Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

Pengertian Bronkopneumonia
Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang
mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita penyakit Pnemonia
dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal musim semi. Pneumonia
diklasifikasikan menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
(1998) menyatakan, “pneumonia adalah suatu proses inflamasi atau peradangan yang diklasifikasikan
oleh area yang terlihat yaitu bronkopneumonia dengan viral sebagai penyebabnya”
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis
(bronkiolitis). Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak,
dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat
(Nursalam, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada
bronkus yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
benda asing sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat
sel tubuh tidak bisa bekerja dan mengakibatkan kematian.

Epidemiologi Bronkopneumonia Disease


Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka
13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic
2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di
Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia
adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti
di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat
infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas
bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP
Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58% diantara penderita rawat
jalan adalah kasus infeksi dan 11,6% diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap
58,8% kasus infeksi dan 14,6% diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan
53,8% kasus infeksi dan 28,6% diantaranya infeksi nontuberkulosis.

Etiologi Bronkopneumonia Disease


Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa.
Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia,
merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan
penggunaan alkohol).
b. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi
nasokomial).
2. Bakteri gram negatif
a. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan gangguan
jalan nafas kronis).
b. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi saluran
kemih).
c. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan).
4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).

Tanda dan Gejala Bronkopneumonia Disease


1. Takipnea (nafas cepat)
2. Saat bernapas terdengar suara ronki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
5. Sianosis area sirkumoral
6. Gerakan dada tidak simetris
7. Anoreksia dan Malaise
8. Gelisah
9. Fatique
10. Frekuensi BAB bertambah / harinya

Patofisiologi Bronkopneumonia Disease


Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk
ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di
paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman
berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon
peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena
adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini
menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan
produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta
kolaps alveoli. Sebagai tambahan, bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial
pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju
atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus pirogen.
Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat
sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia,
tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah
karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan
saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat
mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan
berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot
interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60
hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh
penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon
dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang
merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan
pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi,
penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi
sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat
pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan
dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas
permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah
akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam
lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena demam
yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia ini masuk
lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun
meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun
menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan
fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman
juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora
normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi
sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena demam
yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian
menjadi produktif.
Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease
1. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak
dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai
berikut:
a. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah
sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah.
b. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat
pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
c. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru.
d. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri
maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
2. Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %,
mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan
datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan
hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada
daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor
infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat
selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan
polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
1. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4-5 hari.
2. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl
0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
3. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat
diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
4. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

Pencegahan Bronkopneumonia Disease


Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia
2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:
1. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur, menjaga
kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
2. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza,
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan tubuh
yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi
dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak
tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41,
pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya
lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis
metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia


A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : “An.R”
Umur : 7 bulan
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Jl R.A. Kartini
Tanggal MRS : 28 Oktober 2018
Tgl pengkajian : 28 Oktoer 2018
Diagnosa medis : Pneumonia
b. Identitas orang tua
Ayah
Nama : “Tn.N”
Umur : 28 Thn
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Supir mobil
Agama : Islam
Alamat : Jl R.A. Kartini
Ibu
Nama : “Ny.M”
Umur : 24 Thn
Pendidikan : SMP
Pekerjaa : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl R.A. Kartini

c. Identitas sadara kandung


Klien adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung)
2. Keluhan utama/ alasan kunjungan
a. Keluhan utama : Sesak nafas
b. Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami sejak 3 hari yang lalu,
batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus
dan disertai dengan demam yang tinggi.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Ø Prenatal care
1) Pemeriksaan kehamilan: 5kali
2) Keluhan selama hamil: tidak ada keluhan
3) Riwayat terkena sinar dan terapi obat: tidak ada
4) kenaikan berat badan selama hamil: lupa
5) Imunisasi TT: 2kali
6) Golongan darah ayah: tidak tahu
7) Golongan darah ibu: B
Ø Natal
1) Tempat melahirkan:di rumah
2) Lama dan jenis persalinan:spontan
3) Penolong persalinan:bidan
4) Cara memudahkan persalinan:tidak ada
5) Obat perangsang:tidak ada
6) Komplikasi waktu lahir:tidak ada
Ø Post natal
1) Kondisi bayi – BBL: 2,8 kg, PBL: 50 cm
2) Bayi kemerahan setelah lahir,tidak ada cianosis
Ø Penyakit yang pernah dialami:demam
Ø Kecelakaan yamg pernah dialami:tidak ada
Ø Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya
Ø Alergi makanan obat-obatan tidak ada
Ø Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:tidak pernah
Ø Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai darah, yaitu nenek yang tinggal
serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti diabetes
melitus.
4. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah
Pemberian
1 BCG 1bulan Demam
2 DPT(I,II.III) 2bln,3bln.4bln Tidak ada
3 POLIO(I.II.III.IV) 2bln.3bln.4bln,6bln Tidak ada
4 CAMPAK 9bulan (belum dilakukan) Tiak ada
5 HEPATITIS(I,II,III) 2bln,3bln,4bln –

5. Riwayat tumbuh kembang


a. Pertumbuhan fisik
1) Berat badan baru lahir :2,8 kg
2) Panjang badan: 50 cm
b. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
1) Berguling :4bulan
2) duduk :6bulan
3) merangkak :7bulan
4) senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan
5) bicara pertama kali:1bulan
6) berpakaian tanpa bantuan orang lain:belum bisa
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian asi
1) Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir
2) cara pemberian:setiap kali bayi menangis
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini
usia 0 – 6 bulan: ASI
usia 7 bulan : ASI + bubur beras merah
7. Riwayat psikososial
a. Anak tunggal
b. lingkungan berada di kota
c. rumah dekat dengan masjid
d. tidak ada tempat bermain
e. tidak punya kamar sendiri
f. ada tangga yang berbahaya
g. anak tidak punya ruang bermain
h. hubungan antara anggota keluarga harmonis
i. pengasuh anak adalah ibunya sendiri
8. Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh dan diberikan
umur yang panjang oleh Allah SWT.
9. Reaksi hospitalisasi
a. Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap
1) Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya
2) Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya
3) Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu menangis
bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.

10. Aktivitas sehari-hari


a. Pola makan dan Minum
Pola Makan:
No Pola makan Kondisi sebelum sakit Kondisi selama sakit
1. Selera makan Nafsu makan baik Nafsu makan menurun
2. Menu makanan ASI+ bubur beras merah sesuai diet
3. Frekuensi makan 3x sehari 2x sehari
4. Makanan pantangan tidak ada makanan berminyak
5. Pembatasan pola makan tidak ada tidak ada
6. Cara makan disuapin disuapin
Pola minum:
Pola minum Sebelum sakit Selama sakit
Minuman minum ASI + air putih, minum ASI + air putih,
Frekuensi 5-6 kali sehari, 3-5 kali sehari,
Jumlah masukan ± 1000-1500 ml/hari. ± 800-1000 ml/hari.
b. Pola Eliminasi
BAK
Pola BAK Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi BAK 4 – 5 kali sehari, 3 – 4 kali sehari,
Jumlah keluaran ± 1200cc, ± 800 cc,
Bau khas, khas,
Warna jernih. jernih.
BAB
Pola BAB Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi BAB 2 – 3 kali sehari, 1 kali sehari,
Konsistensi lunak, keras,
Bau khas, khas,
Warna kuning. kuning.
c.

d. Pola istirahat / tidur


Pola istirahat tidur Sebelum sakit Selama sakit
Banyaknya waktu tiudr ±10 jam per hari, ± 6 jam perhari,
Gangguan waktu tidur tidak ada. sulit tidur karena sesak nafas
e. Pola personal higine
Pola personal higyene Sebelum sakit Selama sakit
Mandi 3 kali sehari ( di mandikan 2 kali sehari ( di mandikan
ibu ), ibu pakai waslap ),
Keramas 3 kali 1 minggu 2 kali 1 minggu.
f. Pola aktivitas
Sebelum sakit Selama sakit
bisa bermain hanya bisa menangis
11. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
a. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah : 100/80 mmHg
2) Nadi : 98 x/Mnt
3) Suhu : 39 ºC
4) Pernapasan : 32 x/Mnt
b. Antropometri
1) Panjang badan : 75 cm
2) Berat badan : 8 kg
3) LILA : 10 cm
4) Lingkar kepala : 30 cm
5) Lingkar dada : 35 cm
6) Lingkar perut : 40 cm
c. Sistem pernapasan
1) Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping hidung, tidak ada
polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
2) Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
3) Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara posterior dan anterior
1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
4) Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.
5) clubbing finger : tidak ada.
d. Sistem cardiovaskuler
1) Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat, tekanan vena jugularis tidak
meninggi.
2) Suara jantung : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.
3) Tidak ada bising aorta & Mur-mur.
4) Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.
e. Sistem pencernaan
1) Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.
2) Abdomen : Hati tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba.
3) Peristaltik : 30 x/Mnt
f. Sistem indra
1) Mata
Ø Kelopak mata : Tidak edema
Ø Bulu mata : Menyebar
Ø Alis : Menyebar
Ø Mata : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada
2) Hidung
Ø Stuktur hidung simetris kiri & kanan, penciuman baik, tidak ada trauma di hidung, mimisan tidak
ada
Ø Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman
3) Telinga
Ø Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih, serumen tidak ada.
Ø Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah suara tersebut.

g. Sistem Saraf
1) Fungsi Serebral
Ø Orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan tidak Di identifikasi
Ø Kesadaran
- Eyes : 4
- Motorik : 6
- Verbal : 5
- GCS : 15 (normal 13-15)
2) Fungsi Cranial
Ø Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi
Ø Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi
Ø Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata tidak diidentifikasi
Ø Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
Ø Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi
Ø Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat diidentifikasi.
Ø Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.
Ø Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi
Ø Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat diidentifikasi
Ø Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi
3) Fungsi motorik
Ø Massa otot : lemah
Ø Tonus otot : menurun
Ø kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat menahan berat dan
Tekanan pemeriksa.
4) Fungsi sensorik
Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi.
5) Fungsi Cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.
6) Refleks
Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)
7) Iritasi Meningen
Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.
8) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan menggunakan DDST :
Ø Motorik kasar : duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan
Ø Motorik halus : mencari benang, menggaruk manik- manik, memindahkan kubus, mengambil 1
kubus
Ø Bahasa : meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau mama
Ø Personal sosial : tepuk tangan
h. Sistem Muskuloskeletal
1) Kepala
Ø Bentuk : Normal
Ø Gerakan : tidak diidentifikasi
2) Vertebrae
Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis
3) Pelvis
Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan
4) Lutut
Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)
5) Kaki
tidak bergerak.
6) Tangan
tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse
i. Sistem Integument
1) Rambut : hitam,tidak mudah dicabut
2) kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada tahi lalat.
3) Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku pendek dan agak bersih.

j. Sistem Endokrin
1) kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
2) Ekskresi urine berlebihan : tidak ada
3) Polidipsi dan Poliphagi : tidak ada
4) Keringat berlebihan : tidak ada
5) Riwayat air seni dikerumuni semut : tidak ada.
k. Sistem Perkemihan
Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.
l. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
m. Sistem Immune
1) Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.
2) Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu
3) Bicara
Ø Ekspresive :Klien menangis jika merasakan sakit
Ø Reseptive : tidak diidentifikasi
12. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit = 450 103/µL
b. LED = 7 mm/jm
c. kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan
13. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen
b. Cairan glukosa 10%
c. Kloramfenikol 250 mg 3X sehari

B. Analisa Data
No Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah
1. DO: Edema antara kapiler dan Kerusakan
– Klien nampak sesak alveoli pertukaran gas
– pernapasan cuping Peningkatan O2 dan Co2 berhubungan
hidung, pernapasan dangkal yang berdifusi dengan gangguan
– Klien nampak pucat dan Kecepatan difusi gas pengiriman
cianosis menurun oksigen
DS: Difusi O2 dan Co2
– Ibu klien mengatakan terganggu
anaknya sesak.
2. DO: Pembentukan sel eksudat Bersihan jalan
– Klien nampak batuk Alveoli dibronciolus berisi nafas tidak efektif
berlendir dan beringus. eksudat eritrosit, fibrin dan berhubungan
– terdengar bunyi ronchi, bakteri dengan
No Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah
stridor pada lapang paru. Penumpukan secret/mucus penumpukan
– Pergerakan dada tidak Obtruksi jalan nafas mucus dijalan
simetris. nafas
– TTV:
T : 100/80 N : 98 X/menit
S : 39 C P : 32 X/ menit
DS :
– Ibu klien mengatakan
anaknya batuk berlendir dan
beringus.
– Klien mengatakan
dadanya terasa sakit saat
batuk.
3. DO : Stimulus chemoreseptor Hipertermi
– KU : Lemah hipotalamus.
– Suhu : 39 C Termoregulator
DS : Peningkatan metabolisme
– Klien mengeluh badannya
panas.
4. DO : Kompensasi cadangan Nutrisi Kurang
– Porsi makan tidak habis lemak yang dipergunakan dari kebutuhan
– Selera makan menurun oleh tubuh
– BB : 15 kg TB : 120 cm Anoreksia
DS :
– Ibu klien mengatakan
anaknya malas makan.
– Ibu klien mengatakan
porsi makan anaknya tidak
dihabiskan.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen
2. jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mucus dijalan nafas
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada jaringan parenkim paru
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

D. Intervensi keperawatan
Nama Pasien : An.R
No.Regristasi : 7544
No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperwatan
1 Kerusakan Menunjukkan - klien tidak 1. observasi 1. mengetahui
pertukaran perbaikan sesak nafas frekuensi penyebab gangguan
gas ventilasi dan - tidak sianosis kedalaman dan pengiriman oksigen
berhubungan oksigenasi kemudahan 2. mempermudah
dengan jaringan dan bernafas dalam bernafas
gangguan tidak ada 2. tinggikan 3. memenuhi
pengiriman gejala distres kepala dan kebutuhan istirahat
oksigen pernafasan. membantu tidur
Berpartisipasi mengubah 4. mengetahui kondisi
pada tindakan posisi,nafas pasien lebih lanjut
untuk dalam 5. 5.memberikan
emaksimalkan 3. bantu nutrisi pasien agar
oksigenasi. mempertahankan tidak kekurangan
istirahat tdur glukosa
menggunakan 6. 6. membunuh virus
teknik relaksasi penyebab pneumonia
4. observasi
penyimpangan
kondisi,
mencatat
hipotensi, pucat
dan sianosis
5. berikan infus
D5 5%
6. berikan anti
inflamasi 3x
sehari
2 jalan nafas Menunjukkan - tidak terdapat1. observasi 1. mengetahui adanya
tidak efektif prilaku skret frekuensi kelainan pada sistem
berhubungan mencapai - tidak sesak kedalaman dan pernafasan
dengan bersihan jalan nafas pergerakan dada2. untuk
penumpukan nafas. 2. auskultasi area mendengarkan ada
mucus Tidak paru atau tidak nya bunyi
dijalan nafas mengalami 3. ajarkan atau tambahan
aspirasi. menjelaskan 3. berguna untuk
cara batuk mengeluarkan sekret
efektif dengan
duduk posisi
tinggi

3 Hipertermi Menunjukkan - Badan klien 1. observasi ttv 1. mengetahui


berhubungan adanya tidak teraba 2. anjurkan klien keadaan pasien
dengan penurunan panas. untuk memberi 2. untuk menurunkan
inflamasi suhu tubuh kompres hangat suhu tubuh
pada klien dalam 3. intruksikan 3. agar pasien tidak
jaringan batas normal klien untuk dehidrasi
banyak minum
parenkim minimal 1500
paru ml perhari
4 Nutrisi Menunjukkan - Nafsu makan1. observasi 1. untuk memantau
kurang dari peningkatan klien pemasukan asupan nutrisi pasien
kebutuhan status gizi bertambah makanan klien 2. untuk mengetahui
berhubungan klien - Porsi makan2. observasi kondisi klien
dengan dihabiskan anoreksia,mual 3. Untuk asuan nutrisi
anoreksia - Menunjukkan dan muntah pasien
peningkatan 3. berikan 4. Agar tidak terjadi
berat badan makanan sedikit peradangan pada
tapi sering tenggorokan pasien
4. anjurkan ibu 5. Agar mulut pasien
klien untuk bersih
menghindari
pemberian
makanan panas
atau dingin.
5. ajarkan ibu
melakukan
perawatan mulut
sebelum dan
sesudah makan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Tanggal Implementasi
Dx
1. 28 oktober 20181. mengobservasi frekuensi kedalaman dan kemudahan bernafs
2. meninggikan kepala dan membantu mengubah posisi,nafas dalam
3. Membantu mempertahankan istirahat tdur menggunakan teknik
relaksasi
4. M engobservasi penyimpangan kondisi, mencatat hipotensi,pucat
dan sianosis
5. Memberikan infus D5 5%
6. Memberikan anti inflamasi 3x sehari
2. 29 oktober 20181. mengobservasi frekuensi kedalaman dan pergerakan dada
2. mengauskultasi area paru
3. mengajarkan atau menjelaskan cara batuk efektif dengan duduk
posisi tinggi
3. 30 oktober 20181. mengobservasi ttv
2. menganjurkan klien untuk memberi kompres hangat
3. mengintruksikan klien untuk banyak minum minimal 1500 ml
perhari
4. 31 oktober 20181. mengobservasi pemasukan makanan klien
2. mengobservasi anoreksia,mual dan muntah
3. memberikan makanan sedikit tapi sering
4. menganjurkan ibu klien untuk menghindari pemberian makanan
panas atau dingin.
5. mengajarkan ibu melakukan perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan

F. EVALUASI
No Tanggal Evaluasi
1. 28 – 10 – 2018 S : Klien mengeluh Sesak
O : Klien masih sesak
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.
2. 29 – 10 – 2018 S : Klien mengeluh masih batuk dan beringus
O : Klien masih batuk
Pergerakan dada tidak simetris, terdengar bunyi ronchi.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.
3. 30-10-2018 S : ibu Klien mengatakan anaknya badannya masih panas.
O : Badan klien masih teraba panas
Suhu 38 c
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3,4
4. 31-10-2018 S : Ibu klien mengatakan anaknya malas makan
O : Klien malas makan
Klien hanya makan ½ porsi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3, 4, 5

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh Vidhia Umami. 2006. Jakarta:
Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh Alfrina Hany. 2005.
Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan Pasien: proses keperawatan,
diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh Susan Martin Tucker, et al. 1998. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria
hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai