Anda di halaman 1dari 6

Penelitian

PROGRAM PENDIDIKAN SEKS UNTUK MENINGKATKAN


PROTEKSI DIRI DARI EKSPLOITASI SEKSUAL
PADA ANAK USIA DINI
Zarina Akbar & Felianti Mudzdaliffah
e-mail: zarinaakbar@yahoo.com
FIP Universitas Negeri Jakarta
Abstrak: Terjadinya kekerasan seksual pada diri anak dapat disebabkan karena anak belum mendapat pendidik-
an seks. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan pendidikan seks untuk anak dan diteliti sejauh mana pendidikan
itu dapat meningkatkan proteksi dirinya dari eksploitasi seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan proteksi seksual pada anak dari eksploitasi seksual antara sebelum dan sesudah mendapatkan
program pendidikan seksual. Penelitian yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak (TK) Ar-Rahman Kuningan
Jakarta Selatan pada tanggal 23 November dan 28-30 November 2011, menggunakan metode kuantitatif kuasi
eksperimen. Hasil analisis antara kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan pada pengukuran
sebelum (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test) menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kelompok
eksperimen. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan ada perbedaan proteksi diri yang signifikan
pada anak usia dini antara sebelum dan sesudah mendapatkan program pendidikan seksual. Dengan demikian,
penelitian ini menyarankan program pendidikan seks ini yang merupakan program preventif psikologis, dapat
diperkenalkan pada anak sejak dini dalam mengatasi kecenderungan terjadinya perilaku eksploitasi seksual
pada anak.

Kata kunci : pendidikan seks, proteksi diri anak, eksploitasi seksual

SEX EDUCATION PROGRAM FOR SELF-PROTECTION


FROM SEXUAL EXPLOITATION OF EARLY-AGED CHILDREN
Abstract: Sexual violence against the children often occurs as they have not got sex education. Therefore, sex education
should be provided to the early-age children and a research is conducted to find out the result. This research aims at know-
ing the children’s ability to protect themselves from sexual violance. The research conducted at Ar-Rachman Kindergarten,
South Jakarta in November 2011 employed quantitative quasi-experiment. The analysis indicates significant difference in
the score between pre-test and post-test of the experiment group. Based on the finding, the research concludes that there is a
significant difference in self protection ability for the student having achieved sex education program compared to those who
have not. The research recommend sex education should be provided for early-aged children to minimize sexual violence.

Keywords: sex education, self-protection, sexual excploitation.

yang menjadi korban kekerasan seksual setiap harinya


PENDAHULUAN (www.antaranews.com).
Fenomena kasus pelecehan dan kekerasan sek- Data Komisi Nasional Perlindungan Anak
sual pada anak di Indonesia akhir-akhir ini semakin Indonesia (KPAI) sejak awal 2010 hingga Juli 2010
meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data menunjukkan peningkatan pengaduan kekerasan
dari Pusat Krisis Terpadu (PKT) RSCM Jakarta yang kepada anak. Jika sepanjang tahun 2010 hanya ada
menyebutkan, bahwa pada bulan Juni tahun 2000 600 pengaduan, tujuh bulan pertama 2011 sudah ada
sampai dengan bulan Juli tahun 2005 telah terjadi 1200 1085 kasus pengaduan, di antaranya 250 pengaduan
kasus kekerasan seksual pada anak. Kasus pencabulan kekerasan pada anak atau sekitar 23% dari total pe-
terhadap anak laki-laki sebanyak sebanyak 68 kasus, ngaduan. Sepanjang tahun 2009, persentase kekerasan
selebihnya adalah anak perempuan. Pada periode Ja- pada anak sebesar 15%. KPAI juga mendapati usia
nuari-Mei 2008 telah terjadi 298 kasus yang dilaporkan korban anak yang menjadi korban kekerasan seksual
PKT RSCM, di antaranya: 15 kasus pemerkosaan, 113 juga semakin muda (www.republika.com ).
kasus KDRT, 75 kasus pemerkosaan anak perempuan, Data di Polda Metro Jaya sampai akhir bulan
42 kasus kekerasan seksual lainnya pada anak perem- Juni tahun 2003 menunjukkan 54 kasus pemerkosaan
puan, 21 kasus kekerasan seksual pada anak laki-laki, pada anak. Data yang diperoleh dari Polda Jabar dalam
dan kasus kekerasan lainnya. Rata-rata ada dua anak kurun waktu 6 bulan (Oktober 2001 – Maret 2002) telah
1 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 25 Th. XVI April 2012
Program Pendidikan Seks...

terjadi 116 kasus kekerasan seksual kepada anak-anak. anak menjadi korban eksploitasi seksual, program
Kasus-kasus itu meliputi 57 kasus pemerkosaan, 25 yang disusun ini akan lebih menekankan pada upaya
kasus pencabulan, 9 kasus disodomi, 1 kasus dibawa meningkatkan keterampilan melakukan proteksi diri
lari dan disetubuhi, 6 kasus dilacurkan, 9 kasus pelece- terhadap eksploitasi seksual. Hal ini sesuai dengan
han seksual, dan 9 kasus usaha pemerkosaan (www. pandangan WHO yang menyatakan, bahwa anak-anak
antaranews.com ). dan perempuan berada dalam kondisi kesehatan re-
Dari beberapa data dan kasus kekerasan seksual produksi yang kurang menguntungkan dan karena itu
anak yang terjadi, dikarenakan anak tidak tahu dan disepakati untuk mendapatkan prioritas penanganan.
tidak menyadari bahwa perlakuan orang dewasa yang Program pendidikan seksual ini dirancang khu-
menyentuh bagian pribadi adalah perlakuan yang sus untuk anak usia dini dengan lebih mengedepankan
salah. Hal ini terjadi karena anak-anak belum pernah metode yang lebih bersifat operasional dan konkret.
diajarkan mengenal bagian tubuhnya terutama alat Melalui program ini anak usia dini diprediksikan akan
kelaminnya. Anak tidak dikenalkan bagian pribadi mampu mempelajari cara-cara untuk melindungi diri
mana yang boleh dan tidak boleh disentuh. Anak dari ancaman eksploitasi seksual secara mandiri agar
tidak mengetahui mana sentuhan yang aman dan nantinya dapat menjalani kehidupannya dengan baik.
tidak aman, serta tidak mengetahui bagaimana mem- Lebih jauh lagi peneliti ingin mengetahui efekti-
pertahankan diri bila mengalami perlakuan tersebut vitas penerapannya pada anak usia dini sebagai bagian
(Sumartono & Intasari, 2008). Hal ini tercakup dalam dari upaya untuk proteksi diri anak dari eksploitasi
pendidikan seks yang seharusnya dijelaskan oleh seksual. Program ini merupakan upaya preventif yang
orangtua dan sekolah. Kenyataannya pendidikan akan diberikan pada anak usia dini sehingga anak akan
seks masih belum diterapkan di rumah dan di sekolah dapat terhindar dari perilaku yang tidak diinginkan
karena banyak yang beranggapan bahwa pendidikan yang mengarah pada kontak seksual.
seks sangat tabu dibicarakan pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ke-
Pendidikan seks sudah seharusnya diberi- mampuan proteksi seksual pada anak dari eksploitasi
kan sejak usia dini untuk mencegah permasalahan seksual antara sebelum dan sesudah mendapatkan
seksual yang semakin berkembang. Penelitian yang program pendidikan seksual.
dilakukan oleh Surtiretna (dalam Kurniati dkk., 2005)
menyatakan, pendidikan seks harus dimulai sedini METODE PENELITIAN
mungkin mulai masa kanak-kanak dan terus berlang-
Metode
sung hingga usia remaja. Dalam ajaran agama Islam,
Metode yang dipakai dalam penelitian ini
pendidikan seks tidak dapat dipisahkan dari agama
adalah metode kuasi eksperimen. Desain eksperimen
dan bahkan sepenuhnya harus dibangun di atas lan-
yang digunakan nonrandomized pre-test dan post-test
dasan agama. Dengan demikian, diharapkan akan ter-
group design, yaitu pengukuran yang dilakukan se-
bentuk individu yang bertanggung jawab. Pemberian
belum perlakuan (pre-test) dan pengukuran segera
pendidikan seks pada anak pada dasarnya merupakan
setelah perlakuan selesai diberikan (post-test). Bagan
upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi
desain penelitiannya tertera pada tabel 1.
organ reproduksi dengan menanamkan moral etika.
Banyak orang yang mempersepsikan pendi- Tabel 1. Desain Penelitian
dikan seks sebagai pemberian informasi mengenai O1 X O2 KE
reproduksi dan hubungan seksual. Pendidikan seks se-
O1 ~X O2 KK
benarnya tidak hanya itu. Haffner (1990) menyatakan
bahwa pendidikan seksualitas yang komprehensif Keterangan :
meliputi dimensi biologis, sosiokultural, psikologis, O1 : Pengukuran pre-test
dan spiritual termasuk mengajarkan seseorang agar O2 : Pengukuran post-test
mampu melakukan proteksi diri dan membuat kepu- X : Perlakuan (Program Pendidikan Seks)
tusan yang bertanggung jawab. ~X : Tidak diberikan perlakuan (kelompok kon-
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik trol)
membuat program pendidikan seks pada anak usia KE : Kelompok eksperimen
dini yang memang dibutuhkan saat ini. Informasi KK : Kelompok kontrol
mengenai seksualitas kepada kelompok anak ini dini-
Hipotesis
lai akan lebih bermanfaat bila dikemas dalam bentuk
Hipotesis dalam penelitian ini, bahwa ada per-
sistematis. Dengan mempertimbangkan kerentanan
bedaan proteksi diri dari eksploitasi seksual pada anak
Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 25 Th. XVI April 2012 2
Program Pendidikan Seks...

usia dini antara sebelum dan sesudah mendapatkan tawaran, bujukan, atau paksaan dari orang lain yang
program pendidikan seks. membuatnya merasa takut atau tidak nyaman yang
mengarah pada tindakan eksploitasi seksual.
Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak Alat Ukur yang Digunakan
di Taman Kanak-Kanak (TK) Ar-Rahman Kuningan Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
Jakarta Selatan. Pada penelitian ini peneliti meng- ini merupakan modifikasi dari penelitian lainnya
gunakan dua kelas yaitu kelas B1 sebagai kelompok yang relevan dilakukan oleh Hastuti (2005), yaitu
eksperimen dan kelas B2 sebagai kelompok kontrol. skala proteksi seksual dari eksploitasi seksual. Peneliti
Program Intervensi Psikologis memodifikasi butir-butir yang digunakan dikaitkan
Program pendidikan seksual pada anak usia dengan subjek dalam penelitian ini, yaitu anak usia
dini ini merupakan program yang terdiri dari be- dini. Instrumen ini merepresentasikan peristiwa-
berapa keterampilan psikologis yang akan diberikan peristiwa bertendensi eksploitasi seksual yang disertai
antara lain kemampuan mengenali bagian tubuhnya, dengan narasi singkat. Instrumen berupa butir-butir
kemampuan mengenali situasi-situasi yang mengarah yang terdiri dari sebuah narasi singkat yang harus
kepada eksploitasi seksual dan kemampuan untuk dijawab subjek dengan alternatif jawaban dikotomis.
mengambil keputusan terhadap situasi yang me- Alternatif jawaban yang dikotomis dipilih dengan
ngarah kepada eksploitasi seksual tersebut. Program pertimbangan, karena subjek penelitiannya adalah
pendidikan seksual ini akan dikemas dalam bentuk anak usia dini yang memiliki tingkat penyerapan dan
yang menarik dengan metode permainan, role-playing, pengolahan informasi yang terbatas, sehingga model
simulasi, tayangan gambar atau film. Berbagai metode jawaban yang mudah dan sederhana dinilai cenderung
ini digunakan untuk membantu memudahkan proses lebih sesuai. Ada tiga aspek dalam instrumen skala ini,
pemahaman anak terhadap materi pelatihan yang yaitu antisipasi terhadap situasi yang mengarah pada
akan diberikan. Materi-materi dalam program pen- eksploitasi seksual, kemampuan mengambil keputu-
didikan seksual pada anak usia dini, meliputi materi san dalam situasi yang mengarah pada eksploitasi
mengenai perkembangan anak khususnya berkaitan seksual, dan kemampuan bersikap asertif menghadapi
dengan perkembangan seksual anak, identifikasi eksploitasi seksual. Skala proteksi seksual pada anak
situasi-situasi yang mengarah pada tendensi eksploi- usia dini ini terdiri dari 25 butir.
tasi seksual, serta prevensi diri dari eksploitasi seksual.
Analisis Data
Materi pertama mengenai perkembangan anak
Analisis data yang digunakan dalam penelitian
khususnya berkaitan dengan perkembangan seksual
ini adalah analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif
anak, yaitu upaya pengenalan bagian-bagian tubuh
untuk menguji hipotesis dilakukan dengan meng-
dengan mengidentifikasikan bagian-bagian tubuh dan
gunakan analisis statistik berupa teknik paired sample
mengenali perbedaan anggota tubuh antara anak jenis
t-test.
kelamin laki-laki dan perempuan.
Perbedaan proteksi diri dari eksploitasi sek-
Materi kedua mengenai identifikasi situasi-
sual pada anak, akibat adanya perbedaan hasil per-
situasi yang mengarah pada tendensi eksploitasi
lakuan diamati secara berulang-ulang, yaitu sebelum
seksual, yaitu upaya mengenali situasi-situasi yang
perlakuan dan setelah perlakuan antara kelompok
mengarah pada tendensi eksploitasi seksual antara
eksperimen yang mendapatkan program pelatihan
lain perilaku menggoda, memegang bagian tubuh,
pendidikan seksual dengan kelompok kontrol.
mengintip bagian tubuh orang lain, membuka pa-
kaian, dan memegang bagian kelamin. Prosedur
Materi ketiga mengenai prevensi diri dari Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahapan,
eksploitasi seksual bagian A, yaitu upaya mengenali yaitu persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian.
dan menghindari perilaku eksploitasi seksual berka- a. Persiapan Penelitian
itan dengan beberapa keadaan antara lain upaya pre- Peneliti melakukan proses penyusunan modul
vensi dengan memperhatikan cara berpakaian untuk program pendidikan seksual. Peneliti melakukan
anak laki-laki dan perempuan, serta prevensi pada modifikasi skala proteksi diri dari eksploitasi seksual
saat berdesakan dengan banyak orang. dari penelitian sebelumnya yang dikembangkan oleh
Selanjutnya, materi keempat mengenai prevensi Hastuti (2005). Butir yang dituliskan lebih disesuaikan
diri dari eksploitasi seksual bagian B, yaitu upaya dengan konteks kasus eksploitasi seksual yang sering-
mengenali dan menghindari perilaku eksploitasi sek- kali dialami atau dikabarkan dalam media-media
sual dengan melakukan beberapa cara untuk menolak selama ini yang terjadi pada anak.
3 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 25 Th. XVI April 2012
Program Pendidikan Seks...

Peneliti lebih mengarahkan konteksnya pada Hasil Analisis Uji Hipotesis


proteksi diri dari eksploitasi seksual pada anak usia Hasil analisis data antara kelompok yang
dini. Instrumen penelitian ini terdiri dari 25 butir. mendapatkan perlakuan (kelompok eksperimen)
Peneliti kemudian melakukan koordinasi lebih lan- dan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan
jut dengan pihak TK Ar-Rahman Kuningan Jakarta (kelompok kontrol) pada kondisi awal pengukuran
Selatan untuk penentuan jadwal penerapan program sebelumnya (pre-test) menemukan yaitu t = 0,247, p =
pelatihan pendidikan seksual. 0,809 > 0,05 (tidak signifikan). Artinya, tidak ada perbe-
b. Pelaksanaan Penelitian daan pada kondisi awal sebelum pengukuran (pre-test)
Setelah selesai seluruh persiapan penelitian, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
tahap selanjutnya adalah pelaksanaan program pen- Hasil analisis data selanjutnya dengan meng-
didikan seksual. Program ini dilakukan dalam bentuk gunakan paired sample t-test antara kelompok yang
yang menarik dengan metode permainan, role-playing, tidak mendapatkan perlakuan (kelompok kontrol)
simulasi, tayangan gambar atau film. pada pengukuran sebelum (pre-test) dan sesudahnya
Program pelatihan pendidikan seksual dilak- (post-test) menemukan yaitu t = 1,915, p = 0,082 > 0,05
sanakan sebanyak 4 sesi dalam waktu 4 hari selama (tidak signifikan). Artinya, tidak ada perbedaan yang
masing-masing sesi selama 1 jam, sehingga total waktu signifikan pada kelompok kontrol antara sebelum dan
yang diperlukan adalah 4 jam. Program pelatihan sesudahnya.
pendidikan seksual dilaksanakan pada tanggal 23 Hasil analisis antara kelompok eksperimen
November dan 28-30 November 2011. yang mendapatkan perlakuan pada pengukuran
Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak sebelum (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test)
TK dan menentukan dua kelas sebagai subjek peneli- menemukan yaitu t = 5,548, p = 0,000 < 0,05 (signifi-
tiannya. Kelas B1 sebagai kelompok kontrol dan kelas kan). Artinya, ada perbedaan yang signifikan pada
B2 se-bagai kelompok eksperimen dalam penelitian. kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah
Pada proses awal, dengan membagikan skala proteksi perlakuan diberikan.
seksual kepada para partisipan baik kelompok eksperi- Selanjutnya untuk melihat perbedaan skor pro-
men maupun kelompok kontrol (sebagai data pre-test). teksi diri tersebut, rata-rata skor proteksi diri pada pe-
Setelah proses empat sesi program pendidikan ngukuran kelompok eksperimen terlihat pada tabel 3.
seksual selesai dilakukan pada kelompok eksperi-
men, partisipan langsung diberikan post-test dengan Tabel 3. Perbedaan Rata-rata Skor Proteksi Diri Pada
memberikan skala proteksi seksual kembali. Pada Kelompok Eksperimen
kelompok kontrol juga dilakukan post-test dengan
memberikan skala proteksi seksual tanpa diberikan Pengukuran Rata-Rata
perlakuan sebelumnya. Proses ini dilakukan untuk Pre-test 7,79
melihat efektivitas pemberian program pendidikan Post-test 11,36
seksual pada anak usia dini.
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa pada
HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok eksperimen terjadi peningkatan skor rata-
rata proteksi diri pada pengukuran antara sebelum
Deskripsi Subjek
(pre-test) dan sesudah (post-test) program pendidikan
Subjek penelitian yang terbagi dalam kelompok
seksual. Rerata peningkatan proteksi diri tersebut
eksperimen dan kelompok kontrol ditinjau dari jenis
sebesar 3,57.
kelamin dan usia terdapat pada tabel 2.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat di-
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan simpulkan, bahwa hipotesis yang diajukan dalam
Jenis Kelamin dan Usia
penelitian ini dapat diterima. Ada perbedaan proteksi
Kelompok Jumlah diri yang signifikan pada anak usia dini antara sebe-
Aspek
lum dan sesudah mendapatkan program pendidikan
Eksperimen Kontrol
seksual.
Jenis Kelamin
- Laki-laki 9 7 16 Pembahasan
- Perempuan 5 5 10 Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
Usia menunjukkan bahwa ada perbedaan proteksi diri
- 5 tahun 9 11 20 yang signifikan pada anak usia dini antara sebelum
- 6 tahun 3 3 6 dan sesudah mendapatkan program pendidikan
Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 25 Th. XVI April 2012 4
Program Pendidikan Seks...

seksual. Analisis statistik antara kelompok eksperi- diri dari eksploitasi seksual pada anak usia dini. Pene-
men yang mendapatkan perlakuan pada pengukuran litian yang dilakukan oleh Haffner (1990) menyatakan,
sebelum (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test) bahwa pendidikan seksualitas yang komprehensif
menemukan yaitu t = 5,548, p = 0,000 < 0,05 (signifi- meliputi dimensi biologis, sosiokultural, psikologis,
kan). Artinya, ada perbedaan yang signifikan pada dan spiritual termasuk mengajarkan seseorang agar
kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah mampu melakukan proteksi diri dan membuat kepu-
perlakuan diberikan. Pada kelompok eksperimen tusan yang bertanggung jawab adalah sangat penting
terjadi peningkatan skor rata-rata proteksi diri pada diterapkan pada anak.
pengukuran antara sebelum (pre-test) dan sesudah
Implikasi
(post-test) program pendidikan seksual dengan rerata
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemam-
peningkatan skor proteksi diri sebesar 3,57.
puan proteksi diri dari eksploitasi seksual pada anak
Ada beberapa faktor yang mendukung pe-
usia dini adalah dengan memberikan program pendi-
ningkatan kemampuan proteksi diri pada anak, yaitu
dikan seks. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa
metode pembelajaran, materi yang diberikan, dan
program pendidikan seks efektif dapat meningkatkan
kualitas fasilitator. Metode yang digunakan selama
kemampuan proteksi diri dari eksploitasi seksual pada
pelaksanaan program pendidikan seksual meng-
anak usia dini. Program seks dapat diterapkan dan
gunakan simulasi dengan alat bantu visual dan role-
menjadi bagian dari sekolah. Sekolah dapat memper-
playing. Penelitian yang dilakukan oleh Maurer (2001),
siapkan dan mensinergikan program ini dengan proses
menyatakan perlunya alat bantu visual, pengulangan
pembelajaran dan kebijakan yang telah ditetapkan di
kata kunci, penyampaian materi secara simpel, hu-
sekolah tersebut.
mor, banyak permainan (games) yang dilakukan serta
Program seks terdiri dari berbagai pengetahuan
keterlibatan seluruh unsur kognitif, afektif, dan psiko-
dan keterampilan yang diberikan sebagai bagian
motorik. Misalnya, materi-materi pada sesi ketiga dan
upaya proteksi diri anak dari perilaku eksploitasi
keempat para subjek diminta untuk mempraktikkan
seksual. Program ini dapat menjadi bagian dari pro-
secara langsung dengan melibatkan semua unsur
gram yang terdapat pada kurikulum sekolah. Materi
baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik untuk
yang diberikan pada program ini dapat disinergikan
mencoba berlatih sikap dan tindakan tertentu untuk
dengan materi-materi lainnya pada anak. Hal ini ha-
menghindari dari perilaku eksploitasi seksual pada
rus diperkenalkan kepada anak sejak awal sehingga
anak usia dini.
dapat menjadi upaya preventif dalam mengatasi ke-
Teknik simulasi dengan menggunakan alat
cenderungan terjadinya perilaku eksploitasi seksual
peraga dan role-playing tersebut, mendekatkan jarak
pada anak.
hal-hal abstrak sekitar materi pada realitas keadaan
yang lebih nyata. Hal ini sesuai dengan karakteristik
tahap perkembangan kognitif pada masa anak-anak PENUTUP
yang mulai belajar mengatasi masalah secara konkret.
Proses belajar ini merupakan fungsi interaksi antara Kesimpulan
anak dengan lingkungan di luar dirinya yang lebih Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa
terlatih (dalam hal ini trainer dan co-trainer), sehingga ada perbedaan proteksi diri yang signifikan pada anak
dengan bantuan dari pihak luar ini akan sangat dapat usia dini antara sebelum dan sesudah mendapatkan
membantu dirinya. program pendidikan seksual.
Relevansi dengan realitas juga diartikan de- Saran
ngan cara pemberian materi yang berupaya sedekat Berdasarkan hasil yang diperoleh dari peneli-
mungkin dengan keadaan realitas keadaan subjek tian ini, peneliti mencoba membuat beberapa saran
termasuk pemberian contoh dan penggunaan bahasa. kepada beberapa pihak, yaitu pihak sekolah (Taman
Materi disajikan dengan banyak memberikan contoh Kanak-Kanak), subjek penelitian, dan untuk peneliti
pada bagian-bagian penting dan fasilitator sering selanjutnya.
mengulangi kata-kata kunci kepada para partisipan Untuk pihak sekolah, program pendidikan
penelitian seperti “bilang TIDAK”, “LARI”. seksual ini dapat dijadikan sebagai salah satu pro-
Keberhasilan pelatihan yang telah dicapai gram preventif untuk meningkatkan proteksi diri
dalam penelitian ini, mendukung beberapa penelitian dari eksploitasi seksual pada anak nantinya. Pihak
yang menunjukkan adanya pengaruh positif program sekolah diharapkan dapat menjadikan program ini
pendidikan seksual sebagai upaya preventif proteksi sebagai bagian dari school-based intervention dan dapat

5 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 25 Th. XVI April 2012


Program Pendidikan Seks...

memperluas kebermanfaatan program ini bagi para ukur yang digunakan dalam penelitian ini sebaiknya
siswa-siswa lainnya. Hal lainnya juga, pihak sekolah menggunakan kartu bergambar disertai dengan narasi
dapat mempertimbangkan untuk menjadikan program dalam penjelasan kepada subjek penelitiannya. Hal ini
pendidikan seksual ini sebagai bagian dari kuriku- dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik
lum pembelajaran di sekolah. Tujuan akhirnya dapat perkembangan anak, sehingga pada akhirnya akan
membantu mengatasi perilaku eksploitasi seksual dapat mempercepat dan membantu proses pengum-
pada anak-anak. pulan datanya. Anak sebagai partisipan penelitian juga
Saran yang diberikan kepada subjek penelitian dapat memahami item yang diberikan dalam kartu
diharapkan subjek penelitian tetap dapat terus mem- tersebut dengan lebih jelas dan baik.
praktikkan latihan-latihan dari materi program yang
telah didapatkan dalam kehidupannya sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA
Ada beberapa hal yang dapat dipertimbang- Haffner, D.W. (1990). Sex education: A call to action.
kan untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk New York: Sex Information and Education of US
mengembangkan penelitian ini antara lain dalam hal Hastuti, L.W. (2005). Efektivitas pendidikan seksualitas
teknik pengambilan subjek pada penelitian mendatang bagi remaja educable mentally retarded untuk
sebaiknya menggunakan teknik purposive sampling meningkatkan proteksi diri dari eksploitasi seksual.
(misalnya individu-individu yang memiliki skor Thesis. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Program
proteksi diri yang rendah) sehingga anak-anak yang Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas
hanya memiliki karakteristik tertentu itu yang memi- Gadjah Mada.
liki kesempatan untuk menjadi partisipan penelitian. Kurniati, T., Rahmat, I., & Lusmilasari, L. (2005).
Dengan demikian, perlakuan yang diberikan dinilai Hubungan antara persepsi ibu tentang pendi-
dapat lebih tepat pada sasarannya. Proses program dikan seks pada anak usia 0-15 tahun dengan
pendidikan seksual ini juga sebaiknya diberikan sikap ibu dalam menerapkan pendidikan seks.
dalam jangka waktu yang agak lebih lama sehingga Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, Vol
para subjek penelitian memiliki kesempatan untuk 1, Nomor 1.
melakukan atau mentransfer terlebih dahulu materi- Sumartono, S., & Intasari, I. (2008). Program “Aku &
materi yang didapatkan dari pelatihan dalam ke- Kamu”. Jakarta: Tudung Saji.
hidupan sehari-harinya. Untuk penelitian mendatang Korban pelecehan seksual sebagian besar anak. Diakses
sebaiknya juga mengikutsertakan proses pengukuran tanggal 12 Oktober 2010 dari situs www.Anta-
tindak lanjut (follow-up) sehingga peneliti tetap dapat ranews.com.
melihat keberlangsungan efek program pendidikan Kekerasan seksual terhadap anak naik signifikan. Diakses
seksual ini dalam waktu beberapa minggu atau be- tanggal 12 Oktober 2010 dari situs www. Re-
berapa bulan setelah program selesai dilakukan. Alat publika.co.id.

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 25 Th. XVI April 2012 6

Anda mungkin juga menyukai