Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP


CALON PENGANTIN (WANITA) TENTANG ANEMIA GIZI
DAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)
DI KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2020

Oleh:

RISA JENI WARDILA


NIM : 1713411027

LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII JURUSAN GIZI
TAHUN 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON


PENGANTIN (WANITA) TENTANG ANEMIA GIZI DAN KEK
DI KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2020

Penulis
Risa Jeni Wardila/ NIM : 1713411027

Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing Proposal Tugas Akhir


Program Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Gizi

Bandar Lampung, November 2019

Tim Pembimbing Proposal Tugas Akhir

Pembimbing Utama

Sutrio, SKM., M.Kes


NIP. 198005142005011008

Pembimbing Pendamping

Dewi Sri Sumardilah, SKM, M.Kes


NIP. 196208201986012001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Tugas Akhir

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON


PENGANTIN (WANITA) TENTANG ANEMIA GIZI DAN KEK
DI KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2020

Penulis
Risa Jeni Wardila/ NIM : 1713411027

Diterima dan disahkan oleh tim Penguji Ujian Akhir Program Diploma III
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Kementrian Kesehatan RI
sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Tim Penguji

-
Penguji Utama

Sutrio, SKM., M.Kes


Pembimbing Utama

Dewi Sri Sumardilah, SKM, M.Kes


Pendamping Pendamping

Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Bertalina, SKM., M.Kes


NIP. 196603051988032006

iii
LEMBAR PENYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Risa Jenny Wardila
NIM : 1713411027
Program Studi/ Jurusan : DIII Gizi
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan
laporan tugas akhir yang berjudul :
“Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin (Wanita) Tentang
Anemia Gizi dan KEK di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsdewu Tahun
2020 ”.
Apabila suatu saat terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, November 2019

Risa Jeni Wardila

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT atas berkah rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir ini, dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Proposal Tugas Akhir yang berjudul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin (Wanita) Tentang Anemia Gizi dan
KEK di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsdewu Tahun 2020” yang
disusun sebagai syarat kelulusan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Gizi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini,
masih jauh dari sempurna serta terdapat kekurangan ataupun kesalahan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih
baik. Dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir penulis mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
2. Ibu Bertalina, SKM., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang sekaligus sebagai pembimbing akademik yang
telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
bantuan dalam pembuatan Proposal Tugas Akhir ini.
3. Bapak Sutrio, SKM., M.Kes, selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan masukan, dukungan dan motivasi dalam
pembuatan Proposal Tugas Akhir ini.
4. Ibu Dewi Sri Sumardilah SKM., M.Kes, selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, dukungan dan
motivasi dalam pembuatan Proposal Tugas Akhir ini.
5. Ayah, ibuku, dan keluarga besar serta seluruh sahabat dan teman-teman
yang selalu memberikan dukungan, do’a, semangat dan motivasi.
Penulis berharap Proposal Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
yang membacanya, serta bagi perkembangan ilmu dibidang gizi khususnya dan
umumnya bagi perkembangan ilmu kesehatan dan pendidikan.
Bandar Lampung, November 2019

v
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
E. Ruang Lingkungan ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi Wanita Usia Subur (WUS) dan Masa Prakonsepsi .................. 11
B. Anemia dan KEK ............................................................................. 12
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia dan KEK pada WUS..13
D. Kerangka Teori................................................................................. 22
E. Kerangka Konsep ............................................................................. 23
F. Definisi Operasional......................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 27
B. Subjek Penelitian.............................................................................. 27
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 28
D. Pengumpulan Data ........................................................................... 28
E. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 33
LAMPIRAN..................................................................................................35

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


Tabel 1 .............................................................................................................. 24

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman


Gambar 1 .......................................................................................................... 22
Gambar 2 .......................................................................................................... 23

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan global yang banyak
ditemukan di masyarakat terutama pada ibu hamil. World Health
Organization (WHO) menyebutkan bahwa secara global prevalensi anemia
pada ibu hamil sebesar 83,2% sedangkan di negara-negara Asia Tenggara
mencapai 97,8%. Hal ini menunjukan bahwa prevalensi anemia pada ibu
hamil di Asia Tenggara melebihi angka global. Setengah dari kejadian anemia
tersebut disebabkan karena defisensi besi (WHO, 2015). Keadaan anemia
ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah
eritrosit dibawah nilai normal yaitu <11 ml/dl, sedangkan KEK (kekurangan
energi kronik) keadaan kekurangan energi dalam waktu yang panjang dan
dapat menggambarkan keadaan gizi masa lampau, ditandai dengan lingkar
lengan atas ≤ 23,5 cm (Supariasa et al, 2012).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) menunjukan
bahwa angka nasional prevalensi wanita usia subur risiko KEK sebesar 14,5%
sedangkan hasil (Riskesdas, 2013) menunjukkan persentase anemia pada
WUS umur 15-49 tahun sebesar 35,3 persen. Berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Kabupaten Pringsewu Tahun 2017 terdapat kejadian anemia pada
ibu hamil sebesar 15,03% dan KEK sebesar 7,84%. Pada tahun 2018 terjadi
penurunan kejadian anemia pada Ibu hamil sebesar 3,82% dan KEK 1,59%.
Angka anemia ibu hamil di Kecamatan Pagelaran menurun dari 25,8%
menjadi 0% dan KEK dari 57,9% menjadi 0,34%.
Masalah pra nikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena
setelah menikah akan segera menjalani proses konsepsi. Kualitas seorang
generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi sejak sebelum hamil dan
selama kehamilan. Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat penting untuk
diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam upaya mempersiapkan
kehamilan karena akan berkaitan erat dengan outcome kehamilan
(Paratmanitya & Hadi, 2012).

1
2

Masa prakonsepsi merupakan windows opportunity dalam


mempersiapkan periode 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Selain itu,
status gizi juga menjadi salah satu kunci untuk mencapai kesehatan pada
masa konsepsi, seperti mendukung pertumbuhan janin dan perkembangan
otak yang optimal, pencegahan dini risiko kehamilan tinggi, cacat lahir,
kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan risiko
penyakit kronis dimasa dewasa (Fillah, Ayu, dan Dewi, 2019).
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh
karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif
pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan
menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam
proses pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Status gizi yang baik
dapat mencegah masalah gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK,
pencegahan infeksi dan komplikasi kehamilan ( Oktaria dan Juli , 2016).
Faktor lain yang berhubungan dengan masalah gizi pra hamil adalah
rendahnya pengetahuan gizi. Rendahnya pengetahuan gizi dapat
menyebabkan rendahnya pemilihan makanan dan memiliki peran dalam
masalah gizi. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan menentukan mudah
tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang
dikonsumsi. Pengetahuan gizi juga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Pendidikan gizi suatu
kegiatan atau usaha menyampaikan pesan gizi kepada masyarakat, kelompok
atau individu dengan harapan agar bisa memperoleh pengetahuan tentang gizi
yang lebih baik sehingga dapat berpengaruh pada sikap dan prilaku
(Notoatmojo, 2010).
Hasil penelitian menurut (Luz M De-Regil, 2016) menyebutkan
bahwa pemberian pengetahuan mengenai gizi sebelum hamil sangatlah
penting pada kelompok wanita pra-hamil termasuk calon pengantin wanita
yang nantinya akan mempersiapan kehamilannya. Selain pengetahuan, sikap
juga memepengaruhi dalam pembentukan prilaku dalam penelitian Ervina et
al (2014), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
3

sikap gizi seimbang terkait konsumsi makanan beragam pada wanita


prakonsepsi.
Salah satu upaya menanggulangi masalah gizi melalui peningkatan
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang dengan melakukan penyuluhan
gizi. Penyuluhan gizi merupakan suatu prinsip pemasaran yang bersifat
edukatif untuk memperbaiki kesadaran gizi yang bertujuan sebagai salah satu
cara dalam peningkatan pengetahuan seseorang dalam masalah gizi pra
kehamilan. Edukasi gizi merupakan bagian dari kegiatan pendidikan
kesehatan, didefinisikan sebagai upaya terencana untuk mengubah prilaku
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam bidang kesehatan
(Chacigo, 2010).
Hasil observasi peneliti di KUA pada saat kegiatan kursus calon
pengantin terdapat banyak mengalami tanda – tanda anemia seperti wajah
pucat, lesu dan kepala pusing. Sebesar 45% (9 dari 20 orang) calon pengantin
wanita yang di ukur dengan menggunakan LILA mengalami KEK. Hal ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya pengetahuan masalah gizi pada calon
pengantin sebelum menikah. Peneliti dalam hal ini memilih calon pengantin
wanita yang akan menikah menjadi kelompok sasaran dalam penelitian.
Calon pengantin/ WUS merupakan kelompok rawan yang harus
diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya agar mempunyai
kondisi sehat sebelum hamil supaya dapat melahirkan bayi yang sehat. Oleh
karena itu berdasarkan data dan teori di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti gambaran tingkat pengetahuan dan sikap tentang anemia gizi dan
KEK pada calon pengantin di kecamatan pagelaran.
Berdasarkan uraian masalah, Gizi yang terjadi sebelum kehamilan
seharusnya dapat diatasi sebelum kehamilan terjadi, yaitu melalui pemberian
informasi. Pemberian informasi kesehatan mendorong seseorang memiliki
kemampuan optimal yang berupa pengetahuan, perubahan sikap, dan
tindakan. Beberapa peneliti telah menyatakan pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan. Data kondisi di dunia
menunjukkan, tujuh juta wanita mengalami kekurangan gizi akibat gangguan
pola makan. Kekurangan gizi yang dialami oleh wanita di Indonesia juga
4

telah mengakibatkan wanita yang berusia 20-40 tahun sebesar 17,2% nya
memiliki berat badan kurang, dan indeks massa tubuh 18,5 kg/m2 (Ahsan et
al., 2010).
Pendidikan kesehatan tentang masalah gizi di Indonesia dalam
beberapa program gizi belum memprioritaskan calon pengantin menjelang
pernikahan. Beberapa sasaran pendidikan kesehatan program gizi di
Indonesia banyak dituju pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, remaja serta
pencegahan penyakit tertentu. Sedangkan pendidikan kesehatan pada
kelompok pranikah belum menjadi perhatian yang serius (Ulvie et al., 2012).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin
Wanita Tentang Anemia Gizi dan KEK Pada Kehamilan di Kec. Pagelaran
Tahun 2020”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap calon pengantin
wanita tentang anemia gizi dan KEK di Kec. Pagelaran tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk :
a. Untuk mengetahui karakteristik responden (Umur, Pendidikan,
Pekerjaan)
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan calon pengantin wanita
tentang anemia gizi dan KEK.
c. Untuk mengetahui sikap calon pengantin wanita tentang anemia gizi
dan KEK.
5

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas dan KUA
Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi di Puskesmas dan KUA di
Kec. Pagelaran, sehingga dapat menjadi masukan-masukan dalam
memberikan pendidikan gizi bagi calon pengantin wanita serta upaya
pencegahan dan penanggulangannya
2. Bagi Calon Pengantin
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam bidang
pencegahan anemia gizi dan KEK pada ibu hamil

E. Ruang Lingkup Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Variabel pada
penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita tentang
anemia gizi dan KEK pada kehamilan di Kec. Pagelaran. Tempat penelitian
ini di KUA Kec. Pagelaran dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember tahun 2019. Subjek penelitian adalah seluruh calon pengantin
wanita. Data di analisa menggunakan analisis univariat bertujuan untuk
melihat pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita tentang anemia gizi
dan KEK.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Wanita Usia Subur (WUS) dan Masa Prakonsepsi


Wanita prakonsepsi adalah wanita usia subur yang siap menjadi seorang
ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak,
remaja, ataupun lanjut usia (Puli et al, 2014). Perawatan prakonsepsi juga
merupakan suatu langkah-langkah penilaian dan intervensi yang bertujuan untuk
mengidentifikasikan dan memodifikasi risiko medis, perilaku, dan sosial
kesehatan wanita, serta hasil kehamilannya dari sebelum konsepsi (Hadar et al,
2015). Hal ini menandakan bahwa faktor kondisi ibu sebelum dan selama
kehamilan akan sangat menentukan kondisi bayinya. Adanya kehidupan manusia
sejak dalam kandungan, maka calon ibu perlu memiliki kesehatan dan gizi yang
baik. Jika hal tersebut tidak terwujud, maka dari awal kehidupan hingga
kehidupan selanjutnya akan bermasalah (Devi, 2010).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah keselamatan dan
kesehatan janin memiliki keterkaitan dengan kesehatan dan status gizi remaja
perempuan yang akan menjadi ibu, remaja perempuan sebagai calon pengantin
juga harus memperhatikan status gizinya dengan baik, tidak kurus dan tidak
anemia atau kekurangan gizi lainnya. Dalam rangka menyelamatkan 1000 HPK,
perlu adanya kebijakan yang mencegah menikah di usia muda, sehingga perlu
adanya kebijakan sinkronisasi antara Undang-undang No. 1 tahun 1974 dan
Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, sehingga usia
minimal menikah perempuan dapat ditingkatkan menjadi 18 tahun (Kemenkes
RI, 2013).
1. Kebutuhan Gizi pada Wanita Prakonsepsi
Manusia merupakan makhluk hidup yang membutuhkan asupan makanan
untuk memperoleh zat- zat yang sangat berguna bagi tubuh. Oleh sebab itu,
makanan yang dikonsumsi seseorang juga harus mengandung berbagai zat-zat
gizi yang dibutuhkan dengan jumlah dan mutu yang mencukupi.
Kata gizi berasal dari bahasa arab yaitu ghidza yang berarti makanan. Oleh
sebab itu, ilmu gizi juga berkaitan dengan tubuh manusia. Sehingga dapat

11
12

disimpulkan bahwa gizi merupakan suatu proses dimana semua makhluk hidup
memanfaatkan makanan untuk keperluannya dalam memberi energi,
pertumbuhan serta pemelihara fungsi organ tubuh, dan sebagai pengatur proses
tubuh.
Berbicara tentang gizi, maka diperlukan adanya susunan pangan sehari-
hari yang mengandung gizi seimbang. Dalam hal ini yaitu Pedoman Gizi
Seimbang yang diyakini mampu mengatasi masalah gizi terutama dalam hal
beban gizi ganda, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Pedoman Gizi
Seimbang merupakan pedoman untuk konsumsi makan sehari-hari yang harus
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan
kebutuhan setiap orang atau kelompok umur, mengandung berbagai zat gizi
(energi, protein, vitamin dan mineral), serta dapat dijadikan sebagai pedoman
makan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan
ideal/normal (Kemenkes, 2014).
Secara umum terdapat pesan khusus gizi seimbang yang perlu
diperhatikan bagi calon pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam
makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal tersebut meliputi konsumsi
zat gizi makro dan mikro (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) yang akan
digunakan sebagai proses pertumbuhan tubuh yang cepat, peningkatan volume
darah dan peningkatan hemoglobin dalam darah yang berguna untuk mencegah
anemia yang disebabkan karena kehilangan zat besi selama proses menstruasi
(Kemenkes, 2014).
Sesuai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan gizi yang
diperlukan bagi wanita prakonsepsi benar harus mengandung berbagai zat gizi
dan juga harus sesuai dengan anjuran (Kemenkes, 2014).

B. Anemia dan KEK


1. Anemia
Anemia lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.
Penyakit ini rentan dialami pada semua siklus kehidupan (balita, remaja, dewasa,
bumil, busui, dan manula). Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit berdasarkan nilai
13

ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah
merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau
kehilangan darah yang berlebihan.
Wanita memiliki peran penting dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia karena wanita memiliki peran dalam kehamilan dan melahirkan
keturunan. Angka terjadinya masalah gizi pada wanita di Indonesia masih tinggi.
Masalah yang terjadi adalah anemia gizi. Apabila wanita sudah mengalami
anemia makan akan memiliki resiko keguguran, kematian janin, kelahiran
prematur, perdarahan, serta kematian ibu dan bayi. Anemia merupakan keadaan
jumlah eritrosit atau kadar Hb dalam darah kurang dari normal (12g/dl). Berbeda
pada kondisi kehamilan, ibu hamil dinyatakan anemia jika memiliki hemoglobin
<11 g/dl.
2. KEK (Kurang Energi Kronik)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) didefinisikan sebagai keadaan ketika
wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama
datau menahun. Kekurangan Energi Kronik (KEK) ditandai dengan lingkar
lengan atas <23,5 cm. Kurang energi kronis pada Wanita Usia Subur (WUS)
yang berlangsung sevara terus-menerus dan dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain lingkar lengan, terdapat batasan lain
untuk mendefinisikan kekurangan energi kronis, yaitu jika Indeks Masa Tubuh
(IMT) <18,5 kg/m2. IMT dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu underweight
ringan (mild), underweight sedang (moderate), dan underweight berat (serve)
Kekurangan Energi Kronik sering terjadi pada pada wanita usia subur
(WUS) dan pada ibu hamil (Arisman, 2010). Faktor–faktor yang memengaruhi
KEK pada ibu hamil terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal (individu/keluarga) yaitu genetik, obstetrik, dan seks. Sedangkan
faktor eksternal adalah gizi, obat–obatan, lingkungan, dan penyakit (Supariasa,
Bakri dan Fajar, 2013).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia dan KEK pada


Wanita Usia Subur
Faktor–faktor yang menyebabkan Anemia dan KEK pada wanita
14

usia subur di kelompokkan menjadi 2 :


1. Faktor Langsung
Gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan, pola konsumsi dan
penyakit (penyakit infeksi).
a. Asupan Makanan
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang
pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi yang kita gunakan
didapatkan dari makanan yang kita konsumsi. Asupan makanan merupakan
faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi sebagai sumber tenaga,
meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan ketahanan tubuh dalam
menghadapi serangan penyakit (Almatsier, 2010).
Asupan memiliki peran sangat penting dalam memengaruhi status gizi
seseorang. Konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan hal yang
saling memengaruhi (Fillah, Ayu, dan Dewi, 2019).
b. Penyakit
Penyakit infeksi (infectious disease), yang juga dikenal sebagai
communicable disease atau transmissible disease merupakan manifestasi
penyakit yang yang disebabkan akibat infeksi (Simarmata, 2008). Infeksi dan
demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Fillah, Ayu, dan Dewi, 2019).
c. Pola Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan adalah sususan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati,
2010). Pola konsumsi telah diketahui sebagai salah satu faktor resiko dari
masalah gizi ibu hamil (Fatimah, 2011).

2. Faktor Tidak Langsung


a. Sosial Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu hamil untuk tidak
teratur dalam melakukan control kehamilannya sehingga berdamak pada tidak
mampunya ibu hamil menyediakan makanan sumber zat besi seperti daging,
ikan atau ayam (Johan, 2010).
15

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang


adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung
pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga makanan itu sendiri, serta
tingkat pengelolaan sumber daya lahan perkarangan (Syafiq, 2007).
Tingkat ekonomi terlebih jika yang bersangkutan hidup di bawah garis
kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian apakah ibu
berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Tingkat
sosial ekonomi meliputi pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan yang merupakan
penyebab secara tidak langsung dari masalah gizi (Arisman, 2004).
b. Pendapatan Keluarga
Masalah gizi berhubungan dengan daya beli keluarga. Daya beli akan
semakin rendah ketika pendapatan suatu keluarga juga rendah. Dengan begitu,
status gizi seseorang dapat tergantung pada pendapatan (Fillah, Ayu, dan Dewi,
2019).
Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas
jasanya dalam proses produksi. Balas jasa tersebut bisa berupa upah, bunga,
sewa, maupun, laba tergantung pada faktor produksi pada yang dilibatkan dalam
proses produksi (Sudremi, 2010).
Pada penelitian ini Upah Minimum Provinsi (UMP) di Lampung sendiri
pada tahun 2018 sebesar Rp. 2.074.673, -(Pemerintah Provinsi Lampung, 2017).
c. Pekerjaan (Aktiftas fisik)
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan
pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan (Permenakertrans No.1 Tahun 2014).
Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial,
pendidikan dan masalah kesehatan bagi orang itu sendiri (Desyanti, 2015).
Sedangkan menurut (Fillah, Ayu, dan Dewi, 2019) pekerjaan sangat menunjang
kehidupan keluarga melalui taraf kehidupan suatu anggota keluarga tersebut.
d. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
16

kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan


dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tahapan pendidikan ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Tingkat
pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh
seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta
disahkan oleh departemen pendidikan (UU.No.20 Tahun 2003:1)
Menurut (Fillah, Ayu, dan Dewi, 2019) pendidikan bisa berkolerasi pada
kelayakan pekerjaan dan berdampak pada tingkat pendapatan keluarga. Selain
itu, pendidikan gizi juga sangat berhubungan dengan perubahan pengetahuan,
sikap, dan prilaku seseorang untuk tetap mempertahankan status gizi suatu
keluarga dalam kondisi baik.
1) Indikator – indikator tingkat pendidikan
Menurut (Badan Pusat Statistik, 2018) Jenjang pendidikan tertinggi
yang ditamatkan oleh seseorang, yang ditandai dengan sertifikat/Ijazah, terdiri
dari:
a) Sekolah Dasar (SD) : Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan
sederajat.
b) Sekolah Menengah Pertama (SMP) : Jenjang pendidikan SMP
Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP kejuruan dan sederajat.
c) Sekolah Menengah (SM) : Jenjang pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah
dan sederajat.
d) Perguruang Tinggi (PT) : Jenjang pendidikan Diploma I, II, III, IV,
S1, S2, dan S3.
e. Pengetahuan
1) Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
17

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat pengetahuan di
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:
2) Tingkatan Pengetahuan
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi
dapat mnejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru
18

f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan di
atas.
3) Cara Memperoleh Pengetahuan
a) Cara Tradisonal
Meliputi: Cara coba-coba (Trail and Error), berdasarkan kekuasaan atau
otoritas, melalui pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran.
b) Cara Modern
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara metode penelitian ilmiah, yang
bersifat sistematis, logis dan ilmiah (Notoatmodjo, 2005).
4) Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang berisi pertanyaan sesuai materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur.
5) Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2013) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a) Baik, bila subyek menjawab benar >16 (>80%) seluruh pertanyaan.
b) Cukup, bila subyek menjawab benar 12-16 (60%-80%) seluruh
pertanyaan.
c) Kurang, bila subyek menjawab benar <12 (60%) seluruh pertanyaan.
f. Sikap
1) Pengertian sikap
Sikap yang ada pada seseorang memerlukan unsur respons dan stimulus.
Misalnya sikap yang berhubungan dengan kepuasan pelayanan kesehatan.
19

Seseorang akan merasa puas jika pelayanan kesehatan yang diterima berkualitas.
Kepuasan merupakan respons dari stimulus yang diterima yaitu pelayanan
kesehatan. Ouput sikap pada seseorang dapat berbeda, jika suka maka seseorang
akan mendekat, mencari tahu, dan bergabung, sebaliknya jika tidak suka maka
seseorang akan menghindar atau menjauh (Budiman, 2013).
Menurut Azwar (2011) pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu; pendidikan, pengalaman pribadi, pengaruh dari orang lain,
sumber informasi, pengaruh kebudayaan dan faktor emosional.
Notoatmodjo (2010) juga menyatakan bahwa sikap memiliki
beberapa tingkatan, diantaranya ialah:
a) Menerima: Diartikan bahwa seseorang mau memperhatikan stimulus
yang diberikan.
b) Merespon: Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c) Menghargai: Mau mengajak orang lain untuk berdiskusi suatu masalah
yang merupakan indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab: Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilih
dengan resiko, yang merupakan indikasi sikap paling tinggi.
Notoatmodjo (2010) juga menyatakan bahwa faktor psikologis yang
sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku adalah sikap. Sikap
merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis,
karena sikap merupakan kecenderungan bertindak dan berekspresi. Oleh sebab
itu, sikap memang memiliki hubungan dengan adanya pengetahuan dan perilaku
seseorang.
Didukung oleh penelitian Ervina dkk (2014), menyimpulkan bahwa ada
hubungan antara sikap gizi seimbang dengan perilaku gizi seimbang pada
wanita prakonsepsi.
2) Cara Pengukuran Sikap
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan),
Merespons, Menghargai, Mengorganisasi, dan Menghayati. Skala yang digunakan
untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek di
20

antaranya menggunakan skala sikap (Budiman, 2013). Hasil pengukuran berupa


kategori sikap, yakni
Sifat sikap ada 2 jenis (Wawan dan Dewi, 2010):

a. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,


mengharapkan objek tertentu;
b. Sikap negatif, kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,
tidak menyukai objek tertentu.

Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. dalam
skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif
maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya
pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju (Sugiyono, 2012). Skala Likert atau
Likert Scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan
pendapat. Dengan skala likert ini, responden diminta untuk melengkapi kuesioner
yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap
serangkaian pertanyaan.

3. Faktor Biologis yang meliputi :


a. Usia
Usia berhubungan dengan kemampuan atau pengalaman orang tua dalam
mempertahankan status gizi anggota keluarga (Fillah, Ayu, dan Dewi, 2019).
Umur dikelompokan menjadi 2 yaitu berisiko dan tidak berisiko. Umur <20
tahun merupakan umur yang berisiko karena pada usia ini dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Sama halnya dengan umur >35 tahun, pada usia ini kesehatan dan keadaan rahim
ibu sudah tidak sebaik seperti umur 20 tahun - 35 tahun sebelumnya, hingga
perlu di waspadai kemungkinan yang terjadi seperti persalinan lama, perdarahan,
risiko cacat bawaan (Depkes, 2008)
Usia >20 tahun dan <35 tahun merupakan usia paling baik untuk
memperoleh hasil yang baik dari kehamilan, sehingga di harapkan status gizi ibu
lebih baik terhadap jalanya kehamilan (Almatsier, 2011).
21

C. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah di bahas diatas maka penulis membuat kerangka
teori sebagai berikut ini :

Faktor – faktor yang mempengaruhi


Anemia dan KEK pada ibu hamil :

1. Faktor langsung
a. Asupan makanan
b. Penyakit
c. Usia
2. Faktor tidak langsung Kebutuhan Gizi pada Wanita
a. Sosial ekonomi Usia Subur (WUS) dan
b. Pendapatan keluarga Prakonsepsi
c. Pekerjaan (aktifitas
fisik)
d. Pendidikan
e. Pengetahuan
f. Sikap

Pola konsumsi
pangan

Kekurangan Energi
Kronik dan Anemia

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber Modifikasi Teori dari Mahirawati (2014), Almatsier (2010),
Fillah, Ayu, Dewi (2019), Fatimah (2011), Notoadmojo (2014), Sugiyono
(2012).
22

D. Kerangka Konsep
Berdasarkan Kerangka teori maka peneliti mengambil kerangka konsep
sebagai berikut :

Calon Pengantin Wanita

1. Karakteristik :
- Umur Kejadian Anemia Gizi dan
- Pendidikan KEK pada Wanita Usia
- Pekerjaan Subur (WUS) dan
2. Pengetahuan Prakonsepsi
3. Sikap

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
23

E. Definisi Operasional
Tabel 1
Definisi Operasioanl
Gambaran Kejadian Anemia dan KEK pada calon pengantin di Wilayah Kec. Pagelaran Kab. Pringsewu Tahun 2020

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Umur Lama hidup calon Wawancara Kuesioner 1. Resiko anemia dan KEK : Nominal
pengantin wanita sejak dan melihat <20 th dan >35th
lahir sampai saat Kartu Tanda 2. Tidak Resiko Anemia dan
penelitian Penduduk KEK: >20th dan <35 th
(KTP)
(Depkes, 2008)

2. Pekerjaan Pekerjaan utama calon Wawancara Kuesioner 1. Tidak bekerja Nominal


pengantin wanita yang 2. Bekerja (PNS, Swasta,
dilakukan di suatu Wiraswasta dll)
unit usaha atau
kegiatan dan dapat (UU RI No.13 tahun 2003
penghasilan atas tentang ketenagakerjaan)
kegiatan tersebut serta
masih dilakukan
sampai saat penelitian
3. Pendidikan Jenis pendidikan Wawancara Kuisioner 1. Pendidikan Rendah: Ordinal
formal calon (SD/SMP/Mts/SMA/SMK)
pengantin wanita yang
telah diselesaikan dan 2. Pendidikan Tinggi :
mendapat ijazah (DI/DII/DIII/DIV/S1/S2/S3)
kelulusan
(BPS, 2018)
24

4. Pengetahuan Kemampuan hasil Wawancara Kuisioner Dikategorikan menjadi : Ordinal


calon menjawab calon 1. Baik : 80%
pengantin pengantin wanita 2. Cukup : 60%-80%
wanita tentang Anemia gizi 3. Kurang : <60%
tentang dan KEK pada
Anemia gizi kehamilan (Arikunto, 2013)
dan KEK
5. Sikap gizi Respon seseorang Wawancara Kuesioner 1. Negatif, bila skor <50% Ordinal
calon untuk setuju atau tidak 2. Positif, bila skor ≥50%
dengan
pengantin setuju pada pernyataan
wanita sikap gizi posisitif dan memilih (Likert, 2012)
sikap gizi negatif.
jawaban:
S : Setuju
SS : Sangat
Setuju
TS : Tidak
Setuju
STS : Sangat
Tidak Setuju

(Skala Likert:
Sugiyono,
2012)
25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif desain penelitian
cross sectional, yaitu peneliti mempelajari tentang tingkat pengetahuan dan juga
sikap wanita calon pengantin tentang anemia gizi dan KEK. Desain penelitian
cross sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau
pengumpulan data sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2019. Penelitian
akan dilaksanakan di KUA Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu

C. Subjek Penelitian
Adapun subjek pada penelitian ini adalah :
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sesuatu yang karakteristiknya mungkin
diselidiki atau diteliti (Rachmat, 2017). Populasi dalam penelitian ini merupakan
seluruh calon pengantin wanita yang mendaftarkan pernikahanya di KUA
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi objek penelitian
(Rachmat, 2017). Sampel adalah kumpulan elemen yang merupakan bagian kecil
dari populasi. Adapun penentu jumlah sampel yang digunakan oleh penulis
dalam penelitian ini adalah dengan metode sensus, berdasarkan pada ketentuan
yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002: 61-63), yang menyatakan bahwa : “
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus”. Metode
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel
26

jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan menjadi sampel.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah wanita calon
pengantin yang sudah mendaftarkan pernikahannya di KUA Kecamatan
Pagelaran pada saat penelitian berlangsung. Cara pengambilan sampel dilakukan
dengan memberikan kuesioner kepada setiap wanita prakonsepsi yang telah
mendaftarkan pernikahannya di KUA Kecamatan Pagelaran dan atau yang
mengahadiri kursus calon pengantin di KUA Kecamatan Pagelaran yang
dilakukan seminggu sekali pada hari selasa pukul 09.00 s.d. selesai. Penelitian
ini dilakukan selama 1 bulan dengan jumlah batas minimal yang harus diambil
oleh peneliti yaitu sebanyak 30 sampel.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang
relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi. Sampel merupakan bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi yang akan
diteliti.
Teknik penentuan sampel dalam penelitian adalah menggunakan teknik
accidental sampling. Accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel
berdasarkan kebetulan, konsumen yang secara kebetulan/incidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009).
Kriteria Inklusi dan Eksklusi pada sampel yang akan digunakan:
a. Inklusi
Semua calon pengantin wanita yang sudah mendaftarkan pernikahannya di
KUA Kecamatan Pagelaran pada saat penelitian berlangsung dengan
rentang umur 15-49 tahun dan bersedia menjadi responden.
b. Eksklusi
Calon pengantin wanita yang pernah menikah, hamil, dan melahirkan

D. Pengumpulan Data
1. Jenis data
b. Data primer
27

Data premier adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden
yaitu karakteristik Calon Pengantin Wanita (Umur, pendidikan, pekerjaan)
terkait dengan pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita tentang anemia
gizi dan KEK pada kehamilan.
a. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung atau
data yang dikumpulkan peniliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data
sekunder berasal dari Dinas Kesehatan Pringsewu dan KUA Kec. Pagelaran.
2. Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti atau mahasiswa gizi
yaitu dengan cara mewawancarai calon pengantin wanita secara langsung.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui hasil pengetahuan dan sikap calon
pengantin wanita tentang anemia gizi dan KEK. Pernyataan responden dalam
lembar kuesioner diusahakan bersumber langsung dari responden yang
bersangkutan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.
3. Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Kuesioner berisikan identitas responden.
b. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang pengetahuan gizi tentang
anemia dan KEK
Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang berbentuk
kuesioner, responden hanya diminta untuk memberikan tanda centang (√) pada
jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian pada kuesioner ini
yaitu, “Benar dan Salah”.

Rumus yang di gunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang di


dapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013), yaitu

Persentase = Jumlah nilai yang benar x 100%

Jumlah Soal
28

c. Kuesioner berisikan penilaian sikap responden tentang anemia gizi dan


KEK.

Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pernyataan yang berbentuk


kuesioner, responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan
mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap serangkaian
pertanyaan.
Dari setiap jawaban pernyataan sikap gizi pada instrumen penelitian ini
memiliki gradasi penilaian dari yang sangat positif sampai dengan yang sangat
negatif. Gradasi pengukuran untuk analisis kuantitatif pada penelitian ini
menggunakan standar yang diberi skor sebagai berikut:

1. Gradasi pernyataan positif :

SS (Sangat Setuju) = 4

S (Setuju) = 3

TS (Tidak Setuju) = 2

STS (Sangat Tidak Setuju) = 1

2. Gradasi pernyataan Negatif :


SS (Sangat Setuju) = 1

S (Setuju) = 2

TS (Tidak Setuju) = 3

STS (Sangat Tidak Setuju) = 4

1). Rumus Perhitungan Skala Likert

Rumus : T x Pn

T = Total jumlah responden yang memilih

Pn = Piliham angka skor likert


29

2). Interpretasi Skor Perhitungan


Y = skor maksimum x jumlah responden

X = skor minimum x jumlah responden

3) Rumus Index (%)


Indeks (%) = (Total Skor/ skor maksimum) x 100

4). Interval Penilaian

Kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:


a). Indeks 80%-100% = Sangat setuju
b). Indeks 60%-79,99% = Setuju
c). Indeks 20%-39,99% = Tidak setuju
d). Indeks 0-19,99% = Sangat tidak Setuju
Untuk hasil pengukuran skor dikonversikan dalam persentase maka dapat
dijabarkan untuk skor <50% hasil pengukuran negatif dan apabila skor ≥50%
hasil pengukuran positif.
4. Pengumpul Data
Cara pengumpulan data yaitu dilakukan dengan wawancara langsung
kepada responden. Jenis data yang diperoleh adalah data primer. Data primer
adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden dengan
menggunakan kuisioner. Pelaksana pengumpulan data dilakukan oleh
mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan Gizi.

D. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara:
a. Editing
Editing merupaka kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir
atau kuesioner apakah jawaban yang ada du kuesioner sudah:
30

a) Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya


b) Jelas : jawaban pertanyaan, apakah tulisannya cukup jelas terbaca
c) Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevian dengan pertanyaan
d) Konsisten : apakah anatara beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan isi jawaban konsisten
b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan. Coding digunakan untuk mempermudah pada
saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Adapun cara
pengkodean unruk setiap variabel sebagai berikut:
1. Umur diberi kode : 1 = Beresiko Anemia dan Kek
2 = Tidak beresiko
2. Pekerjaan diberi kode : 1 = Bekerja
2 = Tidak Bekerja
3. Pendidikan diberi kode : 1 = Pendidikan Rendah
(SD/SMP/MTs/SMA/SMK)
2 = Pendidikan Tinggi
(DI/DII/DII/DIV/S1/S2/S3)
4. Pengetahuan diberi kode: 1 = Baik
2 = Cukup
3 = Kurang
5. Sikap diberi kode : 1 = Negatif, bila skor <50%

2 = Positif, bila skor ≥50%

c. Processing
Pemrosesan data yang dilkukan dengan cara meng-entry data dari
kuesioner ke paket program komputer. Pemrosesan dilakukan agar data yang
sudah di-entry dapat dianalisis.

d. Cleaning
Cleaning atau pembersih data merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
31

2. Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat.
Analisis data univariat ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
atau distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian. Variabel yang
diteliti yaitu tingkat pengetahuan dan sikap wanita calon pengantin tentang
anemia gizi dan KEK. Angka hasil pengukuran dapat ditampilkan dalam bentuk
angka, atau sudah diolah menjadi presentase, rasio, prevalensi.
32

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin. 2014. Asupan Gizi Pada Ibu Hamil. Http:


www.scribd.com/doc/47810533/makalah-anemia-bumil.diakses 19
september 2019.

Andriani. 2015.Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lingkar Lengan


Atas di Kelurahan Sukamaju Kota Depok. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Almatsier, S. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT.Gramedia


Pustaka

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC.
Ausa, Erma Syarifuddin dkk. 2013. Hubungan Pola Makan dan Status
Sosial Ekonomi dengan KEK pada Ibu Hamil di Kabupaten Gowa
Tahun 2013. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
Universitas Hasanuddin
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS)

Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi


Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan, & Macro international Inc.
2013. Survei Jenjang Pendidikan Tertinggi. 2018. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi


Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan, & Macro international Inc.
2013. Survei Pendapatan UMR Lampung. 2018. Bandar Lampung.

Baliawati, Y. F, dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Dienny, Fillah Fithra., Rahadiyanti, Ayu., Kurniawati, Dewi Marfu’ah. 2019. Gizi
Prakonsepsi. Jakarta: Bumi Medika.
Fisik dengan Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia 20-35
Tahun di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Skripsi. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
33

Hamid, Fauziah. A. Razak Thaha. Abdul Salam. 2014. Analisis Faktor


Risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Wanita Prakonsepsi di
Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Hasanuddin.

Kementrian Kesehatan. RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat


Jenderal Bina Gizi Dan KIA.

Kementrian Kesehatan. RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.


Jakarta: Kemenkes RI

Kesumasari, C. 2012. Anemia Gizi, Masalah dan Pencegahnya. Yogyakarta:


Kalika

Notoadmojo, S. 2012. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Puli, Tenri. Thaha, A. R. Syam, Aminuddin. 2014. Hubungan Sosial Ekonomi


Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Wanita Prakonsepsi Di Kota
Makassar. Skripsi. Universitas Hasanudin, 1-7.

Puseksmas Anggalomoare Kabupaten Konawe. 2018. Laporan Tahunan Ibu


Hamil Tahun 2017. Konawe: Kabupaten Konawe.

Sugiyono., Proverawati., Asfuah., 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Nuha
Medika. Yogyakarta.

Salamah,Siti. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Usia


Dini Di Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.
https://lib.unnes.ac.id/26208/1/6411412063.pdf. diakses 28 november 2019.

Sipahutar., Aritonang, E., Siregar. 2013. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor. IPB.
Press.

Supariasa. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

World Health Organization. 2015. Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil. Geneva:
WHO.
34

Lampiran 1

Nomor
(Diisi Peneliti)

Identitas Responden Diisi Peneliti

1. Nama Lengkap
Umur
3. Pekerjaan* 0. PNS
(Lingkari salah satu) 1. Swasta
2. Wiraswasta
3. Tidak Bekerja
…………………….
4. Pernah Menikah* 0. Ya
(Lingkari salah satu) 1. Tidak

5. Pernah Hamil* 0. Ya
(Lingkari salah satu) 1. Tidak

6. Pendidikan* 0. Tidak sekolah


(Lingkari salah satu) 1. Tamat SD
2. Tamat SMP
3. Tamat SMA
4. Tamat Perguruan
Tinggi

7. No Telp/Hp
8. Alamat Lengkap
35

Lampiran 2

Kuesioner tingkat pengetahuan tentang anemia gizi dan KEK masa prakonsepsi
Berilah tanda (√) pada jawaban yang anda anggap benar

Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1. Anemia sering di alami oleh wanita usia subur.
Dalam pengertian awam istilah anemia adalah
tekanan darah rendah.
2. Tanda dan gejala anemia antara lain mengalami
pusing, badan lemah, cepat lelah, lesu dan
pandangan berkunang-kunang terutama jika
bangkit dari duduk.
3. Salah satu penyebab anemia adalah kurang
mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi
seperti hati ayam dan daging-dagingan.
4. Selain mengkonsumsi makanan sumber zat besi,
wanita usia subur juga harus minum tablet
tambah darah
5. Semua ibu hamil harus minum tablet tambah
darah sebanyak 20 tablet selama kehamilan
6. Semua wanita usia subur harus minum tablet
tambah darah sebanyak 1 tablet/minggu dan
selama mensturuasi 1 tablet/hari.
7. Ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi makanan
hewani seperti telur, ikan, dan daging karena
dapat menyebabkan bau amis pada bayi.
8. Calon ibu yang anemia beresiko mengalami
pendarahan pada saat melahirkan
9. Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah
tidak perlu meminum tablet tambah darah
10. Anemia pada wanita usia subur ditandai dengan
kadar Hb <10 g/dl
11. Nasi, sayur dan buah termasuk makanan sumbr
energi
12. Ibu hamil yang konsumsi makanan sumber
energinya kurang, cenderung melahirkan Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR)
13. Singkong talas dan sagu bukan termasuk
makanan sumber energi
36

14. Mengkonsumsi anekaragaman makanan dapat


memenuhi kebutuhan zat gizi
15. Kekurangan konsumsi sumber energi pada ibu
dapat di ukur melalui Hb dan Tekanan darah.
16. Konsumsi makanan sumber energi yang kurang
dari kebutuhan secara terus-menerus akan
menyebabakan KEK
17. Ibu yang mengalami kekurangan gizi selama
kehamilannya maka ia beresiko memiliki bayi
dengan kondisi kesehatan yang buruk
18. Jumlah asupan makanan adalah salah satu Faktor
– faktor yang mempengaruhi kekurangan energi
kronik
19. Ibu dengan badan yang gemuk pada waktu hamil
harus mengurangi makan untuk menurunkan
berat badan
20. Susunan hidangan bagi ibu hamil harus sesuai
dengan pedoman gizi seimbang untuk menjamin
pertumbuhan janin
Sumber : Aprilitta Noor Amelia, 2017
37

Lampiran 3

Kuesioner Sikap Calon Pengantin Wanita Tentang Anemia Gizi dan KEK Masa
Prakonsepsi

Petunjuk Pengisian
Bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan teliti, berikan tanda (√) pada
jawaban yang menurut anda benar

Keterangan :
SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS

1. saya akan rutin minum tablet Fe setiap


hari saat menstruasi
2. Saya setuju bahwa anemia tidak akan
mempengaruhi pertumbuhan janin
3. Saya akan mengkonsumsi makanan
sumber Fe seperti hati ayam dan
daging
4. Saya setuju pengukuran Hb tiap bulan
pada wanita usia subur sangat di
anjurkan
5. Saya setuju bahwa hanya ibu hamil
yang membutuhkan asupan zat besi

6. Saya akan selalu berupaya agar


memiliki berat badan normal

7. Seharusnya saya memperbanyak


konsumsi sayuran hijau dan kacang-
kacangan untuk menghadapi masa
kehamilan
8. Sebaiknya saya menimbang berat
badan tiap hari agar tetap ideal

9. Makanan ideal saya sehari-hari terdiri


dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
10. Saya harus melakukan pengukuran
lingkar lengan agar dapat mengetahuhi
apakah beresiko kurang energi kronik
(KEK) atau tidak.
Sumber : Aprillita Noor Amelia (2017) dan Sukmawati (2012)

Anda mungkin juga menyukai