseimbangan dalam penentuan atau pengaturan suhu

Bumi, meskipum ayat tersebut tidak menyebutkan secara jelas mengenai suhu

Bumi.

Suhu Bumi adalah unsur terpenting pertama bagi kehidupan di bumi.

Bumi memiliki suhu yang memungkinkan untuk hidup dan atmosfer yang

digunakan mahluk hidup untuk bernafas, khususnya bagi mahluk hidup yang

kompleks seperti manusia. Faktor yang menentukan bumi begitu ideal sehingga

bisa ditempati oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Dikarenakan posisi bumi

yang ideal dengan matahari. Bumi tidak akan memiliki sebuah kehidupan andai

saja bumi berada lebih dekat terhadap matahari seperti Venus yang bersuhu

hingga 4500 C atau lebih jauh seperti Yupiter yang bersuhu -1430 C.22 Molukul

berbasis karbon hanya mampu bertahan pada suhu antara -200 C dan 1200 C, dan

bumi satu-satunya planet dengan suhu rata-rata dalam batas tersebut.23

Ahli geologi Amerika, Frank press dan Raymond siever seperti yang

telah dikutip oleh Harun Yahya menunjukan keistimewaan suhu rata-rata bumi,

mereka menyatakan:

“kehidupan seperti yang kita ketahui hanya mungkin terjadi pada selang
suhu yang sangat sempit. Selang suhu ini mungkin hanya 1 atau 2 persen
dari selang suhu antara nol mutlak dan suhu permukaan matahari”
Terjaganya selang suhu ini juga berkaitan dengan jumlah panas yang di

hasilkan oleh Matahari, di samping jarak bumi dengan Matahari. Menurut

perhitungan, penurunan 10% saja dari cahaya yang dipancarkan oleh matahari

dapt mengakibatkan Bumi diselimuti lapisan es setebal beberapa meter, dan

22
Setiawan Sandi, Gempita Tarian Cosmos, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal 121.
23
Harun Yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000),
cet. I, hal. 79.
46

andaikan panas Matahari naik maka seluruh permukaan Bumi akan gersang dan

hangus oleh panas Matahari dan kemungkinan bila terjadi badai matahari Bumi

akan menjadi hangus terbakar bagaikan tanah yang dibuat untuk batu bata. Tidak

hanya suhu panas yang ideal, tapi suhu rata-rata harus menyebar secara merata

keseluruh permukaan planet Bumi. Dan sejumlah kondisi khusus telah

diciptakan untuk memungkinkan hal tersebut terjadi.

Sumbu rotasi bumi yang miring 23’27’ terhadap bidang ecliptic ( garis

edar Bumi mengitari Matahari). Kemiringan ini mencegah panas berlebihan di

wilayah antara kutub dan khatulistiwa, membuat suhu menjadi lebih sedang. Jika

kemiringan ini tidak ada perubahan suhu antara jutub dan dareah khatulistiwan

akan sangat tinggi dan daerah bersuhu dengan tidak akan ada atau Bumi tidak

memungkinkan untuk menjadi tempat tinggal. Tidak hanya itu kecepatan rotasi

juga yang menjaga penyebaran panas menjadi seimbang dan terjaga pada suhu

yang memungkinkan untuk kehidupan. Bumi melkukan rotasi 24 jam dala sehari

yang menyebabkan pergantian siang dan malam menjadi singkat. Karena

periode ini singkat, maka perubahan suhu antara kedua sisi menjadi rendah.

Pentingnya hal ini dapat diambil contoh dari planet Merkurius, di mana siang

lebih dari setahun dan perbedaan antara suhu siang dan malam adalah 1000 C.

Pada saat yang sama ada sejumlah sistem otomatis yang menjaga suhu

atmosfer agar tetap terjaga dan seimbang. Misalnya, pada saat suhu di suatu

wilayah naik, penguapan air akan semakin meningkat, sehingga jumlah awan

akan meningkat. Awan ini memantulkan cahaya kembali ke udara dan menjaga

agar tidak terjadi peningkatan suhu dibawah permukaan.


47

Jika melihat alam semesta secara keseluruhan, mendapati ruang suhu

yang sangat sempit untuk menunjang sebuah kehidupan ini merupakan hal yang

sangat sulit karena suhu diseluruh alam semesta bervariasi dari beberapa juta

derajat pada bintang terpanas hingga nol derajat mutlak (-2730 C). dalam selang

suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang memungkinkan adanya kehidupan

sangatlah sempit, namun bumi memilikinya.24

Keagungan Allah swt itu terlihat pada ciptaan langit dan Bumi. Bagi

orang yang beriman dan menggunakan akal pikirannya, semua ciptaan Allah itu

mengandung hikmah, dan tidak dijadikan percuma begitu saja. Dengan demikian

kejadian langit dan bumi, memungkinkan manusia untuk menambah cakrawala

pengetahuannya25.

b. Medan Magnet Bumi

“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang
mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang
terdapat padanya.” 26

Dalam ayat ini, Allah mengarahkan perhatian manusia kepada benda-

benda langit, yang diciptakan-Nya. Sedemikian rupa sehingga masing-masing

berjalan dan beredar dengan teratur, tanpa jatuh berguguran atau bertabrakan

satu sama lain27. ” Menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara”,

sebagai mana atap yang manaungi rumah terpelihari hingga tidak ambruk28.

24
Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, terj. Catur sriherwanto, hal. 79.
25
H. bustami A. Gani, dkk, al Qur‟an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia, 1990), jilid.VII, hal. 460.
26
QS. Al Anbiya’: 32
27
H. bustami A. Gani, dkk, al Qur‟an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia, 1990), jilid.VI, hal. 273.
28
Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abu bakar, cet. Ke-6, hal. 127.
48

M. Quraish shihab berpendapat dalam ayat ini, menurutnya ayat

menjelaskan tentang langit dengan menyatakan : “Dan kami menjadikan langit

itu sebagai atap yang terpelihara…”, yakni pada langit dan segala

isinya.29karena itu kata al Qur’an ini dapat mencakup banyak hal, seperti benda-

benda langit. Allah swt menjadikan semuanya itu di atas kita dan dalam saat

yang sama yang maha kuasa itu memeliharanya sehingga dapat melindungi

kehidupan yang ada di bumi.30Jika melihat dari fungsi atap yang sebagaimana

halnya atap rumah yang melindungi rumah, maka salah satu pelindung Bumi

adalah Magnetosfer.

Oleh sebab itu, bumi merupakan sebuah planet yang selain dilindungi

oleh atmosfer, bumi juga di lindungi oleh sebuah magnetosfer, yang melindungi

bumi dari bombardemen radiasi dan benda-benda angkasa.31 Medan magnet

bumi ini membentang hingga 18.000 Km dari Bumi, yang melindungi bola ini

dari energi mematikan.32

Kemudian selain massa dan ukuran bumi, inti bumi dirancang khusus.

Disebabkan intinya, bumi memiliki medan magnet (Magnetic Field) yang kuat

yang berperan dalam menjaga kelangsungan hidup. Menurut Thomas T. Arny33:

“The magnetic field is generated by electric current flowing in its molten


iron core. Scientists are still unsure about how such currents originate
but hypothesize that they originate from combination of rotational motion
and convection. Studies of magnetic field of other solar system bodies
support this views. For exemple, bodies with weak or no magnetic field,
such as monn and venus, are either to small to have a large convecting
29
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 8, hal. 346.
30
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol. 8,
hal. 347.
31
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur‟an
Dan Sains (Tafsir „Ilmi), Cet.1, hal. 35.
32
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.85.
33
Thomas T. Arny, Exploration Star Galaxies And Planets, (New York: The McGraw-
hill Componies. Inc, 2004), hal. 386.
49

core or rotate very slowly. On the other hand bodies with large magnetic
field such as Jupiter and Saturn, rotate very rapidly and probably have
very active core.”

Artinya :

“Medan magnet dihasilkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti besi.
Para ilmuwan tetap tak begitu percaya tentang bagaimana arus seperti
itu berasal tetapi mereka tetap berhipotesis bahwa arus itu berasal dari
kombinasi pergerakan rotasi dan konveksi. Studi medan magnet mengenai
benda-benda tata surya mendukung pandangan ini. Sebagai contoh,
benada-benda yang lemah atau sama sekali tidak memiliki medan magnet,
seperti Bulan dan planet Venus, palanet tersebut terlalu kecil untuk
memiliki konveksi inti yang besar atau berotasi terlalu lambat. Disisi yang
lain benda benda yang memiliki medan magnet yang besar seperti Jupiter
dan Saturnus, berotasi begitu cepat dan menyebabkan inti yang sangat
aktif.”

Adapun John D. Fix berpendapat mengenai “Magnetosphere” sebagai

berikut, menurutnya:

“The magnetosphere is a region about the earth that is dominated by


earth's magnetic field. within the magnetosphere are region of trapped
electrons an ions known its as the van allen belts. the solar wind creates
currents of electron in magnetosphere.”34

Artinya :
“Magnetosfer merpakan salah satu wilayah bagian Bumi yang didominasi
oleh medan magnet Bumi. Dalam magnetosfer electron-elektron ion
terjebak dalam suatu wilayah yang diketahui sebagai “sabuk Van Allen”.
Angin solar menciptakan arus elekron di magnetosfer.”

Dikarenakan magnet bumi ini maka terciptalah sebuah perisai yang

melindungi bumi dari terjebaknya partikel-partikel ion yang dipancarkan

Matahari sehingga terbentuklah pelindung berupa radiasi van allen atau dkenal

dengan Sabuk Van Allen. Sabuk Van Allen adalah suatu lapisan yang tercipta

akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan

34
John D. Fix, Astronomy : Journey To The Cosmic Frontier, 4th ed, (New York :
McGraw-Hill, 2006), hal. 175.
50

radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus

dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi

makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa

yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan

menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.

Sabuk Van Allen ini merupakan hasil dari keberadaan medan magnet

Bumi. Kadar sabuk Van allen sendiri tercipta karena proses perputaran di dalam

perut Bumi sehingga menghasilkan ukuran yang tepat untuk berlangsungnya

sebuah kehidupan.lebih lanjut lagi, menurut press dan siever 35:

“Perut bumi luar biasa besar, namun merupakan mesin penghasil panas
yang diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radio aktif. Andai
bekerja lebih lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat. Besi
tidak mungkin mencair dan terbenam membentuk inti cair, dan medan
magnet tidak pernah terbentuk andai lebih banyak bahan bakar
radioaktif, dan mesin bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu
telah menghalangi matahari, sehingga atmosfer menjadi pekat
mematikan. Dan permukaan bumi diguncang oleh gempa dan letusan
gunung api setiap hari.”

Singkatnya, jika proses yang terjadi didalam perut bumi tidak stabil maka

tidak akan terbentuk medan magnet yang melindungi bumi dari energi yang

mematikan.

Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi

kehidupan kita:36

“Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain


di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah
yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan
magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen,
yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika
lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat

35
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.83 .
36
“Atap Yang Terpelihara” diakses pada Pkl. 15:21 WIB, 1 September 2011, dari
http://www.keajaibanalquran.com/astronomy_roof.html.
51

berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang


berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi
kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi.
Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet.
Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa
yang hanya ada pada Bumi.”

c. Ketepatan Atmosfer Bumi

“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan


langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu
serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. yang
demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta
alam”.37
Allah menjadikan Bumi bagi kamu sebagai tempat menetap dan langit

sebagai atap, dimana fungsi atap yaitu untuk menaungi dan melindungi yang

berada di bawahnya38.

Lebih lanjut lagi M. Quraish Shihab menjelaskan tentang ayat ini, bahwa

Allah Yang Maha Pencipta dan Maha melimpahkan Nikmat-Nya kepada umat

manusia. Dengan dijadikannya Bumi buat mahluk hidup dalam kondisi stabil

sehingga dapat menjadi hamparan dan tempat menetap yang layak buat

kehidupan mahluk hidup yang ada di Bumi walau Bumi senantiasa beredar, dan

menjadikan menjadikan langit sebagai pelindung, walau langit tanpa tiang. Kata

37
QS. Ghảfir : 64
38
Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abubakar, cet. Ke-6, hal. 725.
52

tabâraka terambil dari kata barkah yang bermakna sesuatu yang mantap juga

berarti kabajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta berkesinambungan.39

Bumi tidak hanya dilindungi oleh magnet bumi teteapi juga oleh

rancangan khusus atmosfer bumi yang terdiri dari kumpulan gas-gas yang telah

diatur kadarnya sedemikianrupa sehingga dapat menaungi bumi dari hujan

benda-benda asing yang menabrak planet Bumi.

Atmosfer mungkin tampak sebagai udara tipis belaka, namun

sesungguhnya atmosfer memiliki struktur yang sangat kompleks. Atmosfer

memiliki karakteristik sendiri, yaitu dari troposfer yang berputar di atas tanah

hingga eksosfer jernih yang jauh tinggi diluar angkasa. Atmosfer memiliki

kedalaman sekitar 700 km, namun tidak ada batas yang nyata. Atmosfer lenyap

begitu saja diangkasa ketika udara menjadi semakin tipis. Adapun lapisan-

lapisan atmosfer atmosfer sesuai perbedaan suhu dan ketinggiannya. Di

troposfer sebagai terbawah kemudian stratosfer, mesosfer terletak diatas

stratosfer, merupakan lapisan gas tipis di mana suhu turun dengan sangat cepat.

Gas-gas dalam tiga lapisan terakhir atmosfer-ionosfer, termosfer, dan eksosfer-

menjadi semakin tipis. Dalam lapisan atmosfer terbawah, yaitu troposfer, udara

terus menerus begerak karena ada perbedaan tekanan. Ini di picu oleh distribusi

panas matahari yang tidak merata antara daerah kutub dan ekuator. Gerakan

berkelanjutan menyebabkan perbedaan kondisi cuaca di seluruh dunia. Dan

menimbulkan keberanekaragaman flora dan fauna yang ada. Tanpa atmosfer

39
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 12, hal. 351.
53

bumi tidak akan memiliki kehidupan. Atmosfer menjaga agar bumi tetap hangat,

melindungi dari sinar matahari yang berbahaya dan dari meteor.40

Atmosfer bumi terdiri dari 77% nitrogen, 21% oksigen, 1%

karbondioksida41. Kehidupan di bumi tidak akan berkembang andaikan bumi

iklimnya sangat panas yang suhunya ratusan derajat. Tidak ada mahluk hidup di

bumi yang tahan terhadap suhu yang begitu tinggi seperti di planet Venus42.

Ketepatan komposisi yang ada dalam atmosfer menyebabkan bumi memiliki

suhu yang stabil sehingga berada dalam kedaan yang seimbang untuk

memungkinkan adanya sebuah kehidupan.

Harlan T. Stetson menurutnya atmosfer memiliki peranan yang sangat

penting dalam kehidupan di Bumi. Menurutnya43:

“The atmosphere protect man from a steady hail of meteoric particles


that would otherwise make his life upon earth a constan nightmare.
Meteors range in size from tiny fragments to huge rocks; the vast
majority are very small. It is estimated the over of hundred billion
meteors strike the earth‟s atmosphere every twenty-four hours, but they
as came in contact with the air most of the are reduced to gas and dust
through friction. It so probable that the atmosphere protects man not
only from meteor but also from certain type of electrically charged
particles from the sun. If there were no atmosphere, the sky above the
earth would be forever dead black. The beautiful blue of a clear day
time sky, the stirring colors of sunrise and sunset and even the celestial
arch of the rainbow could not exist were it not for the presence of an
atmosphere.”

Artinya :

“Atmosfer melindungi manusia dari hujan partikel-partikel meteor


secara terus menerus. Karena itu membuat hidup manusia tidak menjadi
mimpi buruk ketika hidup di Bumi. Meteor-meteor dari ukuran potongan
kecil- kecil sampai batu yang sangat besar; kebanyakan meteor sangat
kecil. Hal ini diperkirakan lebih dari seratus milliard meteor menyerang

40
Richard Walker dkk,Ensiklopedia Ipa: Visual Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika,
terj. Anis apriliawati dkk, (Jakarta : PT Lentera Abadi, 2009) , jilid. 3, hal, 290.
41
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.86 .
42
Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, hal. 109.
43
Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 230.
54

atmosfer Bumi setiap dua puluh empat jam, tetapi meteor-meteor itu
bersentuhan dengan udara (atmosfer) kebanyakan dari meteor-meteor
direduksi menjadi gas dan debu dengan gesekan. Ini sangat
memungkinkan atmosfer melindungi manusia tidak hanya dari meteor
tetapi juga dari tipe tertentu partikel bermuatan listrik dari Matahari.
Jika atmosfer tidak ada, langit di atas Bumi akan selamanya mati dan
berwarna hitam. Biru indah dari siang hari yang jelas, perpaduan warna
ketika Matahari terbit dan Mathari terbenam dan bahkan lengkungan
pelangi surgawi tidak akan pernah ada jikata tanpa adanya atmosfer.”

Dalam buku Pathway To Astronomy, menjelaskan tentang pentingnya

atmosfer sebagai berikut44:

“Most planet in the solar system have an atmosphere, but the earth‟s has
many unique features, one of the striking differences between atmosphere
of the earth and the other planet‟s it‟s composition. For example the
atmosphere of Mars and Venus are nearly complety carbondioxide while
the atmospheres of the jovian planets are mostly hydrogen and hydrogen
compounds. On the other hand, earth‟s atmosphere is primarily a
mixture of hydrogen and oxygen. Nitrogen molecules make up 78% of the
atmosphere and oxygen about 21% the remaining is mostly the gas argon
but include trace a mounts of carbon dioxide. And ozone gases crucial
for protecting us and making live pissible”.
Artinya :

“kenbanyakan planet di tata surnya memiliki atmosfer, tetepi yang


dimiliki Bumi mempunyai keistimewaan yang unik. Salah satu perbedaan
mendasara antara atmosfer planet Bumi dan planet lainya adalah
komposisinya. Sebagai contoh, atmosfer planet Mars dan Venus hampir
semuanya karbondioksida sementara itu atmosfer “planet jovian”
kebanyakan hidrogen dan campuran hydrogen. Disis lain, atmosfer yang
dimiliki Bumi komposisi utamanya adalah campuran hydrogen dan
oksigen. 78% molekul atmosfer terbuat dari nitrogen dan 21% oksigen
sisanya ebagaian besar argon dan ditemukan sekumpulan
karbondioksida. Dan ozon memliki peran penting dalam melindingi kita
dan membuat hidup memungkinkan.”
Keunikan atmosfer bumi yang terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen,

1% karbondioksida45. Penetapan ukuran oksigen yang hanya 21% juga

merupakan sebuah keajaiban yang langka diantara berjuta-juta planet.

44
Stephen E. Schelder, dkk, Patway To Astronomy, (New York: The McGraw-hill
Componies. Inc, 2007), hal. 270.
55

Hal yang menarik bahwa oksigen yang dihirup oleh manusia telah tepat

disesuaikan, Michael denton menulis tentang hal ini46:

“Could your atmosphere contain more oxygen and still support life? No!
Oxygen is a very reactive element. Even the current percentage of oxygen
in the atmosphere, 21 percent, is close to the upper limit of safety for life
at ambient temperatures. The probability of a forest fire being ignited
increases by as much as 70 percent for every 1 percent increase in the
percentage of oxygen in the atmosphere.”

Bahwa peningkatan oksigen pada atmosfer dapat berakibat fatal bagi

Bumi. Seluruh hutan di Bumi akan terbakar dengan mudah oleh panas Matahari.

Menurut ahli biokimia dari Inggris, James Lovelock:

“Kandungan oksigen di atas 25 % , sedikit sekali dari timbuhan saat ini


yang mampu bertahan dari amukan api yang memusnahkan hutan hujan
tropisdan padang lumut kutub. Kandungan oksigen saat ini adalahpada titik
dimana resiko dan keuntungan tepat seimbang.”

Apa yang di maksud James Lovelock, adalah bahwa Kadar oksigen dibumi

selalu berada dalam keadaan tapat melalui proses “daur ulang” yang luar biasa.

Yaitu dimana binatang terus menerus menghirup oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida, tumbuhan tepat sebalik, tumbuhan menghirup karbondioksida

dan mengeluarkan oksigen. Dikarenakan sistem ini berlangsung secara terus

menerus sehingga keadaan oksigen di atmosfer tetap stabil dan terjaga.47

Thomas T. Arny menulis dalam bukunya “Exploration Star Galaxies And

Planets” bahwa48:

“The oxygen in our atmosphere not only important to us for breathing bit
it also forms vitally protective blanket. Shielding us form harsh solar
ultraviolet radiation, but most of it come from another molecular from

45
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.86 .
46
Michael Denton, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the
Universe, (The New York: The Free Press, 1998), hal. 121
47
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.86 .
48
Thomas T. Arny, Exploration Star Galaxies And Planets, (New York: The McGraw-
hill Componies. Inc, 2004), hal. 381.
56

oxygen, O3 or Ozone. In fact is doubtful that life could exist on the earth‟s
surface whitout the Ozone layer to shiled us”.

Kemudian John D. fix menambahkan pendapatnya mengenai fungsi dari

ozon itu sendiri, menurutnya:

“the ability of ozone layer to block potentially lethal solar ultraviolet


radiation is vital to continued existence of life on the earth.”

Dari beberapa peryataan di atas tanpa adanya atmosfer kehidupan di

Bumi akan sulit tercipta. Jika planet Bumi tidak memiliki atmosfer bisa jadi

planat Bumi akan seperti Bulan yang tidak memiliki atmosfer yang dipenuhi

kawah-kawah yang sangat besar yang diakibatkan oleh hantaman benda-benda

langit yang berjatuhan tanpa adanya pelindung.

Seluruh keseimbangan yang tepat ini menujukan bahwa atmosfer telah


dengan telah sengaja dirancang dengan teliti sehingga memungkinkan
terciptanya kehidupan. merupakan sebuah kenyataan ilmu pengetahuan yang
telah menemukan jalanya sendiri untuk mencapai Tuhan. Dengan kenyataan ini
menunjukan bahwa Bumi bukanlah tercipta dari sebuah kebetulan belaka.
Tidaklah diragukan lagi terdapat sang pencipta yang mengatur dan membentuk
materi sesuai kehendak-Nya.

d. Keseimbangan yang Menopang Kehidupan di Bumi


57

“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah


membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya.
Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya
terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia
memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu.”49(6)

Menurut M.Quraish Shihab, dalam ayat tersebut Allah SWT menunjukan

bukti kuasa-Nya yang dapat ditarik dari alam raya. Allah SWT berfirman

sekaligus “bertanya” dengan tujuan mengecam bahwa penciptaan langit lebih

sulit dari pada penciptaan manusia. Ayat ini menjelaskan kuasanya mengenai

penciptaan langit yang kokoh dan harmonis. Dia meninggikan bagunannya

sehingga langit menjadi bagaikan atap bagi Bumi, dan juga meninggikan

gugusan-gugusan bintangya lalu menyempurnakannya sehingga menjadi padu

tanpa sedikit ketimpanganpun dan jarak pun menjadi sesuai untuk menunjang

kehidupan di bumi. Kata samkahâ terambil dari kata As-samk yang dari segi

bahasa antara lain diartikan atap atau jarak antara bagian atas sesuatu dan

bagian bawahnya. Para ulama memahami kata tersebut sebagai bermakna jarak

antara Bumi dan benda langit lainnya sehingga kehindupan di bumi bisa

berlangsung dengan nyaman.50

Menurut Hamka, ketika ayat al qur’an menyebutkan “apakah kamu yang

lebih sukar diciptakan ataukah langit?, ini merupakan pertanyaan yang tepat

untuk menginsyafkan manusia dari kesombongannya. Mana yang lebih sukar

menjadikan manusia jika dibanding dengan menjadikan langit. kemudian kata “

49
QS. An Na’ziat : 27-33.
50
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 15, hal. 44.
58

lalu disempurnakan-Nya..” bahwa keadaan langit tetap seperti dahulu berada

dalam keteraturannya.51

Dalam tafsir Jalalain, lafadz  menunjukan proses tantang cara


penciptaan langit yang telah Allah SWT bina sehingga bisa menopang
kehidupan52.

Bagaimana peryataan para ulama tafsir di atas mempercayai bahwa Bumi

memang dirancang istimewa untuk menunjang kehidupan dengan segala

keharmonisannya. Yang kemudian penjelasan mengenai segala keteraturan

penciptaan Bumi itu dapat di temukan di dunia sains.

Di samping keseimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya, posisi bumi

juga merupakan salah satu keseimbangan sempurna yang membuat Bumi dapat

bertahan dari hantaman benda luar angkasa. Menurut seorang ilmuwan bernama

George Watherill dalam karyanya “how special Jupiter is” 53:

“Without a large planet positioned precisely where Jupiter is, the earth
would have been struck a thousand times more frequently in the past by
comets and meteors and other interplanetary debris. If it were not for
Jupiter, we wouldn't be around to study the origin of the solar system.”

Lihatlah bagaimana letak posisi Yupiter dan struktur tata surya yang

telah dirancang untuk memberikan peran bagi kalangsungan hidup yang ada di

Bumi. Lebih lanjut lagi, Michael denton dalam bukunya nature‟s destiny

menjelaskan bagaimana letak keberadaan tata surya yang didiami oleh Bumi

berada di salah satu tepian cabang spiral galaksi Bima Sakti, menurutnya 54:

51
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. Ke-3, Juz. 30, hal. 36
52
Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abubakar, cet. Ke-6, hal. 1257.
53
Harun Yahya, The Creation of The Universe, cet. I, hal. 68
54
Michael Denton, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the
Universe, (The New York: The Free Press, 1998), hal. 262.
59

“What is so striking is that the cosmos appears to be not just supremely


fit for our own being and for our biological adaptations, but also for our
understanding... Because of the position of our solar system on the edge
of the galactic rim, we can gaze farther into the night to distant galaxies
and gain knowledge of the overall structure of the cosmos. Were we
positioned in the center of a galaxy, we would never look on the beauty
of a spiral galaxy nor would we have any idea of the structure of our
universe.”

Lihatlah bagaimana keseimbangan posisi Bumi yang memang di desain

untuk kehidupan manusia. Bumi yang berada lebih dekat ke tepi dari pada ke

tengah galaksi Bima Sakti membuat manusia dapat menyaksikan galaksi yang

spiral dan memilki gagasan tentang struktur alam semesta.

Bahkan, perkembangan mahluk hidup di Bumi tidak akan terjadi seperti

sekarang andaikan bumi tidak berputar sebagaimana mestinya, sehingga tidak

terjadi pergantian siang dan malam. Karena rotasi Bumi, Bumi memiliki iklim

yang bervariasi. Untuk memberikan iklim yang membina adanya Allah telah

melatakan bumi pada jarak 150 Km dari Matahari, memberikan pada bumi

sumbu miring dengan sudut kira-kira 66,5 derajat terhapad bidang orbit

perputaran bumi mengelilingi Matahari, serta memberikan rotasi kepada Bumi

dengan waktu putar sekitar 24 jam dalam sehari semalam55.

Letak bumi dari Matahari serta sudut Bumi yang begitu direncanakan

memungkinkan terjadinya variasi cuaca yang ada di Bumi sehingga

menimbulkan keaneka ragaman flora dan fauna.

55
Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, hal. 110.
60

Bumi yang memang telah di desain secara rumit untuk bisa menopang

kehidupan memang menjadi sebuah teka-teki ilmiah yang membawa kepada

kebesaran sang Pencipta. Menurut Jhon D. Fix56:

“We can‟t expect another planet to be just like the earth, but we can use
what we know about the earth‟s as a starting point or standar
comparison.”

Peryataan di atas menunjukan bahwa sangat amat sulit bahkan hampir

mendekati mustahil untuk menemukan kehidupan di planet selain Bumi yang

memang diciptakan khusus untuk menunjang kehidupan bagi manusia.

Keseimbangan yang rumit yang menjadikan bumi layak untuk dihuni

manusia memang bukan hanya sebuah kebetulan. Para ahli astronomi Amerika

membuat daftarnya sendiri mengenai faktor yang menentukan kehidupan 57:

Gravitasi di Permukaan

 Jika lebih kuat: atmosfer terlalu banyak menahan ammonia dan

methana.

 Jika lebih lemah: atmosfer terlalu banyak kehilangan air.

Jarak dengan Bintang Induk Matahari

 Jika lebih jauh: planet akan terlalu dingin bagi siklus air yang

stabil.

 Jika lebih dekat: planet akan terlalu panas bagi siklus air yang

stabil.

Ketebalan Kerak Bumi

56
John D. Fix, Astronomy : Journey To The Cosmic Frontier, 4th ed, (New York :
McGraw-Hill, 2006), hal. 153.
57
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.92 .
61

 Jika lebih tebal: terlalu banyak oksigen yang pindah dari atmosfer

ke kerak bumi.

 Jika lebih tipis: aktifitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar.

Periode Rotasi

 Jika lebih lama: perbedaan suhu antara siang dan malam terlalu

besar.

 Jika lebih cepat: kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi.

Interaksi Gravitasi dengan Bulan

 Jika lebih besar: efek pasang-surut pada laut, atmosfer dan

periode rotasi semakin merusak.

 Jika lebih kecil: perbuhan tidak langsung kepada orbit

menyebabkan ketidakstabilan iklim.

Medan Magnet

 Jika lebih kuat: badai elektro magnetik terlalu merusak.

 Jika lebih lemah: kurang perlindungan dari radiasi bintang yang

membahayakan.

Albedo

 Jika lebih besar: zaman es tak terkendali akan terjadi.

 Jika lebih kecil: efek rumah kaca tak terkendali kan terjadi.

Aktivitas Gempa

 Jika lebih besar: terlalu banyak mahluk hidup yang binasa.

 Jika lebih kecil: bahan makanan di dasar laut yang dibawa oleh

aliran sungai tidak akan didaur ulang ke daratan oleh

pengangkatan tektonik.
62

“Keputusan rancangan” ini dibuat agar kehidupan yang ada dapat

bertahan. Ini menunjukan kemustahilan orang yang menyatakan keberadaan

Bumi adalah sebuah kebetulan acak alam semesta.

Keseimbangan alam semesta termasuk bumi membuat para ilmuan

menyadari akan keberdaan sang pencipta. Albert Einstein pernah berkata58:

"kita menemukan di dunia nyata sebuah keteraturan tingkat tinggi."

Kemudian Isaac Newton menambahkan59:

“Sistem paling indah yang terdiri dari matahari, planet dan komet ini
dapat muncul dari tujuan dan kekuasaan Zat yang berkuasa dan cerdas ..
Dia mengendalikan semuanya, tidak sebagai jiwa namun penguasa dari
segalanya, dan disebabkan kekuasaan-Nya, Dia biasa disebut sebagai
Tuhan yang Maha Agung. ”

Hal ini menunjukan bahwa Bumi dan alam semesta terdapat hukum alam

yang sesuai kehendak-Nya yang begitu tak terbatas dan amat rumit. Kenyataan

ini mengembalikan akan kekuasaan Allah swt dan hanyalah Allah swt yang

menciptakan alam semesta dari kehampaan dan mengaturnya dengan begitu

istimewa.

Hal ini pula sesuai dengan yang di isyaratkan firman Allah swt:

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali


tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu
yang tidak seimbang?”60

58
Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 76.
59
Michael A. Corey, God and the New Cosmology: The Anthropic Design Argument,
(Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 1993), hal. 259
60
QS. Al-Mulk: 3.
63

B. Hikmah Dibalik Keseimbangan Bumi

1. Bukti Keberadaan Allah Yang Maha Pencipta

Bukti dari sebuah kebenaran ialah ada persesuaian antara perkataan

dan kenyataan. Dalam hal ini kalam Allah, yaitu yang tertuang dalam al

qur’an haruslah memiliki keserasian yang membuktikan keberadaan-Nya.

Menurut Ahmad Khan, al Qur’an secara mutlak tidak bertentangan

dengan hukum alam. Mengenai prinsip ini, sejak awal, Ahmad Khan telah

mendeklarasikan bahwa alam dan Alquran sama-sama hasil kreasi Allah;

alam merupakan hasil kerja-Nya sedangkan Alquran merupakan kalam-

Nya. Atas dasar itu tidak akan ada kontradiksi antara sicience modern

dengan firman Allah yang terdapat Alquran. Prinsipnya adalah: “The word

of God (Alquran) must be in harmony with the work of God (nature)”.

Alquran adalah kalam Allah, sedangkan hukum alam adalah hasil

perbuatan-Nya (Nature is the “Work of God” and the Qur‟ân is the “Word of

God”). Atas dasar itu dapat dipastikan bahwa mustahil terjadi pertentangan

antara perkataan dan perbuatan-Nya sendiri, atau tidak ada kontradiksi

antara pernyataan Alquran dengan sains modern.61

Kebenaran ini mengarahkan manusia kepada pemikiran, ketika

manusia berpikir bahwa alam itu ada, secara otomatis dia mengakui akan

61
Mukti Ali, Alam Pokiran Islam Modren di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1995),
h. 90
64

keberdaan-Nya.maka tidak logislah seseorang percaya wujud dari sesuatu

yang tidak mutlak. Demikian itu merupakan analogi yang batal.62

Jika Allah, menurunkan wahyu-Nya melalui para nabi-Nya, itu

semata-mata untuk kepentingan manusia sendiri dan merupakan wujud

dari kasih saying-Nya. Kepada manusia, agar manusia memperoleh

keselamatan dan kebahagiaan63.

Nama-nama dan sifat-sifat Tuhan muncul hanya dalam konteks

hugungan-Nya dengan alam, sedangkan dalam konteks diri-Nya sendiri,

Dia tidak memiliki sifat apa-apa kecuali dzat-Nya. Diperkenalkan sifat-

sifat dan nama-nama Tuhan dalam al qur’an tidak lain dari upaya Tuhan

untuk memperkenalkan diri-Nya kepada mahluk-Nya terutama manusia.64

2. Tanda-tanda kekuasaan Allah

Teks-teks Islam seringkali melukiskan alam semesta sebagai tanda-

tanda akan keberadaan sang Pencipta. Hal ini merujuk pada banyak ayat-

ayat al Qur’an yang berkaitan dengan kegiatan tulis menulis. Manusia

diciptakan dalam citra Allah dan penguasaan bahasa dalam segenap

dimensinya adalah salah satu sifat menonjol al Qur’an menggunakan

tamsil yang erat kaitanya dalam menjelaskan asal usul Nya sendiri, serta

segala sesuatu yang diciptakan, kitab itu adalah ucapan Allah dan alam

semesta adalah hasil dari ucapan-Nya pada segala sesuatu “jadilah”. 65

62
Waheeuddin khan, Islam Menjawab Tantangan Zaman.(Surabaya : Bina
Ilmu,1982),hal. 44.
63
Musa Asy’arie, Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berfikir ,(Yogyakarta : Lesfi, 2002),
cet. III, hal. 119.
64
Mulyadi Kartanegara, Menembus Batas Waktu, Panorama Filsafat Islam, (Bandung :
Mizan, 2005) cet. III, hal. 40.
65
Sachiko Murata, The Tao Of Islam, Edisi terjemah, (Bandung: Mizan, 2004),` hal. 73.
65

Tidak sepotong ayat pun mengisyaratkan bahwa bumi terguncang

dengan sendirinya, akan tetapi ia “diguncangkan”, maka terjadilah gempa.

Dalam sekian banyak ayat al Qur’an yang berbicara tentang terjadinya

gempa secara faktual, al Qur’an mengunakan akata “kami”. Redaksi ini

apabila menunjukan kepada Allah swt maka ia antara lain, untuk

mengisyaratkan bahwa ada keterlibatan selain Allah pada peristiwa

tersebut. Boleh jadi manusia itu sendiri atau paling tidak hukum-hukum

alam yang telah ditetapkan-Nya.66

Kelerasan alam semesta memang merupakan suatu tanda akan

keberadaan Allah dengan segala keseimbangan penciptaan. Kalau

dibayangkan besarnya Matahari yang mencapai satu juta kali lipat

besarnya Bumi, dan dia bergerak di angkasa raya yang begitu luas. Dan ini

pada giliranya menimbulkan rasa kagum kepada-Nya. Karena “Inilah

Pengetahuan Tuhan Yang Maha Perkasa Lagi Maha Mengetahui”.67

3. Agar Manusia Berpikir

Sebagai manusia yang dianugrahi akal manusia dituntut untuk

berpikir tentang segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Dengan adanya

gejala-gejala alam yang ada di Bumi ini manusia dapat mencermati dan

belajar sehingga bisa mengambil pelejaran dari segla sesuatu yang ada di

Bumi.

Maha besar Allah swt dengan segala firman-Nya;

66
M. Quraish Shihab, Lentera hati:kisah dan hikmah kehidupan, (Jakarta: Mizan
Pustaka,1994), hal. 323.
67
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, hal. 448.
66

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan


untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami
(Nya),”68

68
QS. An Nahl : 12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada tiga kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian singkat mengenai

keseimbangan penciptaan bumi dalam al-Qu’ran di atas, yaitu:

1. Planet Bumi yang merupakan salah satu wujud dari salah satu

keseimbangan alam semesta yang diciptakan oleh Allah swt merupakan

salah satu pembenaran akan sebuah kemustahilan adanya perbedaan antara

nature sebagai work of God dan The Qur’an sebagai word of God.

Sehingga benarlah bahwa al-Qur’an adalah kalam-Nya.

2. Penciptaan bumi yang sangat mengagumkan merupakan salah satu tanda-

tanda kebesaran Tuhan untuk menunjukan keberadaan-Nya. Jika ada orang

yang mengatakan bahwa penciptaan bumi merupakan sebuah pristiwa

kebetulan saja, tampak dia harus berpikir ulang dan melihat sekelilingnya

kesempurnaan keseimbangan. Bagaimana mungkin sebuah sistem yang

sangat sempurna yang ter dapat dalam penciptaan Bumi merupakan sebuah

kebetulan belaka yang bergerak dan berproses secara tepat untuk

keberadaan sebuah kehidupan. hanya orang-orang yang merenungkannya

yang dapat melihat tanda-tadan ini.

3. Bumi telah diciptakan oleh Allah swt dengan kesempurnaan keseimbang

yang memungkinkan tercipta kehidupan untuk manusia dan mahluk

lainnya. Alangkah bijaknya bila manusia menjaga keteraturan dan

keseimbangn yang telah disediakan untuk kehidupan manusia itu sendiri,


67
68

sehingga tidak terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan yang akibatnya

akan menimpa manusia itu sendiri. Dalam keadaan Bumi yang nyaman ini

sungguh sangat disayangkan bila manusia hidup dalam kesiasiaan tidak

bersujud mengakui adanya Tuhan yang telah menunjukan keberadaan-Nya

melalui ciptaan-Nya yang sangat mengagumkan ini.

B. Saran-saran

Kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta termasuk Bumi dengan

kedaan yang seimbang sehingga menunjang kehidupan dan menjadi manusia

sebagai Khalifah di Bumi, agar manusia yang diberikan kecerdasan akal untuk

mengelola Bumi ini dengan baik dan menjaga segala sesuatu agar Bumi ini

berada dalam Keadaan yang serasi dan harmonis bagi kehidupan.

Sebagai umat islam, penulis berharap umat islam tidak melupakan ilmu

pengetahuan tetang sains yang menjadi salah satu tanda akan keberadaan Tuhan.

Serta, menunjukan kepada umat lain bahwa islam datang dengan kemajuan

dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Penelitian ini sangatlah sederhana dan belum optimal, dalam menyingkap

rahasia keagungan penciptaan Bumi. Namun peneliti berharap dengan tulisan

yang sederhana ini banyak memberikan inspirasi, dan menyatakan bahwa ilmu

pengetahuan dapat mengungkap sebuah kebenaran akan keyakinan yang masih

diragukan oleh sebagian orang. Dengan pembenaran ini semoga menjadi sebuah

tindak lanjut dalam lebih mengamalkan ajaran-ajaran Al Qur’an.


69

DAFTAR PUSTAKA

Admiranto, A. Gunawan, Tata Surya Dan Alam Semesta, Yogyakarta : Kanisius,


2000.
Ali, Mukti, Alam Pokiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung:
Mizan, 1995.
Arny, Thomas T, Exploration Star Galaxies And Planets, New York: The
McGraw-hill Componies. Inc, 2004
Asyarie, Sukmadjaja, Indeks Al-Quran, Bandung : Pustaka, 1984, cet. Ke-1.
Asyarie, Musa, Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berfikir ,Yogyakarta : Lesfi,
2002, cet. Ke-3.
Barbour, Ian G, Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad, Mizan: Bandung,
2002, Cet. Ke-1.
Baiquni, Achmad, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
Bergamini, David, The Universe, New York : Time-Life Books, 1970.
Bucaille, Maurice, Bibel, Qur-an, dan Sains Modern, Jakarta : Bulan Bintang,
1979.

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, (Jakarta: G-Kreatif, 2006),


Cet. Ke-1
Denton, Michael, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in
the Universe, The New York: The Free Press, 1998.
Field, George B, Cosmic Evolution : An Introduction To Astronomy, Boston :
Houghton Mifflin Company, 1978.
Fix, john D, Astronomy : Journey To The Cosmic Frontier, 4th ed, New York :
McGraw-Hill, 2006.
Gani, H. bustami A., dkk, al Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia, 1990
Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, cet. Ke-
1.
Graham , Howard, dkk, The Book of Popular Science,( Canada: Grolier Limited,
1977).

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. Ke-3, Juz. 30.

Hidayat, Ahmad, Teologi Qur’ani, Bandung :Gunung Jati Press, 1998.


70

Ibnu katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Beirut : Dar al-Fikr, 1994.


Jalalain, Imam, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, cet. Ke-
6.
Jauhari, al-Tantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Kairo: Musthafa
al-Bab Halab, 1350 H.
Kartanegara, Mulyadi, Menembus Batas Waktu, Panorama Filsafat Islam,
Bandung : Mizan, 2005, cet. III
Khan, Waheeuddin, Islam Menjawab Tantangan Zaman.Surabaya : Bina
Ilmu,1982.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-
Qur’an Dan Sains (Tafsir ‘Ilmi), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2010, Cet. Ke-1.
Lerner , K. Lee, dkk, U.X.L Encylopedia of Water Science, (USA : Thomson
Gale, 2005).
al-Marâghi, Ahmad Mustafâ, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, dkk,
Semarang: CV. Toha Putra, 1998.
Michael A. Corey, God and the New Cosmology: The Anthropic Design
Argument, Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 1993.
Milton, Jacqueline, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, New York:
Cambridge Universty Press, 2007.

Misriyadi, M. Ratim, Bumi Dan Antariksa 1, Bandung : Angkasa, 1982, cet. Ke-
2
Murata, Sachiko, The Tao Of Islam, Edisi terjemah, Bandung: Mizan, 2004.

Muslim, Mustafa, Mabahis Fi ijaz al-Qur’an, Jeddah: Dar al-Manar As-


Saudiyah, 1988 M/1408 H, cet. Ke-1.

Nasuhi, Hamid, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: CeQda, 2007, cet.
Ke-1
Purwanto, Agus, Ayat-Ayat Semesta, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009, cet.
Ke-3.
Rahman, Afzalur, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj. Arifin, Jakarta:
PT. Rineka Cipta,1992, cet. Ke-2.
Ritonga, Abdul Rahman, Alam Semesta, Jakarta: FE UI, 1997.
Razak, Nasrudin, Dienul Islam, Bandung: al-Ma’arif, 1996.
71

ar-Razi, Fakruddin, Mafatihul Ghayb,Beirut: Dar Al-Fikri, 1994, juz. V.


Sandi, Setiawan, Gempita Tarian Cosmos, Yogyakarta: Andi Offset, 1994.
Schelder, Stephen E, dkk, Patway To Astronomy, New York: The McGraw-hill
Componies. Inc, 2007
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
--------------------------, M. Quraish Shihab, Lentera hati:kisah dan hikmah
kehidupan, Bandung: Mizan Pustaka,1994
Taylor , Charles, dkk, Ensiklopedia Sains untuk pelajar dan umum, terj. Tim
Penerbit lentera abadi, Jakarta : PT Lentera Abadi,2007.
Thalbah, Hisham, dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadis, terj. Syarif
Hade Masyah dkk, ( Jakarta : PT. Sapta Sentosa, 2009), cet. Ke-3.
Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka,
2007.

Walker, Richard dkk,Ensiklopedia Ipa: Visual Fisika, Kimia, Biologi, dan


Matematika, terj. Anis apriliawati dkk, Jakarta : PT. Lentera Abadi, 2009.
Yahya, Harun, the creation of universe, London : Ta-Ha Publisher Ltd, 2000,
cet. Ke-1.
Yahya, Harun, Penciptaan Alam Raya, terj. Catur sriherwanto, Bandung :
Dzikra, 2003.

Zar, Sirujuddin, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam, Sains Dan
Al-Qur’an, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, cet. Ke-3.

al-Zamakhsyariy, Abi al-Qasim jar-Allah Mahmud bin Umar, Al-Kasyaaf, Beirut


: Dar al-Kutub ilmiyyah, 1995, juz IV

Anda mungkin juga menyukai