Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Kegiatan


Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu bagian dari
pelaksanaan kegiatan perkuliahan pada setiap awal semester VII (Tujuh) bagi
Diploma IV. Sesuai dengan tujuan Politeknik, yang mempersiapkan tenaga
terampil yang diharapkan dapat terjun langsung ke dunia industri, maka praktek
kerja lapangan (PKL) perlu dilaksanakan, agar mahasiswa dapat melihat secara
langsung kenyataan yang ada di industri dan membandingkan dengan ilmu-ilmu
yang mereka peroleh pada bangku kuliah.
Sehubungan dengan kewajiban mahasiswa untuk melaksanakan PKL
tersebut, penulis memilih PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Nagan
Raya sebagai tempat melaksanakan PKL karena perusahaan tersebut memiliki
keandalan dalam bidang produksi energi kelistrikan.
Selama mengikuti kegiatan PKL di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pembangkitan Nagan Raya, penulis diberikan kesempatan dan ditempatkan di
pemeliharaan kelistrikan. Oleh karena itu, untuk memenuhi dan melengkapi
laporan pelaksanaan PKL penulis memilih yang diangkat sebagai judul :
“Pemeliharaan Transformator Pada PLTU Unit Pelaksana Pembangkitan
Nagan Raya”
Adapun penulis memilih judul ini dikarenakan minat penulis pada materi
yang akan dijadikan sebagai bahan laporan dan sebagai tambahan pengetahuan
bagi penulis.
Hal ini membuat ketertarikan tersendiri untuk dapat mengkaji lebih lanjut
proses penurunan tegangan dengan transformator guna untuk mengoperasikan
motor-motor pada PLTU Nagan Raya . Tema Kerja Praktek yang penulis angkat
berkaitan dengan pemeliharaan untuk mengetahui sistem penurunan tegangan dari
generator unit 2 PLTU Nagan Raya yang outputnya 13.8 KV maka diturunkan
tegangannya melalu transformator menjadi daya outputnya 6000 volt (6 KV)

1
Namun berhubungan kegiatan penulis dalam pelaksanaan lebih banyak dalam
pemeliharaan transformator pada PLTU Nagan Raya.
maka penulis hanya membahas mengenai pemeliharaan transformator
PLTU Nagan Raya Dalam hal ini penulis melakukan pengaplikasian terhadap ilmu
yang telah peroleh selama perkuliahan. Selain itu praktek kerja ini juga
dimaksudkan agar penulis mampu bersosialisasi dan mengenali dunia kerja yang
akan dihadapi.

1.2 Tujuan Penulisan


Kegiatan PKL yang dilakukan oleh Jurusan Teknik Elektro mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
a. Merupakan suatu tempat bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh di perkuliahan
b. Membandingkan ilmu yang diperoleh pada perkuliahan dengan apa
yang ditemukan di lapangan.
c. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang dunia kerja dengan
memperhatikan, mempelajari, memahami proses kerja dan aturan
kerja.
d. Mahasiswa dapat mengetahui sistem PLTU secara umum
yang ada di PLTU Unit Pelaksana Pembangkitan Nagan
Raya

2. Tujuan Khusus

a.Mengetahui dasar teori tentang transformator PLTU Nagan Raya


b. Mengetahui serta memahami prinsip kerja transformator PLTU
Nagan raya
c. Mengetahui sistem pemeliharaan transformator pada PLTU
Nagan Raya.

2
1.3 Jadwal, Waktu, dan Tempat Pelaksanaan

Adapun jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam


waktu 4 bulan yaitu dimulai pada tanggal 01 Agustus s/d 30 November
2019. Tempat pelaksanaan praktek kerja yaitu di PLTU Unit
Pembangkitan Nagan Raya yang berlokasi di jalan Meulaboh-Tapak Tuan,
Suak Puntong, Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya.

I.4 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan pembaca dalam mengetahui isi laporan ini,
penulis memberikan penguraian masalah tersebut secara sistematis
penulisan laporan ini terdiri dari lima (4) BAB yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini penulis mendeskripsikan tentang latar belakang, tujuan, tempat
dan waktu pelaksanaan kerja praktek, ruang lingkup, serta sistematika
penulisan laporan.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Pada bagian ini diberikan uraian yang meliputi gambaran umum
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, tugas dan fungsi masing-
masing bagian.
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Bab ini berisikan teori dasar, ulasan dan kajian dengan topik yang dibahas
pada laporan yang dibuat, hasil penelitian, temuannya, masalah kaitan
temuannya dengan penelitian lain yang sejenis, serta kajian pustaka
lainnya.
BAB IV PENUTUP
Pada bagian ini disampaikan kesimpulan menyeluruh dari hasil serta
saran-saran

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

II.1 Sejarah Singkat PT.PLN (Persero) UPK Nagan Raya 2x110 MW

PT.PLN(Persero) Sektor Nagan Raya berawal dari cikal bakal pembangunan


Proyek 10.000 MW penugasan pemerintah kepada PT.PLN (Persero) pada tahun
2006 sesuai perpres RI No. 71 tahun 2006 pada tanggal 5 Juli 2006, proyek
tersebut terletak di Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten
Nagan Raya, pada akhir tahun 2011 menjelang direncanakannya Commercial on
date baru dibuat Kepdir PT.PLN pembentukan pusat listrik di bawah PT.PLN
(Persero) Sumatra Bagian Utara.
Keputusan direksi selanjutnya muncul pada bulan Juli 2012 yang mengubah
pusat listrik Nagan Raya menjadi Sektor Nagan Raya dan Sektor Lueng Bata
menjadi pusat listrik sesuai dengan SK Direksi No.285.K/DIR/2012 dan
No.28.K/DIR/2012. Pada saat perubahan status tersebut PT.PLN (Persero) Sektor
Pembangkit Lueng Bata baru saja menerima pelimpahan PLTD sewa di Grid 150
KV dari PT.PLN (Persero)wilayah Aceh Ke PT.PLN (Persero) KITSBU sehingga
bertambah dua lokasi lagi yaitu PLTD Pulo Pisang dan PLTD Cot Trueng.
Pada tahun 2018 PT.PLN (Persero) Sektor Nagan Raya berubah nama
menjadi PT.PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Nagan Raya sesuai SK
Direksi No.357.P/DIR/2018. PT.PLN (Persero) UPK Nagan Raya juga mengelola
3 unit layanan yang tersebar di wilayah Aceh, yaitu:

1.UL PLTD Leung Bata

2.UL PLTD Pulo Pisang

3.UL PLTD Cot treung

4
II.2 Visi, Misi dan Ketenagakerjaan

Visi dan Misi PT.PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan


Nagan Rayaa dalah sebagai berikut :

 Visi
Diakui sebagai pengelola listrik CFB terbaik di Indonesia dengan
tatakelola ekselen yang berwawasan lingkungan dan bertumpu pada
potensi Insani.
 Misi
1. Menjalankan usaha pembangkitan energi listrik yang efesiensi, andal,
dan berwawasan lingkungan.
2. Menerapkan tata kelolapembangkitan dengan mengimplementasikan
EAM dan OPI.
3. Mengembangkan SDM dengan budaya saling percaya, intregritas,
peduli dan pembelajar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja produktif sementara ini yang di miliki PT.PLN
(Persero) Unit Pelaksana PembangkitanNagan Raya sejumlah 201 orang
pegawai dan 383 orang tenaga alih daya.

5
II.3 Struktur Organisasi Ketenagakerjaan PT.PLN (Persero) Unit
Pembangkitan Nagan Raya

MANAGER

MANAGER BAGIAN MANAGER


MANAGER BAGIAN MANAGER BAGIAN MANAGER MANAGER BAGIAN COAL AND ASH MANAGER ULPL PEJABAT PELAKSANA
ENJINIRING OPERASI PEMELIHARAAN I PEMELIHARAAN II BAGIAN KSA LUENG BATA PENGADAAN
HANDLING

SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SDM


SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR
PEMELIHARAAN OPERASI COAL & & UMUM MANAGER ULPL PEJABAT PELAKSANA
RENDAL OPERASI RENDAL RENDAL PL
PREDEKTIF ASH HANDLING PULO PISANG K3 & KEAMANAN
PEMELIHARAAN TERSEBAR

SUPERVISOR SUPERVISOR
SUPERVISOR SUPERVISOR HAR.
PENGELOLA SUPERVISOR KEUANGAN
OPERASI A COAL & ASH MANAGER ULPL COT
SISTEM PEMELIHARAAN PEJABAT PELAKSANA
HANDLING TRUENG
TURBIN LINGKUNGAN

SUPERVISOR SUPERVISOR
OPERASI B SUPERVISOR
PENGELOLAAN
PEMELIHARAAN
BAHAN BAKAR
BOILER

SUPERVISOR
OPERASI C SUPERVISOR
PEMELIHARAAN
LISTRIK

SUPERVISOR
OPERASI D SUPERVISOR
PEMELIHARAAN
KONTROL
INTRUMEN
SUPERVISOR
ANALISA KIMIA
SUPERVISOR
LOGISTIK

Gambar II.1 Struktur Organisasi Ketenagakerjaan

II.4 Pengertian Pembangkitan Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pembangkitan Listrik Tenaga Uap (PLTU)adalah pembangkitan yang


mengandalkan energikinetik dari uap yang bertekanan tinggi untuk menghasilkan
energi listrik. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga thermal yang
banyakdigunakan, karena efesiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat
sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis.
PLTU pada umumnya menggunakan bahan bakar batu bara dan HSD
untuk start awal. Proses konversi enegi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahap
yaitu:
1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam
bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi menggunakan boiler.
2. Energi panas dalam bentuk uap bertekanan dan temperature tinggi diubah
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran menggunakan turbin uap.
3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik menggunakan generator.

6
Gambar II.2 Proses konversi energi pada PLTU
II.5 Sirkulasi Fluida Kerja Sederhana Pada PLTU
PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup
berarti menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang, Urutan sirkulasinya
secara singkat adalah sebagai berikut :
1. Air diisikan ke boiler hingga memenuhi seluruh permukaan pemindah
panas. Didalam boiler air dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran
bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.
2. Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan suhu tertentu diarahkan
untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa
putaran.
3. Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan
energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam
kumparan, sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari
terminal outputgenerator.
4. Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air
pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air kondensat.
Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air
pengisi boiler.
5. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang.

7
Gambar II.3 Siklus fluida kerja sederhana pada PLTU
II.6 Bagian Utama PLTU
Bagian utama yang terdapat pada suatu PLTU yaitu :
1. Kondensor, berfungsi untuk mengkondensasikan uap panas yang keluar
dari turbin menjadi air dan kemudian digunakan kembali.
2. Boiler, berfungsi untuk mengubah air menjadi uap panas bertemperatur
dan bertekanan tinggi yang digunakan untuk memutar turbin uap.
3. Turbin uap, berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung
oleh uap menjadi energi putar yang kemudian digunakan untuk memutar
generator.
4. Generator, berfungsi untuk mengubah energi mekanik yang dihasilkan
oleh turbin menjadi energi listrik.

II.7 Peralatan Penunjang

Peralatan penunjang yang terdapat di PLTU pada umumnya adalah :


1. Desalination Plant (unit desal)peralatan ini berfungsi untuk mengubah air
laut (brine) menjadi air tawar (fresh water) dengan metode penyulingan
(kombinasi evaporasi dan kondensasi). Hal ini dikarenakan sifat air laut
yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan langsung masuk ke
dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan
PLTU.

8
2. Reverse Osmosis (RO) Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination
plant namun metode yang digunakan berbeda. Pada peralatan ini
digunakan membran semi permeable yang dapat menyaring garam-garam
yang terkandung pada air laut, sehingga dapat dihasilkan air tawar seperti
pada desalination plant.
3. Pre Treatment pada unit yang menggunakan pendingin air tanah / sungai
Untuk PLTU yang menggunakan air tanah/air sungai, pretreatment
berfungsi untuk menghilangkan endapan,kotoran dan mineral yang
terkandung di dalam air tersebut.
4. Demineralizer Plant (unit demin) berfungsi untuk menghilangkan kadar
mineral (ion) yang terkandung dalam air tawar. Air sebagai fluida kerja
PLTU harus bebas dari mineral, karena jika air masih mengandung
mineral berarti konduktivitasnya masih tinggi sehingga dapat
menyebabkan terjadinya GGL induksi pada saat air tersebut melewati jalur
perpipaan di dalam PLTU. Hal ini dapat menimbulkan korosi pada
peralatan PLTU.
5. Chlorination Plant (unit chlorin) berfungsi untuk menghasilkan senyawa
natrium hipoclorit (NaOCl) yang digunakan untuk memabukkan/
melemahkan mikro organisme laut pada area water intake.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengerakkan (scaling)
pada pipa-pipa kondensor maupun unit desal.
6. Coal Handling (unit pelayanan batubara) merupakan pengolahan batubara
yaitu dari proses bongkar muat kapal (ship unloading) di dermaga,
penyaluran ke stock area sampai penyaluran ke bunker unit.
7. Ash Handling (unit pelayanan abu) Merupakan unit yang melayani
pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash) maupun abu terbang (fly
ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan SDCC (Submerged Drag
Chain Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat penampungan abu
(ash valley).

9
Gambar II.4 Diagram Alir PLTU Nagan Raya 2x110 MW

Tiap-tiap komponen utama dan peralatan penunjang dilengkapi dengan


sistem-sistem dan alat bantu yang mendukung kerja komponen tersebut.
Gangguan atau malfunction dari salah satu bagian komponen utama akan dapat
menyebabkan terganggunya seluruh sistem PLTU.

10
BAB III
PEMELIHARAAN UNIT AUXILIARY TRANSFORMATOR

III.1 Dasar Teori Transformator


Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya. Transformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan
hukum Lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang
mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi
magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada
kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial.

Gambar III.1 kontruksi Tranformator

Transformator merupakan peralatan statis dimana rangkaian dan belitan


yang terdiri dari 2 atau lebih belitan, secara induksi elektromagnetik,
mentransformasikan daya (arus dan tegangan) sistem AC ke sistem arus dan
tegangan lain pada frekuensi yang sama.
Pada idealnya transformator berlaku rumus :

….…………………………………………………….(01)

11
Dimana :
N1. N2 = Belitan primer dan sekunder
VI. V2 = Tegangan primer dan sekunder
I1. I2 = arus primer dan sekunder

Rumus induksi elektromagnetik

…….……………………………………………………..(02)

Keterangan:
N = jumlah lilitan
∅∆ = fluks magnetik (weber atau Wb)
∆t = perubahan waktu/selang waktu(sekon)
Ei = ggl induksi (volt)

III.2 Jenis – jenis Transformator


III.2.1 Generator Transformer(GT)
Generator Transformer (GT) adalah transformator tenaga yang
dihubungkan langsung dengan panel keluaran generator. GT adalah
transformator step-up yang berfungsi untuk menaikkan tegangan keluaran dari
generator menjadi tegangan yang lebih tinggi, bergantung dari sistem tegangan
dari pusat listrik itu sendiri.
III.2.2 Station Service Transformer (SST)
Station Service Transformer (SST) adalah transformator step-downyang
juga berfungsi untuk melayani beban-beban dari sistem kelistrikan pemakaian
sendiri dalam satu kesatuan unit yang telah dikelompokkan berdasarkan area
kerjanya.Cuma daya listriknya diambil dari jaringan interkoneksi.

12
III.2.3 Unit Auxilliary Transformer (UAT)
Unit Auxilliary Transformer (UAT) adalah transformator pemakaian
sendiri yang merupakan transformator step-downyang digunakan untuk melayani
beban-beban motor yang input tegangan 6 kv seperti IDF,PAF,SAF dan lain-lain.

III.2.4 Transformator Step-Up


Transformator step-up adalah transformator yang lilitan sisi sekundernya
lebih banyak dibandingkan lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik
tegangan, Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai
penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang
dingunakan dalam transmisi jarak jauh.

Ciri-ciri Transformator Step-Up :


 Jumlah lilitan kumparan primer selalu lebih kecil dari jumlah lilitan
kumparan sekunder (Np < Ns).
 Tegangan primer selalu lebih kecil dari tegangan sekunder (Vp < Vs).
 Kuat arus primer selalu lebih besar dari kuat arus sekunder (Ip > Is).

III.2.5 Transformator Step-Down


Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit
dibandingkan lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan.
Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.

Ciri-ciri Transformator step-down :


 Jumlah lilitan kumparan primer selalu lebih besar dari jumlah
kumparan sekunder (Np > Ns).
 Tegangan primer selalu lebih besar dari tegangan sekunder (Vp > Vs).
 Kuat arus primer selalu lebih kecil dari kuat arus sekunder (Ip < Is)

13
III.3 Bagian–bagian Transformator
III.3.1 Inti Besi
Inti besi dingunakan sebagai media mengalirnya fluks yang timbul
akibat induksi arus bolak-balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi
sehingga dapat menginduksi kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk
dari lempengan – lempengan besi tipis berisolasi dengan maksud untuk
mengurangi eddy current yang merupakan arus sirkulasi pada inti besi
hasil induksi medan magnet, dimana arus tersebut akan mengakibatkan
rugi-rugi (losses).

Gambar III.2 Inti besi dan laminasi yang diikat fiber glas

III.3.2 Belitan
Belitan terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti
besi, dimana saat arus bolak-balik mengalir pada belitan tembaga tersebut,
inti besi akan terinduksi dan menimbulkan fluks magnetik.

Gambar III.3 Kumparan fasa RST

14
III.3.3 Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan
jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungin
oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor bushing dengan bodi tangki transformator.

Gambar III.4 Bushing Transformator

III.3.4 Pendingin
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi
oleh kualitas tegangan jaringan,rugi-rugi pada transformator itu sendiri
dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan
rusaknya isolasi kertas pada transformator. Oleh karena itu pendingin
yang efektif sangat diperlukan. Minyak isolasi transformator selain
merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai pendingin. Pada saat
minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh
minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip-sirip
radiator. Adapun proses pendingin ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan
pompa sirkulasi guna meningkatkan efisiensi pendingin.
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat
rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan

15
kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi (di dalam
transformator). Untuk mengurangi kenaikan suhu transformator yang
berlebihan, maka perlu dilengkapi dengan alat/sistem pendingin untuk
menyalurkan panas keluar transformator.

Media yang dipakai dalam sistem pendingin dapat berupa :


1. udara/gas
2. minyak
3. air
Sedangkan pengaliranya (sirkulasi) dapat dengan :
1. alamiah (natural)
2. tekanan/paksaan

secara alamiah/natural, pengaliran media sebagai akibat adanya


perbedaan suhu media dan untuk mempercepat perpindahan panas dari
media tersebut ke udara luar diperlukan bidang perpindahan panas yang
lebih luas antara media (minyak, udara/gas), dengan cara melengkapi
dengan sirip-sirip (radiator). Bila diinginkan penyaluran panas yang lebih
cepat lagi, cara natural/alamiah tersebut dapat dilengkapi dengan peralatan
untuk mempercepat sirkulasi media pendingin dengan pompa-pompa
sirkulasi minyak, udara dan air. Cara ini disebut pendingin paksa (forced).
Tabel III.1 macam-macam pendingin pada trafo

16
Media yang digunakan pada sistem pendinginan dapat berupa udara
atau gas, minyak dan air. Pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara :
a. ONAN (Oil Natural Air Natural) / OA
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak dan
udara secara alamiah. Sirkulasi minyak yang terjadi disebabkan
oleh perbedaan berat jenis antara minyak yang dingin dengan
minyak yang panas.
b. ONAF (Oil Natural Air Force)
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara
alami sedangkan sirkulasi udaranya secara buatan, yaitu dengan
menggunakan hembusan kipas angin yang digerakkan oleh motor
listrik. Pada umumnya operasi trafo dimulai dengan ONAN atau
dengan ONAF tetapi hanya sebagian kipas angin yang berputar.
Apabila suhu transformator sudah meningkat maka kipas angin
yang lainnya akan berputar secara bertahap.
c. OFAF (Oil Force Oil Force)

Sistem ini menggunakan sirkulasi minyak yang digerakkan


oleh kekuatan pompa sedangkan sirkulasi udara menggunakan
kipas angin.

Gambar III.5 Pendingin Transformator PLTU Nagan Raya

17
III.3.5 Konservator
Kenaikan suhu operasi pada transformator isolasi akan memuai
sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu
operasi, maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun.
Konservator dingunkan untuk menampung minyak pada saat trafo
mengalami kenaikan suhu. Volume minyak di konservator akan
mengalamin perubahan akibat pemuaian dan penyusutan minyak, ampere
udara didalam konservator pun akan bertambah dan berkurang.
Penambahan atau pembuangan udara di dalam konservator akan
berhubungan dengan udara luar (untuk tipe konservator tanpa rubber bag),
maka udara yang akan masuk kedalam konservator akan difilter melalui
silicalgel sehingga kandungan uap air dapat diminimalkan.
Minyak transformator tidak berhubungan langsung dengan udara
luar, maka saat ini konservator dirancang dengan menggunakan breather
bag/rubber bag, yaitu sejenis balon karet yang dipasang di dalam tangki
ampere.

Gambar III.6 Konstruksi konservator dengan rubber bag

Gambar III.7 Konservator

18
III.3.6 Silical gel

silica gel biasa digunakan pada trafo. Fungsinya untuk menyaring udara
yang masuk ke dalam ruang rubber bag saat terjadi pernapasan pada
konservator. Udara yang akan masuk ke dalam / konservator haruslah
melalui silica gel sehingga kandungan airnya terserap dan udara yang
masuk adalah udara yang kering. Kandungan air yang terdapat dalam
udara apabila bercampur dengan minyak isolasi dalam konservator akan
berpengaruh terhadap nilai isolasi minyak.

Gambar III.8 silica gel

Silica gel sendiri memiliki batasan kemampuan untuk menyerap


kandungan uap air sehingga pada periode tertentu ampere tersebut harus
dipanaskan bahkan perlu dilakukan penggantian. Dehydrating Breather
merupakan teknologi yang berfungsi untuk mempermudah pemeliharaan
silica gel, dimana terdapat pemanasan otomatis ketika silica gel mencapai
kejenuhan tertentu.

19
III.3.7 Isolasi Kertas
Isolasi kertas merupakan bagian dari sistem isolasi trafo. Isolasi
kertas berfungsi sebagai media dielektrik, menyediakan kekuatan mekanik
dan spacing(pemberi jarak). Panas yang berlebih dan by-product dari
oksidasi minyak dapat menurunkan kualitas minyak isolasi.

Gambar III.9 Tembaga Yang Dilapisi Kertas Isolasi

III.3.8. Dielectric (Minyak isolasi transformator)


Minyak isolasi pada transformator berfungsi sebagai media isolasi,
pendingin dan pelindung belitan dari oksidasi. Minyak isolasi trafo
merupakan minyak mineral yang secara umum terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu parafinik, napthanik dan aromatic. Antara ketiga jenis minyak dasar
tersebut tidak boleh dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik
maupun kimia yang berbeda.

Gambar III.10 Minyak Isolasi Transformator

20
Standar warna isolasi minyak transformator dapat di lihat pada
gambar III.10 Berikut merupakan keterangan dari standar warna isolasi
minyak transformator :

Keterangan:
1. Jernih : Kondisi minyak yang baru
2. Kuning pucat : Kondisi minyak yang baik
3. Kuning : Kondisi minyak operasi
4. Kuning cerah : Kondisi minyak memburuk
5. Kecoklatan : Kondisi minyak buruk
6. Coklat : Kondisi minyak amat buruk
7. Coklat gelap : Kondisi minyak sangat buruk

III.3.9. Tap Changer


Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal
yang dinilai sebagai kualitas tegangan. Transformator dituntut memiliki
nilai tegangan output yang stabil sedangkan besarnya tegangan input tidak
selalu sama. Ratio belitan akan mengalami perubahan dan dapat dilakukan
pada saat transformator sedang berbeban (On Load tap changer) atau saat
transformator tidak berbeban (Off circuit tap changer/De Energize Tap
Changer). Tap changer terdiri dari :
 Selector Switch
 Diverter Switch
 Tahanan transisi
. Selector switch merupakan rangkaaian mekanis yang terdiri dari
terminal – terminal untuk menentukan posisi tap atau ratio belitan primer.
Diverter switch merupakan rangkaian mekanis yang dirancang untuk
melakukan kontak atau melepaskan kontak dengan kecepatan yang tinggi.
Tahanan transisi merupakan tahanan sementara yang akan dilewati arus
primer pada saat perubahan tap.

21
Gambar III.11 Tap Changer
. Prinsip Kerja Load Tap Changer yaitu pengaturan tegangan sekunder
berdasarkan perubahan jumlah belitan primer atau sekunder dengan persamaan :
𝑉1 𝑁1
E . = a…………………………………………...……………..(03)
𝑉2 𝑁2
Di mana:
E1 = GGL induksi di sisi primer (Volt)
E2 = GGL induksi di sisi primer (Volt)
V1 = Tegangan Primer
V2 = Tegangan Sekunder
N1 = Belitan Primer
N2 = Belitan Sekunder
a = Perbandingan transformator
III.3.10 Name Plate Transformator
Tabel III.2 Spesifikasi Transformator
HIGH VOLTAGE
TAP
TAP VOLTAGE CURRENT CONNECTION TAP POSITION
+5 . 0 14490 1155 2-3 1
+2.5 14140 1184 3-4 2
RATED 13800 1213 4-5 3
-2 . 5 13460 1244 5-6 4
-5 .0 13110 1277 6-7 5

L.V
VOLTAGE CARRENT (A)
6300 2658

22
TECHNICAL DATA OF CURRENT TRANSFORMER
CURREN RATED WIRING
ACCURACY
TYPE T RATIO BURDEN TERMINAL
CLASS
A VA MARK
LRB-20 5000/5 5P20 1S1-1S2
LRB-20 5000/5 5P20 50 2S1-2S2
HIGH LRB-20 5000/5 5P20 50 3S1-3S2
VOLTAGE
LRB-20 5000/5 5P20 50 4S1-4S2
LR-20 1500/5 0.2S 50 5S1-5S2
LR-20 1500/5 1 15 1E1-1E2
LOW LRB-10 600/5 5P20 50 6S1-6S3
VOLTAGE
NEUTRAL LRB-10 600/5 5P20 50 7S1-7S3

Type SH-2900/13.8TH
Rated power 29000 KVA
Number of phasa 3
Rated frequency 50 Hz
Service condition OUTDOOR
Rated voltage 13.8/6.3 KV
Short-circuit impedance 12.6 %
No – Load current 0.11 %
No Load Loss 19.2 kw
Load Loss 149.2 kw
Connection symbol Dynl
Type of cooling Onan / onaf (63%/100%
Uppertankk weight 2.8 t
Untanking weight 20.6 t
Weight of insulation oil 7.7 t
transportation weight with oil 30.1 t
Total weigh 38 t
Type of oil DB-25
kks coding/KKs 10BBT01 -

III.3.11. NGR (Neutral Grounding Resistor)


Metode pentahanan adalah dengan mengunakan NGR. NGR adalah
sebuah tahanan yang dipasang serial dengan netral sekunder pada
transformator sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuannya dipasang

23
NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari
sisi neutral ke tanah. Ada 2 jenis NGR (Neutral Grounding Resistor)
 Liquid
Resistornya menggunakan larutan air murni yang ditampung didalam bejana
dan ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai resistasi yang
diinginkan.
 Solid
NGR jenis padat terbuat dari stainless Steel, FeCrAI, Cast Iron, Copper
Nikel atau Nichrome yang diatur sesuai nilai tahanannya.

Tujuan dari pentanahan sistem adalah:

 membatasi kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu


apabila terjadi gangguan sistem atau peralatan;
 Menghilangkan busur api;
 Mengontrol besarnya arus gangguan tanah untuk memudahkan
perhitungan sistem proteksi.

Rumus untuk tahanan pentanahan batang adalah :

Rt = (rt / 2pL) x (ln (4L / d))…………………………………………..(04)

Di mana :
Rt = tahanan bentang suatu elektrode dalam ohm,
rt = tahanan jenis tanah dalam ohm-meter,
L = panjang elektrode batang dalam m,
d = jari-jari batang elektrode dalam m,
ln = logarithmus (dasar e=2.7182818)

24
III.4 Proteksi pada Unit Auxiliary Transformator
Transformator mengalami gangguan internal yang berdampak kepada
suhu yang sangat tinggi dan pergerakan mekanis didalam transformator, maka
akan timbul tekanan aliran minyak yang besar dan pembentukan gelembung
gas mudah terbakar. Tekanan atau gelembung gas tersebut akan naik ke
konservator melalui pipa penghubung dan rele bucholz. Tekanan minyak
maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh rele bucholz sebagai indikasi
telah terjadinya gangguan internal. Adapun jenis proteksi sebagai berikut :
III.4.1 Rele Bucholz
Rele Bucholz adalah rele untuk mendeteksi dan mengamankan
terhadap gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas.
Gas yang ditimbulkan diakibatkan karena :
 hubung singkat antar lilitan/dalam phasa
 hubung singkat antar phasa
 hubung singkat antar phasa ke tanah
 busur api listrik antar laminasi
 busur api listrik karena kontak yang kurang baik

Gambar III.12 Rele Bucholz

III.4.2 Relay HV/ LV Winding Temperature


1. Relay HV/LV Winding Temperature bekerja apabila suhu kumparan trafo
melebihi setting dari pada relai HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu

25
adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo.
Urutan kerja relai suhu kumparan/ winding ini dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alarm (winding temperature alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (winding temperature trip)
2. Relai HV/LV Oil temperature bekerja apabila suhu minyak trafo
melebihi setting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah
sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo. Urutan
kerja relai suhu minyak/ oil ini dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alarm (oil temperatur alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)

Gambar III.13 Bagian – bagian dari rele HV/LVwinding temperature


Keterangan :
1) Sensor suhu 6) Piringan cakram
2) Pipa kapiler 7) Terminasi kabel
3) Skala meter 8) Tutup thermometer
4) Jarum putih(suhu setiap saat) 9) Packing/gasket
5) Jarum merah (suhu max tercapai)

Kenaikan temperatur yang terjadi pada transformator dapat dipengaruhi


oleh arus yang mengalir pada transformator, dimana kinerja transformator
dapat dipengaruhi oleh temperatur. Kenaikan temperatur yang berpengaruh
oleh arus dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.

26
…………………………………………………(05)
Dengan:
θ : kenaikan temperatur (°C)
Is : arus yang mengalir (A)
ρ : resistivitas (Ωm)
αs : luas penampang konduktor (mm2 )
t : waktu (s)
g : rapat material konduktor (kg/m3 )
h : panas material konduktor (J/kg-°C)

III.4.3 Rele Tekanan Lebih (Sudden pressure relay)


Rele ini berfungsi hampir sama seperti relay bucholz. Fungsinya adalah
mengamankan Terhadap gangguan didalam transformator. Bedanya rele ini
hanya bekerja oleh tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan
pemutus tenaga (PMT). Alat pengaman tekanan lebih ini berupa membrane
yang terbuat dari kaca, plastic, tembaga atau katup berpegas, sebagai
pengaman tangki transformator terhadap kenaikan tekan gas yang timbul
didalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu dan kekuatannya lebih
rendah dari kekuatan tangki transformator. Adapun bentuknya seperti pada
Gambar III.14

Gambar III..14 Rele Tekanan Lebih

27
III.5 Pengertian Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu rangkaian tindakan atau proses kegiatan


untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.

Tujuan pemeliharaan pada peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk


menjamin kontinyuitas penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan,
antara lain:

a. Untuk meningkatkan reliability, availability dan efficiency;

b. Memperpanjang umur peralatan;

c. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan;

d. Meningkatkan tingkat keamanan pada peralatan;

e. Mengurangi lama waktu padam akibat gangguan.

Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik


tegangan tinggi adalah pada sistem isolasi. Atas dasar kemampuan isolasi
inilah kemampuan pengoperasian peralatan dapat ditentukan. Isolasi dapat
terbuat dari bahan padat atau cair (minyak).

Pemeliharaan dapat dibedakan antara pemeriksaan atau monitoring, dalam


keadaan operasi dan pemeliharaan (kalibrasi/pengujian, koreksi/resseting,
serta perbaikan) dalam keadaan padam.

Pemeriksaan atau monitoring dilaksanakan oleh operator setiap


saat dengan sistemchek list atau catatan saja. Untuk pemeliharaan harus
dilaksanakanoleh regu pemeliharaan.Pemeliharaan peralatan listrik
tegangan tinggi dapat dibedakan antara pemeriksaan/monitoring
(melihat,mencatat,meraba serta mendengar) dalam keadaan operasi dan
memelihara(kalibrasi/pengujian), koreksi/resetting sertamemperbaiki dan
membersihkan) dalam keadaan paham. Pemeriksaan atau monitoring dapat
dilaksanakan oleh operator atau petugas patrol setiap hari dengan sistem
checklist atau catatan saja. Sedangkan pemeliharaan harus dilaksanakan

28
oleh tim pemeliharaan (HAR). Adapun Standart Pemeliharaan
Transformator seperti berikut :

III.6.. Pemeliharaan Rutin


III.6.1 Preventive Maintenance
Pemeliharaan rutin yang dilakukan atas dasar interval waktu yang
telah ditetapkan atau dalam persyaratan atau kriteria tertentu yang
dimaksudkan untuk mengurangi serta mencegah suatu item peralatan
mengalami kondisi yang tidak diinginkan
Preventive Maintenance dilakukan tanpa harus melakukan shutdown
unit pembangkit. Preventive Maintenance dilakukan oleh staf
pemeliharaan rutin UP berdasarkan WO Maintenance yang dibuat oleh
perencanaan dan pengendalian pemeliharaan mesin atau listrik atau kontrol
atau sipil.
III.6.2 Predictive Maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan atau dasar hasil diagnose atau
condition monitoring serta kajian failure analysis berdasarkan timbulnya
suatu gejala kerusakan yang dapat diketahui secara dini, sehingga
pemeliharaan dapat dilakukan tepat sebelum terjadi kerusakan atau
kegagalan.
Predictive Maintenance dilakukan tanpa harus melakukan shunt
down unit pembangkit. Pekerjaan Predictive Maintenance dalam
pelaksanaanya merupakan kegiatan monitoring secara berkala atas dasar
interval waktu tertentu, interval operasi atau interval kriteria tertentu
lainnya yang ditetapkan lebih dahulu.
III.6.7 Overhaul atau Inspection (OH)
Pemeliharaan menyeluruh semua peralatan sistem yang termasuk
dalam satu paket isnpection merupakan satu paket pekerjaan besar yang
terjadwal untuk pemeriksaan yang luas dan perbaikan dari suatu sistem
atau peralatan besar untuk mencapai kondisi yang layak.

29
Dengan demikian cakupan overhaul atau isnpection tidak hanya
membongkar dan pasang saja, tetapi termasuk isnpection peralatan –
peralatan lain yang termasuk pekerjaan walaupun tidak ada yang dilakukan
bongkar pasang untuk melakukan isnpection tersebut.

III.7. Pemeliharaan Non Rutin


III.7.1. Corrective maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan untuk mengembalikan (termasuk
memperbaiki dan adjustment) peralatan yang tidak bekerja atau tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.Corrective maintenance dapat dilakukan
pada saat peralatan sedang beroperasi maupun standby ataupun peralatan
sedang tidak beroperasi, tetapi secara keseluruhan unit pembangkit tetap
beroperasi.Corrective maintenance dilakukan oleh staff pemeliharaan rutin
UP berdasarkan incident logsheet serta WO maintenance yang dibuat oleh
produksi atau operasi serta diapprove oleh perencanaan dan pengendalian
pemeliharaan mesin atau listrik atau kontrol atau sipil.

III.7.2. Repair atau Breakdown Maintenance


Pemeliharaan yang dilakukan karena terjadinya kerusakkan
peralatan sehingga berakibat kegagalan fungsi dari peralatan tersebut.
Dalam kejadian kerusakan peralatan emergency berkembang akan
mengakibatkan peralatan tersebut rusak berat dan harus diganti baru atau
penggantian sebagai part utamanya..

III.8 Pemeriksaan Nameplate Transformator


Pemeriksaan Nameplate Transformator adalah hal pertama yang
dilakukan sebelum melakukan pemeliharaan mesin dalam, prosedur
pelaksanaan pekerjaan yang pertama dilakukan adalah mendata spesifikasi
teknis dari transformator tersebut dengan mengamati Nameplate.

30
Gambar III.15 Nameplate Unit 2 Auxiliary Transformator

III.9 Pemeriksaan Secara Visual


Pemeriksaan fisik transformator secara visual meliputi pemeriksaan
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kondisi tangki dari kebocoran atau akibat dari benturan.
2. Pemeriksaan kondisi baut – baut pengikat dibushing.
3. Pemeriksaan kondisi bushing primer atau sekunder.
4. Pemeriksaan valve tekanan udara
5. Pemeriksaan thermometer.
6. Pemeriksaan kondisi tap changer/sadapan.

31
Tabel III.3 Perawatan Unit Auxiliary Transformator
Peralatan yang di periksa Cara
NO
Trafo Auxiliary Pelaksanaan
Tangki,Radiator,pompa-pompa
minyak,Pipa-Pipa, Katub- periksa apakah anda
1
katub, Sumbat-sumbat Kipas- kebocoran minyak
kipas pendingin
Periksa Kipas -Kipas Apakah
Ada Karat Pada Sirip Dan
2 kipas pendingin
Berputar Dengan Baik Serta
Stabil
terminal utama,rel terminasi periksa dari kotoran /bangkai
3 kabel jumper-wire,lemari binatang atau binatang serta
control benda asing lainnya
periksa tinggi permukaan
4 indikator tinggi minyak minyak pada indikator tangki
Konservator
periksa apakah ada yang
5 Bushing Retak, kotor ,pecah dan
kebocoran minyak
periksa indikator pompa
sirkulasi apakah masih
6 Indikator pompa sikulasi
menunjukkan aliran minyak
dengan sempurna

III.8 Predictive Maintenance

Metode pemeliharaan jenis ini dilakukan dengan cara mendeteksi


kerusakan yaitu dengan melakukan pengecekan isolasi minyak
transformator secara rutin. Pemeliharaan jenis ini merupakan dasar dari
Condition Monitoring. Dengan menggunakan metode ini, maka kerusakan
fatal dan Secondary Damage dapat dihindari, stop mesin yang tidak
terencana dapat dikurangi, semua pekerjaan dan spare part dapat
terencana, memperpanjang usia pemakaian transformator dan biaya
pemeliharaan yang dapat berkurang. Namun dalam metode ini
memerlukan biaya yang besar, yaitu untuk pembelian alat ukur Dissolved

32
Gas Analysis (DGA), Breakdown Voltage (BDV)dan orang yang ahli
untuk mendeteksi dan menganalisa kerusakan transformator.
Predictive Maintenance pada isolasi minyak transformator dibagi menjadi
2 yaitu:

III.8.1 Online predictive maintenance


Online predictive maintenance adalah pemeliharaan isolasi minyak
transformator saat transformator beroperasi yang dapat dilakukan
menurut kondisi transformator yaituKondisi 1 (Per-tahun/Per-tiga bulan),
kondisi 2 (Per-tiga bulan/Per-bulan), Kondisi 3 (Per-bulan/Per-minggu)
dan kondisi 4 (Per-minggu/Per-hari).

III.8.2 Offline predictive maintenance


Offline predictive maintenance adalah pemeliharaan isolasi minyak
transformator yang dilakukan ataupun diharuskan pada saat transformator
dalam keadaan offline/mati.

III.8.3 Penyebab Pemburukan Minyak Transformator

Penyebab pemburukan isolasi minyak transformator terbagi menjadi tiga


yaitu:
1. Penyebab dari luar
a. Air
b. Oksigen
2. Penyebab dari minyak sendiri
a. Fiber dari isolasi kertas.
b. Material yang terkandung dalam isolasi.
c. Karbon dan partikelmetal.
3. Panas saat operasi
a. Akan menyebabkan gangguan internal mekanik atau listrik.

33
III.8.4 Dampak Pemeliharaan Yang Tidak Tepat

Dampak dari pemeliharaan yang tidak tepat pada transformator adalah


sebagai berikut:
1. Dapat memperpendek umur transformator.
2. Menyebabkan kerusakan awal dan kehancuran.
3. Menyebabkan ledakan hebat.

Gambar III.16 Transformator yang Mengalami Kerusakan

III.9 Pemeliharaan Minyak Transformator

Isolasi minyak transformator sangat diperlukan sebagai media


pendingin dan media isolasi. Untuk menjaga keandalan dari transformator
perlu dilakukan suatu pengujian dan pemeliharaan terhadap isolasi minyak
transformator. Pangujian dan pemeliharaan yang dilakukan yaitu dapat
menganalisis kandungan-kandungan gas yang berada pada isolasi minyak
transformator dengan pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA),
mengalisis tegangan tembus Breakdown Voltage (BDV), Sehingga hasil
dari analisis pengujian-pengujian tersebut dapat mengetahui kondisi isolasi
minyak transformator dalan keadaan baik atau tidak. Pemeliharaanb isolasi
minyak juga dapat dilakukan dengan cara permunian (purifikasi) yaitu
bertujuan untuk mengurangi moisture dalam isolasi kertas pada
transformator (standar ASTM 1533 < 50 ppm). Sehinga tegangan tembus
akan naik dan dapat mengurangi gas-gas dan benda-benda kotor yang

34
terapung dalam minyak transformator. Adapun langkah-langkah pengujian
dan pemeliharan minyak trafo dapat dilihat pada gambar III.17

Gambar III.17 Diagram Alir Pengujian dan Pemeliharaan Isolasi Minyak


Transformator PLTU Nagan Raya

Hal utama yang dilakukan pemeliharaan prediktif untuk minyak


transformator yaitu dengan uji coba kelayakan transformator adapun
Jenis-jenis pemeliharaan pengujian untuk mendeteksi gangguan pada
transformator daya yang disebabkan oleh isolasi minyak transformator
adalah dengan 3 pengujian :

III.9.1 Pengujian DGA Di PLTU Nagan Raya

Langkah-langkah dalam pengujian DGA

1. Pengambilan Sampel

Berikut merupakan gambar pengambilan sampel minyak untuk

melakukan DGA yang dilakukan diPLTU Nagan Raya :

35
Gambar III.18 Pengambilan Sampel Minyak DGA

Pengambilan sampel merupakan salah satu poin yang penting


karena akan menentukan hasil pengujian. Pengambilan sampel secara
sembarang akan memberikan datang keliru sehingga memberikan
kesimpulan yang salah pula. Hal yang terpenting adalah alat yang
digunakan dalam pengambilan sampel harus bersih dan kering seperti
botol minyak, syringe, dan selang minyak. Sampel minyak diambil dari
tanki bagian bawah yakni melalui drain valve. Bila tidak terdapat drain
valve maka dapat diambil dari oil filing plug/lubang pengisi minyak pada
cover tanki.

2. Ekstrasi Gas

Ekstrasi gas memiliki 2 tahapan yaitu:

 Teknik memisahkan zat-zat tertentu dari sebuah senyawa gabungan

berdasarkan tingkat penguapannya (volatility).

 Dengan radiasi gelombang elektromagnetik dalam menentukan


konsentrasi Gas terlarut.

36
3. Interpretasi dan Analisis Data Pengujian DGA

Interpretasi dan analisis data pengujian DGA pada isolasi minyak


transformator yang mengalami gangguan atau terindikasi kegagalan yang
diperlukan untuk pemeliharaan sebagai studi kasus.

Analisa ini dilakukan dengan peralatan yang bernama Gas


Chromatograph yaitu untuk mendeteksi dan menganalisa kegagalan awal
yang mulai terjadi berdasarkan hasil uji dan pengukuran gas-gas yang
terlarut dan angka yang dibolehkan didalam isolasi minyak transformator
daya berdasarkan

Tabel III.4 Standard Gas Terlarut IEEEstd.C57 – 104-1991

Tabel III.5 pengujian DGA di PLTU Nagan Raya


NO Jenis Gas Simbol Conc(Ppm)
1 Hydrogen H2 272
2 Carbon Dioxide CO2 5050
3 Carbon Monoxide CO 196
4 Ethylene C2H4 19
5 Ethane C2h6 87
6 Methane CH4 10
7 Acetylene C2H2 <0.5
8 Water H2O 38
TDCG 5672

37
Gambar III.19 Gas terlarut pada oil trafo
Setelah dilukukannya DGA TDCG ternyata masih dalam keadaan
normal standar DGA artinya minyak Trafo masih bisa dipakai tanpa harus
diganti agar kualitas lebih bagus baiknya dilukakan tahap selanjutnya yaitu
purifier dengan tujuan gas-gas yang terlarut dapat berkurang lagi.

III.9.2 Pengujian Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)

Pengujian tegangan tembus adalah pengujian minyak trafo dengan


memberi tegangan pada frekuensi sistem. Dua elektroda dipasang pada
jarak tertentu (2,5 mm) dan diberi tegangan secara bertahap dari rendah ke
tinggi sampai minyak trafo mengalami flash over (loncatan busur api).

Agar hasil pengujian akurat, beberapa persyaratan harus dipenuhi


misalkan Pengambilan sampel harus mengikuti prosedur, wadah sampel
harus bersih, tidak basah. Sampel tidak boleh terkena tangan. Wadah untuk
mengambil sampel harus berwarna gelap dan lain-lain. Pengujian untuk
satu sampel dilaksanakan beberapa kali ( 6 kali) dan hasilnya diambil rata-
rata. Dalam satu trafo diambil dua sampel, minyak bagian atas dan bagian
bawah trafo.Standard hasil pengujian adalah sbb:

38
Tabel III.6 Tabel Breakdown Voltage Sesuai IEC 156
Tegangan
Jarak Gap Nilai Minimum
Operasi Trafo
(mm) (kV)
(kV)
Un ≤ 36 2,5 30

36 < Un ≤ 70 2,5 35

70 < Un ≤ 170 2,5 40

170 < Un 2,5 45

Nama alat untuk menguji tegangan tembus (Breakdown votage/BDV)


pada PLTU Nagan Raya menggunakan merek megger tipe OTS100AF.
Adapun langkah-langkah pengujian BDV di PLTU Nagan Raya Sbb :

1. Ukur jarak elektroda yang ada dalam gelas ukur


2. Sesuaikan dengan jarak yang digunakan (biasanya menggunakan standar
IEC 60422dengan jarak elektroda 2.5 mm)
3. Hubungkan alat uji dengan power 220 volt
4. Bilas gelas uji menggunakan minyak yang akan diuji
5. Masukan minyak yang akan diuji kedalam gelas uji
6. Bersihkan ceceran oli pada alat uji dan gelas uji
7. Masukkan gelas uji dan pastikan posisi sudah benar
8. Masukan pengaduk kedalam gelas uji
9. Hidupkan tombol power
10. Atur standar uji yang diinginkan
11. Tekan tombol TEST untuk memulai pengujian dilakukan setiap kali proses
pengujian selama 4 menit sebanyak enam kali, dan ambil nilai tegangan
tembus rata-rata.

39
Gambar III.20 Megger OTS100AF

Tabel III.7 Pengujian BDV Sebelum Purifier


TEST PENGUJIAN BDV SATUAN
1 65.0 KV
2 67.5 KV
3 34.6 KV
4 53.5 KV
5 64.6 KV
6 29.8 KV
RATED 52.5 KV

Gambar III.21 Print out Megger OTS100AF

40
Dari hasil hasil pengujian minyak trafo UAT Unit 2 di PLTU
Nagan Raya data yang diperoleh hasil rata-rata sebesar 52,5 KV. Hasil
tersebut berada di atas dari nilai yang ditetapkan menurut SPLN’50-1982
dan IEC No.156 tahun 1991, dimana daya tembus Untuk tegangan operasi
≤ 36 maka nilai minimum tegangan tembus 30 (kV) maka kualiats minyak
trafo UAT Unit 2 PLTU Nagan Raya masih dalam keadaan normal dan
baik. Di PLTU Nagan Raya meskipun minyak trafo dalam keadaan normal
dan masih bagus tetap dilakukan tahap selanjutnya yaitu purifier supaya
minyak lebih baik lagi dan antisipasi dari pada ketidak normal.

III.10 Oil Treatment Purifier

Ketika trafo digunakan secara terus menerus performa atau kualitas


oli akan mengalami penurunan secara fisik, elektrik atau komposisi kimia.
Banyak hal yang menyebabkan kualitas oli turun, diantaranya oksidasi
antara oli dengan bahan isolasi kawat. Adanya kontaminasi oli dengan
udara, debu, gas maupun kotoran lain juga bisa. Untuk itu, diperlukan
proses untuk memperbaiki kualitas oli yang disebut dengan purifikasi.
Purifikasi merupakan treatment yang dilakukan dengan cara disirkulasi
untuk proses pemurnian oli trafo dengan menggunakan alat High Vacuum
Oil Purifier. Data peralatan yang digunakan seperti pada gambar III.21

GambarIII.22 Peralatan purifier di PLTU Nagan Raya

41
Apabila hasil pengujian tidak memenuhi standar, minyak bisa
ditreatment dengan menggunakan Oil Perification. Peralatan ini
mempunyai beberapa tahap perlakuan (treatment) diantaranya :

III.16.1 Filtering
Menggunakan filter yang berfungsi untuk menyaring material asing
yang ada dalam minyak, misalkan sobekan kertas selulosa, rontokan
cat, bangkai ular, bangkai burung, bangkai biawak, tusuk gigi,
bungkus nasi, buku manual dan lain-lain.

III.16.2 Pemanasan
Menggunakan heater dengan tujuan untuk membuang air yang
terkandung dalam minyak trafo. Minyak trafo dipanaskan sehingga
mencapai suhu 70o – 80oC. Diharapkan air yang terkandung pada
minyak trafo dapat menguap dan terpisah dari minyak trafo. Tetapi
secara teori dan kenyataan lapangan, air baru akan menguap pada
suhu 100oC pada tekanan 1 atm. Menaikkan suhu sampai suhu
mencapai 100oC atau lebih berkemungkinan dapat menyebabkan
minyak atau peralatan oil purification rusak. Untuk itu diperlukan
satu proses lagi yaitu vacuum.

III.16.3 Vacuum

Pada tekanan kurang 1 atm, dengan suhu dibawah 100oC, air


sudah bisa berubah menjadi uap dan terpisah dengan minyak trafo.

III.16.4 Sentrifugal

Proses ini dilakukan dengan cara memutar minyak trafo dalam


satu wadah. Diharapkan material yang berat jenisnya lebih berat dari
minyak trafo, misalkan beram tembaga, lumpur, karat dan lain-lain,
bisa terkumpul di tengah wadah sehingga mudah dipisahkan dari
minyak trafo.

42
III.16.5 Fuller Earth

Proses ini bertujuan memisahkan asam yang terdapat dalam


minyak trafo. Cara kerjanya adalah material fuller earth akan
mengikat asam yang ada dalam minyak trafo seperti halnya silica gel
mengikat air/uap air dari udara.

III.11 Analisis data pengujian DGA setelah purifier


Setelah dilakukukannya purifier maka dilakukan lagi pengujian
DGA untuk membandingkan data yang sebelum purifier dengan data
pengujian DGA setelah purifier dengan tujuan untuk melihat apakah ada
terjadi perubahan setelah purifier dari hasil data yang didapat sebelum
purifier yang mana TDCG 5672 dapat dilihat pada tabel III.5 sementara
setelah purifier dilakukannya pengujian DGA sudah berkurang yang mana
TDCG nya menjadi 77 Dapat dilihat pada tabel III.8 maka sesuai dengan
teori bahwa dengan melakukannya purifier dapat berkurang gas-gas yang
terlarut dalam minyak trafo.

Tabel III.8 Pengujian DGA Setelah Purifier

NO Jenis Gas Simbol Conc(Ppm)


1 Hydrogen H2 <5
2 Carbon Dioxide CO2 792
3 Carbon Monoxide CO 54
4 Ethylene C2H4 10
5 Ethane C2h6 10
6 Methane CH4 1
7 Acetylene C2H2 <0.5
TDCG 77

43
Gambar III.23 Gas terlarut dalam minyak trafo

III.12 Analisis Data pengujian BDV Setelah Purifikasi

Setelah dilakukannya purifier minyak trafo dgn peralatan purifier


yaitu filtering,pemanasan,vacuum,sentrifugal dan Fuller Earth ternyata
memiliki perbedaan hasil uji tegangan tembusnya yang mana yang
sebelumnya didapatkan tegangan tembus dengan 6 pengujian yg rata-rata
52.5 kv pada tabel III.7 sedangkan setelah purifier didapatkan tegangan
tembus 84.3 kv seperti pada tabel III.9 maka sesuai dengan teori bahwa
dengan dilakukannya purifier dapat meningkatkannya tegangan tembus.

Tabel III.9 Data pengujia BDV Setelah Purifier

TEST PENGUJIAN BDV SATUAN


1 91.8 KV
2 89.1 KV
3 68.6 KV
4 90.6 KV
5 71.9 KV
6 93.6 KV
RATED 84.3 KV

44
Gambar III.24 Print out Megger OTS100AF

Sebagai koreksi terhadap kelembaban udara mutlak dipakai rumus empiris :


VS = VB .KH …………………..................................................................... (06)
Keterangan :
VS = Tegangan tembus standar ( kV )
VB = Tegangan tembus yang diukur pada keadaan
sebenarnya ( kV )
KH = Faktor koreksi

45
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan PKL di PT.PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pembangkitan Nagan Raya selama mulai tanggal 1 Agustus 2019 sampai 30
November 2019 (4 bulan) maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai
pokok bahasan pada laporan ini.
1. Jenis-jenis pengujian untuk mendeteksi gangguan pada Unit Auxiliary
Transformator(UAT) PLTU Nagan Raya yang disebabkan oleh isolasi minyak
transformator adalah:
a. Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis)
b. Pengujian BDV (Breakdown Voltage)
2. Analisis pengujian dan pemeliharaan isolasi minyak Unit Auxiliary

Transformator di PLTU Nagan Raya adalah:

a. Pengujian DGA
Untuk mendeteksi kegagalan awal yang mulai terjadi berdasarkan
hasil uji dan pengukuran gas-gas yang terlarut seperti didalam isolasi
minyak transformator daya. Kandungan gas yang terlarut didalam isolasi
minyak transformator adalah Hydrogen (H2), Oksigen (O2), Nitrogen (N2),
Carbon monoxide (CO), Carbon dioxide (CO2), Methane (CH4), Ethane
(C2H6) dan Acetylene (C2H2).
b. Pengujian BDV
Untuk mengetahui nilai tegangan tembus (BDV) isolasi minyak
transformator daya di PLTU Nagan Raya berdasarkan standar IEC 156.
(Pada tegangan operasi < 36 kV = 30 kV), (Pada tegangan operasi 36 > 70
kV = 35 kV), (Pada tegangan operasi 70 > 170 kV = 40 kV) dan (Pada
tegangan operasi > 170 kV = 50 kV). Pengujian BDV dilakukan sebanyak
6 kali untuk mengambil nilai rata-rata dari isolasi minyak.

46
3 Jadwal yang tepat untuk melakukan pengujian dan pemeliharaan isolasi
minyak transformator daya adalah dengan melihat tingkat kondisi dari
TDCG. Kondisi 1 (Per-tahun/Per-tiga bulan), kondisi 2 (Per-tiga bulan/Per-
bulan), Kondisi 3 (Per-bulan/Per-minggu) dan kondisi 4 (Per-minggu/Per-
hari).

4. Penanganan isolasi minyak transformator daya ketika terjadi indikasi


kegagalan yaitu dengan cara purifier yaitu bertujuan untuk mengurangi
moisture didalam isolasi kertas pada transformator (Standar ASTM 1533 <
50 ppm). Dengan mengurangi moisture didalam isolasi kertas akan
berdampak menurunkan moisture didalam minyak. Sehingga tegangan
tembus minyak akan naik, gas-gas didalam minyak berkurang dan benda-
benda (kotoran yang terapung) dalam minyak hilang. Proses purifikasiini
tidak dapat menghilangkan gas-gas (DGA). Dikarenakan gas-gas (DGA)
timbul atau terjadi dari gangguan didalam transformator itu sendiri.

IV.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan untuk penyempurnaan laporan


kerja praktek ini antara lain:

IV.2.1 Dalam mengatasi gangguan yang diakibatkan gas terlarut tidak hanya
cukup dengan melakukan purifikasi isolasi minyak karena dengan cara ini
kandungan gas DGA tidak dapat dihilangkan. Mungkin dapat ditambah lagi
mengatasinya dengan cara reklamasi dan regenerasi agar penanganan tidak
berdampak kerusakan yang berkelanjutan.

47

Anda mungkin juga menyukai