BAB I
PENDAHULUAN
Pola curah hujan di wilayah Bogor juga dipengaruhi oleh letak geografisnya.
Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian
timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang
dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah
Jawa Barat (termasuk Bogor). Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai
330 m dari permukaan laut. Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 – 15% dan
sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30%.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
apakah perubahan suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan,
untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Suhu Udara Rata-Rata Terhadap Jumlah Curah Hujan di Wilayah Bogor Tahun
2001 – 2009.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Terjadinya peningkatan suhu udara rata-rata di wilayah Bogor.
2. Kenaikan suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan di
wilayah Bogor.
3. Menipisnya lapisan ozon di wilayah Antartika tidak terlalu mempengaruhi
perubahan suhu udara rata-rata di wilayah Bogor.
A. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta adanya keterbatasan peneliti dalam
hal waktu dan kemampuan, maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Suhu udara rata-rata selama sembilan tahun (2001 – 2009)
2. Jumlah curah hujan rata-rata selama sembilan tahun (2001 – 2009)
3. Ukuran lubang ozon selama sembilan tahun (2001 – 2009)
A. Rumusan Masalah
3
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk:
1. Mengetahui pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata terhadap jumlah
curah hujan di wilayah Bogor.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata
dengan jumlah curah hujan di wilayah Bogor.
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh meningkatnya ukuran lubang ozon
dengan meningkatnya suhu di wilayah Bogor.
A. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah:
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi
pemerintah kota Bogor untuk merencanakan program pemerintah dalam
rektrurisasi lingkungan di wilayah sehingga suhu udara kembali stabil dan
tidak terjadi perubahan pola curah hujan yang terlalu signifikan.
2. Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan
masukan bagi masyarakat kota Bogor, agar dapat merubah pola kehidupan
yang dapat menyebabkan pola curah hujan di wilayah berubah, seperti terlalu
banyak menggunakan bahan-bahan kimia Cholor Fluoro Carbon (CFC), halon
dll.
Bab II. Tinjauan Pustaka: berisi teori suhu udara, teori hujan, teori lapisan ozon.
Bab III. BMG Wilayah II Ciputat: sejarah BMG, tugas dan fungsi BMG, dan
struktur organisasi BBMG.
Bab IV. Metode Penelitian: berisi tempat dan waktu penelitian, data penelitian
(sumber) dan metode pengumpulan data, metode penelitian, metode dan analisis
data, dan teknik pengolahan data.
Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan: berisi hasil penelitian, dan pembahasan
(suhu udara, curah hujan, lubang ozon).
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
1 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Stasiun Ahmad Yani Semarang, “Suhu Udara”,
artikel diakses pada tanggal 16 juli 2010 dari http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm
6
Matahari merupakan kendali iklim yang sangat penting dan sebagai sumber
utama di bumi yang menggerakan udara arus laut. Diameter matahari 1,42 x 106
km dan suhu permukaan ± 6.000 K.2
Setiap saat atmosfer pada setiap bagian mempunyai suhu yang berbeda. Hal
tersebut disebabkan oleh jumlah sinar matahari yang diterima pada setiap daerah.
Jadi tinggi rendahnya suhu udara pada setiap daerah berbeda, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah:
datangnya sinar matahari yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar matahari dan suatu
bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut datangnya sinar matahari, maka
semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima bumi semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar matahari, berarti semakin miring
datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi semakin rendah.
Dengan:
Th = suhu pada ketinggian h meter dari permukaan laut, dan
Tho = suhu pada ketinggian ho.
A. Teori Hujan
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi
sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti
embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh
ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena
sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut
sebagai virga.5
Hujan sangat berperan dalam siklus hidrologi. Ketika air laut menguap, ia
berubah menjadi awan, lalu terkumpul menjadi awan mendung lalu turun kembali
ke bumi dalam bentuk tetes-tetes air, dan akhirnya kembali ke laut
melalui sungai dan anak sungai untuk mengulang daur dari awal lagi.
Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah curah hujan adalah Pluviometer
atau penakar hujan (rain gage), yang dinyatakan sebagai kedalaman air yang
terkumpul pada permukaan yang datar, dan diukur kurang lebih 0,25 mm. Satuan
Internasional (SI) yang digunakan untuk curah hujan adalah “millimeter” yang
merupakan singkatan dari liter per meter persegi.
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1
5 Wikipedia, “Hujan” artikel diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan
9
(satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Butir air yang dapat keluar dari awan mencapai bumi sekurang-kurangnya
bergaris tengah 200 mikrometer; bila kurang dari 200 mikrometer, butir-butir air
tersebut sudah habis menguap sebelum mencapai bumi (1 mikrometer = 0,001
cm). Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya air hujan yang jatuh pada setiap
permukaan seluas 1 m2 setinggi 1mm, dengan tidak menguap, meresap atau
mengalir. Atau Sejumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 liter pada setiap luasan
1 m2. 6
Contoh :
- Curah hujan 150 mm pada luasan 1 Km2 = 150 juta liter air
6 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Stasiun Ahmad Yani Semarang, “Suhu Udara”,
artikel diakses pada tanggal 16 juli 2010 dari http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm.
7 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika, Stasiun Ahmad Yani Semarang, ibid.
10
Estimasi Kumulatif CH
Klasifikasi Hujan Harian Hari Hujan
Jumlah CH Sebulan
a. Sangat ringan (< 5 5 -6 Hari 10 – 15 mm 10 – 15 mm
mm/24 jam)
b. Ringan (5 – 20 6 – 7 Hari 60 – 70 mm 70 – 85 mm
mm/24 jam)
c. Sedang (21 – 50 6 – 7 Hari 180 – 210 250 – 295 mm
mm/24 jam) mm
d. Lebat (51 – 100 2 – 4 Hari 150 – 250 400 – 545 mm
mm/24 jam) mm
e. Sangat lebat (> 100 1 – 2 Hari 110 – 300 510 – 845 mm
mm/24 jam) mm
1. Jenis-jenis Hujan8
Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya,
ukuran butirannya, atau curah hujannya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan.
11
2) Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator,
akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara.
Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan
di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
4) Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin
bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua
massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin
lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan
lebat yang disebut hujan frontal.
5) Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin
Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya angin muson adalah karena
adanya pergerakan semu tahunan matahari antara Garis Balik
Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi
bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi
bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan
adanya musim penghujan dan musim kemarau.
3) Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan
yang suhunya dibawah 0° Celcius. Umumnya berasal dari awan
Culumunimbus (Cb) yang tinggi.
12
4) Hujan deras atau rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu
diatas 0° Celsius dengan diameter ± 7 mm. Umunya berasal dari
Altostratus tebal atau Nimbostratus.
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak
geografis. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia
bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT
yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak
adalah Jawa Barat. Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada
di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Luasnya 21,56 km², terletak pada
ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter diatas permukaan laut dengan
jumlah curah hujan 325,38 mm/tahun.
Tetes air terbentuk pada inti-inti kondensasi dari berbagai tipe dan ukuran.
Partikel awan (tetes air) yang ada di dalam atmosfer dibedakan dalam tiga
golongan berdasarkan ukurannya,yaitu:
1) Inti biasa, dengan garis tengah < 0,1 μ
2) Inti besar, dengan garis tengah 0,1 – 1,0 μ
3) Inti besar besar, dengan garis tengah > 1,0 μ
Ozon adalah salah satu daripada gas-gas yang membentuk atmosfer. Molekul
dwi atom oksigen (O2) yang kita bernafas membentuk hampir-hampir 20%
atmosfer. Ozon secara alami terdapat di dalam atmosfir. Masing-masing molekul
ozon terdiri dari tiga buah atom oksigen dan dinyatakan sebagai O3. Ozon bisa
dijumpai di dua wilayah atmosfer. Sekitar 10% ozon berada di lapisan troposfir,
15
yaitu wilayah atmosfir yang paling dekat dengan permukaan bumi dari permukaan
bumi hingga ketinggian 10 – 16 kilometer.10
Meskipun ozon bisa ditemukan dalam jumlah yang kecil di semua lapisan
atmosfer, namun karena adanya proses kimia dan radiasi, keberadaannya tidak
terlalu signifikan. Hampir sekitar 90 % dari jumlah ozon yang ada di atmosfer
berada pada lapisan teratas yang dikenal dengan nama stratosfer, yang lokasinya
sekitar 15 – 50 km di atas permukaan bumi. Wilayah yang berisikan konsentrasi
terbesar dari ozon ini dinamakan sebagai lapisan ozon.
2. Lapisan ozon
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30
mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon.
Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh
sinar ultraviolet matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah
terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul
nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.11
3. Kepentingan Ozon
Ozon (O3) dihasilkan apabila O2 menyerap sinaran UV pada jarak gelombang
242 nanometer dan disingkirkan dengan foto-pengasingan dari sinaran bagi jarak
gelombang yang besar daripada 290 nm. O3 juga merupakan penyerap utama
sinaran UV antara 200 dan 330 nm. Penggabungan proses-proses ini adalah
efektif dalam mengekalkan kemalaran bilangan ozon dalam lapisan dan
penyerapan 90% sinaran UV.
10 Birusoft Cipta Informatika, “Ozon Indonesia” artikel diakses pada tanggal 12 Juli 2010
dari http://www.ozon-indonesia.org/index.php?table=ozon&view=true&no=2.
11 Wikipedia, “Ozon” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Ozon.
16
Penipisan yang drastis ini sering disebut dengan istilah “lubang ozon” (lihat
gambar 2.4). Dalam citra satelit, kadar ozon yang rendah tersebut menyerupai
sebuah lubang.
Pada akhir tahun 2002, majalah terkemuka The Straits Times melansir hasil
penelitian para ilmuwan mengenai lubang ozon. Para ilmuwan menemukan,
lubang ozon semakin menganga lebar. Di belahan Antartika misalnya, lubang di
lapisan ozon bertambah menjadi 23 juta km persegi (setara lebih luas Amerika
Utara). Padahal pada periode yang sama pada tahun 1998 lubang ozon masih
kecil.
Salah satu zat utama yang bertanggung jawab terhadap kerusakan lapisan
ozon adalah unsur Klorin (Cl). Unsur ini secara luas digunakan sebagai cairan
pendingin (refrigerant) pada freezer, kulkas, AC ruangan, dan mesi pendingin
lainnya, serta dikenal sebagai zat CFC (Chlorofluorocarbon) (lihat gambar 2.5).
reaksi yang terjadi, sehingga laju penguraian ozon lebih cepat dibandingkan laju
pembentukannya. Hal ini menyebabkan menurunnya konsentrasi lapisan ozon di
atmosfer.
Menurut hasil penelitian, satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000
senyawa ozon dan bertahan sampai 50 tahun di atmosfer. Zat-zat perusak ozon
(ODS) utama yang bertanggung jawab terhadap perusakan ozon antara lain CFC,
Halon (digunakan dalam cairan pemadam kebakaran), dan Dinitrogen dioksida.
Peristiwa kerusakan lapisan ozon ini menyebabkan suhu permukaan bumi dan
trofosfir meningkat (lihat gambar 2.6).
A. Sejarah BMG
Riset cuaca dan geofisika pada tahun 1866 diresmikan oleh pemerintah
Hindia Belanda menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en
Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi
yang dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi
Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala
Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of
Indonesia with WMO. Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika
diubah menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen
Perhubungan, pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun
1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika,
kedudukannya tetap dibawah Departemen Perhubungan Udara.
B B M G W ila y a h II
KEPALA
B ID A N G B ID A N G D A T A B A G IA N T A T A
OBSER VASI D A N IN F O R M A S I U SAH A
S U B B ID A N G S U B B ID A N G S U B B A G IA N S U B B A G IA N
IN S T R U M E N T A S I P E N G U M P U L A N D A N KEU AN G AN D AN PER SU R A T AN D AN
D A N K A LIB R A S I PEN YEBAR AN P E R LE N G K A P A N K E P E G A W A IA N
S U B B ID A N G S U B B ID A N G
P E LA Y A N A N J A S A M A N A J E M E N D A T A
K E LO M P O K JA B A T A N
F U N G S IO N A L
Keterangan :
2. BBMG Wilayah II terdiri dari tiga bidang, antara lain Bagian Tata Usaha,
Bidang Observasi, Bidang Data dan Informasi, dan satu Kelompok Jabatan
fungsional.
3. Bagian Tata Usaha terdiri dari Subbagian Keuangan dan Perlengkapan, dan
Subbagian Persuratan dan Kepegawaian. Masing-masing subbagian
bertanggung jawab kepada bagian Tata Usaha.
5. Bidang Data dan Informasi terdiri dari Subbidang Manajemen Data dan
Subbidang Pelayanan Jasa. Masing-masing subbidang bertanggung jawab
kepada Bidang Data dan Informasi.
BAB IV
23
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah studi literatur dengan
menganalisis data suhu udara rata-rata dan jumlah curah hujan di wilayah Bogor
selama periode sembilan tahun (2001 – 2009). Data tersebut diperoleh dari
laporan klimatologi kota Bogor Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah II
Ciputat.
b. Metode Dokumentasi
24
Trt=TrbN
25
Keterangan:
Trt = suhu udara rata-rata pertahun
∑ Trb = jumlah suhu udara rata-rata perbulan dalam 1 tahun
N = jumlah bulan 1 tahun
Rrt=RrbN
Keterangan:
Rrt = jumlah rata-rata curah hujan pertahun
∑ Rrb = jumlah rata-rata curah hujan sebulan selama 1 tahun
N = jumlah bulan 1 tahun
BAB V
A. Hasil Penelitian
26
Pada bab ini, diuraikan secara rinci hasil penelitian sebagai jawaban atas
rumusan masalah yang tertera pada bab I. Beberapa hal yang akan diuraikan
meliputi: (1) data suhu udara rata-rata, suhu maksimum, (2) data curah hujan
pertahun, (3) data ukuran lubang ozon, (4) data pengaruh suhu udara rata-rata
terhadap jumlah curah hujan pertahun, dan (5) data pengaruh lubang ozon
terhadap suhu udara rata-rata selama periode sembilan tahun (2001 – 2009).
Untuk mengetahui apakah suhu udara mempengaruhi pola curah hujan di
wilayah Bogor, terlebih dahulu data suhu udara rata-rata perbulan selama satu
tahun dijumlahkan dan dicari rata-ratanya pertahun.
Trt=TrbN
Keterangan:
Trt = suhu udara rata-rata pertahun
∑ Trb = jumlah suhu udara rata-rata perbulan dalam 1 tahun
N = jumlah bulan 1 tahun
Setelah diketahui suhu udara rata-rata pertahun, kemudian dibuat diagram
suhu udara rata-rata setiap tahunnya untuk melihat perbedaan antara satu tahun
dengan tahun lainnya, juga untuk mengetahui pada tahun manakah suhu udara
paling tinggi atau paling rendah dan pada tahun berapa suhu udara mengalami
kenaikan paling tinggi atau sebaliknya.
Demikian pula dengan jumlah curah hujan rata-rata, setelah diperoleh jumlah
curah hujan rata-rata per tahun, dengan cara menjumlahkan curah hujan rata-rata
perbulan selama satu tahun dibagi dengan jumlah bulan selama satu tahun,
Rrt=RrbN
Keterangan:
Rrt = jumlah rata-rata curah hujan pertahun
∑ Rrb = jumlah rata-rata curah hujan sebulan selama 1 tahun
N = jumlah bulan 1 tahun
27
Selama periode tiga tahun (2001 – 2003), suhu udara mengalami peningkatan.
Tahun 2003 suhu udara rata-rata mencapai 26,10 oC, sekaligus menjadi tahun
yang memiliki suhu udara rata-rata paling tinggi. Tahun 2008 adalah tahun yang
memiliki suhu udara rata-rata terendah diantara tahun-tahun yang lain. Menurun
dari tahun sebelumnya 26,09 oC menjadi 25,50 oC. Keadaan suhu udara rata-rata
ini hampir sama pada tahun 2001 yaitu 25,54 oC hanya berbeda 0,04 oC.
Selama periode sembilan tahun (2001 – 2009) dapat dilihat suhu maksimum
rata-rata dari tahun 2001 hingga tahun 2004 suhu udara terus meningkat. Dari
tahun 2001 suhu udara maksimum rata-ratanya adalah 30,98 oC, dan pada tahun
2004 suhu udara rata-ratanya adalah 31,87 oC. Pada tahun 2005 suhu udaranya
31,38 oC, menurun 0,49 oC dari tahun sebelumnya, dan tahun 2006 kembali
meningkat lagi, yaitu 31,87.
Suhu udara maksimum rata-rata pada tahun 2004 dan tahun 2006 mempunyai
nilai yang sama, yaitu 31,87 oC. Dan pada tahun 2009 adalah tahun yang
memilliki suhu maksimum rata-rata yang paling tinggi, yaitu 31,97 oC dimana
pada tahun sebelumnya hanya mencapai 31,28 oC.
Berdasarkan klasifikasi hujan (tabel 2.3 hal 11), dapat didefinisikan jumlah
curah hujan rata-rata pada tahun 2001 hingga tahun 2004, curah hujan termasuk
sedang. Pada tahun 2005 jumlah curah hujan rata-rata mencapai 410,74 mm
merupakan curah hujan yang lebat.
Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah curah hujan rata-rata yang cukup
drastis, menurun sebesar 161,51 mm dari tahun sebelumnya, yaitu 249,23 mm.
Tahun ini adalah tahun yang memiliki jumlah curah hujan rata-ratanya paling
rendah dibandingkan tahun yang lain, dan termasuk klasifikasi hujan ringan
karena masih kurang dari 250 mm.
38
Diagram 5.4 Pengaruh Kenaikan Suhu Udara Rata-rata Terhadap Jumlah Curah
Hujan
Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kenaikan suhu udara rata-rata
mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Bogor, walaupun pengaruh
kenaikan suhu udara rata-rata ini tidak terlalu signifikan.
Jumlah curah hujan yang paling tinggi adalah 410,74 mm dengan suhu udara
rata-rata 25,85 oC, yaitu pada tahun 2005. Dan jumlah curah hujan yang paling
rendah adalah 249,23 mm dengan suhu udara rata-rata 25,87 oC yaitu pada tahun
2006.
Pada tahun 2008, jumlah curah hujan tidak terlalu dipengaruhi oleh kenaikan
suhu udara rata-rata. Jumlah curah hujan 345,03 mm sedangkan suhu udara rata-
rata hanya 25,50 oC.
Tabel 5.10 Ukuran Lubang Ozon dan Suhu Udara Rata-rata Per Tahun
2005 29 25.85
2006 29 25.87
2007 25 26.09
2008 27 25.50
2009 24.3 26.08
Dilihat dari diagram, ukuran lubang ozon dalam kurun waktu sembilan tahun
(2001 – 2009) tahun 2002 merupakan tahun yang memiliki ukuran lubang ozon
yang paling kecil. Tahun 2003, 2005, dan 2006 memiliki ukuran lubang ozon
yang sama yaitu 29 juta km2. Pada tahun 2005 ukuran lubang ozon menyempit
hingga ukuran 25 juta km2, dan pada tahun selanjutnya ukuran lubang ozon meluas
lagi.
Tahun 2003, 2005, dan 2006 adalah tahun yang memiliki ukuran lubang ozon
yang paling besar selama periode sembilan tahun (2001 – 2009) dengan ukuran
yang sama yaitu 29 juta km2.
Diagram 5.6 Pengaruh Menipisnya Lapisan Ozon Terhadap Suhu Udara Rata-rata
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan dijelaskan hasil dari penelitian melalui tabel dan
diagram di atas
1. Suhu Udara
Dari tabel dan diagram di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2001
mencapai 25,54 0C. Sedangkan pada tahun 2002 suhu udara mencapai kenaikan
sebesar 0,16 0C. Suhu udara rata-rata paling tinggi periode sembilan tahun (2001
– 2009) pada tahun 2003 yaitu mencapai 26,10 0C.
Suhu udara maksimum rata-rata pertahun selama sembilah tahun mengalami
kenaikan dari tahun 2002 – 2004, suhu udara maksimum rata-ratanya yaitu 31,38
0
C, 31,71 0C, dan 31,87 0C.
Sementara itu beranjak pada tahun 2005, suhu udara mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yaitu 31,38 0C. pada tahun 2006 suhu udara maksimum
rata-rata meningkat lagi.
Tahun 2009 merupakan tahun yang mencapai suhu udara maksimum rata-rata
yang paling tinggi selama periode sembilan tahun (2001 – 2009), yaitu 31,97 0C
2. Curah Hujan
Jumlah curah hujan rata-rata pada tahun 2002 juga mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya dari 306,96 mm menjadi 338,46 mm. Sedangkan tahun 2003
jumlah curah hujan rata-rata menurun (lihat diagram 5.3).
Pada tahun 2005 jumlah curah hujan rata-rata mencapai jumlah yang paling
tinggi yaitu 410,74 mm. Beranjak ke tahun 2006 jumlah curah hujan rata-rata
kembali menurun menjadi 249,23 mm, artinya terjadi penurunan sebesar 161,52
mm. Pada tahun 2009 suhu udara juga menurun dari tahun sebelumnya yaitu dari
345,03 mm menjadi 286,17 mm.
Pada diagram 5.4 pengaruh kenaikan suhu udara rata-rata terhadap perubahan
curah hujan, dapat dilihat bahwa ada pengaruh kenaikan suhu udara terhadap pola
curah hujan di wilayah Bogor.
Iklim merupakan salah satu dari komponen ekosistem, dengan variabel suhu,
angin, dan curah hujan. Perubahan iklim terjadi karena terjadinya perubahan pada
variabel dari iklim tersebut (Kwik Kian Gie, 2002). Sehingga meningkatnya suhu
41
3. Lubang Ozon
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian NASA, ukuran lubang
ozon dari tahun 2001 mencapai ukuran 28,3 juta km2, sedangkan pada tahun 2002
lubang ozon menyempit ukurannya menjadi 23 juta km2. Selama 4 tahun
berikutnya (2003 – 2006) ukuran lubang ozon rata-rata mencapai 29 juta km2.
Pada tahun 2007 lubang ozon mengalami penurunan sebesar 4 juta km2 dari
tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 lubang ozon melebar lagi hingga ukuran 27
juta km2, artinya meningkat 2 juta km2 dari tahun 2007. Dan pada tahun 2009
ukuran lubang ozon kembali menyempit hingga ukuran 24,3 juta km2 (lihat
diagram 5.5).
Pada tahun 2006 ukuran lubang ozon sama pada tahun 2003 dan 2005, yaitu
29 juta km2 dengan suhu udara rata-rata yang berbeda (2003 = 26,10 0C, 2005 =
25,85 0C, 2006 = 25,87 0C).
Dari data yang kita peroleh, ternyata ukuran lubang ozon tidak terlalu
berpengaruh terhadap suhu udara di wilayah Bogor, namun kenaikan suhu udara
rata-rata berpengaruh terhadap pola curah hujan di wilayah Bogor.
BAB VI
PENUTUP
42
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada data suhu udara rata-rata pertahun selama periode sembilan tahun
(2001 – 2009), tahun 2003 menjadi tahun yang memiliki suhu udara rata-
rata paling tinggi yaitu 26,10 0C dengan curah hujan 342,56 mm.
2. Jumlah curah hujan rata-rata yang paling tinggi adalah pada tahun 2005,
yaitu 410,74 mm dengan suhu 25,85 0C.
3. Suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan di wilayah
Bogor, sedangkan peningkatnya ukuran lubang ozon tidak terlalu
berpengaruh terhadap kenaikan suhu udara di wilayah Bogor. Ini dapat
dilihat dari ukuran lubang ozon pada tahun 2003, 2005, dan 2006 yang
memiliki ukuran yang sama, yaitu 29 juta km2 tetapi suhu udara rata-
ratanya berbeda.
A. Saran
Perlu adanya perhatian yang lebih untuk masyakat dan pemerintah kota
Bogor terhadap perubahan suhu udara dan curah hujan. Dan sebaiknya pemerintah
kota Bogor menggalakkan program rektrurisasi lingkungan di wilayahnya
sehingga suhu udara kembali stabil dan tidak terjadi kenaikan curah hujan yang
terlalu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
43
Birusoft Cipta Informatika, “Ozon Indonesia” artikel diakses pada tanggal 12 Juli
2010 dari http://www.ozon-indonesia.org/index.php?
table=ozon&view=true&no=2.
Science Daili, “Scientists Find Antarctic Ozone Hole To Recover Later Than
Expected” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari
http://www.sciencedaily.com/releases/2006/06/060630095235.htm.
Stephen Ornes, “The Hole Story” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari
http://discovermagazine.com/2007/feb/ozone-hole-worsening.
Surya, Yohanes, “Infeksi di lapisan ozon”, artikel diakses pada tanggal 9 juli
2010 dari http://yohanessurya.com/dowload/penilis/teknologi-13.pdf.
TIM BMG. Laporan Monitoring Cuaca Wilayah Jabotabek. Ciputat: Balai Besar
Meteorologi dan Geofisika Wilayah II, 2010.
Warta Bumi, “Pemanasan Global Amat Pengaruhi Curah Hujan” artikel diakses
pada tanggal 10 juli 2010 dari
http://www.antaranews.com/berita/1267461408/pemanasan-global-amat-
pengaruhi-curah-hujan.
44