Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Frozen shoulder, atau juga sering disebut adhesive capsulitis merupakan
suatu kondisi yang sangat nyeri dan melumpuhkan. Sering menyebabkan
frustrasi besar bagi pasien karena pemulihannya yang lambat. Pergerakan bahu
menjadi sangat terbatas. Nyerinya biasanya terus-menerus, bertambah parah pada
malam hari, atau saat udara menjadi lebih dingin, dan akibat keterbatasan
pergerakan sehingga membuat melakukan kegiatan sehari-hari menjadi sulit.
Frozen shoulder adalah suatu penyakit yang umum terjadi yang
menyebabkan morbiditas yang signifikan. Meskipun penyakit ini telah lama
dikenal definisi, diagnosis, patologi dan perawatan yang paling tepat sebagian
besar masih belum jelas.
Frozen shoulder pertama kali diterangkan oleh Duplay tahun 1872 dalam
rangkumannya “periarthritis scapulohumeral”, meskipun istilah frozen shoulder
pertama kali digunakan pada tahun 1934 oleh Codman, yang menggambarkan
rasa nyeri dengan onset lambat yang terasa dekat insersi otot deltoid,
ketidakmampuan untuk tidur di sisi yang terkena, dan pembatasan di kedua
elevasi aktif dan pasif dan rotasi eksternal, namun pada pemeriksaan radiologis
normal. Banyak pasien datang dengan keluhan gerakan yang terbatas dan
menyakitkan pada gerak bahu. Gerakan yang terhambat ini dapat disebabkan
karena rasa sakit atau karena kelemahan dari rotator cuff
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana


terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi
glenohumeral, sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan
gerak dan nyeri yang kronis

2.2. Epidemiologi

Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering


ketiga setelah nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen
shoulder pada populasi umum dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11%
pada penderita diabetes.
Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau
berurutan, pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih
sering pada pasien dengan diabetres dari pada yang tidak. Pda 14% pasien, saat
frozen shoulder masih terjadi pada suatu bahu, bahu kontralateral juga
terpengaruh. Frozen shoulder kontralateral biasanya terjadi dalam waktu 5 tahun
onset penyakit. Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang sama jarang
terjadi.
Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan
hipertriglicemi. Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung,
tuberkulosis, dan berbagai kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS,
namun asosiasi ini sebagian besar hanya anekdot dan tidak didukung dengan
studi case control.

2.3. Etiologi

Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatik atau akibat
kondisi yang menyebabkan sendi tidak digunakan. Idiopatic frozen shoulder
sering terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.

Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar


collum dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering
menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff
tendinopati, sekitar 10% dari pasien dengan kelainan ini akan mengalamai
frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak
menjalani fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sling terlalu lama
juga dapat menyebabkan frozen shoulder.
Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma
atau operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena, akan
tetapi pada sepertiga kasus pergerakan yang terbatas dapat terjadi pada kedua
lengan.
Selain disebabkan oleh kontusio jaringan dapat pula disebabkan oleh
beberapa keadaan yang berhubungan dengan imobilisasi yang lama 3,7,13,17 ,
seperti fraktur lengan, fraktur bahu. Ada beberapa penulis menghubungkan
dengan penyakit paru menahun , tuberkulosa paru/tumor apeks paru, diabetes
mellitus,penyakit saraf servikal, dan juga oleh karena disuse dari sendi bahu yang
sering terjadi pada hemiparesis atau monoparesis dimana lengan terlibat.
Biasanya “ frozen shoulder “ merupakan akibat setelah terjadinya robekan “
rotator cuff”, tendinitis supra spinatus, tendinitis yang mengalami kalsifikasi,
bursitis subakromial, glenohumeral artritis .
Pada suatu penelitian 90 % penderitanya menunjukkan HLA B – 27 positif,
yang berarti bahwa perlekatan tersebut merupakan manifestasi reaksi inflamasi
autoimun. Penderita yang menggunakan obat-obat luminal, yodium dan
isoniasid dalam jangka panjang banyak mengidap “ frozen shoulder “. De Palma
melaporkan bahwa setiap hambatan yang menghalangi gerak sendi
skapulohumeral/skapulotorasik menyebabkan inaktivitas dari otot sehingga
merupakan predisposisi terjadinya “frozen shoulder”

2.4. Anatomi
Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks dari
sendi yang terpisah: glenohumeral, skapulothorakal, sternoklavikular,
suprahumeral, akromioklavikular, costosternal, costovertebral
Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks dari 7
sendi yang terpisah : glenohumeral, skapulohumeral, skapulokosta,
suprahumeral, skapulotorasik,sternoklavikular , akromioklavikular .
Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna
karena lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam
0
aktivitas kehidupan sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu : fleksi ( 180 ),
ekstensi (60 0 ),abduksi ( 180 0 ), adduksi ( 75 0), endorotasi ( 90 0 ),eksorotasi (
90 0 ) .
Glenohumeral,sternoklavikular, dan akromioklavikular merupakan sendi
artrodial.Walaupun sendi ini masing –masing dapat bergerak sendiri, semuanya
bergerak secara simultan dan sinkron, sehingga tercipta gerakan yang halus dan
mulus. Sendi sternoklavikular menghubungkan gelang bahu dan dinding dada,
yang dibentuk oleh iga I , klavikula, dan manubrium sterni. Sendi
akromioklavikular dan sternoklavikular memungkinkan klavikula mengadakan
rotasi sesuai dengan sumb panjangnya , ataupun melakukan gerakan elevasi pada
saat mengangkat bahu. Dapat pula melakukan gerakan fleksi dan ekstensi gelang
bahu . ( Gambar 1.)

Gambar 1 : Persendian pada gelang bahu :

(1). Glenohumeral, (2). Suprahumeral.

(3). Akromioklavikular. (4). Scapulokostal,

(5). Sternoklavikular. (6). Costosternal.

(7). Costovertebral.

Sendi glenohumeral dibentuk oleh humerus dan skapula dengan fosa


glenoid yang menjadi lebih dalam dengan adanya labrum glenoid. Permukaan
kapsul sendi cukup luas dan untuk mempertahankan kaput sendi tetap pada
tempatnya diperkuat oleh ligamen glenohumeri dan ligamen korakohumeral .
Muskulotendineus “ rotator cuff “ terdiri atas gabungan tendon dari
otot supraspinatus, infraspinatus, teres minor yang berinsersi pada
tuberkulum mayus humeri, dan subskapularis yang berinsersi pada
tuberkulum minus humeri. Subskapularis berfungsi sebagai internal rotator,
supraspinatus sebagai elevator , sedangkan infraspinatus dan teres minor
berfungsi sebagai eksternal rotator .

Sendi bahu mempunyai gerakan yang paling luas diantara sendi-sendi


lain. Geraka abduksi bisa sampai 1800 . Dua pertiga bagian gerak ini
dilakukan oleh sendi glenohumeral dan sepertiga lainnya dilakukan oleh
skapulotorasik. Karena itu untuk mencapai gerak lengan yang penuh sampai
diatas kepala diperlukan sendi yang tidak ada gangguan. (gambar 2 ).

Gerakan lain yang penting adalah gerakan rotasi internal dan rotasi
eksternal. Gerakan rotasi internal merupakan gerakan gelang bahu dimana
tangan dapat mencapai bagian punggung /belakang kepala ( gambar 3 ).
Kedua gerakan ini sangat penting untuk dapat melakukan aktivitas memakai
baju, bersisir.

Gambar 2 : Gerakan skapulotorasik.


(sumber : Caillet R.)

Gambar 3 : Tes Rotasi.


(sumber : Dixon AS)
2.5. Patofisiologi

Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis


menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama.
Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu.
Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang
apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak
tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi
tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti
sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan
reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis
akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler
dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul
sendi.

Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi. Kapsul


yang berada di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat
ruangan untuk tulang humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak
terjadi nyeri.

Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah


fibrosis yang padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik
ditemukan prolifrasi aktif fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi
miofibroblas sehingga menyebabkan matriks yang padat dari kolagen yang
berantakan yang menyebabkan kontraktur kapsular. Berkurangnya cairan
synovial pada sendi bahu juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen shoulder.

Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan


fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut
menyebabkan penjedalan dalam darah dan membentuk suatu substansi yang
melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan
perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis adhesiva
pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.

Terdapat pula pendapat yang menyatakan adanya proses perrubahan vakuler


pada frozen shoulder.
2.6. Faktor resiko

Meskipun etiologi capsulitis adhesiv belum diketahui, ada sejumlah faktor


yang terkait. Bukti terbaru berimplikasi pada kadar serum sitokin yang tinggi
sebagai penyebab pengeluaran respon inflamasi berupa respon fibrotik
berkelanjutan dan berkepanjangan pada pasien dengan capsulitis.adesive
21,54,113 Untuk saat ini, hubungan antara sitokin dan faktor penyebab, apakah
itu berbahaya atau terkait dengan trauma ringan, tidak diketahui
Individu dengan diabetes mellitus tipe 1 dan 2 memiliki kecenderungan lebih
berpotensi terkena capsulitis adesiv
Penyakit tiroid merupakan faktor risiko yang terkait dengan capsulitis
adhesive. Milgrom et al77 melaporkan bahwa 13,4% pasien dengan capsulitis
adhesive memiliki disfungsi tiroid. Sebagian besar pasien dengan penyakit tiroid
yang kemudian terkena capsulitis adhesive adalah perempuan (16 dari 17).
Faktor risiko lainnya yang dapat menyebabkan frozen shoulder diantaranya
imobilisasi yang berkepanjangan, infark miokard, trauma, dan penyakit
autoimun
Dokter harus mengakui bahwa (1) pasien dengan diabetes mellitus dan
penyakit tiroid mempunyai risiko untuk mendapatkan capsulitis adhesiv, dan (2)
capsulitis adhesiv lebih sering pada individu umur 40 sampai 65 tahun,
perempuan, dan memiliki episode sebelumnya di lengan kontralateral.

2.7. Gambaran Klinis

Gambaran klinis frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :

a. Pain ( freezing )
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi
bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir
sampai 10 -36 minggu.
b. Stiffness ( frozen )
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan
yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh
keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis
tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase
ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.
Sianturi, Goldfried. Studi Komparatif injeksi dan oral triamcinolone
acetonide pada sindroma frozen sholuder. Semarang. 2003

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik
secara gerak aktif maupun pasif. Pada pemeriksaan fisik, fleksi atau elevasi
mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurang dari 45 derajat, dan rotasi
internal dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang.
Terdapat pula restriksi pada rotasi eksternal.

Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi


lingkup gerak sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis
skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada
frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan
bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus
rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena
reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus
dan otot rotator cuff lainnya

2.8. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada penderita “ frozen shoulder “ didapatkan keluhan nyeri di bagian depan
dan samping bahu ,sehingga penderita tidak dapat menyisir rambut maupun
keluhan keterbatasan gerak lainnya.
b. Pemeriksaan fisik
“ Frozen shoulder “ merupakan gangguan pada kapsul sendi ,maka gerakan g
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher , lengan
atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan
pasif dan aktif terbatas, pertama – tama pada gerakan elevasi dan rotasi
interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.
Tes “ Appley scratch “ merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi
lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus
medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala (
gambar 5). Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini.
Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi
terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai
penyebab keterbatasan.
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus “ rotator cuff “. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat
bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot
deltoid, supraspinatus dan otot “ rotator cuff “lainnya.

Gambar 5 : Tes Appley scracth.

c. Pemeriksaan laboratorium dan dan radiologidi frozen shoulder

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium tertentu atau tanda radiologis


untuk frozen shoulder namun diagnosis pada dasarnya berdasarkan klinis.
Studi imunologi (seperti leukosit antigen B27 manusia), protein C reaktif,
dan tingkat sedimentasi eritrosit semua normal W21-W23. Kebanyakan ahli
bedah ortopedi tidak akan menyelidiki frozen shoulder di luar foto x ray
polos. Ketika hasil pemeiksaan radiografi foto polos dari frozen shoulder
diambil frozen shoulder mungkin akan dilaporkan normal seperti biasa,
meskipun frozen shoulder mungkin menunjukkan osteopenia periarticular
sebagai akibat dari tidak digunakan. 9 W24 Kontras teknesium-99m
diphosphonate bone scan menunjukkan peningkatan asorbsi pada sisi yang
terkena pada 92% pasien dibandingkan dengan sisi yang berlawanan atau
dengan kontrol. 9 arthrography menunjukkan temuan dengan karakteristik
keterbatasan kapasitas sendi bahu (5-10 ml dibandingkan dengan 25-30 ml
dalam sendi yang normal). Magnetic resonance imaging mungkin
menunjukkan sedikit penebalan di kapsul sendi dan ligamencoracohumeral

2.7 Penatalaksanaan

Gambar 2 : Penatalaksanaan pada frozen shoulder

Komponen yang paling mendasar dari mengobati frozen shoulder adalah


gerakan. Imobilitas memperburuk kondisi ini. Inilah sebabnya mengapa bahu
jarang bergerak sebagai bagian dari rencana perawatan untuk cedera dan gerak
diperkenalkan awal. Perawatan yang paling umum untuk frozen shoulder latihan
mobilitas dan obat anti-inflamasi. Manipulasi bahu juga ditunjukkan. Dalam
kasus resisten, disuntik steroid yang digunakan. Dalam kasus yang jarang
terjadi, manipulasi di bawah anestesi atau pembedahan dapat diindikasikan. Dari
catatan, suntikan steroid memiliki manfaat yang sama dengan manipulasi-under-
anestesi (MUA) tanpa risiko yang terkait dengan anestesi.

Skema ini menunjukkan risiko pengobatan menaik. Pengobatan paling aman


terdaftar di dasar piramida dengan tingginya tingkat komplikasi di atas. Pasien
harus memanfaatkan pengobatan paling aman yang menghasilkan hasil.

Pengobatan utama untuk frozen shoulder adalah peregangan. Pengobatan lain


meliputi penggunaan non-steroid anti-inflammatory (NSAID) seperti ibuprofen
atau aspirin, suntikan kortikosteroid ke bahu terpengaruh, manipulasi,
mobilisasi, gesekan pijat, dan modalitas terapi. Dalam kasus persisten,
manipulasi di bawah anestesi, atau operasi yang diperlukan untuk
mengembalikan gerak bahu.

2.7.1 Manipulasi bahu

Manipulasi manual dari bahu yang terkena harus dilakukan oleh dokter yang
terampil. Tujuan dari manipulasi ini adalah untuk secara manual memecah
adhesi dan untuk mengembalikan gerak. Manipulasi menanggung risiko robek
bahu kapsul sendi atau menyebabkan gangguan struktur internal.

2.7.2 Mobilisasi myofascial

Manipulasi jaringan lunak dari bahu, sering disebut rilis myofascial atau
mobilisasi jaringan lunak, digunakan untuk perlekatan bebas yang membatasi
gerak dan menciptakan rasa sakit. Rilis Myofascial biasanya lambat peregangan
jaringan lunak yang dilakukan sambil menerapkan tekanan berkelanjutan untuk
jaringan ikat dari struktur yang terlibat.

2.7.3 Prosedur intervensi

Jika di dalam hal tindakan yang lebih konservatif tidak bekerja, pengobatan
dengan sifat intervensi dapat digunakan. Intervensi ini termasuk suntikan
steroid, manipulasi-under-anestesi (MUA), dan operasi. suntikan steroid
mempunyai keefektifan sama dengan MUA tapi memiliki lebih sedikit dari
bahaya yang terkait dengan anestesi dan sedasi. Pembedahan biasanya
diperuntukkan untuk kasus yang lebih berat.
Selain itu untuk kasus resisten terhadap pengobatan lainnya, manipulasi-
under-anestesi (MUA) dapat diindikasikan. Di MUA, pasien dibius untuk
mengurangi tingkat rasa sakit dan ketahanan otot. Dokter bedah ortopedi
memanipulasi bahu untuk membebaskan perlekatan. Rezim intensif terapi fisik
diperlukan untuk beberapa minggu setelah MUA untuk mencegah perlekatan
baru dari pembentukan berikut manipulasi.

Kontraindikasi untuk MUA meliputi:

 Insulin dependent diabetes


 Mereka yang berisiko lebih besar untuk fraktur seperti orang tua atau orang-
orang dengan osteoporosis.
 Mereka dengan gangguan perdarahan
 Pasien dengan risiko anestesi

2.7.4 Operasi

Dalam kasus yang tahan terhadap segala bentuk lain dari perawatan bedah
ortopedi dapat digunakan untuk menghapus adhesi ketat.

2.7.5 Terapi Fisik

Latihan khusus akan membantu memulihkan gerakan. Ini mungkin berada


dibawah pengawasan seorang ahli terapi fisik atau melalui program rumah.
Terapi meliputi peregangan atau latihan rentang gerak untuk bahu. Kadang-
kadang panas digunakan untuk membantu melonggarkan bahu sebelum latihan
peregangan. Berikut adalah beberapa contoh dari beberapa latihan.

 Eksternal rotasi-stretch pasif


Berdiri di ambang pintu dan menekuk lengan yang terkena anda 90°
untuk mencapai pintu tersebut. Jauhkan tangan anda di tempat dan
memutar tubuh seperti yang ditunjukan pada gambar. Tahan selama 30
detik. Istirahat dan ulangi.
Gambar 3 : Eksternal rotasi-stretch pasif

 Fleksi kedepan – posisi terlentang


Berbaring telentang dengan kaki lurus. Mengangkat lengan anda yang
terkena di atas kepala sampai anda merasakan pergerakan lembut.
Tahan selama 15 detik dan perlahan-lahan lebih rendah ke posisi awal.
Istirahat dan ulangi.

Gambar 4 : Fleksi kedepan – posisi terlentang

 Peregangan lengan crossover


Perlahan tarik satu lengan di dada anda tepat dibawah dagu anda sejauh
mungkin tanpa menyebabkan rasa sakit. Tahan selama 30 detik.
Istiraahat dan
Gambar 5 : Peregangan lengan crossover

2.8 Prognosis

Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita
frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Frozen shoulder merupakan suatu kelainan muskuloskletal yang terjadi akibat
inflamasi sendi bahu. Frozen shoulder menyebabkan penderitanya sulit melakukan
aktifitas sehari-hari akibat nyeri yang timbul saat menggerakan sendi bahu sehingga
pergerkan menjadi terbatas. Penatalaksanaan untuk penyakit ini adalah pemberian
analgesic, NSAID, atau kortikosteroid, menjalaini fisioterapi, atau pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai