Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TARIKH

Nama : Mitzallina Deffa Elfrida


Kelas : XF
Nomer Absen : 17
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya,baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga saya mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini,supaya makalah ini nanti-Nya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi.
Demikian,apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya
Saya juga mengucapkan
Demikian, makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Yogyakarta,26 January 2020


SEJARAH PEMERINTAHAN ISLAM DI ANDALUSIA,TURKI,DAN INDIA
SEBELUM ABAD XX

Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia


1. Perkembangan Pembangunan
 Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih pada masa pengganti Abd
al-Rahman al-Dakhil. Kemajuan Kordova ditandai dengan pembangunan
yang megah diantaranya:
 al-Qashr al-Kabir , kota satelit yang didalamnya terdapat gedung-gedung
istana megah.
 Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat laut
Cordova.
 Masjid jami’ Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini
masih tegak.
 Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325
H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali
mihrabnya) dan air mengalir ditengah masjid, danau kecil yang berisi
ikan-ikan yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik senjata, dan
pabrik perhiasan.[4]
2. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada
abad ke-9 dan abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang
didasarkan pada pola-pola negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan
sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual-belikan , meliputi buah ceri,
apel, buah delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan
sutera. Pada saat yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah
lantaran hancurnya penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah barat laut
Tengah. Beberapa kota seperti seville dan Cordova mengalami kemakmuran
lantaran melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan internasional.
3. Perkembangan Intelektual
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasan Islam di Spanyol, umat Islam telah
mencapai kejayaannya di sana. Banyak sekali kontribusi bagi kebangunan
budaya Barat. Kebangkitan intelektual dan kebangunan kultural Barat terjadi
setelah sarjana-sarjana Eropa mempelajari, mendalami dan menimba begitu
banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-buku ilmu
pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari
bahasa Arab untuk dapat menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam.
Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah menjadi pusat penerjemahan.
Banyak sarjana-sarjana Eropa yang berdatangan ke kota Toledo untuk belajar
dan mendalami buku-buku ilmu pengetahuan Islam. Islam di Spanyol telah
mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah
Islam. Sains dan Teknologi.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang
spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara),
al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang
menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan
tentara bayaran), Yahudi, Kristen Mujareb yang berbudaya Arab, dan Kristen
yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir, memberikan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya
lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan llmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Spanyol.[6] Disamping dari faktor kemajemukan
masyarakatnya, negeri yang subur juga mendorong negeri Spanyol dalam
mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak
menghasilkan pemikir.

Berikut dibawah ini uraian mengenai perkembangan intelektual di


masing-masing bidang:

a. Astronomi
Di bidang astronomi, sarjana Islam al-Khawarizmi banyak sekali memberikan
sumbangannya dengan karya-karyanya dan mempunyai pengaruh terbesar
terhadap kontribusi ilmu pasti diantara semua penulis di abad pertengahan. Ia
menulis buku al Jabr wa al-Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang
tertua dan al-Khwarizmi merupakan orang pertama yang menyusun buku ilmu
berhitung dan aljabar.

Namun disamping itu, tokoh yang paling terkenal dalam ilmu astronomi adalah
Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana
matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat
teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan
bintang.[8]. Ada pula Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn
Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat
terkenal saat itu. .

b. Matematika
Ilmu eksakta yakni matematika mulai berkembang karena didorong dengan
adanya perkembangan filsafat. Ilmu pasti dikembangkan orang Arab berasal
dari buku India yaitu Sinbad, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh
Ibrahim al-fazari (154 H/ 771 M).[9] Dengan perantara buku ini, kemudian
Nasawi seorang pakar matematika memperkenalkan angka-angka India seperti
0,1, 2, hingga 9), sehingga angka-angka India di Eropa lebih dikenal dengan
angka Arab.
c. Filsafat
Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang pula terhadap dunia Barat. Minat
filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M di masa
Khilafah Bani Umayyah, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886
M).[10]Karya-karya ilmiah dan filosofis dalam jumlah besar diimpor dari Timur,
sehingga Cordova menjadi perpustakaan dan universitas besar yang dapat
menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia Islam.
Dalam keadaan ini, maka Spanyol banyak melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhammad ibn al- Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di Saragosa, lalu pindah ke
Sevilla dan Granada. Ia bersifat etis dan eskatologi dalam masalah yang
dikemukakannya seperti al-Farabi dan Ibn Sina. Magnum opusnya adalah
tadbir al-Mutawahhid.Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli
Wadi Asy (sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya filsafatnya yang
sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.

Abad 12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd (1126-1198 M) mendominasi


lapangan filsafat di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari Cordova ini, dikenal
sebagai komentator pikiran-pikiran Aristoteles sehingga dijuluki Aristoteles II.
Ia juga memiliki ciri kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah tentang
keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi terkenal dengan
menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.
d. Kedokteran
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi dasar
kemajuan Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, al-Kindi (809-873 M),
telah menulis buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
menjadi Optics. Selain itu, terkenal pula ar-Razi (865-925 M) yang oleh orang
Barat-Latin disebut Rhazez. Ia mengarang sebuah buku kedokteran berjudul al-
Hawi. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh Faraj bin Salim (seorang tabib
Yahudi dari Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan judul Continens atas perintah
Raja Farel dari Anyou. Ia memuat dan merangkum ilmu ketabiban dari Persi,
Yunani dan Hindu, dan hasil-hasil penyelidikan.

Ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu antara lain adalah Abu al-Qasim al-
Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama Abulcassis. Beliau adalah seorang
ahli bedah terkenal dan menjadi dokter istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di
antara karyanya yang terkenal adalah al-tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain al-
Qasim, terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli dalam
bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat al-Thib.
Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia

Dalam masa kekuasaan Islam di Spanyol yang begitu lama tentu memberikan
catatan besar dalam mengembangkan dan memberikan sumbangan yang
sangat berharga bagi peradaban dunia. Namun, sejarah panjang yang telah
diukir kaum muslim menuai kemunduran dan kehancuran. Kemunduran dan
kehancuran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Konflik Islam dengan Kristen
Keadaan ini berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di
Andalusia dalam melakukan proses Islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika masa
kekuasaan setelah al-Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah
sebelumnya. Bagi para penguasa, dengan ketundukan kerajaan-kerajaan
kristen dibawah kekuasaan kristen hanya dengan membayar upeti saja, sudah
cukup puas bagi mereka.

Namun, kehadiran Arab Islam tetap dianggap sebagai penjajah sehingga malah
memperkuat nasionalisme masyarakat Spanyol Kristen. Hal ini menjadi salah
satu penyebab kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari
pertentangan antara Islam dan Kristen. Akhirnya pada abad ke-11, umat Islam
Andalusia mengalami kemunduran, sedang umat Kristen memperoleh
kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi perang.

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu


Hal ini terjadi hingga abad ke-10 atas perlakuan para penguasa muslim
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah terhadap para mu’allaf
yang berasal dari umat setempat. Mereka diperlakukan tidak sama seperti
tempat-tempat daerah taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini ditandai dengan
masih diberlakukannya istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan yang
dinilai merendahkan.

Akhirnya kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama etnis Salvia dan Barbar,


sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak
besar bagi perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada ieologi pemersatu yang mengikat kebangsaan mereka.
Bahkan banyak diantara mereka yang berusaha menghidupkan kembali
fanatisme kesukuan guna mengalahkan Bani Umayyah.

3. Kesulitan Ekonomi
Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para
penguasa begitu aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam, sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul
kesulitan ekonomi yang memberatkan dan berpengaruh bagi perkembangan
politik dan militer. Kenyataan ini diperparah lagi dengan datangnya musim
paceklik dan membuat para petani tidak mampu membayar pajak. Selain itu,
penggunaan keuangan negara tidak terkendali oleh para penguasa muslim.
Sejarah Islam di Turki

Masa awal
Pada awalnya wilayah Turki dikuasai oleh Kekaisaran Romawi Timur, sebuah
kerajaan pada masa awal abad Masehi. Kerajaan Bizantium ini dikuasai oleh
kerajaan Romawi selama kurang lebih 4 abad.
Pada tahun 395 Kekaisaran Romawi terpecah dua, Romawi Barat dan Romawi
Timur. Kemudian di tangan kerajaan Romawi timur, Bizantium itu kemudian
dirubah namanya menjadi Konstantinopel dan dijadikan ibu kota. Sebaliknya
Romawi Barat kala itu jatuh ke kekuasaan barbar (Goth) sekitar tahun 476 M.
Kemudian pada abad ke dua belas, wilayah Konstantinopel ini kemudian
dikuasai oleh Kesultanan Utsmaniyah. Yang pada saat penaklukannya itu
dipimpin oleh Muhammad al-Fatih. dan menurut sejarah pada masa raja inilah
masa keemasan Kerajaan Turki Ottoman karena ditopang oleh rasa keagamaan
Islam yang kental. Istanbul kemudian menjadi ibu kota Turki Usmani.

Era Utsmaniyah
Pada tahun 1453 saat Kesultanan Utsmaniyah mulai berkusa di Turki, Islam
makin dominan di Turki. Gereja-gereja di Turki yang merupakan peningalan
Bizantium termasuk Hagia Sophia banyak diubah menjadi masjid. Islam
menjadi sangat dominan hingga tahun 1920an.
Era Modern
Atatürk (presiden pertama Turki) dan Abdurrahman Kâmil Yetkin (mufti
Amasya) pada tahun 1930
Saat Kesultanan Utsmaniyah runtuh dan diteruskan oleh Republik Turki pada
1923, Islam menjadi sedikit mundur karena perubahan Turki dari kesultanan
menjadi negera sekuler.

Efek lainnya adalah dimulainya penggunaan Kalender Masehi seperti di negara-


negara Barat ketimbang Kalender Hijriyah, dan penggunaan kata Tanrı
ketimbang Allah. Kemudian Hagia Sophia yang diubah lagi menjadi museum,
pelarangan pengajaran agama Islam, dan pembatasan jumlah masjid.
Pada masa Reformasi Turki pada 1945, setelah peringanan kontrol politik
otoriter pada tahun 1946, banyak orang mulai memanggil secara terbuka
untuk kembali ke praktik keagamaan tradisional. Selama tahun 1950-an,
bahkan pemimpin politik tertentu merasa bijaksana untuk bergabung dalam
advokasi para pemimpin agama untuk menghormati agama. Para reintroduksi
agama ke dalam kurikulum sekolah mengangkat masalah pendidikan tinggi
agama. Para elit sekuler, yang cenderung tidak percaya para pemimpin agama
tradisional, percaya bahwa Islam bisa "direformasi" jika pemimpin masa depan
telah dilatih dalam seminari yang dikontrol pemerintah. Untuk mewujudkan
tujuan ini, pemerintah pada tahun 1949 mendirikan sebuah fakultas keilahian
di Universitas Ankara untuk melatih guru Islam dan imam. Pada tahun 1951
pemerintah mendirikan Partai Demokrat sekolah menengah khusus (imam
hatip okulları) untuk pelatihan imam dan pendeta. Awalnya, sekolah imam
hatip tumbuh sangat lambat, tetapi jumlah mereka berkembang pesat menjadi
lebih dari 250 pada tahun 1970-an, ketika pro-Islam Partai Keselamatan
Nasional berpartisipasi dalam pemerintahan koalisi. Setelah kudeta 1980,
militer, meskipun sekuler dalam orientasi, agama dilihat sebagai cara yang
efektif untuk melawan ide-ide sosialis dan dengan demikian dasar
pembangunan sembilan puluh imam hatip lebih sekolah tinggi.

Selama tahun 1970-an dan 1980-an, Islam mengalami semacam rehabilitasi


politik karena para pemimpin sekuler kanan-tengah menganggap agama
sebagai benteng potensi dalam perjuangan ideologis mereka dengan
pemimpin sekuler kiri-tengah. Sebuah kelompok advokasi kecil yang menjadi
sangat berpengaruh adalah Hearth Cendekiawan, sebuah organisasi yang
menyatakan bahwa budaya Turki benar merupakan sintesis tradisi Turki 'pra-
Islam dan Islam. Menurut Hearth, Islam tidak hanya merupakan suatu aspek
penting dari budaya Turki tetapi adalah kekuatan yang dapat diatur oleh
negara untuk membantu mensosialisasikan orang-orang untuk menjadi patuh
warga sepakat untuk tatanan sekuler secara keseluruhan. Setelah kudeta
militer 1980, banyak usulan Hearth untuk restrukturisasi sekolah, perguruan
tinggi, dan penyiaran negara diadopsi. Hasilnya adalah pembersihan dari
lembaga-lembaga negara lebih dari 2.000 intelektual dirasakan sebagai
mengemban ide-ide kiri tidak sesuai dengan visi Hearth tentang kebudayaan
nasional Turki. Sejarah Masuknya Islam di India
Penyebaran agama Islam masuk ke India pada abad ke-7 melalui beberapa cara
yaitu perdagangan, mendirikan kerajaan dan melalui para da’i yang
menyampaikan Islam dengan berdakwah kepada masyarakat di India.
Oleh karenanya, masyarakat Islam dalam perkembangan Islam di India saat itu
dapat terbagi dua.
Mereka adalah keturunan asing yang datang ke India membawa agama Islam
serta penduduk asli yang berpindah memeluk agama Islam secara bertahap
melalui berbagai cara dakwah.
Masuknya agama Islam ke benua India terjadi dalam tiga gelombang. Pada
abad ke-8, datang orang Arab, lalu orang Turki pada abad ke-12, dan orang
Afghanistan masuk ke India pada abad ke-16.
Di tahun 600, bahkan sebelum masa Nabi Muhammad SAW, pedagang Arab
telah berhubungan dengan India. Para pedagang berlayar ke pantai barat India
secara teratur untuk berdagang rempah-rempah, emas, dan lainnya.
Saat orang Arab mulai memeluk Islam, mereka juga membawa agama Islam ini
ke India.
Masjid pertama India dibangun pada tahun 629 oleh muslim pertama dari India
di masa Nabi Muhammad SAW.
Melalui perdagangan selanjutnya antara kaum muslim Arab dan India, akhirnya
Islam terus menyebar melalui imigrasi dan konversi di pesisir dan kota-kota.
Sedangkan penyebaran agama Islam melalui dakwah dari para cendekiawan
muslim yang melakukan perjalanan di seluruh India. Banyak yang
menggunakan ide Sufi – yang dianggap sebagai pendekatan Islam yang lebih
mistis – agar mampu menarik orang-orang.Para da’i ini sangat berperan dalam
menyebarkan Islam di pedesaan, bukan hanya di kelas atas penguasa muslim.
Sejarah Islam di India
Berdasar Population by Region in India, perkembangan Islam di India melalui
empat tahap.

Tahap pertama yaitu masa sebelum Kerajaan Mogul (705-1526).


Tahap kedua, pada masa kekuasaan Kerajaan Mogul (1526-1858).
Tahap ketiga, pada masa Kekuasaan Inggris (1858- 1947).
Tahap keempat, Islam di negara India sekuler (1947-sekarang).
Namun sejak abad pertama Hijriyah, di masa Umar bin Khattab melakukan
ekspedisi, Agama Islam telah masuk ke India.
Pada 643 M, orang Arab menaklukkan Makran di Baluchistan.
Kaum muslim melanjutkan ekspedisi ini dan berhasil menguasai Sind pada
masa pemerintahan Bani Umayyah.
Akhirnya orang Arab telah menjadi penghuni tetap di sana mulai 871 M.
Mahmud Gaznawi berhasil menaklukkan raja-raja Hindu di India pada 1020 dan
membuat mereka memeluk agama Islam.
Setelah Dinasti Gaznawi runtuh, muncullah dinasti-dinasti kecil. Ketika terjadi
kekacauan, mereka mengundang Muhammad Babur dari Kabul yang lalu
berhasil mendirikan Kerajaan Mogul.
Di masa pemerintahan Kerajaan Mogul ini menjadi puncak kekuasaan umat
Islam di India. Perkembangan Islam di India ini muncul dalam seni, sastra, dan
arsitektur termasuk istana, vila dan masjid yang indah.
Masjid berlapis mutiara dibangun di masa Syah Jehan dan Taj Mahal, masjid
Raya Delhi, serta istana di Lahore.

Selanjutnya di zaman kekuasaan Inggris, sejumlah pemikir muslim mulai


memperjuangkan kemajuan umat Islam untuk melepaskan diri dari
Sejak India merdeka pada 15 Agustus 1947, India menjadi negara republik, lalu
sejumlah pemikir Islam mulai lahir.
Sejak itu dalam pengembangannya, umat Islam India yang minoritas ini,
akhirnya mendapatkan kebebasan dan hidup berdampingan bersama agama
lain.
Pola Konversi di India
Pola Konversi masyarakat India menjadi Islam dalam perkembangan Islam di
India terjadi secara bertahap.

Hal ini disebabkan sebelum Islam, masyarakat India terpecah berdasarkan


sistem kasta, menjadi bagian yang terpisah. Seluruh kasta bisa saja masuk
Islam pada suatu waktu tertentu dengan berbagai alasan.
Kesetaraan dalam agama Islam dianggap lebih menarik daripada sistem kasta
yang rasial. Pada sistem kasta, tidak ada kesempatan untuk mencapai hal yang
lebih besar dibandingkan dengan pencapaian orang tua.
Dengan beragama Islam, semua orang berkesempatan untuk naik kelas
sosialnya dalam masyarakat, tidak lagi tunduk kepada kasta Brahmana. Agama
buddha, yang sebelumnya sangat populer di benua India, mati perlahan-lahan
di bawah kekuasaan Islam.
Perkembangan Islam di New Delhi, ibukota India
Di New Delhi, umat Islam tidak menjadi minoritas seperti halnya di tempat lain
di India. Islam berkembang dengan sangat baik, bahkan umat Islam menjadi
pejabat dan anggota dewan serta para cendekiawan di New Delhi.
Pemerintah India juga menetapkan hari libur pada perayaan hari besar agama
Islam di New Delhi.
New Delhi menjadi tempat berkumpulnya komunitas Muslim yang cenderung
menganut mazhab Hanafi serta sisanya penganut Syiah.

Kesadaran mempelajari Islam mulai menyebar di New Delhi sejak tahun 2000,
ditandai dengan munculnya taman pengajian Quran (TPA) yang sangat efektif.
Bukti nyata dari pesatnya perkembangan Islam di New Delhi adalah kehadiran
Taj Mahal, yang dibangun pada 1632-1654.
Salah satu keajaiban dunia ini merupakan sumbangan peradaban umat Islam di
India, sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa perkembangan Islam di
India sudah sangat maju.
Taj Mahal ini adalah lambang kejayaan Dinasti Mogul. Meski beragama Islam,
Dinasti Mogul tetap bertoleransi terhadap berbagai agama dan keyakinan lain.

Anda mungkin juga menyukai