SYARIFAH SALMAH
1814901210187
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : Sasarannya adalah
lingkungan kerja dan bersifat teknik. Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau
sebaliknya) bermacam macam ; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal
Occupational Safety and Health.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja. Beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal
(UU KesehatanTahun 1992 Pasal 23).
B. Tujuan
1. Perlindungn bagi masyarakat dari bahaya yang timbul dari pekerjaan kita.
2. Memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja, melindungi dari gangguan
kerja, meningkatkan efisiensi kerja, menempatkan pekerjaaan yang sesuai dengan
kemampuan.
3. Melindungi hak keselamatan pekerja, memelihara sumber prodeksi agar berdaya guna.
4. Meningkatkn kesehatan tenaga kerja
5. Menempakan pekerja sesuai kemampuan
6. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.
7. Agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatn setinggi-tingginya dengan usaha
preventif kuratif terhadap ganguan kesehatan yang timbul.
8. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia.
9. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
10. Pemeliharaan dan peningkatan hyangieni dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti
kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah pengolaan dsb.
11. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari pengotoran
oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.
1
C. Trias Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Tempat kerja dan pekerja merupakan populasi, bila menggunakan pendekatan trias
epidemiologi bahwa dengan berfokus pada kesehatan dan keselamatan populasi pekerja, host
digambarkan sebagai manusia yang rentan, karena terkait dengan sifat bahaya kerja, sehingga
diasumsikan bahwa semua individu pekerja dan kelompok beresiko terkena bahaya kerja.
Agent adalah faktor yang berhubungan dengan penyakit dan cedera, diklasifikasikan menjadi
biologi, kimia, erginomi, fisik, atau psikososial. Environment, berhubungan dengan kondisi
eksternal yang berpengaruh terhadap interaksi host dan agents.
Apabila interaksi antara host, agent dan environment tidak dapat dikendalikan, maka timbulah
penyakit atau cedera. Ketiga faktor timbulnya penyakit tersebut ada dalam lingkungan
pekerja, dengan demikian maka diasumsikan bahwa semua pekerja yang ada dalam
lingkungan kerja maka mempunyai resiko untuk sakit atau cedera, dengan demikian proaktif
dari perawat menjadi hal yang penting dalam upaya mencegah terjadinya penyakit atau cedera
akibat kerja melalui design yang efektif melalui 3 level prevensi; primer, sekunder dan tersier.
Lingkup Kegiatan Program Keperawatan Kerja:
1. Riwayat kesehatan terutama para pekerja dan keluarga pekerja
2. Pengkajian atau screening
3. Surveillance atau monitoring
4. Primary health care
5. Konseling
Program Pelayanan Kesehatan Kerja adalah program pelayanan paripurna, terdiri dari 3 level
prevensi yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier yang dilaksanakan dalam suatu system
yang terpadu.
1. Pelayanan prevensi primer, kegiatannya antara lain:
a. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus
b. Immunisasi
c. Kesehatan lingkungan kerja
d. Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya perkerjaan
e. Penyerasaian manusia dengan mesin dan alat kerja (ergonomik)
f. Pengendalian bahaya lingkungan kerja
g. Pendidikan dan penyuluhan tentang kesehatan kerja
h. Pemeliharaan berat badan ideal
i. Perbaikan gizi, menu seimbang dan pemilihan makanan yang sehat dan aman
j. Olah-raga
2. Pelayanan Prevensi sekunder
Pelayanan diberikan kepada pekerja yang sudah mengalami gangguan pekerjaan.
Pelayanan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja,
kegiatannya antara lain:
2
a. Konseling
b. Screening adanya gangguan akibat kerja
c. Penatalaksanaan kasus
d. Penanganan kegawat daruratan baik fisik maupun psikologis akibat kerja
e. Rujukan
f. Home Visite terhadap pekerja yang mengalami gangguan akibat kerja
3. Pelayanan Prevensi tersier
Pelayanan diberikan kepada pekerja yang telah menderita cacat sehingga menyebabkan
ketidakmampuan bekerja secara permanent baik sebagian maupun seluruh kemampuan
bekerjanya. Kegiantannya antara lain:
a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang
masih ada secara maksimal.
b. Penempatan kembali pekerja yang secara selektif sesuai kemampuannya.
3
3. Golongan penyakit infeksi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis pada penyamak
kulit atau pengumpul wool. Penyakit-penyakit infeksi pada karyawan yang bekerja dalam
bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita penyakit menular.
4. Golongan fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena konstruksi mesin
yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak sesuai.
5. Golongan mental-psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama karyawan, antara
karyawan dengan pimpinan, karena pekerjaan yang tidak cocok dengan psikis karyawan,
karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena upah (imbalan) yang terlalu sedikit
sehingga tenaga pikirannya tidak dicurahkan kepada pekerjaannya melainkan kepada
usahausaha pribadi untuk. menambah penghasilannya.
4
atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang
irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui
oleh seluruh petugas laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif,
secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and
to fit the Man to the Job. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator
peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor
yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan
dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
meliputi :
a. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian.
b. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan
kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
e. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan
petugas yang menangani.
Pencegahan :
a. Pengendalian cahaya di ruang kerja
5
b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.
d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
e. Pelindung mata untuk sinar laser
f. Filter untuk mikroskop
5. Faktor Psikososial Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan stress
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan.
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
c. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.
d. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
6
a. pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
c. pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia.
d. pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
e. pemeliharaan dan peningkatan hyangieni dan sanitasi perusahaan pada umumnya
seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah pengolaan dsb.
f. perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari pengotoran
oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.
g. perlindungan masyarakat luas dari bahay-bahay yang mungkin ditimbulkan oleh hasil-
hasil produksi perusahaan.
Prinsip dasar: pengenalan faktor yang berisiko,penilaian dan pengendaliannya dikenalkan
pd tenaga kerjanya.
4. Ruang lingkup
Kesehatan masyarakat: masyarakat umum, hiperkes: tenaga kerja dan masyarakat di
sekitarnya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan bagi pekerja, memelihara kesehatn
di lingkungan kerja,mmberi perlindungan bagi pekerja.
Hiperkes: ilmu kedokteran kerja, occupational medicine: kesehatan kerja, keracunan
perusahaan, jiwa perusahaan dan keselamatan kerja.
7
Apabila perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan,
maka fungsinya adalah:
a. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di perusahaan.
b. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi kesehatan
kerja.
c. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan/pengobatan.
d. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
e. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah disetujui.
f. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindaklanjuti
sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
g. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan dan
melaporkan kepada dokter perusahaan.
h. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai kemampuan
yang ada.
i. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan: UKS.
j. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai
salah satu dari segi kegiatannya.
k. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
l. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
m. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
n. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
o. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.
p. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.
q. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha
perawatan hiperkes.
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa fungsi
spesifik dari perawat hiperkes adalah :
a. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/industri dalam membuat
program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan
pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja.
b. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit-penyakit atau korban
kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan petunjuk-
petunjuk kesehatan yang ada.
c. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik atau ke
kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut.
d. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow up
dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
8
e. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.
f. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan.
g. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-data
keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang
tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.
h. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj perantara
untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.
i. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan memberikan
motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
j. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif dan
menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration.
k. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan bagaimana
untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengawasan kesehatan
yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan yang dapat
membahayakan kesehatannya.
l. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan kerja yang
ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan dalam bidang
hiperkes ini.
m. Secara periodik untuk meninjau kembali program-program perawatan dan aktifitas
perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta efisiensi.
n. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan paramedik
hiperkes, dll.
o. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting adalah
mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues education).
3. Tugas paramedis hiperkes
Secara sistimatis DR. Suma’mur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas paramedis
hiperkes sebagai berikut :
a. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan
1) Perawatan dan pengobatan penyakit umum
a) Menurut petunjuk dokter perusahaan
b) Menurut pedoman tertulis (standing orders)
c) Rujukan pasien ke rumah sakit
d) Mengawasi pasien sakit hingga sembuh
e) Menyelenggarakan rehabilitasi
2) Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan
3) Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)
4) Pemeriksaan kesehatan
9
a) Sebelum bekerja (pre-employment)
b) Berkala
c) Pemeriksaan khusus
5) Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan
a) Memelihara administrasi (dinas kesehatan)
b) Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya
c) Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan
- Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan pekerja
- Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja
- Laporan pemakaian obat, dll.
6) Tugas sosial dan pendidikan
a) Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja
- Ketrampilan PPPK,
- Pola hidup sehat,
- Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang kurang baik
b) Menjaga kebersihan dalam perusahaan
c) Mencegah kecelakaan kerja
10
f. Management and Administration
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada progran
perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.
g. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali faktor-
faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.
h. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan kesehatan
pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan dokumen
kesehatan tenaga kerja.
i. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja
Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja
haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk
oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat
orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang utama dalam proses
perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis, nursing intervention
dan nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi pemeliharaan dan pemberian
perawatan selanjutnya.
Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk menerapkan praktek-praktek
standar perawatan secara leluasa. Seorang perawat hiperkes, melalui program
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan hendaknya selalu membantu karyawan / tenaga
kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
11
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA
1. Pengkajian
a. Inti (core)
1) Histori
a) Kapan mulai bekerja
b) Usia mulai bekerja
c) Alasan bekerja
d) Pengalaman pekerja
2) Demografi : Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, jenis
pendidikan, kecelakaan kerja, keamitian akibat kerja jumlah tanggungan, pekerjaan
sampingan pekerja, kebiasaan pekerja, jenis olahraga
b. Subsistem
1) Lingkungan Fisik
a) Iklim/cuaca
b) Suhu ruangan
c) Tingkata kebisingan, paparan zat kimia
d) Penataan ruangan kerja
e) Penataan eksterior perusahaan
f) Pengaruh penataan terhadap pekerja
g) Dampak lingkungan fisik terhadap pekerja
2) Pendidikan
a) Program pendidikan bagi pekerja dan keluarga
b) Jenjang karir dan pendidikan
c) Penghargaan terhadap pendidikan pekerja dan keluarga
d) Fasilitas pendidikan di perusahaan
e) Jenis pendidikan yang diberikan
3) Keamanan dan Transportasi
a) Jenis fasilitas keamanan dan transportasi pekerja dan keluarga
b) Pemanfaatan fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerjA
c) Dampak fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja dan keluarga
4) Politik dan Pemerintahan
a) Jenis aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
b) Efektifitas aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c) Perlindungan pemerintah terhadap pekerja dan keluarga
d) Situasi politik dan pengaruh terhadap pekerja dan keluarga
12
5) Pelayanan Umum dan Kesehatan
a) Jenis pelayanan umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga (sarana olahraga,
klinik, RS, sarana penyaluran hobi/bakat)
b) Kondisi sarana umum dan kesehatan
c) Pemanfaatan fasilitas umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga
d) Dampak pelayanan umum dan kesehatan terhadap pekerja dan keluarga
6) Komunikasi
a) Jenis sarana komunikasi yang diberikan perusahaan
b) Cara pemanfaatan sarana komunikasi
c) Acara yang berhubungan dengan pertemuan direksi, pekerja dan keluarga
(formal/informal)
d) Dampak sarana komunikasi bagi pekerja dan keluarga
7) Ekonomi
a) Penghasilan pekerja (berdasarkan UMR/kelayakan hidup)
b) Efektifitas penghasilan dalam mengatasi keuangan keluarga pekerja
c) Bentuk bonus, atau tambahan penghasilan yang diberikan perusahaan
d) Tingkat kesejahteraan pekerja dan keluarga
8) Rekreasi
a) Jenis rekreasi yang diberikan perusahaan
b) Pemanfaatan rekreasi perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c) Jenis rekreasi yang dilakukan oleh pekerja dan keluarga selain dari perusahaan
d) Jadwal rekreasi/frekuensi rekreasi
e) Dampak rekreasi terhadap motivasi bekerja
2. Analisis Data
Prioritas :
a. Masalah (aktual, resiko, potensial)
b. Ketersediaan sarana
c. Kemauan pekerja dan keluarga
d. Kemauan perusahaan
Analisa masalah berdasarkan data fokus, anatara lain :
a. Kecelakaan kerja yang sering terjadi
b. Perilaku yang tidak sehat
c. Lingkungan yang tidak sehat
d. Penyakit akibat kerja
e. Pengetahuan yang kurang
f. Kurangnya fasilitas pendukung
13
3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
b. Risiko cedera
4. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Perilaku kesehatan Knowledge: Health Promotion Health Education
cenderung berisiko Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi kebutuhan
berhubungan keperawatan selama 1 x 60 menit pendidikan kesehatan pada
dengan kurang masalah teratasi dengan kriteria siswa
pemahaman hasil: 2. Tentukan pengetahuan
1. Perilaku yang meningkatkan siswa tentang kesehatan
kesehatan (4) 3. Rumuskan tujuan untuk
2. Sumber terkemuka perawatan program pendidikan
kesehtan (4) kesehatan
4. Gunakan presentasi grup
Ket: untuk memberi dukungan
1. No knowledge
2. Limited knowledge
3. Moderate knowledge
4. Substantial knowledge
5. Extensive knowledge
2 Risiko Cedera Safety Behavior Environment Management
(Manajemen lingkungan)
Setelah dilakukan tindakan
1. Sediakan lingkungan yang
keperawatan selama 1x 30 menit aman untuk pasien
Kelompok pekerja tidak mengalami 2. Identifikasi kebutuhan
injury dengan kriteri hasil: keamanan pasien, sesuai
1. Kelompok pekerja terbebas dari dengan kondisi fisik dan
cedera fungsi kognitif pasien dan
2. Kelompok pekerja mampu riwayat penyakit terdahulu
menjelaskan cara/metode pasien
untukmencegah injury/cedera 3. Menghindarkan
3. Kelompok pekerja mampu lingkungan yang
menjelaskan factor risiko dari berbahaya (misalnya
lingkungan/perilaku personal memindahkan perabotan)
4. Kelompok pekerja memodifikasi 4. Mengontrol lingkungan
gaya hidup untuk mencegah injury dari kebisingan
5. Menggunakan fasilitas kesehatan 5. Memindahkan barang-
yang ada barang yang dapat
6. Mampu mengenali perubahan status membahayakan
kesehatan
5. Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah.
b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap
14
penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam
kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan
derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder
ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit,
Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk
melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga
yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan
pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:
a. Relevansi antara kenyataan dengan target
b. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana, fasilitas
dan jumlah peserta
c. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.
Proses Evaluasi:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal
b. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke RS
DAFTAR PUSTAKA
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Silalahi, Bennett N.B. dan Silalahi, Rumondang. 1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja: Pustaka Binaman Pressindo.
Suma'mur. 1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji Masagung
Suma'mur. 1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung, 1985
15
Barito Kuala, November 2019
(.......................................) (.......................................)
16