Anda di halaman 1dari 64

PANDUAN PESERTA DAN

BAHAN MATERI SIDANG


DAFTAR ISI

Daftar isi i
Kata Pengantar ii
Tata Laksana Persidangan 1
Bahan materi sidang komisi 1 6
Bahan materi sidang komisi 2 16
Bahan materi sidang komisi 3 26
Bahan materi sidang komisi 4 46

i
Panduan & BAHAN SIDANG

Kata Pengantar

Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkah dan limpahan rahmatNya maka perjuangan
pembangunan budaya integritas hingga saat ini masih bisa
berkelanjutan, salah satunya dengan dapat
terselenggarakannya Rembuk Integritas Nasional (RIN)
2017.


Rembuk Integritas merupakan ajang untuk menghasilkan
rekomendasi dan solusi untuk memastikan pembangunan
budaya integritas dapat berjalan, berkelanjutan dan
berdampak. Tema besar RIN 2017 adalah implementasi
nyata pembangunan budaya integritas.


Kegiatan utama Rembuk Integritas Nasional berupa diskusi
panel, sidang komisi dan sidang pleno. Agar kegiatan bisa
berjalan secara efektif dan menghaslkan rekomendasi dan
solusi yang nyata dan implementatif, maka dipandang perlu
kepada setiap peserta untuk disediakannya kerangka pikir
dan bahan pembahasan.
!
Panduan peserta dan bahan materi ini merupalan alat bantu
yang dipersiapkan sebelum kegiatan yang tentunya dapat
dikembangkan dan dilakukan perbaikan demi tercapainya
tujuan RIN 2017 dan target target disetiap komisi yang
dibentuk.
!
Salam RIN 2017.
a.n Panitia

ii
B. Tata
laksana
sidang
komisi

!
!
1.  Sidang komisi di mulai dengan menunjuk
perangkat sidang komisi yang terdiri dari
!
Ketua sidang komisi, bertugas untuk memimpin
berjalannya sidang komisi
Sekretaris sidang komisi, bertugas untuk mencatat
dan membuat bahan untuk dipresentasikan di
sidang pleno
Dokumentasi, bertugas untuk memastikan
dokumen dan proses pembahasan selama sidang
komisi dapat didokumentasikan dengan baik.
!

2. Penjelasan mekanisme dan target setiap komisi.

Target Komisi A:
1) Up-dating panduan dan Milestone
Pembangunan Budaya Integritas Nasional,
2) Akselerasi hasil Kolaborasi,
3) Akselerasi sharing dan pendampingan antar

!
2
!
Target Komisi B:
1) Pembentukan Dewan Integritas Nasional
(DIN) dan i-CorpU (Struktur, Pendanaan &
Staffing),
2) Tugas Pokok dan Fungsi mekanisme kerja
DIN & i-CorpU,
3) Badan Hukum untuk operasionalisasi DIN & i-
CorpU
!
Target Komisi C:
1) Strategi pertaubatan/pengakuan dosa menuju
pimpinan/tokoh berintegritas,
2) Peta dan mitigasi risiko untuk para tunas
integritas,
3) Pemetaan KPI utama untuk Strategic Action
dan Combined Assurance
!
Target Komisi D:
1) Terbentuk Forum Pengawasan Dana Desa
2) Piloting dan Modeling pengelolaan dana desa
3) Kerangka pikir panduan

3

3. Setiap rekomendasi dan solusi yang dihasilkan
di tindak lanjuti dengan membuat penjelasan
terperinci terkait :

a. Kompetensi yang dibutuhkan

b. Proses yang harus dijalani

c. Teknologi yang dibutuhkan

d. Regulasi  yang dibutuhkan

e. Risiko beserta mitigasinya.
4. Dibuat Quick win setidaknya untuk 6 bulan


5. Hasil sidang komisi disajikan dalam slide
presentasi untuk ditampilkan pada sidang pleno,
dokumentasi proses diserahkan kepada panitia


4
C. Tata Laksana Sidang Pleno

1. Ketua sidang pleno mengatur giliran presentasi
dan alokasi waktu presentasi setiap komisi

2. Ketua sidang pleno mengarahkan proses sidang

3. Ketua sidang pleno memfasilitasi untuk


terbentuknya tim perumus deklarasi Rembuk
Integritas Nasional III 2017
4. Ketua sidang pleno memimpin perumusan
penghargaan dan sanksi terkait implementasi
deklarasi oleh setiap KLOP 

5. Panitia menyiapkan sarana dan prasarana
untuk penandatanganan deklarasi Rembuk 5
Integritas Nasional III 2017
BAHAN SIDANG
KOMISI A
1. Up dating National Integrity Plan dan Panduan
!
a. National Integrity Plan

!
National Integrity Plan (NIP) merupakan salah satu dokumen yang disepakati pada
Rembuk Integritas Nasional I di Semarang tahun 2015, NIP tersebut disusun dengan
pendekatan optimisme. Seiring dengan telah jelasnya instrumen untuk mengukur
budaya integritas (integrity dashboard) dan telah dilakukan pemetaan secara
internal melalui metode delphi di masing-masing KLOP yang telah bergabung,
dimana hasilnya
menunjukkan masih
rendahnya pembangunan
budaya integritas. Kondisi
tersebut dianggap perlu
untuk dilakukan
pembahasan ulang terkait
national integrity plan
yang mepertimbangkan
kondisi kekinian dan
proses perubahan yang
telah terjadi selama 2
tahun berjalannya
pembangunan budaya
integritas.
!
Sebelumnya telah
disepakati bahwa pada
tahun 2025 telah terbentuk sebanyak 1000 KLOP yang mencapai grade A dan pada
tahun 2020 telah terbentuk sebanyak 500 KLOP yang mencapai grade A,
sebagaimana terlampir.
!
Sejauh ini sampai 2017 telah ada 60 KLOP yang bergabung dan telah melaksanakan
workshop pembangunan budaya integritas serta 20 KLOP yang telah menyusun
panduan pembangunan budaya integritas, termasuk didalamnya telah melakukan
pemetaan budaya integritas masing-masing KLOP, hasilnya menunjukkan
masih banyak pada grade C, yang artinya masih memerlukan waktu yang
relatif panjang untuk dapat mencapai grade A.
! 6
Berdasarkan
skenario pencapaian
Garde A dari KLOP
pada panduan
pembangunan
budaya
integritasnya, dari
20 KLOP ternyata
berencana mencapai
Grade A sebelum
tahun 2028
sebanyak 80% dan
sisanya 20%
berencana sebelum
tahun 2030.
!
!
!
!
!
!
7
Rembuk Integritas Nasional 1 di Semarang telah menghasilkan panduan-panduan
sebagai berikut :
1. Konsep dan Kerangka Pikir Integritas Nasional
2. Pembentukan Komite Integritas
3. Pembentukan Tunas Integritas
4. Pembangunan Sistem Integritas
!
Rembuk Integritas Nasional 2 di Pekanbaru telah menyatukan panduan-panduan
tersebut ke dalam contoh nyata yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing KLOP
dan disepakati dengan istilah panduan Pembangunan Budaya Integritas. Proses
kolaborasi, pengembangan dan upaya perbaikan terus menerus telah menghasilkan
panduan yang lebih lengkap. Komisi 1 diharapkan dapat memastikan panduan yang
terlengkap untuk dijadikan acuan dan perbaikan dari panduan-panduan yang ada di
masing-masing KLOP.
!
!
b. Akselerasi Hasil Kolaborasi Integritas Nasional Papua
!
Kolaborasi Tunas Integritas Nasional II 2017 di Papua menghasilkan beberapa solusi
untuk memastikan percepatan dalam menutup gap pembangunan budaya inetgritas
antar KLOP yang telah bergabung, termasuk teknis dan kiat-kiat yang dapat dilakukan.
Dalam Komisi 1 ini diharapkan menghasilkan KLOP rujukan dari setiap solusi yang
ditawarkan oleh kolaborasi Tunas Integritas Nasional II 2017 di Papua.
!
1. Bagaimana agar pada tahun 2018, semua yang pernah ikut rembuk dan kolaborasi
dapat mengadakan workshop PBI (80 KLOP/ Bertambah 60 KLOP), dirumuskan sebagai
berikut :
!
No Solusi KLOP
Rujukan

1 Mengalokasikan anggaran di KLOP masing-masing

2 Koordinasi yang intensif dengan KPK

3 Komitmen bersama Kepala Daerah dan DPRD (pemimpin dan


regulator)

4 Sosialisasi awal/Workshop

5 Narasumber Workshop dari Peserta yang telah ikut TOT / KPK

6 Mendorong untuk dapat melaksanakan rembuk dan kolaborasi


Tunas Integritas di masing-masing KLOP
!
2. Bagaimana agar tahun 2018 jaringan WA masing-masing KLOP dan antar KLOP
(kolaborasi), secara keseluruhan bisa informatif, aktif dan efektif, dirumuskan
sebagai berikut :
! 8
No Solusi KLOP
Rujukan

1 Interaksi dan diskusi terkait kegiatan integritas lebih sering


dilakukan

2 Ditunjuk admin yang bertanggung jawab mengarahkan


aktivasi WA masing-masing KLOP

3 Masing-masing anggota agar dapat memancing isu-isu untuk


dapat didiskusikan di WAG

4 Sharing kegiatan yang berhubungan dengan isu –isu terbaru


(keberhasilan atau masalah) terkait dengan Integritas
!
3. Bagaimana agar tahun 2018, semua yang sudah melakukan workshop PBI dapat
menghasilkan regulasi pembangunan budaya integritas (40 KLOP/bertambah 20
KLOP), dirumuskan sebagai berikut :

No Solusi KLOP
Rujukan

1 Benchmarking kepada yang sudah atau sedang proses


pembuatan regulasi

2 Membangun komitmen pimpinan di masing-masing KLOP,


sudah mengikuti workshop

3 Membentuk satgas atau tim kecil yang fokus mewujudkan


regulasi pembangunan budaya integritas

4 Penyusunan rencana/paduan pembangunan budaya


integritas/SOP sesuai dengan Permendagri 42 tahun 2015

5 Menyelengarakan workshop khusus untuk DPRD atau


regulator dan mitra strategis yang tupoksinya membuat
regulasi

6 Membuat rancangan regulasi dan menjadikan perda inisiatif


!
4. Bagaimana agar tahun 2018, semua yang sudah punya panduan pembangunan
budaya integritas mampu melakukan diklat mandiri (20 KLOP) dan melakukan tindak
lanjut secara berkesinambungan, dirumuskan sebagai berikut :

No Solusi KLOP Rujukan

1 Mengirimkan tunas integritas untuk mengikuti TOT/ICC

2 Menganggarkan secara khusus untuk kegiatan workshop


9
No Solusi KLOP Rujukan

3 Memasukkan menjadi jadwal reguler kegiatan

4 Permen PAN terkait pembangunan Budaya Integritas agar


prioritas untuk diselesaikan

5 Anggaran biaya pembangunan pada Kemendagri atau


kemenkeu agar ditampung dalam APBD/APBN

6 FORKOMPIMDA Menandatangani Pakta Integritas dan


diketahui KPK sebagai bagian upaya pencegahan dan
pemberatasan KKN, serta melibatkannya dalam workshop,
kolaborasi maupun rembuk integritas
!
5. Bagaimana partisipasi KLOP untuk menjamin program pembangunan budaya
integritas bisa berkelanjutan di KPK (sebagai triger) dan di masing-masing KLOP,
dirumuskan sebagai berikut:
!
No Solusi KLOP
Rujukan

1 Aktif dalam setiap kegiatan yang berhubungan Tunas


Integritas (workshop, kolaborasi) regulasi

2 Dimasukan kedalam dokumen perencanaan RPJMN/D

3 Menjalin komunikasi yang efektif di internal dan eksternal

4 Eksternal mempengaruhi internal

5 Efektivitas Integrity Leader Sharing Forum sebagai pemimpin


perubahan dan rekomendasi strategis

!
6 Bagaimana mendorong untuk terbentuknya Dewan Integritas Nasional dengan
dukungan regulasi tingkat nasional, dirumuskan sebagai berikut:
!
No Solusi KLOP
Rujukan

1 Setiap KLOP mengirimkan wakil dalam Dewan Integritas


Nasional

2 Memasukkan Dewan Integritas Nasional sebagai salah satu


konsensus yang dihasilkan dalam Rembuk Integritas Nasional

10
No Solusi KLOP
Rujukan

3 Anggota Dewan Integritas Nasional merupakan representatif


KLOP

4 Regulasi kepres atau perpres terkait Dewan Integritas


Nasional

5 Keanggotan Dewan Integritas Nasional melekat pada individu


(bukan ex picio), dan yang sudah ikut workshop dan terlibat
aktif setiap kegiatan integritas

6 KPK memfasilitasi pembentukan Dewan Integritas Nasional

!
7. Strategi agar KLOP yang mempunyai panduan pembangunan budaya integritas dapat
membuat peta dan mitigasi KKN, dirumuskan sebagai berikut :

No Solusi KLOP
Rujukan

1 KLOP sepakat untuk menyusun peta risiko KKN

2 Kementerian, Pemda dapat berkoordinasi atau melibatkan


BPKP dalam menyusun Manajemen Risiko (identifikasi,
analisis, pengendalian, dan monitoring risiko) sesuai PP 60
Tahun 2008

3 Lembaga dan organisasi menyusun MR sesuai dengan


karakteristik masing-masing, dapat melibatkan konsultan,
disusun secara internal atau benchmark

4 Yang belum memiliki panduan agar melakukan studi banding


dengan KLOP yang telah menyusun panduan

5 BPKP menyusun aplikasi MR yang dapat digunakan semua


KLOP berdasarkan rumusan hasil peta dan mitigasi KKN hasil
RIN

6 Risk register dibuat bersamaan dengan penyusunan peta dan


mitigasi KKN (memperhatikan aspek key postition dan pola
hubungan)

7 Residual risk atau risiko-risiko yang harus dimitigasi secara


bersama lewat kolaborasi,

!
!
!
11
!
!
!
8. Agenda perubahan pada panduan PBI dapat dikolaborasikan secara efektif,
dirumuskan sebagai berikut :
!
No Solusi KLOP
Rujukan

1 Akselerasi Penyusunan Road Map Pembangunan Budaya


Integritas secara Nasional, (pusat/Provinsi/Kabupaten /kota)
yang dapat diimplementasikan oleh KLOP secara berjenjang

2 Mengsinergikan PBI kedalam dokumen penganggaran KLOP


disertai dengan metode pengukuran PBI
!
Dari 20 KLOP yang sudah menyusun panduan pembangunan budaya integritas, maka
agenda perubahannya dapat dikompilasi oleh komisi 2 agar dapat menjadi agenda
nasional Dewan Integritas Nasional dan i-Corpu.
!
C. Akselerasi Sharing dan Pendampingan Antar KLOP
!
Sharing adalah aktivitas yang dilakukan KLOP yang bersangkutan kepada KLOP lainnya.
Sedangkan Pendampingan adalah aktivitas yang diterima KLOP dari KLOP lainnya.
Akselerasi sharing dan Pendampingan antar KLOP dapat dilakukan dalam pembagian
kriteria sebagai berikut :
1. Sharing dan Pendampingan
untuk KLOP yang baru
bergabung dan belum
membuat panduan
pembangunan budaya
integritas. Kata kunci
keberhasilan tindak lanjut
pembangunan budaya
integritas adalah level of
engagement. Keberagaman
kondisi level of engagement
dapat menjadi bahan untuk
sharing dan pendampingan
agar setiap KLOP yang
bergabung dapat memiliki level
engagement yang tinggi, yang
harapannya akan berkorelasi
positif dengan optimisme dan percepatan pembangunan budaya integritas. Untuk
efektivitas pembahasan dapat digunakan format sebagai berikut:
!
12
No Level Of Egagement Metode dan Teknik Metode dan Teknik
Sharing Pendampingan

1 Tidak Tertarik

2 Mencibir Tunas Integritas

3 Ikut Dengan Terpaksa

4 Bangun Budaya Integritas


menjadi beban Tunas
Integritas

5 Bangun Budaya Integritas


Menjadi Komitmen
Organisasi

6 Semua elemen organisasi


bangun budaya integritas
penuh dedikasi
Format Peningkatan Level Of Engagement
!
2. Sharing dan pendampingan untuk KLOP yang sudah membuat panduan
pembangunan budaya integritas. Dalam hal ini sudah dapat dikategorikan grade
pembangunannya.
!
Terhadap KLOP yang sudah mempunyai kategori grade pembangunan budaya
integritasnya, dapat dilakukan pendalaman terkait metode dan teknik yang tepat untuk
proses sharing dan pendampingannya. Untuk efektivitasnya dapat menggunakan format
sebagai berikut :
!
No Grade Metode dan Teknik Metode dan Teknik
Pembangunan Sharing Pendampingan
Budaya Integritas

1 A

2 A-

3 B

4 B-

5 C
Format Metode Sharing dan pendampingan berdasarkan Grade PBI
!
Selain berdasarkan grade pembangunan budaya integritas dapat pula dilakukan
pembahasan lebih dalam terkait sharing dan pendalaman berdasarkan level of sharing.
Untuk efektivitasnya dapat menggunakan format sebagai berikut :

13
!
No Level Of Sharing Metode dan Metode dan Teknik
Teknik Sharing Pendampingan

1 Pengalaman Gagal

2 Info dan data proses

3 Info bukti Sukses

4 Panduan dan Kita Praktis

5 Sumder Daya Manusia (Konsultan/


Trainer, Pakar)

6 Praktek/ Magang

7 Jaminan Sukses
Format Peningkatan Level Of Sharing
!
3. Perlu dibahas juga untuk memastikan bagaimana agar setiap KLOP melakukan
kolaborasi dan rembuk integritas secara mandiri di masing-masing KLOP serta
integrity sharing pada sektornya. Salah satunya pernah dilakukan oleh PT TELKOM
dengan mengadakan BUMN sectoral panel, dalam pertemuan tersebut disadari akan
adanya aspirasi bersama dalam pelaporan dari BUMN, yang sebelumnya terdiri dari
1) Kesehatan Usaha, 2) Manajemen Kinerja, 3) Good Corporate Governance, 4)
KPKU (adopsi Malcolm Baldridge) 5) BUMN Bersih. Harapan penilai dan
pelaporannya dapat diintegrasi menjadi satu.

14
4. Sidang komisi juga diharapkan dapat melakukan inventarisasi inisiatif atau kegiatan
yang dapat membuat kegiatan pembangunan budaya integritas berkelanjutan dan
membuat tunas integritas merasakan ikatan kuat dengan sesama tunas integritas lainnya,
dan merasakan manfaat yang signifikan dengan bergabung sebagai tunas integritas.
Beberapa contohnya sebagai berikut:
a. Mengadakan kegiatan gotong royong yang terkait dengan Visium
b. Mengadakan kegiatan arisan tunas integritas
c. Membentuk koperasi yang anggotanya adalah tunas integritas
d. Mengadakan kegiatan sesuai hobby
e. Kegiatan lainnya yang dapat dihasilkan selama sidang komisi
!
!
N Program/Kegiatan Deskripsi Singkat KLOP Rujukan
o

3
Format Peningkatan Soliditas Tunas Integritas dan pemastian tindak lanjut pembangunan budaya
integritas
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
15
BAHAN SIDANG !
!
KOMISI 2 !
!
!
!
!
!
!
!
1. Pembentukan Dewan Integritas Nasional dan
Pemantapan i-CorpU
!
Tindak Lanjut & Realisasi Rekomendasi Rembuk Integritas I dan II
Rembuk Integritas Nasional I di Semarang telah menyepakati kerangka besar
pembangunan budaya integritas yang memadukan Integritas dengan Kemandirian dan
Keunggulan. Disepakati
pula akan kebutuhan
bersama, aspirasi dan cita
cita untuk membentuk
Indonesia Corporate
University. Beberapa kali
FGD telah dilakukan untuk
mematangkan konsep dan
hasilnya langsung
diterapkan dalam peran
KPK sebagai pendorong
pembangunan budaya
integritas nasional melalui
pendekatan classical
learning (10%), social
learning (20%) dan
experiential learning
(70%).
!
Pendekatan tersebut di
implementasikan dalam kegiatan Workshop Pembangunan Budaya Integritas, Training
Of Trainer (TOT), Integrity Coaching Clinic (ICC), Integrity Leader Sharing Forum,
Kolaborasi Tunas Integritas Nasional dan Rembuk Integritas Nasional.
Rembuk Integritas Nasional II di Pekanbaru telah menghasilkan konsep dan aspirasi
bersama terkait pentingnya Dewan Integritas Nasional untuk melengkapi i-Corpu dalam
memastikan pembangunan budaya integritas dapat dibangun secara berkelanjutan.
Harapan kepada KPK sebagai fasilitator dan memayungi pembangunan budaya
integritas dengan beragam program trigger mechanism-nya telah dilaksanakan dan

16
menunjukan progres dan keterlibatan yang positif dari KLOP sebagaimana terlihat dari

perkembangan jumlah maupun


kualitas dari pembangunan
budaya integritas.
!
Rekomendasi dan kesepakatan
yang dihasilkan sejak RIN I dan
RIN II telah membuat
pembangunan budaya integritas
lebih jelas arah dan pola serta
komponennya sehingga dapat
dilakukan monitoring dan
pengukuran keberhasilannya
melalui integrity dashboard.
Kejelasan arah, pola, komponen
dan monitoringnya serta
pendekatan i-CorpU dalam
pembelajaran strategisnya.
!

17
Progres implementasi i-CorpU yang sesuai amanat RIN dan Kolaborasi dinaungi KPK
dengan program pembangunan budaya integritas telah menunjukkan progres sebagai
berikut:
1. Peningkatan jumlah KLOP yang bergabung dalam rembuk integritas nasional dan
kolaborasi, pada tahun 2016 sampai 2017 dari 80 KLOP menjadi 130 KLOP
2. Peningkatan jumlah KLOP yang menyelenggarakan workshop pembangunan budaya
integritas yang dihadiri pimpinan puncak, dengan output langsung internalisasi
visium dan value serta kode etik dan pedoman perilaku, pada tahun 2016 sampai
2017 dari 40 KLOP menjadi 60 KLOP
3. Peningkatan jumlah KLOP yang membangun jaringan komunikasi WA sebagai
sarana social learning. pada tahun 2016 sampai 2017 dari 20 KLOP menjadi 30 KLOP
4. Peningkatan jumlah KLOP yang mempunyai panduan pembangunan budaya
integritas, pada tahun 2016 sampai 2017 dari 5 menjadi 20 KLOP
5. Peningkatan jumlah KLOP yang menyelengarakan diklat atau workshop
pembangunan budaya integritas secara mandiri, pada tahun 2016 sampai 2017 dari
10 KLOP menjadi 15
KLOP
6. Peningkatan jumlah
KLOP yang telah
Revisi 1
melakukan pemetaan
2017
risiko KKN
(pengendalian strategis
KKN), pada tahun
TI’ER
2016 sampai 2017 dari
tidak ada dapat
dilaksanakan di 2 DEVELOPMENT
KLOP.
!
PLAN

COACHING CLINIC
! TUNAS INTEGRITAS
Pelaksanaan Integrity
Coaching Clinic dan
Training Of Trainer
semakin berkualitas, jelas
70- EXPERIENCE

perannya dan manfaat bagi Experiential Learning
New and Challenging Experience

para tunas integritas, hal Work
Helping workers solve problem
Reflective Practice
tersebut terjadi ketika
tersedianya panduan 20- EXPOSURE

Social Learning
pengembangan tunas
70
Communities, Networks
and Sharing, Coaching
integritas yang memuat Mentoring, Feed Back

kamus kompetensi, kinerja 20 10- EDUCATION



10
dan penghargaannya. Formal Learning
! Structured Courses and
Programs

! Learn
!
! Gerakan Nasional Pembangunan Budaya Integritas

!
!
!
!
18
!
!
Mengapa perlu Dewan Integritas Nasional?
1. Seiring dengan bertambah banyaknya KLOP yang bergabung dalam pembangunan
budaya integritas
2. Kebutuhan untuk menyelaraskan dan memastikan pencapaian tujuan nasional yang
lintas lembaga negara (Legislatif, Yudikatif, Eksekutif, dan lembaga lain hasil
reformasi), pilar bangsa (Birokrasi, Politisi, Bisnis, Masyarakat), perkembangan
otonomi (daerah dan pusat) melalui combined assurance (pemastian terintegrasi)
untuk terwujudnya Indonesia Incorporated (Indonesia sebagai satu kesatuan)
3. Kebutuhan akan Human Capital serta penyelarasan antara Governance, Risk dan
Compliance (GRC) pada level nasional yang serba lintas tersebut, dalam wujud
National Human Capital dan National Risk Management.
4. Rekomendasi RIN II di Pekanbaru menyatakan beberapa komponen sistem dan
komite integritas belum ada yang memonitor dan memastikan dampaknya, karena
merupakan lintas antar lembaga negara dan elemen masyarakat.
5. Sustainability upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam
pembukaan UUD 45 melalui upaya penyelarasan antar periode kepemimpinan
nasional (memastikan semua pemegang amanah kekuasaan menuju tujuan nasional)

!
19
Mempertimbangkan hal diatas maka perlu ada “entitas” yang selaras dengan pola pikir
pembangunan budaya integritas dan strategic learning, yang secara inten dan profesional
mengelola dan menjalankan Dewan Integritas Nasional serta i-CorpU dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Payung hukum, struktur dan pendanaan yang jelas
2. Dukungan sumber daya serta sarana dan prasarana yang memadai
3. Kepemilikan bersama
!
!
Struktur dan Staffing Dewan Integritas Nasional
Komisi 2 diharapkan dapat lebih meningkatkan tindak lanjut dan implementasi Rembuk Integritas
Nasional I dan II, khususnya terkait Dewan Integritas Nasional dan i-CorpU, salah satu aspek
pentingnya adalah menghasilkan kesepakatan dan rekomendasi terkait struktur dan staffing
(penempatan personil).
!
Struktur Dewan Integritas Nasional
!
! Dewan Pakar
! Dewan Pembina

!
! Direktur Eksekutif
!
! i-CorpU Sekretaris
!
!
!
!
! Pokja National Risk Pokja National Pokja Komite
! Management Human Capital Integritas Nasional
!
! Ketua Pokja
Ketua Pokja
Ketua Pokja

!
! Anggota Anggota Anggota

!
!
Dewan Pembina adalah para pemimpin tertinggi KLOP, saat berakhir masa
jabatannya maka berakhir pula keanggotaan di Dewan Pembina.
!
Para pemimpin tertinggi KLOP yang berakhir masa jabatannya akan begabung
menjadi dewan pakar jika telah lulus atau memenuhi persyaratan sebagai Integrity
Change Leader sebagai mana diatur dalam panduan pengembangan tunas
integritas.
!
Komisi II diharapkan dapat menyusun solusi dan rencana tindak lanjut untuk
memastikan struktur dapat berjalan. Quick win-nya diantaranya adalah
penyusunan AD/ART Dewan Integritas Nasional dan berbagai panduan untuk
implementasinya.

20
!
No Inisiatif Strategis Quick Win Rencana Tindak Lanjut

3
Format Tindak Lanjut Pembentukan dan Implementasi Dewan Integritas Nasional
!
Struktur i-CorpU dan Peningkatan Kapasitasnya
!
Menindak lanjuti hasil Rembuk Integritas Nasional I di semarang, telah dilakukan
rangkaian pertemuan dan Focus Group Discussion sampai menghasilkan struktur
dan panduan terkait i-Corpu (terlampir). Telah tersedia kontribusi dari PT Telkom
untuk kesekretariatan i-Corpu, namun karena beberapa hal, yang tentunya
menjadi bahan evaluasi di komisi 2 untuk mencari solusi agar i-CorpU dapat
berjalan secara lebih maksimal.

Konsep Perkembangan menuju Corporate University


!
21
Untuk pemenuhan peningkatan jumlah KLOP dalam pembangunan budaya
integritas dan kualitas implementasinya telah dilakukan, namun terdapat
beberapa hal yang perlu diekplorasi lebih jauh dan mendapatkan solusi (inisiatif
strategi) serta rencana tindak lanjutnya, yaitu :
1. Pendampingan i-Corpu agar KLOP memiliki atau menjalankan pendekatan
CorpU supaya pembangunan budaya integritas dan pemenuhan kompetensi
untuk mewujudkan visium masing-masing KLOP dapat berjalan
2. Peningkatan kapasitas i-CorpU untuk melaksanakan proses sertifikasi
penjenjangan tunas integritas dan akreditasi kinerja KLOP dalam
pembangunan budaya integirtas
3. Perekrutan personil profesional yang mengelola i-Corpu serta formalisasi
(MoU) personil-personil perwakilan KLOP yang terlibat dalam implementasi
kekagiatan i-CorpU
4. Kompilasi Kamus Kompetensi untuk posisi kunci KLOP dan Penyusunan
Kamus Kompentensi untuk posisi kunci di tingkat nasional (core integrity)
5. Peningkatan kapasitas sumber daya, khususnya pendanaan untuk
operasionalisasi i-CorpU
6. dll.
!
!
No Inisiatif Strategis Quick Win Rencana Tindak Lanjut

3
Format Peningkatan Peran, Tata kelola dan Kapasitas i-CorpU
!
Badan Hukum Dewan Integritas Nasional dan i-CorpU
!
Badan hukum untuk Dewan Integritas Nasional maupun i-Corpu perlu
dieksplorasi lebih jauh untuk mendapatkan payung hukum yang pas dan dapat
memerankan yang menjadi cita-cita pendirian atau pembentukannya.
Sehubungan dengan sifatnya yang lintas dan melibatkan banyak elemen penting
bangsa dan dengan pertimbangan tidak lagi menambah banyak lembaga atau
instansi baru, namun merupakan bagian
dari proses untuk mengintegrasikan,
maka di usulkan berupa konsorsium dari
berbagai KLOP yang bergabung dalam
pembangunan budaya integritas.
!
Dewan Integritas Nasional dan i-CorpU
mensinergikan antar lembaga penting
negara dan pilar-pilar penting bangsa
dalam kaitannya dengan pencapaian

22
tujuan nasional (TUNAS) secara berintegritas tinggi. Memastikan budaya
integritas dibangun pada pilar-pilar penting bangsa, dan pola hubungan yang
lintasnya, berdasarkan pendekatan :
1. Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif dan lembaga-lembaga baru hasil reformasi
2. Swasta, Politik
dan Birokrasi
serta masyarakat
3. Pusat dan daerah
!
!
Bentuk badan
hukum seperti apa
yang cocok untuk
kepentingan di atas
dan dapat dilakukan
lebih cepat
merupakan pilihan
yang perlu di
eksplorasi bersama
dalam sidang komisi,
bisa juga berupa
badan hukum
sementara, dan
disusun skenario
atau agenda
perubahannya
menuju badan
hukum yang ideal,
Integrity Systems ‘Bird’s Nest’ (Sampford et al 2005: 105)
tentunya perwakilan
dari Kemenkumham
akan banyak memfasilitasi perwujudannya.
!
Idealnya Dewan Integritas Nasional dan i-Corpu dapat menjadi bentuk aksi
strategis untuk mencegah KKN dan menyatukan pilar penting bangsa dan pola
hubungan lintasnya yang terkait di Indonesia dalam hal National Human Capital
dan National Risk Management. Faktor kunci sukses yang bisa diandalkan untuk
mendukung hal ideal tersebut salah satunya bisa dengan cara memaksimalkan
“politik anggaran”, yang dapat dieksplorasi lebih jauh dalam sidang komisi.
!
Kejelasan badan hukum, struktur yang telah dibahas sebelumnya akan terkait erat
dengan aspek pendanaan, seperti apa pola pendanaannya, misalkan jika berupa
konsorsium, seperti OJK (Otoritas Jasa keuangan), atau terdapat model
pendanaan lainnya yang mungkin dilakukan tanpa melanggar aturan dan prinsip-
prinsip integritas itu sendiri.
!
!
!
23
No Usulan Badan Akselerasi hal positif Rencana Tindak Lanjut
Hukum dan utilisais hal negatif

3
Format Skenario Badan Hukum Dewan Integritas Nasional
!
Tupoksi dan Mekanisme Kerja
!
Panduan i-Corpu telah memuat tupoksi dan mekanisme kerjanya, sehingga komisi 2
akan lebih banyak melakukan pembahasan dalam kerangka memenuhi target tupoksi
dan mekanisme untuk Dewan Integritas Nasional. Untuk membantu perumusannya
dapat mengacu pada;
1. Penjelasan pada badan hukum dan pihak-pihak yang terkaitnya, bagaimana
mensinergikan dan membangun budaya integritas dan pencapaian visium
2. Hasil Rembuk Integritas Nasional II di Pekanbaru yang dalam pembahasan terkait
komite integritas (komisi I) muncul kebutuhan akan keberadaan Dewan Integritas
terkait proses peningkatan kematangan pengelolaan, monitoring dan penilaian
berdampak komponen sistem maupun komite integritas.
!
Mengacu pada 2 hal diatas, tupoksi dan mekanisme yang dapat disusun dan bahan
inspirasi pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Pemastian terintegrasi Tujuh (7) Komponen komite integritas lintas KLOP
(Legislatif-yudikatif-eksekutif-lembaga lainnya hasil reformasi, swasta-politik-
birokrasi, daerah- pusat)
2. Beberapa komponen sistem integritas yang belum ada induk organisasi yang
mengambil peranan monitoring, penilaian dan penghargaan integrity dashboard
secara nasional
3. K o m p i l a s i dan
mensinergikan serta
dukungan generik
untuk visium dan value
KLOP yang terintegrasi
dengan visium
Indonesia dan
pancasila
!
Tupoksi terkait 7
Komponen Komite
Integritas
Hasil kesepakatan komisi
1 RIN 2 Pekanbaru
!
!
!
24
16 Kompone Sistem Integritas
Hasil kesepakatan komisi 1 RIN 2 Pekanbaru

Pada tataran KLOP, baru BUMN, Daerah dan Kementrian yang telah tampak kebutuhan
akan adanya Dewan Integritas Nasional dan akan semakin tampak ketika mulai
memperhatikan aspek lintas pada pilar (legislatif, eksekutif, yudikatif dan lembaga hasil
reformas, ruang lingkup birokrasi, politik dan bisnis dan masyarakat, pusat dan
daerah. Dapat kita buat kerangka pikirnya
menjadi : Eksekutif,
National !
Yudikatif,
!
Integrity Dashboard:
Risk !
Legislatif
Management
!
1. 7 Komponen Komite !
Lembaga hasil
Integritas !
!reformasi
2. 16 Komponen sistem !
!
integritas
National ! Birokrasi,
3. Skala Integritas
Human
! Politik dan
4. Tunas Integritas !
Capital ! danBisnis
Pusat
!
daerah
25
BAHAN SIDANG
KOMISI 3
!
!
!
1) Strategi pertaubatan/pengakuan dosa menuju
pimpinan/tokoh berintegritas
!
Kepemimpinan menjadi salah satu aspek penting dalam pembangunan budaya
Integritas. Hampir semua program dan berbagai upaya perubahan selalu
mensyaratkan “tone of the top”, perubahan harus dimulai dari pemimpin. Ada 2
jalan dalam memastikan adanya pemimpin yang bisa jadi panutan, teladan,
berintegritas tinggi dan jauh dari korupsi, yaitu : 1) Buying, me-utilisasi para
pemimpin/tokoh yang ada, 2) Making, mencetak para pemimpin/tokoh baru.

Kedua strategi tersebut


tidak berpisah sendiri-
sendiri atau saling
ketergantungan, me-
utilisasi pemimpin yang
ada tetap membutuhkan
“making” untuk
sustainability dan
dukungan pengaruh di era
“milenia" dan “bonus
demografi”. Begitupun
sebaliknya mencetak para
pemimpin/tokoh baru akan
tetap tergantung pada
pengaruh dan kebijakan
pemimpin /tokoh yang ada
untuk mengisi gap
kompetensi, kinerja dan
keunggulan. Sehingga tidak sedikit pemimpin/tokoh muda terbawa pada
kebiasaan dan pola kepemimpinan sebelumnya.
!
Perkembangan menarik terkait usia pemimpin/tokoh di Indonesia dengan banyak
munculnya tokoh dan pemimpin muda dan keterkaitannya dengan tindak pidana

26
korupsi. Data menunjukkan bahwa semakin banyak tokoh/pemimpin muda juga
berkorelasi positif dengan semakin mudanya usia pelaku korupsi. Kondisi tersebut
memberikan kesan bahwa penyimpangan terkait kekuasaan dan kewenangan serta
pengaruh telah dalam kondisi yang akut.
!
Kondisi tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa semua kasus korupsi yang
terjadi merupakan kolusi atau KKN. Penyimpangan yang dilakukan secara
bersama-sama dan mewarnai rezim kekuasaan tertentu. Hal tersebut terjadi
karena KKN biasanya akan terungkap kalau sudah ganti rezim, dan biasanya
dipayungi oleh hukum aturan yang dibuat oleh para pemegang amanah,
pemisahan kewenangan dan kekuasaan yang dimaksudkan untuk menjadi saling
kontrol, berubah menjadi ajang untuk bargaining dan lobby-lobby kepentingan,
dan akhirnya terjadilah penyimpangan atau korupsi secara berjamaah, tumbuh
suburnya mafia dan kekuasaaan bayangan.
!
Tidak sedikit mereka yang ingin melakukan perubahan harus mengalami upaya
kriminalisasi dengan cara dicari-cari kesalahan masa lalunya untuk saling pegang
kartu kunci. Akhirnya bangsa Indonesia disadari atau tanpa disadari telah masuk
dalam situasi dan kondisi yang larut dalam permasalahan masa lalu, energi dan
waktu tersita bukan untuk kehidupan masa depan yang akan dijalani.
!
Peran Kunci Pemimpin/Posisi Kunci Dalam Pembangunan Budaya
Integritas
!
Pembangunan budaya integritas akan berhasil kalau dimulai dan didukung serta
adanya partisipasi langsung dari pimpinan organisasi, seperti layaknya
menegakkan ikat pinggang yang hanya bisa ditegakkan bila dari atas lalu kebawah.
Berbagai sistem dan program perubahan selalu mensyaratkan keterlibatan
pimpinan atau sering disebut dengan tone of the top.
!
Langkah pertama pembangunan budaya integritas selalu masuk lewat para posisi
kunci organisasi, tidak jarang akhirnya yang mengikuti workshop pembangunan
budaya integritas sebagai pintu awalnya adalah menteri, gubernur, walikota
ataupun jajaran direksi. Minimal yang bergabung adalah para eselon II dan
sederajat.
!
Yang berminat semakin banyak karena pembangunan budaya integritas melalui
pendekatan strategic learning, yang salah satu strateginya lewat pendekatan
perkumpulan organisasi profesional seperti asosiasi walikota, asosiasi DPRD dan
lain-lain. Program mendapatkan respon dan pengakuan positif karena bukan
sekedar proses belajar namun sudah sekaligus bekerja. Pendekatan i-CorpU yang
dilakukan menyebabkan belajar sekaligus bekerja, sehingga selesai workshop
sudah langsung menghasilkan produk atau karya yang dibutuhkan langsung
organisasi dalam mewujudkan kinerja dan keunggulannya.
!
Workshop Pembangunan Budaya Integritas langsung menghasilkan Draft Visium,
Internalisasi Nilai dan Kode etik pedoman perilaku serta draft pemetaan risiko

27
KKN. Workshop Komite Integritas langsung menghasilkan panduan
pembangunan budaya integritas yang akan menjadi dasar untuk regulasi, baik
permen maupun perda. Panduan berisi tentang keunggulan organisasi, kondisi
budaya integritas, road map, skenario dan agenda perubahan untuk mencapai
grade A, kompetensi dan kinerja serta penghargaan yang dibutuhkan untuk
mewujudkan visium dan pembangunan budaya integritas. Workshop
Pengendalian Strategis KKN langsung menghasilkan peta dan mitigasi risiko KKN.
!
Pendekatan corporate university dan dampak nyata yang dialami para pemimpin
dan posisi kunci menyebabkan
terjadi proses saling
merekomendasikan secara
positif, hal tersebut selaras
Membangun budaya integritas
dengan hasil NPS (Net
Promoted Score) yang bukanlah hal yang mudah
termasuk tinggi diatas 75%, Dinamika luar dan dalam diri
NPS sebagai evaluasi kegiatan sungguh banyak
yang bukan hanya mengukur
customer satisfaction, namun Sejak 5 tahun yang lalu KPK
sudah mengukur customer bersama KLOP tak pernah lelah
loyalty, karena program dan menggerakkan orang-orang di
kegiatan sudah disetting untuk sekelilingnya untuk menjadi pribadi
mencapai hal tersebut.
! yang utuh berintegritas.
Ketertarikan pimpinan KLOP Para tunas integritas telah bergulir,
menyebabkan banyak bergerak, mempengaruhi
pimpinan KLOP dengan
sekelilingnya. Semakin lama
berbagai latar belakang masa
lalu ikut dan memimpin semakin banyak ingin membangun
secara langsung dalam bangsa yang bersih KKN
kegiatan. mereka ingin Siapapun yang hatinya tersentuh
melakukan perubahan dan
ingin membangun integritas diri,
memperoleh kesadaran untuk
melakukan perubahan. mengubah diri dan  berharap
! ridho Allah, meski banyak di
Dinamika Pembangunan antaranya yang memiliki dosa
Budaya Integritas
! masa lalu
Pembangunan Budaya Di saat keinginan berubah dengan
Integritas bukanlah hal yang sungguh-sungguh itu muncul, 
mudah dan dapat dilakukan belum tentu semua akan
secara instan, membutuhkan
proses dan waktu panjang dan mendukung dengan baik bahkan
kertlibatan semua elemen ada yang mencoba menggali dosa
bangsa, serta banyak masa lalu sehingga para tunas
dinamikanya. Pembangunan
integritis akhirnya melemah
budaya integritas ibarat

28
menanam padi atau pohon kebaikan, saat menanam padi pasti akan ada rumput
yang menggangu pertumbuhan hingga perlu kita cabuti, saat panenpun akan ada
tikus yang memakan hasil hingga tak terasa hasil dan dampaknya, rumput dan
tikus harus dikenali dan diatasi.
!
Dimanika rumput dan tikus tersebut semakin menarik dengan adanya hasil
pemetaan bahwa hampir banyak KLOP yang justeru berada dalam kondisi rentan
untuk melakukan KKN secara sistemik/lingkungan strategis. Data terkait grade
pembangunan budaya integritas dapat menjadi cermin dan alat bantu untuk
melakukan perubahan atau mendapatkan solusi secara lebih tepat dan akurat.
!
Salah satu dinamika yang menarik adalah terkait dosa masa lalu dari para
pemimpin dan pengiat perubahan (tunas Integritas) yang bergabung dalam
pembangunan budaya integritas. Terjadi penangkapan (tersangka) kepada
pemimpin yang ikut pembangunan budaya integritas, baik karena OTT maupun
dosa masa lalu yang di “branding” dan dipersepsikan dengan pembangunan
budaya integritas, sehingga muncul hambatan dan pelemahan proses
pembangunan budaya integritas, dipertanyakan efektivitasnya, yang tentunya
berdampak pada tidak jelasnya ketersediaan sumber daya dan keberlanjutannya.
Untuk itu sangat perlu juga untuk mengidentifikasi atau mengenali pihak-pihak
yang melakukan branding dan propaganda, untuk selanjutnya dimitigasi bersama.
!
Ketika Dosa Masa Lalu Dimiliki Mayoritas
!
!
Pendekatan appreciative inquiry (AI) sebagai pendekatan positif, pendekatan
yang tidak melihat suatu masalah namun lebih berorientasi pada solusi, yang
dimulai dengan Discovery, Dream, Design dan Destiny (4D).
!
Discovery kondisi yang ada dilakukan untuk mendapatkan pendekatan yang lebih
tepat terhadap suatu kondisi
atau medan intervensi.
Kerangka pikir ADIL
sebagai pendekatan
implementatif dalam
pemastian terintegrasi
(Combined Assurance) yang
dihasilkan lewat kegiatan
kolaborasi tunas integritas
dan disepakati dalam
Rembuk Integritas II
Pekanbaru.
!
Konsep ADIL memberikan
arah bahwa sebelum
melakukan Delivery perlu
mempertimbangkan

29
Approach atau pendekatan yang tepat. Jadi sebelum menyusun strategi dan aksi
yang akan dilakukan perlu melakukan pendekatan yang tepat, dan pendekatan
yang tepat tersebut perlu dilakukan pemetaan terlebih dahulu atas medan
intervensi.
!
Pembangunan Budaya Integritas selama ini hanya melakukan pemetaan terhadap medan
intervensi yang positif dengan klasifikasi : Penggerak Integritas, Agen Penggerak
Integritas dan Duta Integritas. Kesadaran akan adanya “Saling Penjara dengan Dosa
Masa Lalu”, “BRANDING negatif Pembangunan budaya Integritas akibat dosa masa
lalu”, dan berbagai dinamika lainnya membuat munculnya kebutuhan dan gagasan untuk
adanya pengakuan dosa yang didukung dengan pemetaan terhadap medan intervensi
negatif.
!
Komisi 3 pada Rembuk Integritas Nasional III Yogyakarta, diharapkan dapat melakukan
pembahasan untuk mendetailkan variabel dalam mengklasifikasikan medan intervensi
negatif (MIN) beserta karakteristik dari klasifikasinya serta utilisasi yang dapat dilakukan
untuk kepentingan pencapaian tujuan nasional beserta persyaratannya.
!
No Klasifikasi MIN Karakteristik Utilisasi Untuk Tujuan
Nasional dan
Persyaratannya

1 Sinden KKN

2 Wayang KKN

3 Dalang KKN
Format Klasifikasi Medan Intervensi Negatif.
!
Pemetaan terhadap medan intervensi negatif merupakan bagian dari mitigasi risko
terhadap “KEBERANIAN” untuk masuk dan melakukan pembangunan budaya integritas
pada KLOP yang dianggap bermasalah. Ketika muncul pertanyaan-pertanyaan :
1. Mengapa selalu masuk pada KLOP yang pada dasarnya sudah bagus dan sudah
banyak di intervensi?
2. Mengapa tidak masuk pada KLOP yang memang bermasalah agar jangan sampai
terjadi semacam “hatrik”, tiga (3) kali berturut-turut pemimpin suatu KLOP jadi
tersangka korupsi?
3. Mengapa seakan tidak terjadi sinergitas antara pencegahan dan penindakan?
4. Orang bijak banyak berkata “bencilah perbuatannya jangan benci orangnya”, apakah
ini tidak berlaku untuk pemberantasan korupsi?
5. Seseorang yang hebat pada masa jahiliyahnya (penyimpangan) maka akan hebat pula
pada masa kebaikannya, apakah ini tidak berlaku untuk pemberantasan korupsi?.
!
Dengan memodel pendekatan dari Innovation Curve (Roger), maka pada medan
intervensi negatifpun dapat dibagi 3 menjadi : Sinden Korupsi, Wayang Korupsi dan
Dalang Korupsi. Membaca pola medan intervensi yang terjadi, akhirnya memberikan
jawaban terkait tidak “fair “dan pas “membranding” pemimpin yang ikut pembangunan
budaya integritas kemudian terkena kasus korupsi baik karena OTT maupun dosa masa
lalu, karena kenyataannya medan intervensinya bukan positif atau distribusi normal,

30
namun berupa skew negatif, majoritas KLOP berada dalam budaya integritas yang
rendah atau dengan kata lain rentan terjadinya KKN.

Transformasi Negative Skewed Ke Positive Skewed.

!
Tugas kita sebagai
elemen bangsa
adalah bergotong
royong untuk dapat
mengubah dari
kondisi skew negatif
menuju skew positif,
atau paling tidak
pada skew distribusi
normal agar
penegakan hukum Skew
tidak berkorelasi
negatif dengan Negatif
aspek-aspek dalam
indeks kebahagiaan.
Tentunya setiap

31
jenis skew pada medan intervensi perlu dilakukan dengan pendekatan yang khusus pula
agar aspek keadilan dalam pembangunan budaya integritas bisa ditegakkan dengan baik.
!
RIN III Yogyakarta diharapkan dapat membahas pendekatan yang spesifik terkait
dengan kondisi medan intervensi, khusunya untuk intervensi pada kondisi negatif skew.
Hal tersebut didorong dengan munculnya gagasan untuk adanya pengakuan dosa dan
pertaubatan nasional, selaras pula dengan pembelajaran dari Hongkong saat mulai
pemberantasan korupsi secara komprehensif pada tahun 1974 dengan “impartial
Amnesty”, selaras pula dengan apa yang dilakukan Arab Saudi pada akhir-akhir ini
dengan “impartial impunity”.

Pengenalam medan intervensi akan


menyebabkan kita berpikir strategis
dan melakukan pemilihan pendekatan
seperti apa yang harus dilakukan untuk
setiap kondisi medan intervensi, !
Apakah penegakan hukum secara masif Pengenalan Medan Intervensi membuka
akan tepat untuk kondisi Skew negatif pintu untuk mempertemukan antara 2 nilai
atau perlu terlebih dahulu ada
universal manusia menjadi selaras :
semacam “amnesty”?, kalaupun hal
tersebut dipilih, mekanisme seperti apa 1. Keadilan Penegakan Hukum
yang harus ditempuh agar tidak 2. Pemberian Maaf
melanggar asas keadilan. Agar jangan
sampai menegakkan keadilan dengan
melanggar prinsip-prinsip keadilan
pula. Serta perlu dibahas pula integrasi
dan proses pembelajarannya (learning).

32
!
!
!
Memositifkan Korelasi Indeks persepsi korupsi dan indeks kebahagiaan

!
Upaya untuk melakukan pendekatan yang tepat berdasarkan medan intervensinya akan
berkorelasi juga dengan upaya untuk memositifkan hubungan positif antara nilai indeks
kebahagiaan dengan indeks persepsi korupsi. Idealnya kenaikan trend indeks persepsi
korupsi berkorelasi positif dengan indeks kebahagiaan, karena indeks persepsi korupsi
merupakan bagian dari indeks kebahagiaan. Namun berbeda dengan nilai indek
spersepsi korupsi yang mengalami kenaikan, sebaliknya indeks kebahagian Indonesia
mengalami penurunan sebagaimana tertera pada tabel diatas.
!
Aspek-aspek yang menentukan world happiness index adalah sebagai berikut:
1. GDP per capita
2. Social Support
3. Healthy Life Expectancy
4. Freedom to make Life Choice
5. Generosity
6. Perception of Corruption
!
No Klasifikasi Medan Karakteristik Pendekatan solusi dan korelasinya
Intervensi dengan aspek kehidupan strategis
lainnya (Indek Kebahagiaan)

1 Negative Skewed

2 Distribusi Normal

3 Positive Skewed
Format Identifikasi Karekteristik dan Model Pendekatan Setiap Medan Intervensi
!
33
Delivery Pengakuan Dosa Masa Lalu dan Taubat Nasional
!
JIka memang upaya pengakuan dosa dan Taubat Nasional dijadikan salah satu
upaya yang dipertimbangkan dan dipilih bersama oleh bangsa Indonesia, maka
sebagai implementasi dari pemastian terintegrasi (Combined Assurance) lewat
konsep ADIL, setelah memperhatikan aspek pendekatannya (APROACH) maka
selanjutnya perlu diperhatikan lebih seksama terkait DELIVERY
penyampaiannya, dan tentunya dipikirkan juga masalah INTEGRATION dengan
upaya lainnya agar terjadi aligment dan tidak terjadi duplikasi, salah satunya
dengan penindakan. Selanjutnya satu aspek penting lagi yang nantinya akan
berkorelasi dengan corporate university adalah bagaimana pembelajarannya
(LEARNING).


Beberapa pertimbangan untuk delivery yang harus


dibahas bersama dalam sidang komisi adalah
sebagai berikut:

- Cara penyampaian?

- Ruang pertaubatan?

Bahan
- Konsekuensi dan Perlakuan Hukum?

- Leveling dosa?
 Pembahasan
- Kapan sebaiknya dimulai?
- dll.

Khusus untuk mereka yang bergabung menjadi Tunas Integritas, pengakuan dosa
harus menjadi cermin, sehingga perlu dibuat instrumen agar dapat dijadikan
landasan untuk menindaklanjuti upaya perubahan diri (pilihan untuk
berintegritas), hingga dapat selamat dari dosa masa lalu, atau setidaknya dapat
menyikapi dengan positif jika dosa masa lalu hadir dan menuntut
pertangungjawaban secara
hukum.

Kata kunci untuk yang perlu


diperhatikan oleh para tunas
integritas setelah melakukan Seperti apa instrumen
perubahan diri (taubat) adalah
“PANGGUNG” atau pengakuan dosa untuk
“TERKENAL”. Instrumen yang
dihasilkan harus mampu
TI dan bagimana sikap
membantu tunas integritas lebih lanjutnya?
setelah mereka mengakui atau
mengenali dosanya, instrumen

34
tersebut diharapkan dapat menginformasikan apakah ia akan menjadi Tunas
Integritas yang manggung? atau terkenal? atau bermain di belakang layar?.
Dengan instrumen tersebut para tunas integritas dengan beragam latar belakang
dan beragam dosa masa lalu dapat tetap berkontribusi dalam pembangunan
budaya integritas. Sidang Komisi 3 RIN III ini diharapkan dapat menghasilkan
instrumen pengakuan dosa dan tindak lanjutnya.
!
Sebagai pemicu untuk pembahasan pada sidang komisi 3 dapat digunakan
beberapa variabel sebagai alat bantu instrumennya :
1. Pengendalian Penyimpangan. Apakah dosa itu karena celaka (benar-
benar berniat/pengaruh dari dalam diri) atau musibah (pengaruh dari luar
dan karena/ketidaktahuan)?
2. Katagori Medan Intervensi Negatif. Apakah dosa itu sebagai sinden,
wayang atau dalang?
3. Dampak dari Penyimpangan. Apakah dosa itu dampaknya berakibat
negatif jangka pendek atau jangka panjang?
4. Tingkat Ketokohan Pelaku. Apakah pelaku dosa termasuk tokoh terkenal
level internasional, nasional atau lokal?
5. Pengetahuan Publik akan Penyimpangan. Seberapa luas tingkat
pengetahuan publik akan penyimbangan? apakah hanya diri sendiri, sahabat/
keluarga, organisasi/tempat kerja, masyarakat luas?
6. Keberadaan Bukti. Apakah tidak ada bukti? apakah bukti sudah hilang?
Apakah bukti masih ada pada pelaku? apakah bukti ada di orang lain? apakah
bukti sudah di penegak hukum?
7. Keberadaan Saksi. Apakah tidak ada saksi? apakah saksi sudah meninggal
dunia? Apakah saksi tidak diketahui penegak hukum? Apakah saksi sudah
bekerjasama dengan penegak hukum?
8. Saat kejadian. Apakah kejadian penyimpangan diluar batas kasus bisa
ditangani secara hukum (>18 thn)? Apakah diatas 10 thn lalu? apakah diatas 5
tahun lalu? apakah dibawah 5 tahun lalu?
!
Untuk mendapatkan katagori dan penyikapan yang perlu dilakukan oleh pelaku
maka perlu ditentukan % bobot masing-masing variabel dan juga ditentukan nilai
dari masing-masing elemen variabel, misalkan:
!
No Variabel Bobot Elemen Variabel Skala

1 Pengendalian 20 Celaka 70
Penyimpangan
Musibah 30

2 Katagori Medan Intervensi 20 Dalang 50


Negatif
Wayang 35

Sinden 15

35
No Variabel Bobot Elemen Variabel Skala

3 Dampak dari 20 Jangka Panjang 70


penyimpangan
Jangka Pendek 30

4 Tingkat Ketokohan Pelaku 20 Internasional 50

Nasional 35

Lokal 15

5 Pengetahuan Publik Akan 20 Masyarakat Luas 40


Penyimpangan
Organisasi/tempat kerja 30

Sahabat/Keluarga 20

Hanya diri sendiri 10

6 Keberadaan Bukti Bukti sudah dipenegak 40


hukum

Bukti ada di orang lain 30

Bukti masih ada di 15


pelaku

Bukti sudah hilang 10

Tidak ada bukti 5

7 Keberadaan Saksi Saksi bekerjasama 40


dengan penegak hukum

Saksi tidak diketahui 30


penegak hukum

Saksi sudah meninggal 20


dunia

Tidak ada saksi 10

8 Saat Kejadian < 5 Tahun 40

> 5 Tahun 30

>10 Tahun 20

> 18 Tahun 10
!
!
36
Dengan menggunakan quartil atas, median dan quartil bawah dari simulasi nilai
tertinggi, nilai terendah dan nilai tengah , maka akan didapatkan kategori penilai
an yang terbagi dalam 3 kelompok katagori untuk maksud kepentingan tampil
atau tidaknya. dan 3 kelompok untuk maksud kepentingan kontribusi dalam
pembangunan budaya integritas:
!
Kelompok Kategori untuk kepentingan tampil/memimpin lebih lanjut
!
No NIlai Kode Jenis Kelompok Kategori

1 ….. sd ….. C Kemungkinan kecil terekpose/ ditangani hukum


positif

2 ….. sd ….. B Mungkin terekspose/ditangani hukum positif

3 …. sd ….. A Sangat mungkin terekpose/ditangani hukum


positif
!
Komisi 3 dapat melakukan pembahasan apa yang harus dilakukan terkait
kepentingan tampil/memimpin lebih lanjut dengan format sebagai berikut:
!
No Kategori Hasil Sikap untuk Diri dan Strategi Untuk Sukses Tetap
Pengakuan Dosa Keluarga Tampil Memimpin

1 C

2 B

3 A
!
!
Kelompok Kategori untuk Kepentingan kontribusi pada pembangunan budaya
integritas/penebus dosa
!
No NIlai Kode Jenis Kelompok Kategori

1 ….. sd ….. C Penyimpangan Ringan

2 ….. sd ….. B Penyimpangan Sedang

3 …. sd ….. A Penyimpangan Berat


!
Komisi 3 dapat melakukan pembahasan apa yang harus dilakukan terkait
kepentingan kontribusi dalam pembangunan budaya integritas dengan format
sebagai berikut:
!
37
!
No Katagori Sikap untuk Diri dan Strategi UntukKontribusi
Penyimpangan Keluarga Dalam Pembangunan
Budaya Integritas

1 C: Ringan

2 B: Sedang

3 A; Berat
!
!
!
2) Peta dan mitigasi risiko untuk para tunas
integritas
!
Menjadi tunas integritas bukan sekedar berkegiatan, namun menjalani seni hidup
dengan beragam dinamikanya, menjalani peran sebagai ART (Agen Perubahan,
Role Model dan Trainer) bukanlah peran yang bebas dari risiko, namun peran
yang akan banyak berhadapan dengan risiko. Risiko akan selalu hadir dalam
proses "menggeser paradigma" dan "mendorong perubahan ". Seberapa besar
zona nyaman dan kepentingan terganggu sebesar itu pula minimal risiko akan
hadir.
!
Menyiapkan masa depan secara proaktif dengan real life experiment,
pembelajaran berbasis corporate university juga berisiko lebih tinggi jika
dibandingkan dengan eksperimen kehidupan di simulasi atau bukan kehidupan
sebenarnya atau modeling. mendorong trust society pada kehidupan dengan
pribadi tidak layak dipercaya tentunya akan sering bertemu dengan risiko.
!
Ketika pada umumnya berpikir strategis dengan pendekatan SWOT, pendekatan
masalah dan relatif dalam kerangka masa lalu, Tunas Integritas menggesernya
menjadi SOAR, pendekatan apresiasi atau solusi dan relatif dalam kerangka masa
depan, di dalamnya akan ditemukan atau ada risiko.
!
Ketika pada umumnya sedang asyiknya dengan industri masalah, Tunas Integritas
menggesernya dengan pendekatan industri solusi, mencari solusi efektif
secepatnya agar masalah tidak ada atau sedikit sekali, sehingga energi dan sunber
daya bisa difokuskan pada hal strategis lainnya untuk kemajuan bangsa dan
kehidupan umat manusia yang lebih baik.
!
Ketika banyak yang aji mumpung berkuasa, banyak menjadi kaki tangan asing,
kemudian Tunas Integritas menggeser untuk dedikasi dan bergaya hidup
sederhana serta menjauhkan diri dari pengaruh proxy war lewat kemandirian dan

38
keunggulan, menggeser dari tega rawan menjadi negarawan, menjaga agar
rencana rencana besar tidak jadi bencana besar, di dalamnya akan ada risiko.
!
Ketika semuanya ingin menjadi yang paling terdepan, paling hebat dan menjadi
ujung tombak, banyak sekali yang egosektoral dan megalomania, pencitraan dan
penokohan kemudian didorong menjadi pendekatan pengabdian, keikhlasan,
pemastian terintegrasi, keteladanan dan kebijaksanaan, kembali risiko akan hadir.
!
Beragam pergeseran yang sedang, telah dan akan dijalani oleh para tunas
integritas, akan selalu bergandengan dengan risiko. Apapun itu kita yakin bahwa
hidup adalah pilihan, pilihan menunjukkan siapa kita dan bagaimana
bercenkrama dengan risiko. Apapun pilihannya hidup kita akan bergeser ke masa
depan dan meninggalkan masa lalu, kemudian meninggalkan jejak sejarah apakah
kita selalu ada pada innovator; early adaptor, majority, late majority atau
laggard. Hidup kita bernilai atau sia sia, punya legacy atau pewarisan yang
menjadikan kita punya usia sejarah atau sekedar usia biologis.
!
Dalam keadaan distribusi normal saja, para tunas integritas akan berhadapan
dengan mereka yang majority, late majority dan laggard terkait berpikir tentang
masa depan dan akan terjadi perbedaan cara berpikir serta berakibat pada
pengasingan. Risiko akan semakin luar biasa tatkala tunas integritas hidup dalam
lingkungan dengan Negative Skewed, dimana yang negatif menjadi mayoritas.
!
Hidup kita ingin bernilai, bermakna atau banyak value creation yang dilakukan.
Value selalu berbicara rentang 2 variable yaitu benefit dibagi risk. Ingin tinggi
value maka tinggikan benefit dan kurangi risk bagi orang lain dan berarti pula
meningkat risk bagi diri kita. Tunas integritas perlu memahami risk sebagai
bagian dari bumbu atau makna kehidupan.
!
Berpikir Sebelum AKSI
!
Tunas integritas diharapkan memiliki potensi integritas tertinggi yaitu BERANI
konsisten untuk jujur mengikuti nurani, berani konsisten dalam kebaikan
walaupun risiko datang dan menghalangi jalan perjuangan. Tunas integritas perlu
berpikir sebelum aksi agar keberaniannya bukanlah sebuah kenekatan.
!
Para tunas integritas sebelum beraksi menjalankan peran Agen Perubahan, Role
Model dan Trainer, melakukan perubahan dan menggeser paradigma
lingkungannya perlu untuk memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut ;
!
1. Lakukan pemetaan lingkaran pengaruh
!
Perubahan yang akan tunas integritas lakukan perlu dipetakan lingkaran
pengaruhnya, apakah dalam lingkaran pengaruh atau diluar lingkaran pengaruh?.
Lingkaran pengaruh tidak identik dengan jabatan struktural tetapi merupakan
kompilasi dari unsur -unsur keahlian, pengalaman, wawasan, jabatan, kekayaan

39
dan relasi. Jadi tidak memiliki posisi bukan berarti lingkaran pengaruhnya kecil,
bisa jadi dari aspek lainnya punya pengaruh yang tinggi.
!
Jika lingkaran pengaruh anda sebagai tunas integritas kecil maka sebelum beraksi
dan banyak melakukan perubahan perlu terlebih dahulu meningkatkan dan
membangun lingkaran pengaruh. Tunas integritas akan selalu berusaha
melakukan aksi dalam lingkaran pengaruh yang tinggi. Melakukan aksi dalam
lingkaran pengaruh kecil, walaupun didorong dengan idealisme yang tinggi
justeru malah akan menggerogoti idealisme tersebut, banyak kegiatan yang rentan
tidak dapat dipenuhi yang berujung pada kekecewaan dan berkorelasi terhadap
integritas dan kepercayaan publik
!
Adapula manusia-manusia yang mempunyai daya pengaruh yang tinggi namun
tidak menggunakan daya pengaruh tersebut karena takut untuk menanggung
risiko, padahal daya pengaruh yang disia-siakan akan juga menggerogoti
integritasnya, karena setiap kadar daya pengaruh akan mempunyai tuntutan dan
pemenuhan sesuai dengan kadarnya.
!
Tandai dengan X pada sumber daya pengaruh untuk melakukan peran tunas
integritas :

No Sumber Pengaruh Kepemilikan
Anda punya daya pengaruh
Sumber
Pengaruh minimal untuk jadi tunas
integritas jika nilai daya pengaruh
1 Keahlian
anda diatas 50 %, cara
2 Pengalaman mengitungnya adalah :

3 Wawasan !
Jumlah yang di contreng dibagi 6
4 Jabatan
kemudian dikalikan dengan
5 Kekayaan 100%.
6 Relasi
!
!
2. Deskripsikan daya pengaruh
!
Daya pengaruh yang mampu dideskripsikan dengan jelas berarti menunjukkan
bahwa daya pengaruh tersebut relatif melekat dalam diri anda.
!
!
!
!
!
40
!
No Sumber Deskripsi daya pengaruh bagaimana dapat digunakan
Pengaruh

1 Keahlian

2 Pengalaman

3 Wawasan

4 Jabatan

5 Kekayaan

6 Relasi
!
3. Deskripsikan Risiko yang dialami sebagai tunas integritas
!
Komisi 3 dapat melengkapi kelompok dan jenis risiko yang biasanya dialami oleh
para tunas integritas. Sebagai acuan awal di sajikan kelompok risiko dan jenis
sebagai berikut :
!
No Kelompok Risiko Deskripsi Risiko

1 Keuangan Risko berupa keuntungan/kerugian material/monetarial

2 Psikologi Risiko berupa tekan-tekanan dan imbalam psikologis


seperti rasa aman dan kebanggaan, ketenangan dll

3 Sosial Risiko berupa penerimaan orang lain, teman , keluarga


dan masyarakat

4 Fisik Risiko berupa gangguan fisik seperti pemukulan,


gangguna keamanan diri, dll

5 Penampilan Risiko berupa tampak buruk, kacau, dll

6 Waktu Risiko berupa hilangnya waktu atau banyak waktu, serta


kesediaan waktu untuk diri sendiri dan orang lain atau
pihak lain
!
!
Selanjutnya dilakukan penjabaran lebih lanjut dari risiko yang ada, sekaligus juga
dilakukan mitigasinya.
!
!
!
!
41
No Kelompok Jenis Kadar Frekuensi Prioritas Mitigasi Risiko
Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko
(Tinggi/ (Tinggi/
Rendah) Rendah)

1 Keuangan

2 Psikologi

3 Sosial

4 Fisik

5 Penampilan

6 Waktu
!
Untuk memudahkan dalam mendapatkan beragam risiko dapat dilakukan dengan
mengaitkan peran tunas integritas dan kemungkinan reaksi balik dari mereka atau
pihak yang akan terkena imbas dari apa yang dilakukan oleh para tunas integritas,
diantaranya :
1. Bagaimana reaksi balik dari
keluarga
2. Bagaimana reaksi balik dari
atasan
3. Bagaimana reaksi balik dari
mitra kerja
4. Bagaimana reaksi balik dari
Organisasi secara keseluruhan
5. Bagaimana reaksi balik dari
mitra strategis diluar
organisasi
6. Bagaimana reaksi balik dari
para pemilik kekuasaan non
formal yang kepentingannya
tergangu
7. Dll.
!
Semua reaksi balik dapat menjadi sesuatu yang negatif dan dapat juga sebagai
bahan untuk diutilisasi sebagai daya pengaruh, hal inilah yang menjadi alasan
mengapa pada workshop tunas integritas atau kamus kompetensi tuna sintegritas
daya pengaruh dan utilisasi dipelajari secara khusus.
!
Syarat seorang tunas integritas itu adalah BERANI, hal tersebut dapat diketahui
dengan memperhatikan daya pengaruh yang akan menjadi pola perhitungan atau
tanpa perhitungan serta memperhatikan kadar risiko yang biasa dihadapi.

42
3) Pemetaan KPI utama untuk Strategic Action dan
StrategicLearning serta Combined Assurance
!
!
KLOP sebanyak 20 telah melakukan penyusunan panduan pembangunan budaya
integritas. Dimulai dengan penyusunan visium yang di dalamnya mengandung
KPI (Key Performance Indicator) Utama dari setiap KLOP, KPI dari keunggulan
utama KLOP. Dalam
waktu tidak terlalu lama
akan banyak pula KLOP
lainnya melakukan hal
yang sama, sehingga
akan terkumpul banyak
informasi berguna bagi
pusat untuk dapat
mengambil peran yang
pas dalam kaitannya
untuk strategic action
dan strategic learning
serta combined
assurance.
!
Beberapa konsekuensi
yang dihasilkan dengan
adanya panduan
pembangunan budaya
integritas adalah sebagai berikut:
1. Berkurangnya struktur hirarki dan akan memperbanyak struktur matrik
2. KLOP dari orientasi layanan standar akan bergeser pada pola pikir
keunggulan
3. Dapat dilakukan strategic action berupa pengabungan, penghilangan atau
perluasan sebagai hasil dari pemetaan korelasi antara struktur (unit dan
posisi) dengan setiap visium
4. Dapat dilakukan strategic learning berupa pengisian gap kompetensi masa
depan, yang sekaligus pula menghasilkan kamus kompetensi untuk semua
tingkatan termasuk pimpinan puncak organisasi
!
Sidang Komisi 3 diharapkan agar mendiskusikan bagaimana proses yang terjadi di
KLOP dapat berjalan secara efektif dan governance, dan lebih jauh lagi bisa juga
mewarnai di tingkat pusat atau nasional. Harapannya untuk tingkat pusat dapat
juga terjadi strategic action dan strategic learning yang selaras dengan dinamika
yang terjadi pada tataran KLOP.
!
!
!
!
43
44
Muncul kebutuhan untuk
transformasi para core
integrity untuk berperan
sebagai COMBINED
ASSURANCE

Rekomendasi dan tindak lanjut apa


yang perlu dilakukan agar dapat
terwujud?

45
BAHAN SIDANG
KOMISI 4
!
!
!
!
!
Pengawasan dan Mitigasi Risiko atas Pengelolaan Dana Desa
sebagai Perwujudan dari Nawacita
!
I. Pendahuluan
Mengutip pidato bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2017 lalu,
ditegaskan bahwa untuk mempercepat pemerataan pembangunan di daerah utamanya di desa,
tidak ada cara lain selain pemerintah harus terus berupaya untuk meningkatkan anggarannya
yang berupa transfer ke daerah dan dana desa dengan mempertimbangkan kemampuan fiscal
Negara. Upaya tersebut, disamping terus mengedepankan dana Desa, pemerintah saat ini juga
mendorong percepatan pembangunan nasional melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK)
Fisik. DAK Fisik ditujukan untuk meningkatkan akses rakyat untuk mendapatkan pelayanan
infrastruktur dasar seperti jaringan air minum sampai ke rumah-rumah warga. Selanjutnya dalam
rangka mendorong pergerakan ekonomi daerah, pemerintah telah pula berupaya meningkatkan
persentase pembangunan infrastruktur, seperti kemantapan jalan provinsi, jalan kabupaten/kota
dan dukungan terhadap irigasi pertanian. Terkait dengan salah satu focus bahasan pada kali ini,
“Komisi D” mencoba membahas bagaimana pengawalan, pengawasan dan mitigasi risiko Dana
Desa (DD) sebagai perwujudan Nawacita.
!
Pemerintah pusat melalui dana APBN sejak tahun 2015-2017 telah menyalurkan hampir
200 Triliun sebagai bukti komitmen pemerataan ekonomi. Hal ini tidak lain adalah untuk
mendorong percepatan pertumbuhan serta pemerataan ekonomi desa. Mengingat sifatnya yang
“cash forward” maka tujuan penyaluran DD dari APBN adalah untuk pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa. Sesuai dengan Nawacita, bahwa untuk membangun kekuatan
ekonomi Indonesia yang merata, perlu segera dilakukan percepatan mulai dari pinggiran, dari
desa di kawasan perbatasan dan dari desa-desa pulau terluar. Untuk itu diperlukan porsi dana
dari APBN yang lebih besar disertai penggunaannya yang efektif serta efisien.
!
II. Landasan hukum

46
Landasan hukum dari pemerintahaan desa dan pengelolaan desa digambarkan sebagai
berikut:
!

!
!

!
!
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

47
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” (UU 16 Tahun 2014 Bab I
pasal 1 ayat 1). Selanjutnya dalam pasal 8 ketentuan tersebut dinyatakan, bahwa Pembangunan
Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa, sedangkan di Pasal 12 diatur, bahwa Pemberdayaan
Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,
serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
Dalam penggunaannya telah diatur, bahwa Dana Desa digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan
kemasyarakatan. Lebih lanjut, Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat (Pasal 19 PP 60 Tahun 2014). Ditegaskan juga, bahwa
Penggunaan Dana Desa mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (Pasal 20 PP 60 Tahun 2014). Dari sisi kewenangan
sesuai (Pasal 21 PP 60 Tahun 2014) diatur sebagai berikut:
▪ Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menetapkan prioritas
penggunaan Dana Desa lambat 3 (tiga) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran.
▪ Prioritas penggunaan Dana Desa dilengkapi dengan pedoman umum pelaksanaan
penggunaan Dana Desa. Adapun penetapan prioritas penggunaan Dana Desa
dilakukan setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional, Menteri, Menteri Dalam
Negeri, dan menteri teknis/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan Dana Desa diatur dengan
Peraturan Menteri. (Pasal 23 PP 60 Tahun 2014)
!
III. Pengelolaan Dana Desa
Peran Menteri Keuangan selaku pengelola Fiskal dan pengelola Bendahara Umum Negara
dalam struktur APBN, terletak pada pengeluaran Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa
adalah salah satu bagian dari dana anggaran yang disalurkan melalui Bendahara Umum Negara
pada Bagian Anggaran 999.05 - Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
!

48
!

Dana Desa sendiri adalah bagian dari Belanja Negara Bagian Anggaran BUN 999.05 Transfer ke
Daerah dan Dana Desa yang dialokasikan dalam APBN, diperuntukkan bagi Desa, ditransfer
melalui APBD kabupaten/kota, digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Kebijakan terkait pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa diatur oleh Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017 yang telah diubah dengan PMK Nomor 112/PMK.
07/2017. Tidak banyak pihak yang memahami benar-benar proses bisnis, mekanisme dan
substansi dari penyaluran dan pengelolaan Dana Desa ini. Mekanisme ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
!
!
!
!

49
!

!
!
!
!
!
!
!

!
!
!

50
!
!

!
!
!
!
!
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan untuk keperluan
sinkronisasi penyajian laporan realisasi anggaran transfer ke daerah dan dana desa, bersama-
sama dengan Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan dan

51
Pemda dapat melakukan rekonsiliasi data realisasi atas penyaluran transfer ke daerah dan
dana desa.

Sejak bulan April 2017 terdapat perubahan Mekanisme Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa
dengan diterbitkannya PMK Nomor 50/PMK.07/2017 dengan ditunjuknya 171 Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Penyalur DAK Fisik
dan Dana Desa.
!

!
!
!

52
!
!

!
!
IV. Pengawasan Dana Desa
Dalam rangka menjaga pelaksanaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel, Menteri
Keuangan selaku Pengguna Anggaran BUN berwenang melaksanakan pengawasan terhadap
BA BUN 999.05 TKDD dimaksud. Hal tersebut dinyatakan dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Selain itu menurut pasal 7 UU Nomor 1 Tahun

53
2004 Menteri Keuangan selaku BUN berwenang melakukan pengendalian pelaksanaan
anggaran.

Kewenangan melaksanakan pengawasan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor


204/PMK.09/2015, dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Dalam
melaksanakan kewenangan pengawasan, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
melaksanakan tugas sebagai berikut:
a. menetapkan kebijakan pengawasan;
b. melaksanakan evaluasi terhadap rencana pengawasan;
c. Memberi teguran kepada APIP K/L yang belum menyampaikan rencana pengawasan;
d. melakukan kompilasi dan evaluasi terhadap hasil pengawasan;
e. melaporkan hasil pengawasan kepada Menteri Keuangan;
f. melakukan pemantauan dan evaluasi atas tindak lanjut; dan
g. memberikan asistensi dan konsultasi.
!
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan pelaksanaan anggaran BA BUN, Inspektorat Jenderal
Kementerian Keuangan memerlukan koordinasi dan sinergi dengan APIP K/L dan APIP Daerah
serta BPKP. APIP yang melakukan pengawasan terhadap penyaluran Transfer ke Daerah dan
Dana Desa kepada Pemerintah Daerah adalah Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
sedangkan APIP yang melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah yang
bersumber dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa adalah Inspektorat Daerah.
!
Koordinasi antara Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dengan APIP Daerah antara lain
menyangkut:
1. Hasil pengawasan;
2. Pelaksanaan pengawasan (joint audit);
3. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
4. Kendala/Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengawasan.
!
Dalam hal pengawasan atas penyaluran Dana Desa, terdapat celah pada mekanisme yang lepas
dari kendali monitoring Kementerian Keuangan, yaitu:
1. Saat Transfer Dana Desa dari Rekening Kas Umum Daerah di Kabupaten ke Rekening
Dana Desa di Desa, hal tersebut dilakukan di luar Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
(SPAN).
2. Saat pertanggungjawaban Dana Desa tahap I oleh Kabupaten atas seluruh Desa di
wilayah kerjanya untuk pencairan tahap II, baru dapat dilakukan setelah realisasi fisik
pemanfaatan seluruh Dana Desa dalam satu Kabupaten minimal secara total mencapai
75%. Hal ini berdampak terhadap pelaporan pertanggungjawaban Dana Desa ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) bagi desa desa yang telah memiliki capaian

54
100%, harus menunggu desa-desa lain yang belum memiliki capaian 100% sehingga
belum dapat segera melakukan pencairan tahap II.
3. Kewajiban perpajakan terkait Dana Desa tidak dapat secara utuh diperoleh gambarannya
oleh Kementerian Keuangan dhi. KPPN karena kewajiban perpajakan yang seharusnya
secara tertib dicatat dalam aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) yang dibangun
oleh BPKP belum terintegrasi dengan aplikasi SPAN yang digunakan oleh Kementerian
Keuangan. Pemantauan kewajiban perpajakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) juga
tidak selalu dapat menjangkau kondisi riil seluruh desa-desa.
4. Kewajiban penyampaian laporan oleh Inspektorat Kabupaten terkait pencairan dan
realisasi Dana Desa ke BPKP juga tidak ada tembusan laporan kepada Kementerian
Keuangan untuk menjadi input bagi pertimbangan maupun perbaikan Kebijakan ataupun
Regulasi perhitungan/formulasi, penyaluran dan pencairan Dana Desa di Kementerian
Keuangan
!
Peran APIP Daerah sangat penting dalam menjalankan pengawasan atas pelaksanaan anggaran
BA BUN 999.05 TKDD mengingat Bagian Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa
merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang dikelola dalam APBD, dimana
Pemerintah Daerah sebagai pihak penerima dan pengguna dana Transfer ke Daerah dan Dana
Desa.

Beberapa sasaran pengawasan yang dapat dilakukan oleh APIP Daerah terkait dana Transfer ke
Daerah dan Dana Desa adalah pengawasan berkenaan dengan :
1. Penyusunan Peraturan Kepala Daerah;
2. Perencanaan dan penganggaran;
3. Penggunaan dana;
4. Penyaluran;
!
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan dan mitigasi risiko dana desa:

55
!
!
V. Potensi Fraud Dana Desa
Total anggaran yang digelontorkan pemerintah untuk dana desa mencapai Rp 127,74 triliun bagi
74.910 desa yang menerima bantuan. Dengan rincian per tahun yaitu, pada 2015 sebesar Rp
20,76 triliun, pada 2016 sebesar Rp 49,98 triliun, dan pada 2017 sebesar Rp 67 triliun.
Berdasarkan data pihak kepolisian tercatat selama tahun tahun 2012 sampai 2017 terdapat
sejumlah dugaan penyalahgunaan dana desa, meliputi 214 kasus, dengan kerugian Rp 46
miliar," Setidaknya dalam tahun 2017 terdapat sekitar 900 Kepala Desa yang tersangkut kasus
dana desa.
!
Secara umum KPK pernah melakukan kajian terhadap dana desa dan menemukan adanya 4
aspek yakni regulasi, tata laksana, pengawasan dan sumber daya manusia yang mengelola dana
desa. Penyimpangan terhadap dana desa itu terjadi paling banyak di Indonesia bagian Timur,
seperti Maluku, Papua, sebagian Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Di Maluku bisa mencapai 30
persen terjadi penyimpangan (Sumber: LSM Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah).
!
Fraud dana desa yang sudah terjadi umumnya relatif lebih sederhana karena dana yang dikelola
relatif tidak besar (maksimal Rp 1miliar per desa), antara lain:
a. Mark up nilai dan jumlah pengadaan atau honor, contoh Kasus 14 Kepala Desa yang
dilaporkan ke Kejari di Kab Purworejo;
b. Pengadaan/kegiatan fiktif, contoh kasus di Jeneponto;
c. Pemotongan (pungli) uang alokasi dana desa (ADD) dan dana desa (DD), contoh di Kab.
Sampang;
d. Pajak tidak disetorkan, misal di Kab. Takalar;

56
e. Membuat anggaran biaya di atas nilai realisasi dan pemotongan spesifikasi, misalnya
kegiatan pelatihan. Anggaran untuk 30 orang yang datang 15 orang atau pemotongan
honor narasumber;
f. mempertanggungjawabkan proyek pembangunan dengan dana desa padahal biaya
pembangunannya dilakukan dengan pos dana yang lain;
g. “mengawal” proyek agar proyek jatuh ke tangan rekanan tertentu;
h. Penggunaan dana desa untuk kepentingan pribadi;
i. Tidak ada laporan pertanggungjawabannya;
j. Pengamanan kasus (menghentikan kasus). Ketika kasus sudah terlanjur terjadi, suap
'pengamanan' kasus di Pamekasan yang melibatkan unsur Bupati, Kepala Inspektorat, Kajari,
Kepala Desa dan perangkat desa. Suap Rp 250 juta dari Kepala Desa kepada Kepala Kajari
agar tidak menindaklanjuti pelaporan LSM terkait dugaan tindak pidana korupsi pengadaan
berasal dari dana desa senilai Rp 100 juta. Dan masih banyak lagi modus operandi saat ini.
k. Tidak kurang 12 kasus DD di Jawa Tengah lainnya dengan berbagai indikasi penyimpangan
yang masih dalam penelitian APH.
!
VI. Evaluasi Pemanfaatan dan Monev Dana Desa
Berikut gambaran hasil evaluasi pemanfaatan dana desa, yang belum sepenuhnya efektif
mengangkat kemajuan desa.

!
Berdasakan kondisi di atas, terlihat bahwa pengelolaan DD belum sepenuhnya efektif. Belum
sesuai dengan tujuan DD sebagaimana amanat undang-undang dan belum dapat memenuhi
harapan bapak Presiden dalam mewujudkan pembangunan yang merata serta meningkatkan
taraf hidup dan perekonomian masyarakat yang semakin baik.
!
57
Gambaran regulasi terkait dengan kebijakan pengawasan DD sebagai berikut:
!

!
!
Disamping regulasi yang berlaku saat ini, muncul MOU antara Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Desa dan Pemungkiman Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, bersama Kepolisian
Negara Reublik Indonesia. Belum lagi unsur lain yang turut mengawasi seperti tim TP4P dan tim
TP4D Kejaksaan, Tim Bareskrim POLRI hingga Polsek setempat, LSM, Media setempat.
Dengan adanya aturan ataupun kewenangan yang bermacam-macam itu pula menjadikan
Kepala Desa dan perangkatnya menjadi galau/takut menjalankan pemerintahan desa dan
terdapat indikasi tidak menggunakan DD serta membiarkannya tidak terserap. Bagaimana
dengan peran APIP Daerah? Itupun masih perlu dipertanyakan kontribusinya.
!
Secara kewenangan Monitoring dan Evaluasi antara Kementerian sebenarnya telah jelas bahwa:

!
!
Gambaran struktur kelembagaan pengawasan desa yang ada saat ini:

58
!
!
VII. Model Pembangunan Dana Desa
Beberapa gambaran model pembangunan dapat mencontoh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Tengah dengan memperkenalkan “Desa Mandiri”. Secara umum proses perencanaan dimulai
dari penyesuaian visi misi hingga penjabaran program dan kegiatan sebagai berikut:
!

!
Sumber: Itjen Provinsi Jawa Tengah

59
!
!
Dengan contoh di atas mungkin desa-desa lain di Indonesia bisa mencontoh Desa Ponggok di
Kabupaten Klaten atau Desa Panggungharjo di Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta.
Penggelontoran dana saja tidak cukup. Masalah sumber daya manusia perangkat desa, dan
kemampuan perencanaan yang baik membutuhkan bimbingan hingga dapat diimplementasikan.
Terakhir, peran monitoring, evaluasi serta pengawasan APIP Daerah juga menjadi penting.

Mengingat pentingnya Desa sebagai kekuatan dasar membangun Negeri, maka perlu
peningkatan kapasitas di bidang sumber daya manusia dalam mengelola dana desa, baik dari
segi pengetahuan tentang kepemerintahan, pengelolaan perencanaan keuangan/pelaksanaan
hingga pertanggungjawaban laporan keuangan, serta peningkatan keahlian perangkat desa
dalam membina dan memberdayakan masyarakat melalui BUMDes, Koperasi dan Kelompok
Ekonomi kreatif. Peran pendamping desa harus benar benar dipilih orang yang mengerti tentang
karakteristik masyarakat setempat dan mempunyai visi serta ketrampilan dalam membantu
kemajuan masyarakat desa.
!
Umumnya, kendala implementasi DD antara lain:
1. Desa belum memahami kewenangan yang dimiliki;
2. Desa belum mampu menjabarkan atau menyusun rencana dengan tepat;
3. Desa belum memahami kebutuhan masyarakat desa dan menjabarkannya dalam
penganggaran desa;
4. Desa belum memprioritaskan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa;
5. Kelompok masyarakat yang memahami prioritas kebutuhan belum secara intensif terlibat
dalam proses perencanaan pembangunan desa.

60
6. Koordinasi antar OPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam
implementasi Dana Desa (DD) belum optimal;
7. Keterbatasan anggaran pembinaaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi pada OPD di
Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten sangat terbatas;
8. Keterbatasan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) aparat desa dalam melaksanakan
Dana Desa (DD) yang relatif besar jumlahnya untuk tingkat desa dibandingkan keuangan
desa sebelumnya;
9. Kurangnya transparasi oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Dana Desa (DD) yang dibentuk
oleh Kepala Desa;
10. Prosedur penyusunan pertanggungjawaban (SPj) masih dianggap rumit bagi aparat desa.
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!

61
Tata Laksana Persidangan 


Pelaksanaan persidangan Rembuk Integritas
Nasional 2017 dibagi dalam 3 jenis persidangan
sebagai berikut:

A. Sidang Pleno Sementara

B. Sidang Komisi

C. Sidang Pleno

A. Tata laksana sidang pleno sementara:


1. Panitia memfasilitasi untuk penentuan ketua
sidang pleno sementara
2. Ketua sidang pleno sementara bertugas untuk
memimpin sidang pleno sementara dalam
rangka menyepakati:

a. Pembagian peserta dan ruangan setiap komisi 

b. Penentuan ketua dan sekreraris sidang pleno

c. Penjelasan mekanisme persidangan dan target-target
selama sidang komisi dan sidang pleno

Anda mungkin juga menyukai