PENDAHULUAN
2.1. Defenisi
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatik atau akibat
kondisi yang menyebabkan sendi tidak digunakan. Idiopatic frozen shoulder
sering terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.
2.4. Anatomi
Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks dari
sendi yang terpisah: glenohumeral, skapulothorakal, sternoklavikular,
suprahumeral, akromioklavikular, costosternal, costovertebral
Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks dari 7
sendi yang terpisah : glenohumeral, skapulohumeral, skapulokosta,
suprahumeral, skapulotorasik,sternoklavikular , akromioklavikular .
Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna
karena lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam
0
aktivitas kehidupan sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu : fleksi ( 180 ),
ekstensi (60 0 ),abduksi ( 180 0 ), adduksi ( 75 0), endorotasi ( 90 0 ),eksorotasi (
90 0 ) .
Glenohumeral,sternoklavikular, dan akromioklavikular merupakan sendi
artrodial.Walaupun sendi ini masing –masing dapat bergerak sendiri, semuanya
bergerak secara simultan dan sinkron, sehingga tercipta gerakan yang halus dan
mulus. Sendi sternoklavikular menghubungkan gelang bahu dan dinding dada,
yang dibentuk oleh iga I , klavikula, dan manubrium sterni. Sendi
akromioklavikular dan sternoklavikular memungkinkan klavikula mengadakan
rotasi sesuai dengan sumb panjangnya , ataupun melakukan gerakan elevasi pada
saat mengangkat bahu. Dapat pula melakukan gerakan fleksi dan ekstensi gelang
bahu . ( Gambar 1.)
(7). Costovertebral.
Gerakan lain yang penting adalah gerakan rotasi internal dan rotasi
eksternal. Gerakan rotasi internal merupakan gerakan gelang bahu dimana
tangan dapat mencapai bagian punggung /belakang kepala ( gambar 3 ).
Kedua gerakan ini sangat penting untuk dapat melakukan aktivitas memakai
baju, bersisir.
a. Pain ( freezing )
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi
bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir
sampai 10 -36 minggu.
b. Stiffness ( frozen )
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan
yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh
keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis
tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase
ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.
Sianturi, Goldfried. Studi Komparatif injeksi dan oral triamcinolone
acetonide pada sindroma frozen sholuder. Semarang. 2003
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik
secara gerak aktif maupun pasif. Pada pemeriksaan fisik, fleksi atau elevasi
mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurang dari 45 derajat, dan rotasi
internal dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang.
Terdapat pula restriksi pada rotasi eksternal.
2.8. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada penderita “ frozen shoulder “ didapatkan keluhan nyeri di bagian depan
dan samping bahu ,sehingga penderita tidak dapat menyisir rambut maupun
keluhan keterbatasan gerak lainnya.
b. Pemeriksaan fisik
“ Frozen shoulder “ merupakan gangguan pada kapsul sendi ,maka gerakan g
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher , lengan
atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan
pasif dan aktif terbatas, pertama – tama pada gerakan elevasi dan rotasi
interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.
Tes “ Appley scratch “ merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi
lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus
medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala (
gambar 5). Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini.
Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi
terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai
penyebab keterbatasan.
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus “ rotator cuff “. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat
bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot
deltoid, supraspinatus dan otot “ rotator cuff “lainnya.
2.7 Penatalaksanaan
Manipulasi manual dari bahu yang terkena harus dilakukan oleh dokter yang
terampil. Tujuan dari manipulasi ini adalah untuk secara manual memecah
adhesi dan untuk mengembalikan gerak. Manipulasi menanggung risiko robek
bahu kapsul sendi atau menyebabkan gangguan struktur internal.
Manipulasi jaringan lunak dari bahu, sering disebut rilis myofascial atau
mobilisasi jaringan lunak, digunakan untuk perlekatan bebas yang membatasi
gerak dan menciptakan rasa sakit. Rilis Myofascial biasanya lambat peregangan
jaringan lunak yang dilakukan sambil menerapkan tekanan berkelanjutan untuk
jaringan ikat dari struktur yang terlibat.
Jika di dalam hal tindakan yang lebih konservatif tidak bekerja, pengobatan
dengan sifat intervensi dapat digunakan. Intervensi ini termasuk suntikan
steroid, manipulasi-under-anestesi (MUA), dan operasi. suntikan steroid
mempunyai keefektifan sama dengan MUA tapi memiliki lebih sedikit dari
bahaya yang terkait dengan anestesi dan sedasi. Pembedahan biasanya
diperuntukkan untuk kasus yang lebih berat.
Selain itu untuk kasus resisten terhadap pengobatan lainnya, manipulasi-
under-anestesi (MUA) dapat diindikasikan. Di MUA, pasien dibius untuk
mengurangi tingkat rasa sakit dan ketahanan otot. Dokter bedah ortopedi
memanipulasi bahu untuk membebaskan perlekatan. Rezim intensif terapi fisik
diperlukan untuk beberapa minggu setelah MUA untuk mencegah perlekatan
baru dari pembentukan berikut manipulasi.
2.7.4 Operasi
Dalam kasus yang tahan terhadap segala bentuk lain dari perawatan bedah
ortopedi dapat digunakan untuk menghapus adhesi ketat.
2.8 Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita
frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Frozen shoulder merupakan suatu kelainan muskuloskletal yang terjadi akibat
inflamasi sendi bahu. Frozen shoulder menyebabkan penderitanya sulit melakukan
aktifitas sehari-hari akibat nyeri yang timbul saat menggerakan sendi bahu sehingga
pergerkan menjadi terbatas. Penatalaksanaan untuk penyakit ini adalah pemberian
analgesic, NSAID, atau kortikosteroid, menjalaini fisioterapi, atau pembedahan.