Anda di halaman 1dari 3

Week 2 or session 3 - Communicating Across Culture

Dear All,

Bagaimana kabarnya? Saya mau memberikan info ttg BUDAYA or Culture.

Budaya dapat dikategorikan sebagai budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah.
Setiap orang secara pribadi punya gaya khas dalam berbicara, bukan hanya caranya tetapi
juga topik-topik yang dibicarakan. Kekhasan ini umumnya diwarisi seseorang dari budaya
nya. Edward T. Hall (1973) membedakan budaya konteks tinggi (high-contextculture) dengan
budaya konteks rendah (low-context culture), yang mempunyai beberapa perbedaan penting
dalam cara penyajian pesannya.Budaya konteks-rendah ditandai dengan komunikasi konteks-
rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas dan berterus terang. Pada
budaya konteks-rendah mereka mengatakan maksud (they say what they mean) dan
memaksudkan apa yang mereka katakana (they mean what they way). Bila mereka
mengatakan “ya”, itu berarti mereka benar-benar menerima atau setuju. Contoh kalimat
konteks-rendah adalah komunikasi, Contoh kalimat konteks-rendah adalah komunikasi
COMM6263-Business Communication-R1 (program) komputer. Setiap pesan harus
dispesifikasikan dengan kode-kode tertentu; kalau tidak, program nya tidak akan jalan. Sifat
dari komunikasi konteks-rendah adalah cepat dan mudah berubah karena itu tidak
menyatukan kelompok.Sedangkan budaya konteks tinggi ditandai dengan komunikasi
konteks-tinggi: kebanyakan pesan bersifat implicit tidak langsung dan tidak terus terang.
Pesan yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara: intonasi
suara, gerakan tangan, postur badan, ekspresi wajah, tatapan mata, atau bahkan konteks fisik
(dandanan, penataan ruangan, benda-benda dan sebagainya). Pernyataan verbalnya bias
berbeda atau bertentangan dengan pesan nonverbal. Contoh komunikasi konteks-tinggi
adalah komunikasi orang kembar dengan menggunakan kalimat pendek-pendek atau kalimat
singkat. Sifat komunikasi konteks-tinggi adalah: tahan lama. Lamban berubah dan mengikat
kelompok yang menggunakan. Berdasarkan sifatnya ini orang-orang berbudaya konteks
tinggi lebih menyadari proses penyaringan budaya daripada orang-orang berbudaya kontek
rendah.

Tolong berilah opini terhadap tulisan diatas dengan memberikan contoh berdasarkan
pengalaman masing2.

Thank you.

Regards,

Mam Ajeng

Exercise, Thread no 2
High-Context (i.e. Sundanese, Low-Context (i.e. Batak,
Javanese, Balinese) Papua, Ambon)
Preferred Communication
Strategy
Reliance on words to
communicate
Reliance on nonverbal signs to
communicate
Importance of written word
Agreements made orally
Attention to Details

Dear Students,

isiya yang kosongini.

yang iniadalah exercise no 2, yang pertamaituadalahopini dan yang ketigaadalahnonton


FILM.

Selamatbekerja.

Mam Ajeng
Opini:

Berdasarkan pengalaman yang berada disekitar saya adalah saya memiliki teman yang
memiliki berbeda-beda suku dan budaya yaitu sama dengan terdapat orang-orang dengan
budaya konteks tinggi dan juga rendah. Orang-orang dengan budaya konteks rendah biasanya
mengeluarkan pendapatnya dengan sangat yakin tanpa memperdulikan salah dan benar nya.
Menurut orang ini pendapatnya sudah benar dan tidak akan merubah pendapatnya tersebut
atau tidak plin-plan.

Lalu orang-orang dengan budaya konteks tinggi menurut saya biasanya lebih memikirkan
benar dan salahnya sebelum mengeluarkan pendapat agar tidak ada yang tersinggung atau
menjaga perasaan orang lain. Sehingga pendapatnya ini dapat berubah-ubah dan tidak dapat
dipegang omongan nya karena mudah terpengaruh dengan pendapat-pendapat yang lain.

High-Context (i.e. Sundanese, Low-Context (i.e. Batak,


Javanese, Balinese) Papua, Ambon)
Preferred Communication Politeness Confrontation
Strategy
Reliance on words to High Low
communicate
Reliance on nonverbal signs to Low High
communicate
Importance of written word High Low
Agreements made orally Not Binding Binding
Attention to Details Low High

Anda mungkin juga menyukai