Anda di halaman 1dari 19

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFINISI
pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua patu-paru
yang biasanya disebabkan oleh bakteri-bakteri,virus-virus,atau
jamur.pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru
meradang.kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli
dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap aksigen
menjadi kurang.di dalan buku “pedoman pemberantasan penyakit
ISPA penanggulangan pneumonia pada balita”,disebutkan bahwa
pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (depkes RI,
2004:4)

2. ETIOLOGI

Penyebab pneumonia bermacam-macam dan diketahui ada 30


sumber infeksi dengan sumber utama: bakteri, virus, mikroplasma,
jamur, dan senyawa kimia maupun partikel.
a. Bakteri
Heiskansen et.al (1997) menjelaskan bahwa “S. pneumoniae adalah
jenis bakteri penyebab pneumonia pada anak-anak di semua umur
berdasarkan komunitas penyakit pneumonia. Sedangkan M.
pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae adalah penyebab utama
pneumonia pada anak di atas umur 5 tahun.” Begitu pertahanan
tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan
paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui aliran darah.

b. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.


Sebagian besar virus-virus ini menyerang saluran pernapasan bagian
atas (terutama pada anak). Namun, sebagian besar pneumonia jenis ini
tidak berat dan dapat disembuhkan dalam waktu singkat. Bila infeksi
terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan ini masuk ke dalam
tingkatan berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang
menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan
paru yang dipenuhi cairan.

c. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan


penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri walaupun memiliki karakteristik keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar
luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering
pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,
bahkan pada orang yang tidak menjalani pengobatan.

d. Jenis lainnya

Pneumonia lain yang jarang ditemukan, yakni disebabkan oleh


masuknya makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Pneumocystitis
Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, adalah
salah satu contoh dari pneumonia jenis lainnya. PCP biasanya menjadi
tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP dapat
diobati pada banyak kasus. Namun, bisa saja penyakit ini muncul lagi
beberapa bulan kemudian. Rickettsia (golongan antara virus dan bakteri
yang menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan
psittacosis) juga mengganggu fungsi paru.

3. PATOFISIOLOGI
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di

alveolar dan respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara

mikroorganisme memasuki saluran pernapasan bawah. Salah


satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat terjadi

pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan

kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk.

Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen.

Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur

trakeobronkial yang bercabang cabang mencegah mikroorganisme

dengan mudah memasuki saluran pernapasan. Faktor lain yang

berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang mencegah

aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme di

orofaring.

Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh

masih memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat

kemampuan makrofag membunuh mikroorganisme lebih rendah

dari kemampuan mikroorganisme bertahan hidup. Makrofag lalu

akan menginisiasi repons inflamasi host. Pada saat ini lah

manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respons inflamasi

tubuh akan memicu penglepasan mediator inflamasi seperti IL

(interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis Factor) yang akan

menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru paru dan

menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkaan

sekresi purulen.Mediator inflamasi dan neutrofil akan

menyebabkan kebocoran kapiler alveolar lokal. Bahkan eritrosit

dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan hemoptisis.


Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada

hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta hipoxemia akibat

terisinya alveolar.Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat

menganggu vasokonstriksi hipoksik yang biasanya muncul pada

alveoli yang terisi cairan hal ini akan menyebabkan hipoksemia

berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan perubahan

mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah

sehingga berujung pada kematian.

4. MANIFESTASI KLINIK

Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab, usia,

status imunologis, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda

dibedakan menjadi gejala umum infeksi (non spesifik), gejala

pulmonal, pleural, dan ekstrapulmonal. Gejala- gejala tersebut

meliputi:

 Mengigil

 Demam

 Sefalgia

 Gelisah

 Muntah, kembung, diare (terjadi pada pasien dengan

gangguan gastroistestinal)

 Wheezing (pneumonia mikoplasma)

 Otitis media,konjungtivitis,sinusitis(pneumonia oleh

streptococcus pneumonia atau heamophillus influenza).


5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut (Misnadiarly, 2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat

dilakukan adalah :

 Sinar x

Mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar,

bronchial), dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate,

empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau

terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate

nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma

sinar X dada mungkin lebih bersih.

 GDA

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru

yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

 JDL leukositosis

Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah

terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun.

 LED meningkat

Fungsi paru hipoksia,volume penurunan,tekanan jalan nafas

dan komplain menurun.

6. KOMPLIKASI

 Efusi pleura

 Empyema

 Pneumothoraks
 Pneumatosel

 Abses paru

 Sepsis

 Gagal nafas

 ileus paralitik fungsional

7. PENATALAKSANAAN

 Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya

berupa pemberian antibiotik yang efektif terhadap

organisme tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi

hipoksemia.

a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus

b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus


c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi

pneumonia.

 Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3

: 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.

 Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat

diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3-

4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan

mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang

berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin

Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer

seperti polinosimle, poliudikocid.


BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Data subjektif

1. Klien mengatakan sulit bernafas atau sesak.


2. Klien mengatakan pusing saat berjalan
3. klien mengatakan nyeri dada hilang timbul di sertai sesak
4. klien mengatakan mual dan batuk kering sekali-kali
5. klien mengatakan badannya demam
6. klien mengatakan ada riwayat hipertensi dan mengonsumsi
obat hipertensi.

b. Data objektif

1. Suhu tubuh klien teraba panas 37 ⁰C


2. Takipnea 30x/menit
3. Tampak semphalis broncho vaskuler dilapangan atas kedua
paru
4. Terlihat infiltret di medio basalis paru kanan dengan kesan
broncho pneumonia dextra
5. Tampak terlihat tanda-tanda gagal hati dan edema paru.
2. DIAGNOSA

1. Pola nafas tidaf efektif berhubungan dengan depresi pusat


pernapasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubngan dengan spasme jalan
nafas
3. Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
4. INTERVENSI

NO DX DIAGNOSA (SDKI) TUJUAN INTERVENSI (SIKI)


(SLKI)

D.0005 Pola nafas tidak Setelah Tindakan


efektif berhubungan dilakukan
Observasi
dengan depresi pusat tindakan
pernafasan keperawatan
-monitor posisi selang
3x24 jam
indotrakeal(ETT),terutama
Kategori:fisiologis
keadaan klien
setelah mengubah posisi
meningkat
Subkategori:
dengan kriteria -monitor tekanan balon
respirasi
hasil: ETT setiap 4-8 jam
Definisi: inspirasi
-dispnea -monitor kulit area stoma
dan/atau ekspirasi
menurun trakeotomi(mis,
yang tidak
kemerahan,drainase,perdara
memberikan
-bunyi nafas
han
ventilasi adekuat.
tambahan
menurun Terapeutik

-kurangi tekanan balon


secara periodic tiap shift

-pasang oropharingeal
airway (OPA) untuk
mencegah ETT tergigit

-cegah ETT terlipat


(kingking)

-berikan pre-oksigenasi
100% selama 30 detik (3-6
kali ventilasi)sbelum dan
setela penghisapan

-berikan volume
praoksigenasi (bagging atau
ventilasi mekanik) 1,5 kali
volume

-lakukan penghisapan lendir


kurang dari 15 detik jika
diperlukan (bukan secara
berkala/rutin)

-ganti fiksasi ETT

-ubah posisi ETT secara


bergantian (kiri dan
kanan)setiap 24 jam

-lakukan perawatan mulut


(mis, dengan sikat
gigi,kasa,pelembab bibir)

-lakukan perawatan stoma


trakeostomi.

Edukasi

-jelaskan pasien dan/atau


keluarga tujuan dan
prosedur pemasangan jalan
Setelah
nafas buatan
dilakukan
Bersihan jalan nafas
tindakan Kolaborasi
tidak efektif
keperawatan
D.0001
berhubungan dengan -kolaborasi intubasi ulang
3x24 jam
spesme jalan nafas jika terbentuk mucous plug
keadaan klien
yang tidak dapat dilakukan
meningkat
Kategori: fisiologis
penghisapan.
dengan kriteria
Subkategori: hasil:
Tindakan
respirasi
-produksi
Observasi
Definisi : ketidak sputum
mampuan -identifikasi kemampuan
-mengi menurun
membersihkan secret batuk
atau obstruksi jalan
-wheezing
-monitor adanya rotensi
nafas untuk
menurun
sputum
mempertahankan
jalan nafas tetap
-monitor tanda dan gejala
paten
infeksi saluran nafas

-monitor input dan output


cairan (mis, jumlah dan
karakteristik)

Terapeutik

-atur posisi semi fowler


atau fowler

-pasang perlak dan bengkok


di pangkuan pasien

-buang secret pada tempat


sputum

Edukasi

-jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif

-anjurkan tarik nafas dalam


melalui hidung selama 4
detik ,ditahan selama 2
detik kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik

-anjurkan mengulangi tarik


Setelah
nafas dalam hingga3 kali
dilakukan
Intoleransi aktifitas
tindakan -anjurkan batuk dengan
berhubungan dengan
keperawatan
kuat langsung setelah tarik
ketidakseimbangan
3x24 jam nafas dalam yang ke-3
suplai dan kebutuhan
D.0056 keadaan klien
oksigen
meningkat Kolaborasi
dengan kriteria
Kategori:fisiologis
-kolaborasi pemberian
hasil:
mukolitik dan
Subkategori:
-frekuensi nadi ekspektoran,jika perlu
aktifitas dan istirahat
meningkat
Tindakan
Definisi :ketidak
-keluhan lelah
cukupan energy
melakukan aktifitas menurun Observasi
sehari-hari
-dispnea saat -identifikasi gangguan
aktifitas fungsi yang mengakibatkan
menurun kelelahan

-dispnea stelah -monitor kelelahan fisik dan


aktivitas emosional
menurun
-monitor pola dan jam tidur

-monitor lokasi dan


ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas

Terapeutik

-sediakan l;ingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis,
cahaya,suara,kunjungan)

-lakukan latihan rentang


gerak pasif dan/atau aktif

-berikan aktifitas distraksi


yang menenangkan

-fasilitasi duduk di dekat


tempat tidur,jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

Edukasi
-anjurkan tirah baring

-anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap

-anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang

-ajarkan strategi koping


untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

-kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PENYAKIT PNEUMONIA

DI SUSUN OLEH
THANIA SUMANTA
NIM:C01418174

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSUTAS MUHAMADIYAH GORONTALO

2020
5

5
5

5
6

Anda mungkin juga menyukai