PENDAHULUAN
oleh pengelola sumber daya dan pelayanan di apotek tersebut. Oleh sebab itu, standar
pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam menjalankan suatu apotek. Jika suatu
makan tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Karena
pelayanan farmasi adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien atau
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980, tugas dan
sumpah jabatan
apotek meliputi :
lainnya.
2.2 Apoteker
Mengacu pada definisi apoteker di Kepmenkes No.1027 tahun 2004 maka
bersifat otonom yaitu Ikata Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) yang sekarang menjadi
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, non verbal, maupun bahasa local.
d. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, sehingga
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
kefarmasian adalah menyediakan dan memberikan sediaan farmasi dan alat kesehatan
kuratif, dan rehabilitative kepada masyarakat. Hal ini menjadikan apoteker harus ikut
bertanggung jawab bersama-sama dengan profesi kesehatan lainnya dan pasien, untuk
tercapainya tujuan terapi yaitu penggunaan obat yang rasional (Mashuda, 2011)
kefarmasian yang baik secara komprehensif, berupa panduan yang berisi sejumlah
informasi yang memadai dan saran untuk pasien dan pemantauan terapi obat.
berupa promosi peresepan rasional dan ekonomis serta penggunaan obat yang
tepat.
dilakukan sebelum obat diserahkan pada pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker dan disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
Informasi obat pada pasien minimal meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan
obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi. Dan konseling yang harus diberikan yaitu konseling
mengenai sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Selain itu dalam rangka
promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain
PEMBAHASAN
3.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
a. Perencanaan
bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
b. Pengadaan
undangan.
c. Penerimaan
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam suarat pesanan
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
2. Semua bahan obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
5. Pengeluaran obat memakai system FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
3. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
5. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
f. Pengendalian
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluwarsan, jumlah pemasukan, jumlah
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud
pertimbangan klinis.
2. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktek (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf
2. Stabilitas.
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, menifestasi
klinis lain).
5. Kontra indikasi.
6. Interaksi
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
B. Dispensing
obat.
emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
resep)
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan, dan minuman yang harus
lain.
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil.
8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apoteker
(apabila diperlukan)
formulir.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas, dan herbal.
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisik atau kimia dari obat dan
lain-lain.
masyarakat (penyuluhan)
1. Pasien kondisi khusus (pediatric, geriatric, gangguan fungsi hati dan atau
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih
dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan