Anda di halaman 1dari 88

EM 09.

053

PEMODELAN ALAT
AUTOMATIC BLOOD COAGULATION TIMER BERBASIS
MIKROKONTROLER AT89S51

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma
III Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta II

OLEH
SOFHI ROSALI
NIRM : P23138006048

JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES JAKARTA II
2009
PEMODELAN ALAT
AUTOMATIC BLOOD COAGULATION TIMER BERBASIS
MIKROKONTROLER AT89S51

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma
III Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta II

OLEH
SOFHI ROSALI
NIRM : P23138006048

JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES JAKARTA II
2009
PERNYATAAN KEASLIAN BUKU TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa buku tugas akhir dengan judul :

Pemodelan Alat Automatic Blood Coagulation Timer


Berbasis Mikrokontroler AT89S51

Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya Tek nik
Elektromedik pada jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Depkes
Jakarta II, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
buku tugas akhir yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan jenjang diplo ma di lingkungan Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta
II maupun Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 19 Agustus 2009

Sofhi Rosali
P23138006048
PERSETUJUAN

Buku tugas akhir dengan judul :

Pemodelan Alat Automatic Blood Coagulation Timer


Berbasis Mikrokontroler AT89S51

Dibuat oleh Sofhi Rosali (P23138006048) untuk melengkapi sebagian persyaratan


menjadi Ahli Madya Teknik Elektromedik pada jurusa n Teknik Elektromedik
Polteknik Kesehatan Depkes Kesehatan Jakarta II dan disetujui untuk diajukan
dalam sidang ujian akhir program.

Jakarta, 19 Agustus 2009


Dosen Pembimbing,

Nanang Sudjana, ST
Nip. 1971120419960301002
PENGESAHAN

KETUA JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES JAKARTA II
JAKARTA

Dr. Ir. Hj. Rusmini B, AIM, MM

Nip. 140 074 041


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat -NYA serta memberikan
kesehatan, kekuatan dan kesempatan kepada penulis.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dapat
menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta
II Jurusan Teknik Elektromedik. Adapun judul karya tulis ini adalah:
“PEMODELAN ALAT AUTOMATIC BLOOD COAGULATION TIMER
BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51”
Pada kesempatan kali ini penulis ingin memberi ucapan terima kasih yang
tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan
perhatian selama perjalanan hingga akhir pendidikan ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan segalanya kepada penulis.
2. Bapak, Ibu serta Kakak dan adikku yang telah memberika n dorongan serta
do’anya kepada penulis.
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Rusmini B, AIM, MM selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektromedik Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta II.
4. Bapak Nanang Sudjana, ST selaku dosen pembimbing modul.
5. Ibu Suharyati, ST, Msi selaku dosen pembimb ing akademik.
6. Teman-teman semua yang telah banyak memberikan bantuan baik moril
maupun materi serta do’anya kepada penulis.
Demikian ucapan terimakasih ini, penulis juga berharap Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua. Amin

Jakarta, 19 agustus 2009


Penulis
ABSTRAK

Sofhi Rosali “Pemodelan Alat Automatic Blood Coagulation Timer “ di bawah bimbingan Nanang
Sudjana ST, 2009, - halaman + xiii + lampiran

Sesuai dengan judul diatas, alat ini dibuat pada umumnya adalah dengan
tujuan sebagai salah satu referensi untuk tindakan medis bagi pasien yang akan di
operasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari hal -hal yang tidak diinginkan
seperti pembekuan darah pada bagian yang di operasi karena kesalahan
memberikan dosis cairan antikoagula n terhadap si pasien.
Fungsi dari alat yang penulis buat adalah dapat menentukan lamanya
waktu pembekuan darah. Agar tujuan tersebut dapat terpenuhi maka penulis
membuat sistem yang dapat mendeteksi, mengolah, serta menampilkan data yang
didapat dari pengujian tersebut. Sistem yang penulis buat adalah menggunakan
mikrokontroller AT89S51 yang ditunjang dengan rangkaian pendukung lainnya
serta program untuk mengendalikan kerja dari seluruh rangkaian. Timer yang
penulis buat memiliki jangkauan 0 -20 menit dengan resolusi 1 detik, suhunya
sendiri harus dapat stabil pada suhu 36 -37 0C.
Perangkat lunak yang diinginkan adalah dapat mengolah data suhu dan
timer kemudian ditampilkan pada display, dapat menggerakan motor untuk
memutar kuvet serta dapat membuyikan buzze r sebagai indikator suara apabila
darah telah membeku. Bahasa pemograman yang penulis pergunakan adalah
bahasa assembly yang kemudian diubah menjadi bahasa heksa lalu di download
ke dalam mikrokontroler.
Pengujian dilakukan dengan bantuan beberapa alat sep erti stopwatch,
thermometer, avometer, dan seperangkat toolset. Pengujian timer yang penulis
lakukan adalah dengan melakukan perbandingan timer pada alat dan timer pada
stopwatch, didapatkan hasil bahwa timer dapat bekerja dengan baik (0 -20 menit,
resolusi alat dengan suhu thermometer, didapatkan hasil cukup baik (dapat stabil
36-370C). Uji sistem yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan sampel
darah, didapatkan hasil alat dapat menentukan berapa lama darah dapat membeku.
BIODATA

Nama mahasiswa : Sofhi Rosali


Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 16 Januari 1988
Alamat rumah : Jl. Nurul Amal, Rt/Rw:003/05
Telepon rumah : 021-33554188
Telepon selular : 08998067828
Alamat email : rahasya_fhinavell@yahoo.com
Riwayat sekolah : SD KARTIKA X-2 lulus tahun 2000
SLTPN 177 lulus tahun 2003
SMK TRIGUNA UTAMA lulus tahun 2006
Teknik Elektomedik lulus tahun 2009

Jakarta, 19 Agustus 2009

Sofhi Rosali
P23138006048
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM
PERNYATAAN KEASLIAN BUKU TUGAS AKHIR i
PERSETUJUAN ii
PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK v
BIODATA vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian Terapan 2
1.3 Pembatasan Masalah 2
1.4 Metodologi Penelitian Terapan 3
1.5 Sistematika Penulisan 3

BAB 2 DASAR TEORI 5


2.1 Darah Manusia 5
2.1.1 Susunan darah 5
2.1.2 Fungsi darah secara umum 9
2.2 Teori Tentang Pembekuan Darah 9
2.2.1 Pembekuan darah 10
2.2.2 Faktor pembekuan darah 11
2.2.3 Clotting time 11
2.3 Gambaran Umum ABCT 13
2.4 Red Switch Sebagai Sensor Magnet 14
2.5 LM35 Sebagai Sensor Suhu 14
2.6 IC Mikrokontroller AT89S51 15
2.6.1 Primsip kerja mikrokontroller AT89S51 16
2.6.2 Perlengkapan dasar mikrokontroller AT89S51 17
2.7 ADC 0804 (Analog to Digital Converter) 22
2.7.1 Konfigurasi pin ADC 23
2.8 LCD (Liquid Crystal Display) 25
2.9 Relay 28
2.10 Transistor 29
2.11 Motor DC Gear Box 31

BAB 3 KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN 32


3.1 Perencanaan Alat 32
3.2 Perencanaan Secara Blok Rangkaian 33
3.2.1 Blok power supply 34
3.2.2 Blok inputan (start, reset, silent) 34
3.2.3 Blok sensor suhu 34
3.2.4 Blok ADC 34
3.2.5 Blok sensor sample membeku 34
3.2.6 Blok rangkaian detector 34
3.2.7 Blok driver sample test tube 34
3.2.8 Blok penstabil suhu 35
3.2.9 Blok mikrokontroler
3.2.10 Blok rangkaian display 35
3.3 Prinsip Kerja Alat 35
3.4 Prinsip Pengoperasian Alat 36
3.5 Perencanaan Perangkat kera s 37
3.5.1 Rangkaian Data Suhu 37
3.5.2 Rangkaian Pendeteksi Sample Membeku 38
3.5.3 Rangkaian Mikrokontroller 39
3.5.4 Rangkaian Heater 41
3.5.5 Rangkaian Pengendali Motor DC 42
3.5.6 Rangkaian Display 42
3.6 Perencanaan Perangkat Lunak (Sofware) 43

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA 45


4.1 Persiapan Alat dan Bahan 45
4.2 Metode Pengujian 47
4.3 Pengujian Sistem dan Analisa Hardware 47
4.3.1 Pengujian dan analisa sensor suhu 47
4.3.2 Pengujian dan analisa sensor magnet 49
4.3.5 Pengujian dan analisa Motor 50
4.4 Pengujian dan Analisa Subsistem 51
4.4.1 Persiapan alat dan bahan 51
4.4.2 Pengujian 51
4.4.2.1 Suhu pada ruangan sample 51
4.4.2.2 Timer pada pesawat 52
4.4.2.3 Pembekuan sample darah 53

BAB 5 KESIMPULAN 55
DAFTAR ACUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
2.6.2 Fungsi khusus port 3 20
2.8 Fungsi pin pada LCD 27
3.5.4 Rencana input dan output mikrokontroller 40

4.1 Daftar Komponen 45


4.3.1 Hasil pengujian sensor suhu IC LM35 48
4.3.3 Data table sensor magnet 50
4.3.3 Data table rangkaian motor dc 50
4.4.2.1 Uji fungsi pada ruangan sample darah 52
4.4.2.2 Data pengujian timer pesawat 53

4.4.2.3 Data table pembekuan sample darah 54


DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1.1 Sel darah merah ( Eritrosit ) 6
2.1.2 Sel darah putih ( Leukosit ) 7
2.1.3 Trombosit 8
2.3 Alat ACT dan tabung pengetes 13
2.4 Komponen sensor magnet 14
2.5 Konfigurasi LM 35 15
2.6.1 Diagram blok arsitektur mikrokontroller AT89S51 17
2.6.2 Konfigurasi kaki pada mik rokontroller AT89S51 18
2.7 Blok diagram ADC ( Analog to Digital Converter ) 22
2.7.1 Konfigurasi pin ADC (Analog to Digital Converter ) 23
2.8 Konfigurasi LCD 2x16 26
2.9 Simbol dan Komponen relay 29
2.10 Skema transistor dan transistor sebagai sakelar 30
2.11 Motor DC gear box 31
3.2 Blok diagram Rangkaian ABCT 33
3.5.1 Rangkaian Data Suhu 38
3.5.2 Rangkaian Pendeteksi Sample Membeku 39
3.5.3 Rangkaian Mikrokontroller 39
3.5.4 Rangkaian Heater 41
3.5.5 Rangkaian Pengendali Motor DC 42
3.5.6 Rangkaian LCD Karakter 2x16 43
3.6 Flowchart ABCT 44
4.3.1 Grafik Sensor suhu LM 35 49
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan manusia akan kesehatan semakin meningkat ya ng sejalan dengan
perkembangan dalam bidang kedokteran pada saat ini dan diikuti pula oleh
perkembangan peralatan medik, maka fasilitas pelayanan kesehatan telah
dirasakan manfaatnya. Bermacam -macam penyakit telah dapat diketahui bahkan
relatif dapat disembuhkan dengan menggunakan alat -alat medis. Dengan
mempertimbangkan hal tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sangatlah
penting melengkapi semua sarana dan prasarana alat -alat kesehatan untuk
membantu para tenaga kesehatan untuk memberikan suatu has il yang baik dalam
diagnosa dan penyembuhan pada pasien.

Misalnya pada saat pasien yang akan operasi jantung. Disini jantung
merupakan salah satu organ yang penting dalam bagian tubuh, maka sebelum
dilakukan operasi harus diadakan pemeriksaan organ -organ di dalam maupun
diluar tubuh dan diperlukan sejumlah tes penting termasuk waktu pembekuan
darahnya, maka semua alat harus disiapkan termasuk alat Automatic Coagulation
Timer yang berfungsi untuk menentukkan lamanya waktu pembekuan darah.

Banyaknya korban pasien meninggal pada saat operasi maupun pasca operasi
disebabkan karena beberapa faktor, antara lain adalah yang disebabkan karena
faktor pembekuan darah. Hal ini dikarenakan adanya kelainan pada proses
pembekuan darah si pasien atau dapat juga disebabkan karena kesalahan dalam
memberikan dosis beberapa banyak cairan anti koagulan yang harus diberikan
pada pasien. Perlu diketahui, bahwa darah dalam tubuh manusia dapat membeku,
dan dalam prosesnya di butuhkan waktu dan faktor -faktor pembekuan. Salah satu
efek dari darah membeku adalah tersumbatnya bagian pembuluh (jaringan) yang
dioperasi. Suatu hal yang tidak diinginkan, karena jika darah pada pembuluh tidak
dapat mengalir maka jaringan -jaringan sekitarnya akan mati.
Atas dasar hal tersebut di atas, melihat betapa penting suatu alat yang dapat
menghitung waktu pembekuan darah yang dianggap menunjang pada dunia
medis, maka penulis tertarik membuat alat pengukur waktu pembekuan darah.
Dimana judul karya tulis ini sebagai berikut :

“PEMODELAN ALAT AUTOMATIC BL OOD COAGULATION TIMER

BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51”

1.2 Tujuan Penelitian Terapan


1.2.1 Tujuan umum:
Membuat modul alat Automatic Coagulation Timer sebagai syarat tugas akhir
untuk menyelesaikan pendidika n Diploma III Politeknik Kesehatan Depkes
Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik.
1.2.2 Tujuan khusus :
1. Membuat modul alat Automatic Blood Coagulaiton Timer yang dapat
menentukan lamanya darah membeku dengan tepat.
2. Dapat dijadikan referensi dalam memberikan cairan antikoagulan dengan tepat
dan sesuai kebutuhan.
3. Menerapkan ilmu yang didapat semasa kuliah untuk diaplikasikan menjadi
sebuah alat kesehatan.
4. Menuangkan hasil studi pustaka dan studi lapangan ke dalam sebuah karya
tulis ilmiah.
5. Memahami secara jelas dan baik melalui teori maupun praktek dari alat
Automatic Blood Coagulation Timer.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam pembuatan modul dan penyusunan karya tulis ilmiah, penulis
membatasi pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan proses kerja dari alat
Automatic Blood Coagulation Timer sesuai dengan judul yang diajukan. Berik ut
penjelasan hal-hal/parameter-parameter yang menjadi pembatas dalam penelitian
terapan, antara lain:
1. Dapat menghitung lamanya darah membeku dengan satuan detik/second.
2. Sistem yang dapat mengendalikan/menstabilkan suhu sebesar 36 -370C pada
ruang sample.

1.4 Metodologi Penelitian Terapan


Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis melakukan langkah -
langkah sebagai berikut :
1. Studi pustaka dilaksanakan dengan mencari dan mempelajari buku -buku dan
literatur lain yang berhubungan dengan karya tulis ini.
2. Studi lapangan, dilakukan dengan membuat alat Automatic Coagulation
Timer.
3. Menganalisa data-data yang didapat.
4. Membuat perencanaan rangkaian.
5. Melakukan percobaan rangkaian dan hasil pembuatan alat.
6. Melakukan pengujian dan analisa yaitu memberikan gambaran tenta ng cara
kerja alat secara umum serta menyajikan data -data pengukuran terhadap
beberapa titik pengukuran yang sangat menunjang dalam pembuatan alat.
7. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian.
8. Menyusun Karya Tulis Ilmiah berdasarkan hasil yang di dapat pada l angkah-
langkah sebelumnya.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir
ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Memberikan gambaran secara singkat mengenai latar belaka ng
masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II: DASAR TEORI
Menjelaskan dan menerapkan dasar -dasar teori yang menunjang
pembahasan terhadap masalah yang dibahas.
BAB III: KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN
Memberikan gambaran tentang perencanaan rangkaian yang
diajukan dan implementasi terhadap rangkaian yang dibuat.
BAB IV: PENGUJIAN DAN ANALISA
Melakukan pendataan dari rangkaian yang dibuat serta
memberikan analisa data terhadap rangkaian tersebut.
BAB V: KESIMPULAN
Menguraikan dan menyimpulkan dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan secara keseluruhan.

DAFTAR ACUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Darah Manusia

Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang darah, di dalamnya mempelajar i


tentang sel-sel darah termasuk pembentukan, morpologi serta fungsinya, baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadaan tidak normal (Patologis) Disebut
Hematologi.

Darah termasuk cairan Ekstraseluler, yang terletak di dalam saluran -saluran


tersendiri yaitu pembuluh-pembuluh darah. Sistem pembuluh darah arteri
membawa dari jantung ke organ -organ/jaringan-jaringan tubuh, sedangkan
pembuluh darah balik membawa darah dari organ -organ kembali ke jantung.

Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi d i dalam tubuh


manusia. Jantung adalah pusat peredaran darah, jantung memompa darah keluar
dan beredar keseluruh tubuh. Jantung terletak di dalam rongga dada, antara kedua
paru-paru. Besarnya sama dengan kepalan tangan, jantung berkontraksi siang dan
malam, jantung bekerja sebagai pompa untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh,
sampai ke sel-sel. Jantung berkontraksi pada orang dewasa rata -rata 70 kali dalam
semenit. Pergerakan ini sesuai dengan banyaknya denyut nadi (pols) dalam
semenit. Jantung terus bekerj a sampai manusia itu meninggal.

2.1.1 Susunan darah. 

Darah tersusun atas dua bagian utama yaitu : bagian plasma darah, merupakan
bagian yang cair dan bagian korpuskuli yaitu bagian -bagian darah yang terdiri atas
sel darah merah (eritrosit), sel darah puti h (leukosit), dan trombosit.


Anatomi dan fisiologi untuk paramedic, Evelyn C. pearce
2.1.1.1 Plasma darah
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang terdiri dari cairan,
mengandung 90% air yang berfungsi sebagai medium untuk mengangkut berbagai
bahan dalam darah, karena air memiliki kemampuan menahan panas de ngan
kapasitas tinggi, plasma darah mampu menyerap dan mendistribusikan banyak
panas yang dihasilkan oleh metabolisme di dalam jaringan sementara suhu darah
itu sendiri hanya mengalami sedikit perubahan. Energi panas yang tidak
diperlukan untuk mempertahak an suhu tubuh dikeluarkan ke lingkungan ketika
darah mengalir ke permungkaan kulit. Plasma bekerja sebagai medium (perantara)
untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glucose dan asam amino ke jaringan.

2.1.1.2 Sel-sel darah


Sel-sel darah terbagi atas tiga jenis yaitu :
1. Eritrosit (sel darah merah)
2. Leukosit (sel darah putih)
3. Trombosit

1. Eritrosit (sel darah merah)


Setiap mililiter darah mengandung rata -rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah
merah) atau sekitar 5 juta per mililiter kubik (mm³). Eritrosit a dalah sel gepeng
berbentuk piringan yang di bagian tengah di kedua sisinya mencekung, seperti
sebuah donat dengan bagian tengah di kedua sisinya mencekung.

Gambar 2.1.1 Sel darah merah (eritrosit)

Bentuk khas ini ikut berperan, melalui dua cara, terhad ap efisiensi eritrosit
melakukan fungsi mereka mengangkut O2 dalam darah.
a. Pertama, bentuk bikonkaf menghasilkan luas permukaan yang lebih besar bagi
difusi O2 menembus membran dari pada yang dihasilkan oleh sel bulat
dengan volume yang sama.
b. Kedua, tipisnya sel memungkinkan O2 berdifusi secara lebih cepat antara
bagian paling dalam sel dengan ekseteriornya.

2. Leukosit (sel darah putih)


Leukosit atau sel darah putih adalah unit -unit yang dapat begerak ( mobil)
dalam sistem pertahanan tubuh. Imunisasi mengacu p ada kemampuan tubuh
menahan atau mengeliminasi sel abnormal atau benda asing yang berpotensi
merusak. Leukosit dan turunannya :

a. Menahan invasi oleh pathogen (mikroorganisme penyebab penyakit, misalnya


bakteri dan virus) melalui proses fagositosis.
b. Mengidentifikasi dan menghancurkan sel -sel kanker yang muncul dalam
tubuh.
c. Berfungsi sebagai ”petugas pembersih” yang membersihkan ”sampah” tubuh
dengan memfagosit debris yang berasal dari sel mati atau cedera.
d. Penting dalam penyembuhan luka dan perbaikan jaringan .

Gambar 2.1.2 Sel darah putih (leukosit)

Leukosit tidak memiliki hemoglobin (berbeda dengan eritrosit), sehingga tidak


berwarna (putih) kecuali jika diwarnai secara khusus agar dapat terlihat di bawah
mikroskop. Tidak seperti eritrosit, yang strukturny a uniform, befungsi identik, dan
jumlahnya konstan, leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi dan jumlah.
3. Trombosit
Selain eritrosit dan leukosit, trombosit adalah jenis unsur sel ketiga yang
terdapat di dalam darah. Trombosit bukanlah suatu sel utuh teta pi fragmen
(potongan) kecil sel yang terlepas dari tepi luar suatu sel besar di sumsum tulang
yang di kenal sebagai megariosit. Megakariosit berasal dari sel bakal yang belum
berdiferensiasi yang sama dengan yang menghasilkan turunan eritrosit dan
leukosit. Trombosit pada dasarnya adalah suatu vesikel yang mengandung
sebagian sitoplasma megariosit terbungkus oleh membran plasma.

Gambar 2.1.3 Trombosit

Dalam setiap mililiter darah pada keadaan normal terdapat sekitar 250.000
trombosit (kisarannya 150.000 -350.000/mm). Trombosit tetap berfungsi selama
sekitar sepuluh hari untuk kemudian disingkirkan dari sirkulasi oleh magrofag
jaringan, terutama magrofag yang terdapat di limfa dan hati, dan diganti oleh
trombosit yang baru yang dikeluarkan dari sumsum tulang .

Trombosit tidak keluar dari pembuluh darah seperti yang dilakukan sel darah
putih, tetapi sekitar sepertiga dari trombosit total selalu tersimpan di dalam
rongga-rongga berisi darah di limpa. Simpanan trombosit ini dapat dikeluarkan
dari limpa ke dalam sirkulasi sesuai dengan kebutuhan (misalnya pada saat terjadi
pendarahan) oleh kontraksi limpa yang di induksi oleh stimulasi simpatis.
2.1.2 Fungsi darah secara umum, yaitu : 

1. Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan oksigen dan zat
makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat
dijalankan dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain.
2. Sel darah merah menghantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan
sebagian dari karbon dioksida.
3. Sel darah putih menyediakan ba nyak bahan pelindung dan karena gerakan
fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan
bakteri.
4. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan dengan
menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh
menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan
buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang.
5. Mengedarkan hormon, hormon yang dihasilkan oleh kelenjar buntu yang
gunanya untuk menjaga keutuhan dalam proses kehidupan.
6. Mengambil sisa oksidasi dari sel seluruh tubuh untuk dikeluarkan ke alat
pengeluaran (hati, paru-paru, kulit, ginjal).
7. Menutup luka atau mencegah infeksi (benang -benang fibrin).

2.2 Teori Tentang Pembekuan Darah 

Berdasarkan data eksperimen yang ada, Morawitz dala m tahun 1904,


menyajikan teori klasik koagulasi darah.

Morawitz mengetahui bahwa Protrombin, kalsium dan Fibrinogen ditemukan


dalam peredaran darah dan dia berpendapat bahwa darah tetap cair bila suatu
faktor tromboplastin tidak ada. Dia menyebut faktor ini “tromboplastin”.
Disangka bahwa faktor ini dihasilkan bila ada luka jaringan atau hancurnya


Anatomi dan fisiologi, Ethel Sloane

Hematology, Dr. Asrori Asnawi, dkk. PUSDIKNAKES
Trombosit dan mempunyai kemampuan untuk merubah protrombin dan menjadi
trombin dan kemudian pembentukan fibrin.

2.2.1 Pembekuan darah

Pembekuan atau coagulation dar ah bila darah ditumpahkan maka cepat ia


menjadi lekat dan segera mengendap sebagai zat kental berwarna merah. Jeli atau
gumpalan itu mengerut dan keluarlah cairan bening berwarna kuning jerami.
Cairan ini disebut serum. Bila darah yang tumpah diperiksa mik roskop, akan
kelihatan benang-benang fibrin yang tak dapat larut. Benang -benang ini terbentuk
dari fibrinogen dalam plasma kerja trombin. Benang -benang ini menjerat sel darah
dan bersama-sama dengannya membentuk gumpalan. Bila darah yang tumpah
dikumpulkan dalam tabung reaksi, maka gumpalan itu akan terapung -apung
dalam serum.

Untuk menghasilkan penggumpalan darah maka diperlukan empat faktor :

1. Garam kalsium yang dalam keadaaan normal ada dalam darah.


2. Sel yang terluka yang membebaskan trombokinase.
3. Trombin yang terbentuk dari protrombin bila ada trombokinase.
4. Fibrin yang terbentuk dari fibrinogen di samping trombin.

Proses penggumpalan dapat dinyatakan dalam rumus :

Protrombin + kalsium + trombokinase = Trombin

Trombin + Fibrinagen = Fibrin

Fibrin + sel darah = Penggumpalan


2.2.2 Faktor pembekuan darah

Definisi pembekuan bawaan hampir selalu disebabkan produksi yang tidak


normal atau terganggunya salah satu faktor pembekuan. Berikut a dalah beberapa
faktor-faktor pembekuan :

1. Faktor Fibrinogen
2. Faktor Prothrombine
3. Faktor Jaringan
4. Faktor Ion Calcium
5. Faktor Proaccelerine
6. Faktor Accelerine
7. Faktor A.H.G (Anti Haemphilly Globulin)
8. Faktor Christmas Factor
Setelah bekuan terbentuk, kontraksi tro mbosit yang terperangkat di dalam
pembekuan menciutkan jaringan fibrin, menarik tepi -tepi luka di pembuluh saling
mendekat. Selama retraksi bekuan, cairan dilepas dari bekuan. Carian ini, pada
dasarnya adalah plasma dikurangi fibrinogen dan prekursor pembe kuan lainnya
yang telah terpakai selama proses pembekuan disebut serum.

2.2.3 Clotting time = coagulation time (masa pembekuan darah).

Cara yang dipakai di klinik adalah cara modifikasi dari LEE dan WHITE.

1. Prinsip operasionalnya secara manual sebagai berikut :


a. Darah diambil dari alean vena puncture.
b. Sewaktu jarum menusuk, waktu dilihat.
c. Kemudian masukkan darah yang kita ambil tersebut ke dalam tiga tabung
masing-masing 2cc.
d. Setelah berlangsung 4 menit, darah dalam tabung digoyangkan.
Maksudnya adalah untuk melih at apakah sudah beku atau belum, apabila
belum membeku tabung tersebut digoyangkan setiap menit.
Perlu diingat di sini adalah :

a. Darah harus clean, tidah boleh mengandung cairan jaringan sebab hasil
pemeriksaan clotting time dapat menurun.
b. Sewaktu menghisap darah, tidak boleh ada gelombang udara.
c. Tabung yang dipakai harus bersih, tidak boleh mengandung sabun.
d. Temperatur tempat memeriksa harus pada temperatur kamar yaitu pada
temperatur 36ºC -37ºC.
2. Prinsip operasionalnya dengan menggunakan Automatic clotting time :

a. Darah diambil dari alean vena puncture.


b. Masukan darah ke dalam cuvet dan simpan di tempat suhu dingin.
c. Operasikan alat, temperatur tempat memeriksa harus pada temperatur
kamar yaitu pada temperatur 36 - 37ºC.
d. Kemudian masukkan darah yang kita ambil tersebut ke dalam tabung
(kuvet) 2cc yang telah disediakan.
e. Dari mulai darah dimasukkan timer akan mulai menghitung dan detector
aktif.
f. Apabila darah telah membeku, detector off dan proses telah berhasil,
kemudian waktu yang tertera merupakan hasil pemer iksaan waktu
pembekuan darah.
Hasil pemeriksaan, antara lain :
a. Normal : 3 - 12 menit

b. Apabila : 12 - 15 menit, hasil ini meragukan.

c. Apabila : lebih dari 15 menit, berarti patologis

Arti klinis apabila abnormal (memanjang) yang harus dicurigai adalah :


a. Syndroma hemophylia, yang sering adalah definisi faktor A.H.G (Anti
Haemphilly Globulin) atau factor Christmas Factor
b. Penderita dengan circulating anticoagulant.
c. Penderita yang mendapatkan pengobatan dengan heparin.
Dari hasil survey didapatkan (dari 122 kas us): 70% kasus clotting time
meningkat dan 30% kasus clotting time normal. Apabila hasil pemeriksaan
clotting time normal akan tetapi ada riwayat keluarga yang menderita hemophylia,
maka akan perlu dilakukan test -test lebih lanjut yang lebih peka.

2.3 Gambaran Umum Alat Automatic Blood


Coagulation Timer

Automatic Blood Coagulation Timer adalah suatu alat yang dipakai pada
laboratorium rumah sakit untuk menganalisa/menghitung lamanya waktu
pembekuan darah. Alat ini memiliki satu (1) tempat test sample yang akan
digunakan untuk menaruh tabung pengetes yang berisi sample darah. Pada tempat
test sample, suhu dipertahankan dalam jangkauan 36ºC - 37ºC agar darah tidak
rusak, karena sesuai dengan suhu normal darah dalam tubuh manusia . Lalu pada
display akan menampilka n besaran suhu, dan timer ketika alat mulai dioperasikan.
Alat ini juga memiliki motor yang digunakan untuk memutar tabung pengetes
pada tempat test sample. Pada tabung pengetes ini memiliki sebuah batang magnet
dan plastik penyekat di dalamnya sebagai pen dukung proses kerja dari sample
darah apabila sudah membeku. Saat darah telah telah membeku, buzze r akan
menyala sebagai tanda proses darah telah membeku. Hasil lamanya waktu
pembekuan darah akan ditampilkan pada display berupa LCD dengan satuan
detik.

Gambar 2.3. Alat ACT dan tabung pengetes


2.4 Red Switch Sebagai Sensor Magnet

Redswitch adalah suatu komponen yang peka terhadap magnet. Dimana di


dalam komponen ini terdapat 2 lempengan besi tipis yang saling berdekatan
(tetapi tidak terhubung). Komponen ini memiliki bentuk menyerupai resistor,
memiliki 2 kaki dan penampang body yang transparan. Prinsip kerjanya adalah
saat komponen ini didekatkan dengan bahan yang memiliki kekuatan magnet,
maka 2 lempengan besi tipis yang terdap at di dalam body akan terhubung dan bila
dijauhi oleh bahan yang memiliki kekuatan magnet tersebut, maka 2 lempengan
besi tipis yang terdapat di dalam body tidak terhubung.

Gambar 2.4 komponen sensor magnet kecil dan besar

2.5 LM 35 Sebagai Sensor Suh u

Sensor suhu yang dipakai dalam perencanaan alat ini adalah IC LM 35. IC ini
mempunyai ketelitian dan ketepatan yang tinggi serta mempunyai jangkauan yang
memadai untuk pengontrolan yang umum.

IC LM 35 memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: mempunyai nilai


impedansi keluaran rendah dan linear, dikalibrasi langsung dalam celcius,
memiliki factor skala linear + 10.0 mV/°C, keluaran mengalami perubahan 10 mV
untuk setiap kenaikan suhu 1°C, jangkauan maksimal suhu antara -55°C sampai
+150°C cocok untuk aplikasi jarak jauh, h arga yang cukup murah, bekerja pada
tegangan catu 4 sampai 30 Volt, memiliki arus drain kurang dari 60 uA,
pemanasan sendiri yang lambat (lowself-heating), 0,08°C di udara diam,
ketidaklinearan hanya sekitar 1°C -4°C, dan memiliki impedansi keluaran yang
kecil, 0,1W untuk beban 1 mA.

LM35
1 2
VIN VOUT

GND
3
Gambar 2.5 Konfigurasi LM 35

2.6 IC Mikrokontroler AT89S51

AT89S51 merupakan mikrokontroler yang hamper sama dengan 8051 standar


(semua pin dan instruksi assembler sesuai dengan standard 8051) oleh ATMEL
Corporation. Mikrokontroler ini dirancang dengan teknologi CMOS dan memori
non-volatile dari ATMEL dengan memori program internal (memori flash)
sebesar 4 KB yang bisa deprogram dalam sistem (In -system programmable flash
memory-ISP). Penambahan fitur dari mikrokontroler s tandar di antaranya :

1. Features 8 Bytes
2. Compatible with MCS-51® Products
3. 4K Bytes of In-System Programmable (ISP) Flash Memory
Endurance: 1000 Write/Erase Cycles *)
4. 4.0V to 5.5V Operating Range
5. Fully Static Operation: 0 Hz to 33 MHz *)
6. Three-level Program Memory Lock
7. 128 x 8-bit Internal RAM
8. 32 Programmable I/O Lines
9. Two 16-bit Timer/Counters
10. Six Interrupt Sources
11. Full Duplex UART Serial Channel
12. Low-power Idle and Power-down Modes
13. Interrupt Recovery from Power -down Mode *)
14. Watchdog Timer *)
15. Dual Data Pointer *)
16. Power-off Flag *)
17. Fast Programming Time *)

Dengan penambahan fungsi -fungsi di atas, AT89S51 merupakan


mikrokontroler yang cukup handal untuk aplikasi -aplikasi sistem kendali atau
yang lainnya. Memori flash internal sebesar 4 KB yang bisa deprogram ulang
dalam sistem ISP memudahkan untuk merancang software, sehingga mungkin
tidak diperlukan emulator.

2.6.1 Prinsip kerja mikrokontroler

1. Berdasarkan nilai yang berada pada rergister Program Counter,


mikrokontroler mengambil data pada ROM denga n address sebagaimana
nilai yang tertera pada program counter. Selanjutnya Program Counter
ditambah nilainya dengan 1 (increment) secara otomatis. Data yang
diambil tersebut adalah urutan instruksi program pengendali
mikrokontroler yang sebelumnya telah di buat oleh penulis.

2. Instruksi tersebut diolah dan dijalankan. Proses pengerjaan bergantung


pada jenis instruksi: bisa membaca, mengubah nilai -nilai pada register,
RAM, isi, port, atau melakukan pembacaan dan dilanjutkan dengan
pengubahan data.

3. Program counter telah berubah nilainya (baik karena penambahan otomatis


sebagaimana langkah 1 diatas atau karena pengubahan pada langkah 2).
Selanjutnya yang dilakukan mikrokontroler adalah mengulang kembali
siklus ini pada langkah 1. Demikian seterusnya hingga power d imatikan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarn ya unjuk kerja
mikrokontroler sangatlah bergantung pada urutan instruksi yang
dijalankannya, yaitu program yang ditulis di ROM. Penulisan program
mikrokontroler pada umumnya adalah menggun akan bahasa assembly untuk
meikrokontroler yang bersangkutan. Kemudain dengan bantuan sebuah
computer, bahasa assembly tersebut diubah menjadi bahasa mesin
mikrokontroler, dan disalin ke dalam mikorokontroler.

2.6.2 Perlengkapan dasar mikrokontroler AT89S51

Pada dasarnya cara kerja dari sistem mikrikontroler dari ATMEL tipe
AT89S51 dapat dilihat secara garis besarnya dari diagram blok dibawah ini, yaitu
sebagai berikut :

Gambar 2.6.2 Diagram blok arsitektur mikrokontroler AT89S51

Bila dilihat secara diagram blok, jantung dari mikrokontroler AT89S51 adalah
sebuah CPU yang bertugas untuk membaca memori program dan menjalankan
perintah yang tersimpan di dalamnya. CPU ini disusun oleh sebuah unit aritmatika
dan logika (ALU=aritmethic logic unit) yang terhubung den gan SFR yaitu register
A (ACC=accumulator), register B, PSW (program status word) dan stack pointer
(SP), dan 16 bit counter Program (PC) serta DPTR (data pointer). AT89S51
adalah mikrokontroler 8 bit, bus data internal dan register -register yang
dimilikinya juga lebar data 8 bit (walaupun DPTR adalah register 16 bit, namun
pada dasarnya adalah 2 buah register 8 bit yang digabungkan).
ALU, seperti tersirat dari namanya, bisa melakukan operasi -operasi aritmatika dan
logika. Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan bisa pembagian bisa
dilakukan oleh ALU. Operasi logika yang bisa dilakukan oleh ALU di antaranya
AND, OR, exclusive-OR, putar bit, komplemen dan lain -lain. ALU bisa juga
melakukan instruksi cabang bersyarat, menyediakan jalur data dan sebagai
register untuk pemendahan data di dalam CPU

Dibawah ini merupakan konfigurasi kaki IC AT89S51 :

Gambar 2.6.2. Konfigurasi kaki pada mikrokontroler AT89S51

Berikut adalah penjelasan fungsi tiap -tiap kaki yang biasa ada pada seri
mikrokontroler AT89S51:
1. P0.0 – P0.7 (port 0) pada pin 39 – 32
Port 0 merupakan 8 bit port dua arah (input/output) dengan drain terbuka
(open drain). Port 0 mampu menangani 8 masukan TTL. Seperti halnya port -
port yang lain, ketika data FFH ditulis ke port ini, maka port 0 akan menjadi
masukan dengan impedansi tinggi. Port 0 bisa diakses sebagai port (p0) atau
per bit (P0.0 – P0.7). karena sifatnya drain terbuka, p0 membutuhkan pull up
eksternal pada saat dihubungkan dengan peralatan eksternal. P0 memiliki
fungsi khusus, yaitu sebagai bus data (D0-D7) dan bus alamt orde rendah (A0
– A7) pada proses pembacaan program dari memori program eksternal
maupun pengaksesan data eksternal. Pada mode ini p0 mempunyai pull up
internal.

2. P1.0-P1.7 (Port 1) pada pin 1 - 8


Port 1 merupakan port 8 bit dua arah (i/o) dengan pull up internal. Buffer
output port 1 bisa menangani sampai 4 masukan TTL. Ketika data FFH
dikirim ke port 1, maka port 1 bisa menjadi port masukan. Port 1 bisa diakses
sebagai port (P1) atau diakses perbit (P1.0 -P1.7). setelah reset P1 akan
menjadi port masukan.

3. P2.0-P2.7 (Port 2) pada pin 21 - 28


Port 2 merupakan port 8 bit dua arah (i/o) dengan pull up internal. Buffer
output port 2 bisa menangani sampai 4 masukan TTL. Ketika data FFH
dikirim ke port 2, maka port 2 bisa menjadi port masukan. Port 2 bisa diakses
sebagai port (P2) atau diakses perbit (P2.0 -P2.7). setelah reset P2 akan
menjadi port masukan.

Selain sebagai port multiguna, p2 juga akan mengeluarkan alamat orde tinggi
(A8-A15) pada saat menjalankan program dari memori data eksternal yang
menggunakan perintah pengalamatan 16 bit (perintah movx@DPTR).

4. P3.0-P3.7 (Port 3) pada pin 10 - 17


Port 3 merupakan port 8 bit dua arah (i/o) dengan pull up internal. Buffer
output port 3 bisa menangani sampai 4 masukan TTL. Ket ika data FFH
dikirim ke port 3, maka port 3 bisa menjadi port masukan. Port 3 bisa diakses
sebagai port (P3) atau diakses perbit (P3.0 -P3.7). setelah reset P3 akan
menjadi port masukan.

Selain berfungsi sebagai port multiguna, p3 juga mempunyai fungsi khus us


seperti yang ditujukkan pada tabel 2.6.

Tabel 2.6.2 Fungsi khusus port 3

PORT Fungsi Khusus

P3.0 RXD, merupakan masukan untuk port serial/Receiver

P3.1 TXD, merupakan keluaran untuk port serial/Transmiter

P3.2 -INT 0, merupakan masukan untuk interupsi eksternal 0

P3.3 -INT 1, merupakan masukan untuk interupsi eksternal 1

P3.4 T 0, merupakan masukan untuk pulsa eksternal Timer 0

P3.5 T 1, merupakan masukan untuk pulsa eksternal Timer 0

P3.6 -WR, merupakan sinyal tulis (write strobe ) untuk menul is data
ke memory data eksternal (aktif rendah)

- RD, merupakan sinyal baca (read strobe) untuk membaca


P3.7
data dari memory eksternal (aktif rendah)

5. PSEN, ALE dan EA pada pin 29 - 31


PSEN (Program Store Enable) adalah sinyal baca pada saat menjalankan
program dari memori eksternal. Di dalam aplikasi PSEN akan dihubungkan
dengan sinyal RD memori program eksternal (EEPROM). PSEN diaktifkan
dua kali setiap siklus mesin. Adanya pemisahan antara sinyal baca untuk
memori data eksternal (sinyal RD/P3.7) dengan m emori program eksternal
(PSEN) membuat AT89S51 bisa dihubungkan sampai 128 KB memori
eksternal (64K memori data dan 64Kmemori program).
ALE (Addres Latch Enable) adalah pulsa keluaran latch pada proses
pengaksesan memori eksternal (program maupun data). Di dalam aplikasi
ALE biasanya dihubungkan dengan masukan latch enable dari IC latch, 74373
misalnya.
EA ( External Acces Enable) adalah menentukan apakah alamat awal memori
program berada di memori eksternal atau internal. Bila dihubungkan ke GND,
alamat awal program memori akan berada di memori eksternal, sebaliknya
bila dihubungkan dengan VCC, alamat awal memori program AT89S51 akan
berada di memori di memori internal. Pada AT89S51 yang tidak memiliki
memori program internal, EA selalu dihubungkan dengan G ND agar bisa
menjalankan program dari memori eksternal.
6. RST (Reset) pada pin 9
Sinyal reset untuk AT89S51 diterapkan pada pin RST yang merupakan pin
dengan masukan schimirr trigger. AT89s51 akan meres et apabila sinyal reset
berada pada logika tinggi.

7. On-Chip Oscillator/ XTAL1 dan XTAL2 pada pin 18 - 19


AT89S51 telah memiliki on-chip oscillator yang dapat bekerja jika di –drive
menggunakan kristal. Tambahan kapasitor diperlukan untuk menstabilkan
sistem. Nilai kristal yang biasa digunakan pada keluarga MCS –51 adalah 12
MHz walaupun pada jenis 80C31BH –1 dapat menggunakan kristal dengan
frekuensi sampai 16 MHZ. XTAL1 dan XTAL2 merupakan input untuk
kristal clok.

8. Koneksi Power
AT89S51 beroperasi pada tegangan 5 volt. Pin Vcc terdapat pada pin 40
sedangkan Vss (ground) terdapat pada pin 20.
2.7 ADC ( Analog to Digital Converter )

ADC (Analog to Digital Converter) adalah sebuah piranti yang di rancang


untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi data -data digital. IC ADC 0804
dianggap dapat memenuhi kebutuhan da ri rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini
bekerja seara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan
spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara tepat suatu
masukan tegangan. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam me nggunakan
ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari
rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran,
ketepatan dan waktu konversinya. Beberapa karakteristik penting ADC yaitu
waktu konversi, resolusi, ketidaklinieran, akurasi

Ada beberapa cara untuk mngubah sinyal analog menjadi data digital yang
nilainya proporsional. Jenis ADC yang bisa digunakan dalam perancangan adalah
jenis pendekatan bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat d an
tidak tergantung pada nilai masukan analognya atau sinyal yang akan dirubah.

Gambar 2.7 Blok diagram ADC

Pada gambar di atas Vref adalah tegangan masukan analog dan D0 -D7 adalah
keluaran digital. Register buffer adalah regi ster tempat penyimpanan data hasil
konversi. Konversi ADC dengan metode pendekatan berturut -turut memiliki
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Jika sinyal mulai di konversi, register SAR akan dikosongkan dan Vout akan
bernilai 0. Jika sinyal di konversi kemb ali, maka pulsa detak pertama akan
menyebabkan rangkaian kendali menset MSB dalam register SAR yang
menberikan keluaran 1000.0000
2. Setelah keluaran digital ini muncul, maka DAC akan mengkonversi menjadi
nilai Vout. Bila nilai ini lebih besar dari Vin, kelua ran dari pembanding akan
menyebabkan rangkaian kendali menset MSB regiser SAR.
3. Pada pulsa berikutnya secara berturut -turut, Bit MSB yang lebih rendah pada
register akan diuji dan diset. Bila suatu bit menyebabkan nilai Vout melebihi
Vin, maka bit yang bersangkutan akan diriset, akan tetapi jika nilai Vout lebih
kecil dari Vin maka bit yang bersangkutan akan diset.
4. Jika konversi telah selesai dilakukan dan tegangan Vout sama dengan Vin
menyebabkan output tegangam sama dengan 0. Maka register buffer mulai
menyimpan hasil akhir berupa nilai digital.

2.7.1 Konfigurasi pin ADC 0804

Berikut ini adalah gambar yang menunjukan konfigurasi pada ADC 0804 :

Gambar 2.7.1 Konfigurasi pin ADC 0804

Keterangan :

1. Pin 1 Chip Select (CS)


Pin ini harus mendapat logika rend ah untuk mengaktifkan chip.
2. Pin 2 Read (RD)
Pin ini harus mendapat logika rendah untuk dapat menghasilkan tampilan
keluaran.

3. Pin 3 Write (WR)


Berlogika rendah untuk sementara, bersamaan dengan CS mereset ADC. Pada
saat WR hight, maka ADC akan mulai kemb ali konfersi.

4. Pin 4 Clock Input (CLK in)


Merupakan pin input bagi clock, dimana besar frekuensi clock antara 100 KHz
-800KHz.

5. Pin 5 Interrupt (INTR)


INTR adalah keluaran untuk interrupt, jika keluarannya tinggi berarti chip
mulai konversi, dan jika keluarannya rendah berarti konversi selesai.

6. Pin 6 dan 7 (+in dan – in)


Adalah masukan diferensial bagi analog.
7. Pin 11-18 (DB0-DB11)
Adalah keluaran 3 keadaan, kondisi terjadi bila :
a. Apabila CS dan RD diberi logika tinggi, sehingga sinyal keluaran ditaha n
atau tidak tampil pada saluran keluaran.
b. Apabila CS dan RD mendapat logika rendah, maka data keluaran sesuai
dengan masukan.
8. Pin 8 dan 10
Adalah terminal ground chip dan keduanya harus di tanahkan.
9. Pin 20 (VCC)
Merupakan termial masukan tegangan.
10. Pin 9 adalah Vref.
Dengan konfigurasi pin ADC 0804, pin 11 -18 adalah keluaran yang dapat
dihubungkan langsung dengan bus data alamat bilamana diperlukan. Pin CS
berfungsi untuk mengaktifkan ADC dan RD berfungsi untuk membaca data yang
diterima. Ketika adanya data konversi maka pin INTR akan aktif, sehingga
menyebabkan aktifnya WR yang kemudian akan melakukan penulisan data
kepada mikrokontroller. ADC0804 membutuhkan tegangan referensi sebesar
setengah dari jangkauan masukan analog. Misalnya masukan analog s ebesar (6
Volt) maka besarnya tegangan referensi adalah 3 Volt.

ADC 0804 memiliki frekuensi clock internal sebesar 640 KHz, sedangkan
frekuensi clock eksternal dapat ditentukan dengan cara menghubungkan
komponenpewaktu pada pin 4 dan pin 19. Nilai resistor dan kapasitor pada
rangkaian pewaktu yang menetukan besarnya frekuensi osilasi ditentukan dengan
rumus :

1
Fclock  (2-5)
1,1xRC

Tegangan referensi dapat meng gunakan tegangan acuan (Vref) yang secara
internal terhubung ke Vcc atau dengan memberikan tegangan acuan eksternal
(Vref/2) sesuai dengan kebutuhan jangkauan tegangan dan resolusi yang
diinginkan.

2.8 Liquid Crystal Display (LCD)

LCD adalah sebuah display yang difungsikan untuk menampilkan tulisan


berupa angka atau huruf sesuai dengan yang diinginkan (sesuai dengan program
yang digunakan untuk mengontrolnya). Pada tugas akhir ini penulis menggunakan
LCD dengan karakter 2 x 16.

LCD sebagaimana output yang da pat menampilkan tulisan sehingga lebih mudah
dimengerti, dibanding jika menggunakan LED saja. Dalam modul ini
menggunakan LCD karakter untuk menampilkan tulisan atau karakter saja.

Tampilan LCD terdiri dari dua bagian, yakni bagian panel LCD yang terdiri
dari banyak “titik”. LCD dan sebuah mikrokontroller yang menempel di panel dan
berfungsi mengatur ‘titik-titik’ LCD tadi menjadi huruf atau angka yang terbaca.
Huruf atau angka yang akan ditampilkan dikirim ke LCD dalam bentuk kode
ASCII, kode ASCII ini diterima dan diolah oleh mikrokontroller di dalam LCD
menjadi ‘titik-titik’ LCD yang terbaca sebagai huruf atau angka. Dengan demikian
tugas mikrokontroller pemakai tampilan LCD hanyalah mengirimkan kode -kode
ASCII untuk ditampilkan. Berikut langkah menjalank an LCD yaitu langkah 1:
Inisialisasi LCD, langkah 2: tentukan jumlah karakter pada baris dan kolom,
langkah 3: tuliskan teks atau variabel dan tentukan lokasi tampilannya pada LCD,
sesuai dengan aturan perintah penulisannya pada program.

Gambar 2.8 Konfigurasi LCD

Gambar 2.21. Rangkaian interface ke LCD Karakter 2 x16

Modul LCD Character dapat dengan mudah dihubungkan dengan


mikrokontroller seperti AT89S51. LCD yang akan kita praktikumkan ini
mempunyai lebar display 2 baris 16 kolom atau biasa dise but sebagai LCD
Character 2x16, dengan 16 pin konektor, yang didifinisikan sebagai berikut:

Gambar 2.8 Modul LCD Karakter 2x16


Tabel 2.8 Fungsi pin pada LCD

PIN Name Function


1 VSS Ground voltage
2 VCC +5V
3 VEE Contrast voltage
Register Select
4 RS 0 = Instruction Register
1 = Data Register
Read/ Write, to choose write or read
mode
5 R/W
0 = write mode
1 = read mode
Enable
6 E 0 = start to lacht data to LCD character
1= disable
7 DB0 LSB
8 DB1 -
9 DB2 -
10 DB3 -
11 DB4 -
12 DB5 -
13 DB6 -
14 DB7 MSB
15 BPL Back Plane Light
16 GND Ground voltage

Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW:
Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa
anda sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka
melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set pada dua jalur kontrol
yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika
“1” dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu ( sesuai dengan datasheet dari LCD
tersebut ) dan berikutnya set EN ke logika low “0” lagi.
Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan
dianggap sebagi sebua perintah atau instruksi khusus (seperti clear screen, posisi
kursor dll). Ketika RS berlogika high “1”, da ta yang dikirim adalah data text yang
akan ditampilkan pada display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf
“T” pada layar LCD maka RS harus diset logika high “1”.
Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika RW berlogika low (0), maka
informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika
high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD.
Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi logika low ”0”.
Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur (bergan tung pada mode operasi
yang dipilih oleh user). Pada kasus bus data 8 bit, jalur diacukan sebagai DB0 s/d
DB7.

2.9 Relay

Relay merupakan komponen elektronika yang digunakan dalam suatu


rangkaian sebagai penghubung satu rangkaian dengan rangkaian lainnya dan
bekerja dengan prinsip elektromagnetik yang timbul pada saat kumparan dalam
relay mendapat arus, dan bekerja sebagai penggerak kontaktor di dalamnya. Jenis
relay ada dua yaitu relay dc dan relay ac.

Pada saat kumparan tidak mendapatkan supply maka, common hubung


tertutup dengan kontaktor normaly close ( NC ) dan hubung terbuka dengan
kontaktor normaly open ( NO ). Bila kumparan mendapatkan supply arus maka
pada bagian kumparan akan timbul gaya gerak magnet yang menarik kontaktor
dari posisi awal sehingga, c ommon hubung terbuka dengan normaly close ( NC )
dan hubung tertutup dengan normaly open ( NO).
NC
COMMON 5
3
4
1
2 NO

RELAY 12vdc

Gambar 2.9 Simbol Relay dan komponen Relay

Jenis relay menurut Kemampuan ke rjanya ada dua jenisnya yaitu relay DC
dan relay AC, relay DC dan AC dibedakan pada kumparan dan ukuran kontaktor
penghubung, jenis relay DC memiliki jumlah lilitan lebih sedikit dari relay AC,
pada ukuran kontaktor relay DC memiliki ukuran kontaktor lebih kecil, hal ini di
karenakan daerah yang di hadapi oleh kontaktor berbeda antara kontaktor arus AC
dan kontaktor arus DC, sedangkan dilihat dari kumparannya, pada kumparan dc
dialiri oleh arus dc, pada ac dialiri oleh arus ac. Sehingga yang terpenting dal am
pemilihan relay adalah spesifikasi ukuran kerja arus yang menunjukan ukuran
maksimum arus yang di tangani oleh kontaktor relay.

2.10 Transistor

Transistor merupakan komponen yang berbahan semi konduktor, yang terdiri


dari 3 pin yaitu basis, kolektor, emiter. Ada beberapa kelas transistor, NPN dan
PNP, kedua jenis transistor ini merupakan jenis – jenis transistor yang paling
sering digunakan, dalam proses perancangan elektronika pada umumnya. Seperti
yang telah dijelaskan di atas mengenai bagian pin pad a transistor, maka akan di
jelaskan lagi mengenai bagiannya. Adapun bagian 3 pin dari transistor adalah
sebagai berikut :

1. Kaki c = kolektor
2. Kaki e = emitter
3. Kaki b = basis
RC
- +

RB
+ - +
+
+ VC E
+ - VC C
VBE -
VBB -
-

Gambar 2.10 Skema Transistor dan Transistor sebagai saklar

Dari Gambar 2.10 transistor sebagai saklar dapat rumus :

IB = VB – VBE ; VCE = VCB + VBE ; VCB = VCE – VBE


RB

Gambar 2.10 garis beban dc

Dengan adanya garis beban dc sepintas kita dapat mengetahui daerah tegangan
vce yang aktif dari transistor, pada Gambar 2.13, dapat di ketahui saat transistor
bekerja dengan baik kecuali pada titik saturasi, atau titik sumbat ( cutoff ), daerah
kerja transistor yang baik pada titik tengah garis Q. Titik saturasi dapat dilihat di
perpotongan garis beban dan kurv a Ib = Ib (saturasi) pada saturasi diode kolektor
tidak lagi di bias terbalik, sehinga kerja transistor tidak normal.
Titik cut off keadan dimana Ib = 0 dan arus kolektor kecil atau dapat
diabaikan, diode emitter tidak lagi dibias maju, sehinggakerja tran sistor tidak
normal, dapat dianggap sebagai saklar terbuka. Sehingga daerah kerja yang
dibutuhkan agar transistor bekerja baik, adalah saat Ib < Ib(satu), atau saat aktif.
2.11 Motor Dc GearBox

Motor DC adalah motor yang memerlukan suplai tegangan searah pada


kumparan jangkar dan kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik.
Pada gambar di bawah adalah motor DC yang telah dilengkapi dengan gearbox.
Kombinasi gear ratio dapat memberikan kecepatan maksimum hingga 1.040 rpm
(efisiensi maksimum, torsi ~ 40 gf .cm) pada tegangan kerja 3 VDC.

Berikut tiga komponen utama motor dc: (1) Kutub medan. Secara sederhana
digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran
pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo
yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC
sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub selatan. Garis
magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub -kutub dari utara ke
selatan. Elektromagnet menerima listrik dari su mber daya dari luar sebagai
penyedia struktur medan. (2) Dinamo. Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus
ini akan menjadi elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke
as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil,
dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub -kutub, sampai
kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya
berbalik untuk merubah kutub -kutub utara dan selatan dinamo. (3) Kommutator.
Komponen ini terutama ditem ukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk
membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Kommutator juga membantu dalam
transmisi arus antara dinamo dan sumber daya.

Gambar 2.11 komponen motor gear box


BAB 3

KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

3.1 Perencanaan Alat

Pada alat automatic blood coagulation timer ini dibuat dengan tujuan untuk
menghitung berapa lama waktu pembekuan darah. Maka penulis membuat
beberapa perencanaan rangkaian perangkat keras yang meliputi dari beberapa blok
yang diperlukan. Penulis juga mer encanakan spesifikasi alat yang akan dibuat. Di
mana data tersebut adalah sebagai berikut:

4. Tegangan supply = 220VAC (+5VDC dan +12 DC)

5. Frekuensi = 50 HZ

6. Fuse =3A

7. Sensor = LM 35 dan Redswitch

8. Mikrokontroler = AT89S51

9. Display = LCD 16x2

10. Timer = 0 – 20 menit

11. Incubation temperature ( 0C) = 36-370C


3.2 Perencanaan Secara Blok Diagram

Gambar 3.2 Digram Blok Rangkaian ABCT

Gambar diatas memperlihatkan blok pemodelan alat automatic blood


coagulation timer. Untuk mempermudah pengertian sistem secara keseluruhan,
maka penulis membagi rangkaian menjadi beberapa blok rangkaian, masing -
masing blok rangkaian memiliki fungsi yang berbeda. Adapun fungsi dari masing -
masing blok rangkaian akan di jelaskan berikut ini :
3.2.1 Blok Power Supply

Pada blok ini terdapat rangkaian power supply yang digunakan untuk
memberikan suplly +5vdc dan +12vdc ke rangkaian yang membutuhkan.

3.2.2 Blok Inputan (Start, Reset, Mute)

Pada blok ini terdapat 3 push button yang terangkai untuk mengendali kan
perintah-perintah yang ditujukan pada mikrokontroler yaitu 1). Start berfungsi
untuk memulai proses kerja dari alat yaitu menghitung lamanya pembekuan darah,
2). Reset berfungsi untuk mengulang kondisi awal atau timer, 3). Silent berfungsi
untuk mematikan bunyi buzzer.

3.2.3 Blok Sensor Suhu

Pada blok ini terdapat sensor suhu LM35 sebagai pendeteksi berapa suhu yang
terdapat pada ruang Sample Test Tube, lalu outputannya masuk ke ADC.

3.2.4 Blok ADC

Pada blok ini terdapat rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) yang
berfungsi mengubah besaran Analog dari blok sensor suhu menjadi besaran digital
yang akan diteruskan ke mikrokontroler untuk diolah dan ditampilkan pada
display.

3.2.5 Blok Sensor Sample Membeku

Pada blok ini terdapat sebuah sensor magnet yaitu Red Switch y ang berfungsi
mendeteksi adanya suatu magnet yang dapat terdeteksi.

3.2.6 Blok Rangkaian Detektor

Pada blok ini terdapat rangkaian detector yaitu rangkaian yang mengendalikan
sensor magnet dalam memberikan suatu nilai tegangan ke IC mikrokontroler.

3.2.7 Blok Driver Sample Test Tube

Pada blok ini terdapat rangkaian yang meng aktifkan motor dc dengan
kecepatan konstan, dimana putaran motor dc ini akan dimanfaatkan untuk
memutarkan tabung sample darah sebagai komponen pendukung proses
pembekuan darah.

3.2.8 Blok Penstabil Suhu

Pada blok ini terdapat rangkaian control heater untuk mengerjakan sebuah
lampu sebagai heater yang dapat menstabilkan suhu pada ruang Sample Test Tube.

3.2.9 Blok Mikrokontroler

Pada blok ini terdapat sebuah IC Mikrokontroler AT89S51 yang berfungsi


sebagai sistem pengendali utama proses kerja secara keseluruhan. Inputan berasal
dari rangkaian pendukung dan sensor akan diolah dengan program -program yang
terisi pada mikrikontroler tersebut dan keluaran -keluaran mikrokontroler akan
digunakan dan ditampilkan pada di splay sesuai perintah dari inputan.

3.2.10 Blok Display

Pada blok ini display yang digunakan adalah berupa LCD, dimana
dikendalikan oleh mikrokontroler. Blok display ini berfungsi menampilkan data -
data yang diperintahkan oleh mikrokontroler seperti tampilan suhu, tampilan timer
dll.

3.3 PRINSIP KERJA ALAT :

Automatic Blood Coagulation Timer adalah Suatu alat yang dipakai pada
laboratorium rumah sakit untuk menghitung lamanya waktu pembekuan darah.
Automatic Blood Coagulation Timer memiliki tabung sample yang suhunya
dipertahankan sebesar 36 - 370C agar sesuai dengan suhu tubuh manusia.

Pertama lakukan test uji pendeteksi kuvet selama satu menit (60 detik)
befungsi untuk mengetahui adanya kuvet berada pada posisi benar atau salah,
selain itu juga dapat membandingkan ti mer alat dengan timer jam konvensional
apakah sama. Disini pendeteksi kuvet kerjanya diatur oleh output port 3.2 dengan
aktif low pada mikrokontroler. Setelah 1 menit kerja dari mikrokontroler akan
menyalakan alarm. Kemudian reset untuk mengulang kondisi a wal. Langkah
selanjutnya tunggu suhu pada ruang sample sampai mencapai 37 0C, saat ini
rangkaian heater bekerja yang diatur oleh output port 2.0 dengan aktif high.
Apabila suhu sudah mencapai 37 0C, masukan tabung sample yang telah terisi
sample. Lalu pengendali dan indicator detector ON menandakan bahwa sensor
magnet mendeteksi adanya magnet kerjanya diatur oleh output port 3.1 dengan
aktif low untuk indicator dan output port 2.5 dengan aktif low untuk sensor
magnet pada mikrokontroler , lalu tekan fungsi start dan akan terjadi proses
penghitungan timer (detik ke menit) untuk mengetahui lamanya pembekuan
darah, kerjanya diatur oleh output port 2.3 dengan aktif low pada mikrokontroler .
Saat fungsi start aktif, motor dc akan bergerak memutar tabung sample yang
berada pada kontruksi Sample Test Tube, kerjanya diatur oleh output port 2.2
dengan aktif high pada mikrokontroler . Apabila sample sudah membeku, batang
magnet dalam tabung sample akan berputar bersama tabung sample karena terikat
oleh darah yang telah mem beku dan memutuskan kerja sensor magnet. Lalu alarm
bunyi menandakan proses telah selesai, kerjanya output port 2.1 dengan aktif high
pada mikrokontroler, selain itu pada indicator detector akan off, kerja motor mati,
pengendalian dan indicator heater pun mati. Tekan fungsi Silent untuk mematikan
bunyi alarm yang kerjanya diatur oleh output port 2.4 dengan aktif low pada
mikrokontroler dan akan tampil pada display waktu pembekuan untuk sample
darah telah membeku kerjanya display berupa LCD diatur oleh outp ut port 0.0
sampai port 0.7 pada mikrokontroler. Semua tampilan pada LCD diatur oleh
program mikrokontroler.

3.4 PRINSIP PENGOPERASIAN ALAT:

1. Memberikan supply tegangan yang dibutuhkan alat dengan menekan fungsi


ON pada alat, lalu indikator supply dan indikato r heater menyala. Tampilan
display suhu akan menunjukan suhu sebesar 36 0C – 370C.
2. Lakukan pengetasan terlebih dahulu untuk pendeteksi kuvet dengan tujuan
mengetahui keberadaan kuvet apakah ada atau tidak ada ataupun juga benar
atau tidak peletakannya.

3. Masukan tabung sample yang telah terisi oleh sample. Tekan fungsi start, saat
inilah pada display menampilkan counter timer dari 0 – waktu pembekuan
sample selesai dalam satuan second.

4. Tunggu sampai sample membeku. Ketika buzzer berbunyi dan indikator


detektor off, maka secara otomatis timer berhenti dan motor juga ikut berhenti
berputar. Pada kondisi ini tekan fungsi silent untuk mematikan bunyi buzzer.

5. Lihat dan catat berapa lama waktu yang tertera pada display untuk proses
sample membeku. Setelah itu tekan f ungsi reset untuk menolkan timer.

6. Tekan fungsi saklar OFF pada alat untuk mematikan alat.

3.5 Perencanaan Perangkat Keras (Hardware)

Untuk mendukung modul yang penulis buat, diperlukan suatu bagian


rangkaian yang dapat membaca, mengolah, serta mengkonversi su hu sehingga
dapat ditampilkan pada display. Adapun rangkaiannya adalah sebagai berikut :

3.5.1 Rangkaian data suhu

Pada rangkaian data suhu ini, penulis menggabungkan antara rangkaian sensor
suhu dan rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengularkan data
suhu yang ada. Adapun rangkaian sensor suhu tersebut menggunakan LM 35,
LM35 langsung dihubungkan dengan Vcc +5Vdc dan ground. Output dari LM35
langsung dimasukan pada inputan pin 6 pada ADC. Lalu ADC akan merubah
sinyal analog menjadi sinyal digital, kemudian outputan ADC akan dikirimkan ke
mikrokontroler pada port (1.0 – 1.7).
U2
LM350
VCC 3 2
VIN VOUT P 1.0 - P1.7
C1
U1 J1

ADJ
570uF
6 18 1
7 +IN DB0 17 2

1
-IN DB1 16 3
9 DB2 15 4
VREF/2 DB3 14 5
C2 150pF 4 DB4 13 6
10uF 19 CLKIN DB5 12 7
10K CLKR DB6 11 8
2 DB7
3 RD 5
1 WR INTR
CS
20 R3
VCC/VREF 1k
10K
ADC0804
VCC
10uF

VCC

Gambar 3.5.1 Rangkaian Data Suhu

3.5.2 Rangkaian Pendekteksi sample membeku

Pada rangkaian pendektesi sample membeku ini, penulis menggabungkan


rangkaian sensor magnet, rangkaian buzzer, dan indikator detector. Adapun sensor
magnet yang penulis pakai adalah red switch. Cara kerja dari rangkaian ini adalah
saat sensor magnet bekerja port 2.5 akan aktif low dan bekerjanya sensor magnet
akan memberi perintah ke port 3.1 untuk bekerja, sehingga indicator detector
menyala. Lalu apabila sensor magnet tidak bekerja, otomatis mikrokontroler akan
memerintahkan port 2.1 berlogika 1 sehingga buzzer menyala dan mematikan
indicator detector.
Ind. Detector 1K
Port 3.1 VCC
Sensor Magnet
Port 2.5
Port 2.1
VCC

1k

100
BZ1
BC559

BUZZER

Gambar 3.5.2 Pendeteksi sample membeku

3.5.3 Rangkaian mikrokontroler

Pada rangkaian mikrokontroler ini digunakan untuk mengendalikan proses


kerja dari alat ini, penulis menggunakan IC microcontroller ATMEL yaitu
AT89S51. Berikut gambar rangkaian mikrokontroler dengan display LCD 16x2.

VCC
10k
J1
1
2
3
output ADC 4
IC MICROCONTROLLER1 5
1 1 6
Reset P1.0
2 2 39 7
3 3 P1.1 P0.0/AD0 38 8
4 4 P1.2 P0.1/AD1 37 9
VCC P1.3 P0.2/AD2
5 5 36 10
6 6 P1.4 P0.3/AD3 35 11
10uf P1.5 P0.4/AD4
7 7 34 12
8 8 P1.6 P0.5/AD5 33 13
10K J8
9 P1.7 P0.6/AD6 32 14
indikator heater 3 10 RST P0.7/AD7 31 15
P3.0/RXD EA/VPP VCC
indikator detector 2 11 30 16
limit switch 1 12 P3.1/TXD ALE/PROG 29 D1
13 P3.2/INT0 PSEN 28
14 P3.3/INT1 P2.7/A15 27 LCD 16x2
CON3 15 P3.4/T0 P2.6/A14 26 6 Sensor Magnet
16 P3.5/T1 P2.5/A13 25 5 Silent
17 P3.6/WR P2.4/A12 24 4 Start
P3.7/RD P2.3/A11
1

18 23 3 Motor DC
19 XTAL2 P2.2/A10 22 2 buzzer
33pF XTAL1 P2.1/A9 21 1 Heater
12 MHz P2.0/A8

AT89S51
2

33pF

Gambar 3.5.3 Rangkaian Mikrokontroler


Rangkaian ini merupakan rangkaian pengendali pusat yang mempunyai
peranan penting dalam mengendalikan keseluruhan sistem alat. Dalam aplikasinya
rangkaian ini mendapat sinyal -sinyal masukan dan sinyal -sinyal keluaran pada
port-portnya.

Untuk mnegaktifkan mikrokontroller AT89S51 maka perlu diberikan tegangan


supplay +5 Volt pada pin 40 dan pemberian tegangan nol (ground) pada pin 20.
Disamping itu diperlukan juga pengaktifan osilator yang terdapat pada
mikrokontroller.

Untuk mengaktifkan osilator tersebut dalam perancangan ini digunakan kristal


12 MHz dan kapasitor 33pF. Digunakan kristal 12MHz untuk memperoleh
kecepatan pelaksanaan intruksi persiklus sebesar 1 mikrodedtik (1/12MHz) x 12
siklus periode.

Untuk pin RST (reset) diberi rangkaian seperti yang terlihat dalam gambar 3.2
rangkaian reset tersebut akan mereset mikrokontroller kembali keprogram awal.
Untuk kegunaan masing-masing port pada IC mikrokontroller lebih jelasnya
dibuat dalam bentuk tabel 3.5.4 dibawah ini :

Tabel 3.5.4 Rencana input dan output mikrokontroller

No mikrokontroller keterangan

1. Port 0.0 – Port 0.7 Input D0 – D7 pada LCD

Port 2.6 & Port 2.7 Inputan pin 4 dan 6 LCD

2. Port 1.0 – Port 1.7 Masukan outputan dari ADC0804

3. Port 2.0-Port 2.5 Inputan : heater, buzzer, motor DC,


start, silent, sensor magnet

4. Port 3.0 – Port 3.2 Indikator heater, Indicator detector,


Limit Switch.

5. XTAL2 & XTAL1 Output rangkaian oscilator

6. RST Output rangkaian switch reset

3.5.4 Rangkaian Heater

Pada rangkaian heater, penulis menggunakan lampu 5 watt sebagai heater


dimana fungsinya dari rangkaian heater ini adalah menjaga suhu ruang sample
sebesar 36 – 370C, agar darah dalam tabung di ruang sample tidak rusak karena
sudah disesuaikan dengan suhu normal darah dalam tubuh manusi a.

1
2

LAMP

VCC 5
3
4
1
VCC 2

RELAY SPDT
1K

Port 2.0 BD139


10K NPN

Gambar 3.5.4 rangkaian heater

Diatas adalah rangkaian heater dimana prinsip kerjanya adalah diatur oleh
mikrokontroler yaitu ketika port 2.0 mendapat logika 1 akan mentriger basis
transistor, lalu relay bekerja karena telah mendapat suplly ground. Bek erjanya coil
relay akan mengubah kontak NO menjadi NC , dimana kontak NO (normalic
open) inilah yang penulis gunakan sebagai sakelar menghubungkan arus AC 220V
ke lampu sebagai heater.
3.5.5 Rangkaian Pengendali Motor DC

Untuk mendukung kerja dari sensor magnet yang mendeteksi darah membeku,
diperlukan rangkaian motor yang dapat memutar kuvet dimana sample
darah+batang magnet ditempatkan. Pembuatannya sendiri penulis menggunakan 1
buah motor dc. Rangkaiannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

1
+
MG1
MOTOR GEARBOX
A
-

2
3
VDC
VCC 5
3
4
1
2
VCC
RELAY SPDT
1

1K +
MG1
A MOTOR GEARBOX
Port 10K
BD139
NPN-
2

2.2
VCC 5
3
4
1
2
Gambar 3.5.5 Rangkaian Pengendali Motor DC
RELAY SPDT
1K

BD139
10K NPN

Port (2.2) dari mikrokontroler akan memerintahkan rangkaian motor untuk


bekerja dengan driver rangkaian motor DC untuk mengendalikan putaran motor
DC tersebut.

3.5.6 Rangkaian display

Rangkaian display di alat ini menggunakan Liquid Crystal Display (LCD)


yang berfungsi untuk menampilkan pengaturan suhu dan timer pembekuan darah.
LCD ini juga dapat menampilkan teks atau variable sesuai dengan kebutuhan dan
sesuai dengan program yang digunakan untuk mengontrolnya. Input data
rangkaian ini berasal dari port yang langsung dikendalikan oleh mikrokontroller
AT89S51 yaitu pada port 32 (port 0.1 -port 0.7 ). Pada Gambar 3.9 dapat dilihat
perencanaan rangkaian display LCD.
Adapun pin-pin LCD yang terhubung pada perencanaan ra ngkaian ini adalah :

1. Pin 7-14, sebagai input data D0-D7, terhubung ke port 0.0 – port 0.7.
2. Pin 6, sebagai sinyal masukan enable, terhubung ke port 2.6
3. Pin 4, sebagai input interuksi dan data, terhubung ke port 2.7
4. Pin 3, sebagai pengatur tingkat kontras LC D dengan dihubungkan resistor
10K.

3.6 Perencanaan perangkat lunak

Untuk menjalankan modul yang penulis buat tidak cukup merancang bagian
hardwarenya saja tetapi diperlukan adanya perangkat lunak (sofware), yaitu
berupa program-program yang bertujuan untuk mengerakan hardware sesuai
dengan fungsi alat yang diinginkan.

Tujuan utama dari modul yang dibuat penulis adalah agar dapat menghitung
berapa lama waktu pembekuan pada sample. CPU sebagai pengendali utama yaitu
mikrokontroller AT89S51 harus dapat memprose s data pengaturan menghitung
berapa lama waktu pembekuan sample yang kemudian dapat di tampilkan dalam
display.

Berikut ini adalah flowchart dan beberapa bagian perencanaan program


perangkat lunak yang fungsinya sangat penting bagi alat :
Gambar 3.6 Flowchart ABCT
BAB 4

PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai pengujian analisa modul
pemodelan alat automatic blood coagulation timer. Untuk mendukung pengujian
dan analisa modul ini terlebih dahulu pe nulis akan menguraikan persiapan alat dan
komponen-komponen yang digunakan untuk pembuatan modul ini, serta alat
penunjang yang diperlukan selama proses pengujian dan analisa.

Pengujian modul ini penulis bagi menjadi dua bagian, yaitu pengujian dan
analisa subsistem serta pengujian dan analisa sistem yang meliputi penggabungan
dari rangkaian subsistem secara keseluruhan.

4.1 Persiapan Alat Dan Bahan

Sebelum pembuatan modul yang akan dijadikan sebagai bahan pendataan pada
penulisan kaya tulis ilmiah ini, terleb ih dahulu dipersiapkan bahan -bahan dan alat-
alat yang diperlukan. Selain itu penulis juga mempelajari buku -buku dari study
pustaka yang berhubungan dengan rangkaian yang akan dijadikan modul,
mempelajari rangkaian dan pembahasannya serta menentukan titik p engukuran
untuk mempermudah pendataan. Komponen -komponen yang dipergunakan untuk
membuat modul alat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Daftar komponen

Blok
NO Nama Komponen Type Jumlah Ket
Rangkaian
1 Power Supply - Kabel Power 1
DC (+5 & - Trafo CT 3A 1
+12) - Dioda 4
- Fuse 3 A 1
1
- Saklar On/Off 1
- IC LM7805 1
- IC LM7812 1
- Cap Polar :
4700uF/35v 2
- Cap NP : 104J 1
- Resistor : 1k 1
- LED
2 Tampilan - LM 35 1
Suhu diolah - ADC 0804 1
AT89s51 - IC AT89s51 1
dengan LCD - LCD 16x2 1
- Cap Polar : 570uF, 1,2
10 uF
- Cap NP : 150pF, 1,1,2
10uF, 33uF
- PushButton 2 Kaki 1
- Crystal/XTAL 1
- Resistor : 10K & 1,1
1K 2
- R Var(Multiturn) :
10K 1
- Dioda
3 Driver - GearBox Motor DC 1
GearBox 3v 1
Motor DC 3v - Relay 1
- Resistor : 1K, 10k 1
1
4 Penstabil Suhu - Lampu 5 watt 1
- Resistor : 330 1
1
1
1
5 Sensor Magnet - Red Switch 1
- Transistor BC559 1
- Resistor : 100, 220, 1
1K 1
- Buzzer 1
- LED
6 Switch Control - Push Button 3

Alat dan BAHA


No ALAT Jml Jml
Bahan N
1 Avo Meter 1 PCB 2
2 Termometer 1 Timah Cukup
3 Solder 1 Connec Cukup
4 Sedotan Solder 1 tor
5 Obeng -&+ 1 Feryclo Cukup
6 Tang Kombinasi 1 rit
7 Cutter 1 Akrilik/ Cukup
Mika Cukup
Baut Cukup
Kuvet Cukup

4.2 Metode Pengujian

Setelah semua persiapan alat dan bahan telah siap kemudian modul juga telah
selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah menentukan test point (TP) pada
modul dengan tujuan mempermudah penganalisaan. Adapun TP tersebut adalah
sebagai berikut :

1. TP 1 : Menguji keluaran dari sensor suhu LM35.

2. TP 2 : Menguji keluaran dari rangkaian sensor magnet.

3. TP 3 : Menguji rangkaian pengendali motor DC.

4.3 Pengujian Subsistem dan Analisa Hardware

Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan pada rangkaian yang telah dibuat
pada titik pengukuran, penulis melakukan pendataan dengan AVOmeter digital.

4.3.1 Pengujian dan analisa sensor suhu

Analisa pada TP 1 adalah bertujuan untuk menganalisa ketepatan sensor


dalam merespon perubahan suhu sekitarnya yaitu dengan mengukur tegangan
keluarannya. Jika tanggapan sensor suhu baik, maka setiap perubahan 1 0C
keluaran sensor akan berubah ±10mV. Penulis mendata pengujian sensor dengan
data 30 – 38 0C, yang kemudian akan dibuat bentuk grafiknya dan dapat
disimpulkan linear/tidak sensor tersebut.

Dalam pengujian ini alat yang digunakan adalah thermometer yang umum
digunakan dan menggunakan AVOmeter digital untuk melihat besarnya tegangan
keluaran dari sensor suhu. Caranya adalah dengan mencocokkan nilai 0C pada
alat dengan nilai tegangan pada AVOmeter. Hasilnya dicatat pada table yang telah
tersedia.

Table 4.3.1 Hasil pengujian sensor suhu IC LM35

Suhu Hasil pengukuran (mV)

30 300

31 310

32 320

33 330

34 340

35 350

36 360

37 370

38 379
mV
379
370
360
350
340
330
320
310
300

0
30 31 32 33 34 35 36 37 38 C
Gambar 4.3.1 Grafik Sensor suhu LM35

Dari hasil pengukuran yang disertai dengan grafik, maka dapat disimpulkan
bahwa sensor cukup linear.

4.3.2 Pengujian dan analisa sensor magnet

Analisa pada TP 2 merupakan pengukuran tegangan pada kaki sensor magnet.


Dimana sensor magnet aktif pada saat mendeteksi adanya magnet. Alat yang
digunakan dalam pengukuran ini adalah AVOmeter digital, caranya adalah
dengan menghubungkan lead positif AVOmeter digital ke kaki port 2.5 dan lead
negative ke ground. Amati tegangan yang terbaca pada AVOmeter digital dan
catat pada table. Pengujian dilakukan dalam dua keadaan, pertama saat sensor
tidak didekatkan dengan magnet, dan kedua saat sensor didekatkan dengan
magnet.
Table 4.3.2 Data table sensor magnet

Kondisi
TP output
sensor

Tidak
4,91 V
TP2 mendeteksi

Mendeteksi 4,91 V

4.3.3 Pengujian dan analisa rangkaian motor

Analisa pada TP 3 merupakan pengukuran tegangan pada rangkaian


pengendali kerja motor DC. Dimana motor aktif pada saat tombol start ditekan
dan berhenti saat sample sudah membeku . Alat yang digunakan dalam
pengukuran ini adalah AVOmeter digital. Caranya adalah dengan
menghubungkan lead positif AVOmeter ke kaki port 2.2 dan lead negative ke
ground. Amati tegangan yang terbaca pada AVOmeter dan catat pada table .
pengujian dilakukan dalam dua keadaan, pertama saat motor ON dan OFF.

Table 4.3.3 Data table rangkaian motor dc

TP Kondisi sensor output

Tidak berputar 0,43 V


TP3
Berputar 4,58 V
4.4 Pengujian Dan Analisa Subsistem

Pada bagian ini pengujian dilakukan dengan menggabungk an semua rangkaian


sub sistem. Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah keseluruhan dari
rangkaian dapat berfungsi dengan baik dan kerja dari semua rangkaian sesuai
dengan spesifikasi yang penulis rencanakan, diantaranya adalah suhu dijaga pada
kondisi 36 - 370C, timer 0 – 20 menit. Sesuai dengan tujuan utama pembuatan
modul yaitu dapat menghitung berapa lama waktu pembekuan sample. Pengujian
dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut ini:

4.4.1 Persiapan alat dan bahan

Alat yang dipakai dalam uji fungsi ini adalah:

1. Thermometer

2. Stopwatch

4.4.2 Pengujian

4.4.2.1 Suhu pada ruangan sample

Pada pengujian ini penulis akan menguji suhu pada daerah 36 – 370C apakah
dapat stabil selama waktu yang telah penulis tetapkan.

Pengujian ini dilakukan dengan urutan kerja sebagai beri kut :

1. Memberikan tegangan sebesar +5 V dan +12 V pada rangkaian indicator


supply menyala.

2. Tunggu suhu mencapai sekitar 36 - 370C.

3. Ukur suhu ruangan sample pada alat dengan menggunakan thermometer.

4. Tombol start pada alat ditekan.


5. Lihat apakah suhu dapat sta bil 36 - 370C selama waktu yang telah
ditetapkan.

Adapun hasil uji fungsi dari suhu pada ruangan sample dapat dilihat :

Table 4.4.2.1 Uji fungsi pada ruangan sample darah

suhu
Lamanya waktu
thermometer Tampilan pada display

36 - 370C 36 - 370C 5 menit

370C 36 - 370C 10 menit

370C 36 - 370C 15 menit

370C 36 – 370C 20 menit

Setelah pengujian selesai dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengaturan


suhu pada ruangan sample darah yang penulis buat dapat bekerja cukup baik, dan
suhu dapat terjaga (stabil) p ada kondisi 36 – 370C.

4.4.2.2 Timer pada pesawat

Selain melakukan pengujian seperti di atas, penulis juga melakukan pengujian


timer, apakah timer dapat bekerja sesuai dengan yang direncanakan, yaitu bekerja
pada daerah 0 – 20 menit. Jika lebih dari 20 menit maka buzzer akan aktif.
Pengujian ini dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut :

1. Tombol start pada alat ditekan bersamaan dengan penekanan tombol start
pada stopwatch.

2. Tekan tombol stop pada alat bersamaan dengan penekanan tombol stop
pada stopwatch.

Adapun hasil uji fungsi dari timer pada pesawat dapat dilihat pada table
Table 4.4.2.2 Data pengujian timer pesawat

Pengujian Waktu pada alat Waktu pada Buzzer


stopwatch

0 – 1 menit 01 : 00 00 : 59 Off

0 – 10 menit 10 : 00 09 : 59 Off

0 – 15 menit 15 : 00 14 : 59 Off

0 – 20 menit 20 : 00 19 : 59 On

Setelah melihat table pengujian diatas, dapat disimpulkan bahwa timer pada
alat yang penulis buat dapat bekerja cukup baik.

4.4.2.3 Pembekuan sample darah

Selain melakukan pengujian seperti di atas, penulis juga melak ukan pengujian
sample dengan menggunakan darah, apakah alat yang penulis buat dapat bekerja
sesuai dengan yang direncanakan, yaitu dapat menentukan berapa lama waktu
pembekuan darah. Pengujian ini dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut :

1. Tampilan suhu alat telah menunjukan suhu 36 - 370C.

2. Sample darah dimasukan ke dalam kuvet 2cc, lalu masukan ke dalam


ruangan sample darah dan indicator detector menyala.

3. Tombol start pada alat ditekan bersamaan dengan penekanan tombol start
pada stopwatch.

4. Saat buzzer berbunyi dan indicator sample membeku mati, maka secara
otomatis timer berhenti berjalan.

5. Lihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sample membeku.

6. Pada kondisi ini kita dapat menekan tombol silent untuk mematikan bunyi
buzzer, atau menekan langsung tombol reset yang akan menolkan timer
dan mematikan buzzer. Adapun hasil pengujian dari pembekuan sample
dapat dilihat pada table :

Table 4.4.2.3 Data table pembekuan sample darah

Tombol Tampilan timer


No suhu Sample M B D
start alat stopwatch

Tidak Sesuai suhu


1 - Off Off ON - -
ditekan ruang sample

Sesuai suhu
Belum
2 Ditekan ruang sample On Off ON - -
0
membeku
36 - 37 C

Sesuai suhu
Setelah OF
3 ruang sample membeku Off On 02 : 28 02 : 28
ditekan 0
F
36 - 37 C

Ket ; M = Motor Dc, B = Buzzer, D = D etector

Setelah pengujian selesai dilakukan dapat disimpulkan bahwa alat yang


penulis buat dapat bekerja dengan baik, yaitu dapat menghitung lamanya waktu
pembekuan dari sample darah yang di uji dengan hasil titik beku darah mendekati
normal.
BAB 5

KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menyampaikan beberapa uraian yang penulis
dapatkan dari hasil pelaksanaan perancangan, pembuatan, pengujian dan
penganalisaan modul, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Modul Pemodelan Alat Automatic Blood C oagulation Timer Berbasis


Mikrokontroler AT89S51 dapat bekerja sesuai dengan fungsinya yaitu
untuk mengetahui lamanya waktu pembekuan darah (sample).
2. Suhu pada alat yang penulis buat dapat berfungsi cukup baik, seuai dengan
yang penulis rencanakan yaitu s uhu dapat stabil 36 - 37°C.
3. Timer pada alat befungsi cukup baik.
4. Alat yang dibuat Automatic Blood Coagulation Timer yang dilengkapi
dengan tampilan suhu, ruang pengetes sampel darah, tampilan waktu timer
dalam detik dan menggunakan sensor magnet.
DAFTAR ACUAN

1 Evelyn C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis,


Jakarta:penerbit buku EGC, 2003

2 Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi untuk pemula, Jakarta:penerbit buku
EGC, 2003

3 Dr. Asrori Asnawi, dkk , Hematologi, keluaran PUSDIKNAKES,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta: 1996

4 Rachmad Setiawan, Mikrokontroler MCS-51, Graha Ilmu, Jakarta, 2009.


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Asrori Asnawi, dkk, Hematologi, keluaran PUSDIKNAKES, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta: 1996

Drs. Yon Rijono, “Dasar Teknik Tenaga Listrik”, Edisi Revisi, Penerbit Andi,

Yogyakarta 1997.

Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi untuk pemula, Jakarta: penerbit buku
EGC, 2003
DAFTAR LAMPIRAN

Rangkaian Pemodelan Alat Automatic Blood Coagulation Ti mer Berbasis


Mikrokontroler AT 89S51

List Program Pemodelan Alat Automatic Blood Coagulation Timer Berbasis


Mikrokontroler AT 89S51

Datasheet ATMEL 89s51

Datasheet ADC 0804


R3
v
e
2
M
1
G f
o
X
B
A
E
G
R
T
O
M 1

2
+ A-
54 R
E
N
G
D
L
B
C
I
M
O
T
U
A t
e
h
S
-+ +3 12 E
R
T
D
P
S
Y
A
L
-
c V
d
v
3 C
BN
9
3
1
DP P S
T
N
A
L
D
O
M
E L
A
IR
H
F
O
t
g
a
rM
o
s
n
e
S E
B
1
5
9
8
L
T
N
O
K
IM
S
A
R
K 12 L
0
1 P
M
A M D
A
D
G
N
R
I
W r W
b
tN
n
e
m
u
c
o 0
2
9
t1
g
u
,A
y
a
s
n
d
e
S
T
A
R S
T
N
E
IL K
1
C
V itle S
T eB D
iz :
te
a
54
1123456789
J 2
x
6
1
D
C
L 8 1
R 0 3 12 R
T
D
P
S
Y
A
L
E
011
1 21
31
41
51
6
9N
3
1
D
BP
k
1 9
5
C
B C
V
C
V C
V
1
D K
0
1
1
Z
B R
E
Z
U
B K
1
K
0
1 C
V C
V

93
3 83 73 63 53 433 23 13 02 92 82 72 62 52 42 321 2

DE PP
/V
A N
E
S
0P 9P
/A
.1
28
/A
.0
2
DP
./A
0
PDP
/A
.1
0 DP
/A
.2
0 DP
/A
.3
0 DP
/A
.4
0 DP
/A
.5
0 DP
/A
.6
0 /A
.7
0 GP
O
R
/P
E
L
A 5P
1
/A
.7
2 4P
1
/A
.6
2 3P
1
/A
.5
2 1P
/A
.4
2 1P
/A
.3
2 1
./A
2
1P
E
L
T
N
O
IR
M
C.0P
1 .P
1 .2P
1 .3P
1 .4P
1 .5P
1 .6P
1 .7R
1 TP
S DP
X
/R
.0
3 DP
X
/T
.1
30P
T
/IN
.2
3 1P
T
./IN
3 0P
/T
.4
3 1P
/T
.5
3 RP
/W
.6
3 DX
/R
.7
3 2X
L
A
T T
A
1 A
L 2
5
S
9
8
T
1234567891 011 21 31 41 51 61 71 81 9 2 F
p
3
h
c
w
S
t
m
i
L

z
H
M
2
1
13
F
p
5
+ d
n
u
o
r
G 2
1
+
r
o
c
t
e
D
.
d
n
I

J
4 J
5 J
6
K
1 123 123 123 C
3
N
O
K1
0
1 f
u
0 C
V 1 D
K 2L
D
E
r
t
a
e
H
.
d
n
I

K
1
T
S
E
R

C
V C
V J
4
0
1
31
Rk 3 3
J
4
0
1
T
U
O T
U
O
11
871
61
51
41
31
21 53 8
4 1IN L
U O
/T
C
5
0
8
7
M 5 1IN L
U 3
O
/T
C
2
1
8
7
M
0D
B
D1D
B2D
B3D
B4D
B5D
B6D
B RW
7 IN
B T DU
RA
N
G2

IN-INV
+ /2 C
F
E
R INC
K
LRR
K
L DC
SV
FA
E
/R
C4
8
0
C
D
67 9 41 9212 0 C 41
f
u
0 V
5
2
F
u
0
7
4
B~ + ~
E
G
ID
R
15
CF
u
0
7 -
K
0
1 C
V
F
p
0
5
1 C
V
K
0
1 568
21
C F
u
0
T1 4
1
C
E
M
O
F
S
N
A
R
T
SS
1 H
C
IT
W
O
U
V
S
V
T
+

1L
UO 3
/T
5
3
M
2

C
V FS
E
S
UI1
V2
2 C
A
V
0
List Program Sofhi

ORG 000H ;program dimulai pada alamat 000h

JMP START ;lompat ke start

ORG 3H

RETI

ORG 0BH

AJMP TIMERINTERRUPT

ORG 13H

RETI

ORG 23H

RETI

ORG 30H

;===============

;LCD KONSTANTA

;===============

DISPCLR EQU 00000001B

FUNCSET EQU 00111000B

ENTRMOD EQU 00000110B

DISPON EQU 00001100B

BLINK EQU 00001111B

;==========

;PORT LCD

;==========

LCDE BIT P2.6

LCDRS BIT P2.7

PLCD EQU P0
;============

;ADC ADDRES

;============

PADC EQU P1

;==========

INDIKATOR1 BIT P3.0

INDIKATOR2 BIT P3.1

LIMIS_S BIT P3.2

RELAY_HEATER BIT P2.0

BUZZER BIT P2.1

RELAY_MOTO BIT P2.2

PUSHENT BIT P2.3

PUSHSL BIT P2.4

DETEKTOR BIT P2.5

;========================================

;ALAMAT VARIABLE (YG KOSONG 030H S.D 07FH)

;========================================

PUTR EQU 030H

H_TEMP EQU 031H

MENIT EQU 070H

MENIT1 EQU 071H

MENIT10 EQU 072H

DETIK EQU 073H

DETIK1 EQU 074H

DETIK10 EQU 075H

PENCACAH20 EQU 076H

PENCACAH60 EQU 077H

TEMP EQU 07FH

CONTROLBIT BIT 20H.0


dataADC equ 6bh

CONTER EQU 6CH

TXT_2_3 : DB ' PEMODELAN ALAT ',0

TXT_1 : DB ' AUTOMATIC BLOOD ',0

TXT_1A : DB ' COAGULATION ',0

TXT_1B : DB ' TIMER ',0

TXT_2_1 : DB ' B E R B A S I S ',0

TXT_2_2 : DB ' uC AT89S51 ',0

TXT_2 : DB ' SOFHI ROSALI ',0

TXT_3 : DB 'Nim: P23138006048',0

TXT_10 : DB 'PEMBIMBING MODUL ',0

TXT_11 : DB 'NANANG SUDJANA,ST',0

TXT_3A : DB 'POLTEKKES JKT II ',0

TXT_3B : DB ' Jurusan : TEM ',0

TXT_4 : DB 'SUHU : ',0DFH,'C ',0

TXT_5 : DB 'TIME : --:-- ',0

TXT_6 : DB 'TEKAN',0

TXT_7 : DB 'ENTER',0

TXT_8 : DB 'C O M P L E T E ',0

TXT_9 : DB 'WAKTU PEMBEKUAN ',0

;=================================================

TIMERINTERRUPT:

MOV TL0,#0AFH ;

MOV TH0,#03CH ;

DJNZ PENCACAH20,ENDINTERUPSI ;

MOV PENCACAH20,#20 ;

CALL JAMDIGITAL ;

ENDINTERUPSI: ;

RETI ;
;

INITTIMER: ;

CLR CONTROLBIT ;

MOV PENCACAH20,#20 ;

MOV DETIK,#00 ;

MOV MENIT,#00 ;

CALL UPDATEDISPLAY ;

ANL TMOD,#11110000B ;

ORL TMOD,#00000001B ;

MOV TL0,#0AFH ;

MOV TH0,#03CH ;

SETB ET0 ;

SETB EA ;

SETB TR0 ;

RET ;

KOSONGAN: ;

JMP KABUR ;

JAMDIGITAL: ;

INC DETIK ;

MOV A,#60 ;

CJNE A,DETIK,UPDATEDISPLAY ;

JB LIMIS_S,KOSONGAN ;

MOV DETIK,#00 ;

SATUMENIT: ;

INC MENIT ;

MOV A,#20 ;

CJNE A,MENIT,REUPDATEDISPLAY1 ;
MOV MENIT,#00 ;

JMP ENDPROSES ;

UPDATEDISPLAY: ;

MOV A,DETIK ;

MOV B,#10 ;

DIV AB ;

MOV DETIK1,B ;

MOV DETIK10,A ;

UPDATEDISPLAY1: ;

MOV A,MENIT ;

MOV B,#10 ;

DIV AB ;

MOV MENIT1,B ;

MOV MENIT10,A ;

RET ;

REUPDATEDISPLAY1: ;

MOV DETIK1,#0 ;

MOV DETIK10,#0 ;

JMP UPDATEDISPLAY1 ;

GESERKI: MOV R7,#17 ;

ULANG: MOV A,#00011011b ;

CALL LCDINS ;

CALL DELAY2 ;

CALL DELAY ;

DJNZ R7,ULANG ;

RET ;

;=============
;MAIN PROGRAM

;=============

START: ;subrutin memulai kerja ALAT

CLR RELAY_MOTO ;membuat 0 pada port 2.2 untuk relay motor

CLR RELAY_HEATER ;membuat 0 pada port 2.0 untuk relay heater

MOV H_TEMP,#38 ;isi alamat rom 031H (H_TEMP) dengan 38

yaitu sebagai pembanding.

CALL INITLCD ;panggil INITLCD

MOV A,#080H ;simpan data 10000000B ke akumulator

CALL LCDINS ;panggil sub rutin LCDINS

MOV DPTR,#TXT_2_3 ;isi sebuah tulisan pada TXT_2_3 ke DPTR

CALL LCDSTRING ;panggil sub rutin LCDSTRING

MOV A,#0C0H ;simpan data 11000000B ke akumulator

CALL LCDINS ;panggil sub rutin LCDINS

MOV DPTR,#TXT_1 ;isi sebuah tulisan pada TXT_1 ke DPTR

CALL LCDSTRING ;panggil sub rutin LCDSTRING

MOV A,#03 ;isi 03 pada akumulator

CALL DELAY3 ;panggil subrutin delay3

CALL INITLCD

MOV A,#080H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_1A

CALL LCDSTRING

MOV A,#0C0H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_1B

CALL LCDSTRING

MOV A,#03

CALL DELAY3
CALL INITLCD

MOV A,#080H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_2_1

CALL LCDSTRING

MOV A,#0C0H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_2_2

CALL LCDSTRING

MOV A,#03

CALL DELAY3

CALL INITLCD

MOV A,#080H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_2

CALL LCDSTRING

MOV A,#0C0H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_3

CALL LCDSTRING

MOV A,#03

CALL DELAY3

CALL INITLCD

MOV A,#080H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_10

CALL LCDSTRING

MOV A,#0C0H

CALL LCDINS
MOV DPTR,#TXT_11

CALL LCDSTRING

MOV A,#03

CALL DELAY3

CALL INITLCD

MOV A,#080H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_3A

CALL LCDSTRING

MOV A,#0C0H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_3B

CALL LCDSTRING

MOV A,#03

CALL DELAY3

MOV DETIK1,#00 ;

MOV DETIK10,#00 ;

MOV MENIT1,#00 ;

MOV MENIT10,#00 ;

MOV DETIK,#00 ;

MOV MENIT,#00 ;

JMP SET_MULAI ;

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

DISPLAYWAKTU: ;subrutin display waktu

MOV A,#0CCH ;

CALL LCDINS ;

MOV A,MENIT1 ;
ADD A,#30H ;

CALL LCDDAT ;

MOV A,#0CBH ;

CALL LCDINS ;

MOV A,MENIT10 ;

ADD A,#30H ;

CALL LCDDAT ;

MOV A,#0CFH ;

CALL LCDINS ;

MOV A,DETIK1 ;

ADD A,#30H ;

CALL LCDDAT ;

MOV A,#0CEH ;

CALL LCDINS ;

MOV A,DETIK10 ;

ADD A,#30H ;

CALL LCDDAT ;

RET ;

TUNGGU_DULU: ;subrutin TUNGGU_DULU

DEC CONTER ;

MOV A,#02 ;

CALL DELAY3 ;

RET ;

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

SET_MULAI: ;subrutin saat fungsikan alat

CALL INITLCD ;panggil subrutin INITLCD


MOV A,#080H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_4 ;untuk menampilkan, SUHU : celcius.

CALL LCDSTRING

MOV A,#0C0H

CALL LCDINS

MOV DPTR,#TXT_5 ;untuk menampilkan, TIME : --:--

CALL LCDSTRING

INSTRUKSI: ;perintah

SETB RELAY_HEATER ;membuat 1 port 2.0, relay heater ON

CLR INDIKATOR1 ;nyala indikator1 dengan aktif low

INTERUPSI: ;menjalankan terlebih dulu.

call READ_TEMP ;panggil subrutin READ_TEMP untuk membaca suhu

call normal2 ;panggil subrutin normal2

JNB PUSHENT,MULAI2 ;lompat ke MULAI2 jika membuat 0 pada


PUSHENT

JNB DETEKTOR,PINTERUPSI2 ;lompat ke PINTERUPSI2 jika membuat 0


pada detektor

JMP INTERUPSI ;lompat ke interupsi lagi.

PINTERUPSI2: CLR INDIKATOR2 ;nyala INDIKATOR2 dengan aktif low

INTERUPSI2A:

call READ_TEMP ;panggil subrutin READ_TEMP untuk membaca suhu

call normal2 ;panggil subrutin normal2

JNB PUSHENT,MULAI2 ;lompat ke MULAI2 jika membuat 0 pada


PUSHENT

JMP INTERUPSI2A ;lompat ke INTERUPSI2, jika perintah diatas tidak


dijalankan

MULAI2: CALL DELAY ;panggil subrutin DELAY

CALL INITTIMER ;panggil subrutin INITTIMER


SETB RELAY_HEATER ;membuat 1 port 2.0, heater ON (tetap kerja)

CLR INDIKATOR1 ;nyala

SETB RELAY_MOTO ;membuat 1 port 2.2, motor ON

INTERUPSI2:

call READ_TEMP ;tetap membaca suhu

call normal2 ;

CALL DISPLAYWAKTU ;panggil subrutin DISPLAYWAKTU

JNB DETEKTOR,LANJUTKAN ;lompat ke LANJUTKAN jika membuat o pada


detektor.

JMP INTERUPSI2

LANJUTKAN: ;subrutin LANJUTKAN

CLR INDIKATOR2 ;nyala

INTERUPSI3:

call READ_TEMP ;tetap membaca suhu

call normal2

CALL DISPLAYWAKTU

JB DETEKTOR,ENDPROSES ;lompat ke subrutin ENDPROSES jika membuat 1


detektor

JMP INTERUPSI3

ENDPROSES: ;subrutin ENDPROSES

CLR TR0 ;off timer

CLR ET0 ;

CLR EA ;

CLR RELAY_MOTO ;off motor

CLR RELAY_HEATER ;off heater

SETB INDIKATOR1 ;off indikator heater

SETB INDIKATOR2 ;off indikator detektor

CLR BUZZER ;ON BUZZER dengan aktif low

HUP: MOV A,#080H ;


CALL LCDINS ;

MOV DPTR,#TXT_8 ;untuk menampilkan "C O M P L E T E"

CALL LCDSTRING ;

JB PUSHSL,$ ;perintah diatas terus bekerja jika PUSHSL 0 dan sebaliknya.

HIP: SETB BUZZER ;OFF BUZZER

SETB INDIKATOR2 ;OFF indikator detektor

MOV A,#080H ;

CALL LCDINS ;

MOV DPTR,#TXT_9 ;untuk menampilkan "WAKTU PEMBEKUAN"

CALL LCDSTRING ;

JMP HIP ;

KABUR: ;subrutin kabur untuk pendeteksi kuvet selama 1 menit.

CLR TR0 ;off timer

CLR ET0 ;

CLR EA ;

CLR RELAY_MOTO ;off motor

CLR RELAY_HEATER ;off heater

SETB INDIKATOR1 ;off indikator heater

SETB INDIKATOR2 ;off indikator detektor

CLR BUZZER ;ON BUZZER dengan aktif low

JB PUSHSL,KABUR ;lompat ke KABUR jika membuat 1 pada PUSHSL.

JMP $ ;

;=======PROSEDUR CETAK STRING=========

PRINTSTRINGLOOP: ;

CALL LCDDAT ;

INC DPTR ;

LCDSTRING: ;

CLR A ;
MOVC A,@A+DPTR ;

JNZ PRINTSTRINGLOOP ;

RET ;

;=======PROSEDUR KONTROL BYTE OPERASI PADA LCD

LCDINS: ;

MOV PLCD,A ;

CLR LCDRS ;

SJMP LCDOUT ;

LCDDAT: ;

MOV PLCD,A ;

SETB LCDRS ;

LCDOUT: ;

SETB LCDE ;

CALL DELAY ;

CLR LCDE ;

CALL DELAY ;

RET ;

;=======PROSEDUR INISIALISASI LCD

INITLCD: ;

MOV A,#DISPCLR ;

CALL LCDINS ;

CALL DELAY ;

MOV A,#FUNCSET ;

CALL LCDINS ;

CALL DELAY ;

MOV A,#DISPON ;

CALL LCDINS ;
CALL DELAY ;

MOV A,#ENTRMOD ;

CALL LCDINS ;

CALL DELAY ;

MOV A,#DISPCLR ;

CALL LCDINS ;

CALL DELAY2 ;

RET ;

;=======PROSEDUR DELAY=========

DELAY3: ;

MOV PUTR,A

MUTERZ: ;

CALL DELAY2 ;

DJNZ PUTR,MUTERZ ;

RET ;

DELAY2: ;

MOV R5,#130 ;

MUTERX: ;

MOV R6,#250 ;

CALL DELAY ;

DJNZ R6,$ ;

DJNZ R5,MUTERX ;

RET ;

DELAY: ;

MOV R3,#08 ;

MUTER: ;

MOV R4,#0255 ;

DJNZ R4,$ ;
DJNZ R3,MUTER ;

RET ;

;=======PROSEDUR PEMBACAAN DATA ADC

ADC: ;

MOV A,PADC ;

RET ;

;=======PROSEDUR PEMBACAAN SUHU

READ_TEMP: ;

MOV A,#08AH ;

CALL LCDINS ;

CALL ADC ;

ADD A,#02 ;

MOV dataADC,A ;

MOV B,#0100 ;

DIV AB ;

ADD A,#030H ;

CALL LCDDAT ;

MOV A,B ;

MOV B,#010 ;

DIV AB ;

ADD A,#030H ;

CALL LCDDAT ;

MOV A,B ;

ADD A,#030H ;

CALL LCDDAT ;

RET ;
NORMAL2: ;

MOV A,dataADC ;

SUBB A,H_TEMP ;

JC RT1_11 ;lompat ke RT1_11 apabila cary high

dan jika low lanjut perintah selanjutnya.

CLR RELAY_HEATER

SETB INDIKATOR1

JMP RT21

RT1_11: ;subrutin untuk 0ff disuhu 38

SETB RELAY_HEATER

CLR INDIKATOR1

MOV H_TEMP,#38

RET

RT21: ;subrutin untuk 0n disuhu 36

SETB INDIKATOR1

CLR RELAY_HEATER

mov H_TEMP,#36

RET

END ;fhinising program

Anda mungkin juga menyukai