Massa Skrotum
Dokter Pembimbing:
dr. Christian Ronald Tanggo, Sp.U
Disusun Oleh:
Polikarpus Arifin
11.2018.145
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Massa pada skrotum merupakan berbagai macam penyakit dari bagian urologi.
Massa skrotum adalah masalah pada isi skrotum yang bermanifestasi pada pembengkakan
skrotum. Masalah pada isi skrotum bermacam-macam mulai dari infeksi, tumor, hingga
cairan. Masalah ini sering dijumpai pada laki-laki disamping masalah urologi lainnya.
Massa skrotum ini menjadi penting karena seorang laki-laki bisa menjadi infertile apabila
massa skrotum ini tidak tertangani dengan baik dan cepat.
Prevalensi massa skrotum juga cukup banyak. Sebagai contoh pada torsio testis
mempengaruhi 3,8 dari 100.000 laki-laki dibawah usia 18 tahun per tahun. Tentu ini
menjadi perhatian agar segera ditangani dengan cepat dan tepat agar komplikasi seperti
infertilitas tidak terjadi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Testis terdiri dari dua organ kelenjar berbentuk oval yang mensekresikan semen.
Testis digantung oleh funikulus spermatikus dan terbungkus di dalam skrotum. Ukuran
volume normal dari testis orang dewasa kurang lebih 25 ml. Saat awal perkembangan
kehidupan janin, testis terdapat di dalam rongga perut, di belakang peritoneum. Sebelum
kelahiran testis turun melewati kanalis inguinalis, bersamaan dengan funikulus
spermatikus melewati annulus inguinalis dan menempati rongga skrotum dan dilapisi oleh
lapisan serosa, muskularis, dan fibrosa dari skrotum itu sendiri. Pembungkus testis sendiri
di antaranya adalah kulit, muskulus kremaster, tunika dartos, fascia infundibuliform, fascia
intercrural, dan tunika vaginalis.1
Arteri yang mendarahi kedua testis berasal dari anastomosis tiga arteri, yaitu arteri
testikularis yang dicabangkan dari Aorta abdominalis, arteri deferentialis merupakan
cabang dari arteri vesikularis inferior, dan arteri cremasterica yang merupakan cabang dari
arteri epegastrika inferior. Arteri testikularis berjalan menyilangi ureter dan bagian inferior
dari arteri illiaka eksterna lalu ke dalam annulus inguinalis. Pada akhirnya menjadi satu
kompartmen dengan cabang arteri yang lain dalam funikulus spermatikus. Sedangkan
aliran vena yang membawa darah dari testis berasal dari formasi beberapa vena yang
disebut pleksus venosus pampiniformis dan mengelilingi arteri testikularis di funikulus
spermatikus. Drainase limfe yang berasal dari testis mengikuti aliran arteri dan vena
testikularis menuju ke nodus limfatikus Aorta kanan dan kiri serta para aorta.1
Innervasi dari testis berupa anyaman saraf yang berjalan bersama arteri testikularis.
Sistem saraf tersebut berupa sistem saraf otonom yang terdiri dari sistem saraf
parasimpatis, berasal dari nervus dan sistem saraf simpatis yang berasal dari segmen T7
medulla spinalis. Testis memiliki dua fungsi penting yakni fungsi steroidogenesis dan
spermatogenesis. Steroidogenesis adalah proses pembentukan hormon testosterone yang
terjadi di kompartmen intersisial testis. Hormon ini disintesis dari kolesterol di sel-sel
leydig dan korteks adrenal. Sekresi testosteron berada di bawah kontrol LH.2
3
Sedangkan spermatogenesis terjadi di kompartmen tubular testis. Dimana pada
kompartmen ini terdapat Sel Leydig dan Sertoli yang ikut berperan dalam proses
pematangan spermatozoa. Secara umum volume dari testis dipengaruhi oleh kompartmen
tubular dan interstitial.1,2
Definisi
Massa Skrotum adalah suatu benjolan atau pembengkakan yang bisa dirasakan di
dalam skrotum (kantung zakar).2
Massa skrotum antara lain:
1. Hidrokel
2. Varikokel
3. Spermatokel
4. Hematokel
5. Epididimitis
6. Torsio Testis
7. Inflamasi
8. Hernia skrotalis
9. Ca testis
4
Penyebab
Gejala Klinis
Hidrokel
Definisi
Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans) atau, (2) belum sempurnanya sistem
limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.3
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di
kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma
pada testis/epididimis.3
5
Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada
hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit
melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan
beberapa macam hidrokel, dimana pembagian ini penting karena berhubungan dengan
metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.3
Hidrokel testis
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga
testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.3
Hidrokel funikulus
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di
sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di
luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang
hari.3
Hidrokel komunikan
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritonium. Pada
anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar
pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan
dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.3
6
Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis tertutup, hidrokel akan sembuh sendiri,
tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan untuk
dilakukan koreksi.3
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan pungsi dan operasi.
Pungsi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Pada operasi sebagian
dinding dikeluarkan. Kadang hidrokel ditemukan terbatas di funikulus spermatikus
yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus, benjolan tersebut jelas
terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan
jernih.4
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1)
hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (2) indikasi kosmetik,
dan (3) hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.3
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.3
Varikokel
Defenisi
Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi
dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai dari
7
pada sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70-93%). Hal ini disebabkan karena vena
spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus,
sedangkan yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Disamping itu
vena spermatika interna kiri lebih panjang dari pada yang kanan dan katupnya lebih
sedikit dan inkompeten.3
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai
adanya kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor),
muara vena spermatika kanan pada vena renalis kanan, atau adanya situs inversus.3
Patogenesis
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami
hipoksia karena kekurangan oksigen.
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
protaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
3. Peningkatan suhu testis.
4. Adanya anostomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan
zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga
menyebabkan gangguan spermatogenensis testis kanan dan pada akhirnya terjadi
infertilitas.
Gambar 3. Varikokel.
8
Gambaran Klinis
9
Terapi
Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya
melakukan operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel
yang telah menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis
merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu terapi. Tindakan yang dikerjakan
adalah:3
1. Ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau
bedah laparoskopi.
2. Varikokelektomi cara Ivanisevich
3. Secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena
spermatika interna.
Indikasi pembedahan, antara lain:3
1. Kualitas sperma yang terganggu
2. Nyeri yang teramat menganggu
3. Indikasi kosmetik
4. Kegagalan testis untuk tumbuh (pada pasien muda).
Spermatokel
Definisi
Spermatokel adalah kista retensi bagian kepala epididimis atau tubulus rete
testis. Meskipun sering membingungkan untuk pasien ketika melihat, lesi ini bersifat
jinak. Spermatokel dapat berkembang di berbagai lokasi, mulai dari testis sendiri
sampai lokasi di sepanjang jalannya vas deferens.5
10
Etiologi
Gejala Klinis
Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi spermatokel teraba kenyal, berbentuk bulat atau lonjong dan pada
umumnya tidak sakit. Selain itu bersifat fluktuatif dan berbatas tegas. Spermatokel
dapat meneruskan cahaya pada pemeriksaan transiluminasi. Hal yang penting untuk
diagnosis adalah terabanya spermatokel yang dapat dengan mudah dibedakan dengan
testis.5
Pemeriksaan Penunjang
Pada USG testis, tampak lesi kistik dengan gambaran hipoechoic. Pada
pemeriksaan mikroskopis, tampak dinding fibromuskular yang dilapisi epitel kuboid.5
Terapi
Bila spermatokel masih kecil tidak memerlukan terapi khusus. Tetapi bila
spermatokel membesar atau menimbulkan rasa sakit memerlukan tindakan operasi
pengangkatan berupa spermatocelectomy via transscrotal adalah tindakan operatif yang
utama pada kasus spermatokel. Hindari aktivitas berat selama 2 minggu setelah
operasi. Pada spermatocelectomy perlu diperhatikan terjadinya gross injury pada
epididimis.5
Hematokel
Definsi
11
Etiologi
Hematokel dapat terjadi pada sport injury (pada pesepakbola, baseball, gulat,
dll). Kecelakaan sepeda motor (testis terbentur motor atau jatuh terduduk), skrotum
tertendang (saat berkelahi atau bercanda), gunshot.6
Gejala Klinis
Gejala klinis yang dapat timbul pada hematokel adalah nyeri pada skrotum,
mual dan muntah.6
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Jika hanya sedikit, biasanya darah akan kembali diserap; tetapi jika banyak,
perlu dilakukan eksplorasi pada testis untuk membuang perdarahan.6
Komplikasi
Torsio Testis
Definisi
12
Gambar 6. Toriso testis
Penyebab
Torsio testis terjadi akibat perkembangan abnormal dari korda spermatika atau
selaput yang membungkus testis. Biasanya hal ini terjadi pada masa pubertas dan
sekitar 25 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapapun. Torsio testis bisa terjadi
setelah testis mengalami trauma, seorang pria melakukan aktivitas yang sangat berat
atau bisa juga terjadi tanpa alasan yang jelas.3,4
Patogenesis
Segera terjadi nyeri yang hebat dan pembengkakan di dalam skrotum disertai
mual dan muntah. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah pusing atau pingsan,
benjolan di testis, dan darah di dalam semen.3
13
Diagnosis
Terapi
Orkitis
Definisi
Orkitis adalah suatu peradangan pada salah satu atau kedua testis (buah zakar).7
Gambar 7. Orkitis.
Etiologi
Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling
sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Hampir 15-25% pria
yang menderita gondongan setelah masa pubertasnya akan menderita orkitis. Orkitis
juga ditemukan pada 2-20% pria yang menderita bruselosis. Orkitis sering
dihubungkan dengan infeksi prostat atau epididimis, serta merupakan manifestasi dari
14
penyakit menular seksual (misalnya gonore atau klamidia).7 Faktor resiko untuk orkitis
yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah: 7
1. Immunisasi gondongan yang tidak adekuat
2. Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
3. Infeksi saluran kemih berulang
4. Kelainan saluran kemih.
Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual
adalah:7
1. Berganti-ganti pasangan
2. Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
3. Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya.
Gejala Klinis
Gejalanya berupa:7
1. Pembengkakan skrotum
2. Testis yang terkena terasa berat, membengkak dan teraba lunak
3. Pembengkakan selangkangan pada sisi testis yang terkena
4. Demam
5. Dari penis keluar nanah
6. Nyeri ketika berkemih (disuria)
7. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ketika ejakulasi
8. Nyeri selangkangan
9. Nyeri testis, bisa terjadi ketika buang air besar atau mengedan
10. Semen mengandung darah.
Diagnosis
15
4. Pemeriksaan darah lengkap
5. Pemeriksaan kimia darah
Terapi
Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan
obat pereda nyeri dan anti peradangan. Jika penyebabnya adalah virus, hanya diberikan
obat pereda nyeri. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring, skrotumnya diangkat
dan dikompres dengan air es.7
Pencegahan
Epididimitis
Definisi
Gambar 8. Epidimitis.
16
Patogenesis
Diduga reakis inflamasi ini berasal dari bakteri yang berada di dalam buli-
buli, prostat, atau uretra yang secara ascending menjalar ke epididimis. Dapat pula
terjadi refluks urine melalui duktus ejakulatorius atau penyebaran bakteri secara
hematogen atau langsung ke epididymitis seperti pada penyebaran kuman
tuberculosis. Mikroba penyebab infeksi pada pria dewasa muda (<35 tahun) yang
tersering adalah Chlamidia trachomatis atau Neiserria gonorhoika, sedangkan pada
anak-anak dan orang tua yang tersering adalah E.Coli atau Ureoplasma ureolitikum.
Etiologi
Gejala Klinis
17
7. Nyeri ketika berkemih
8. Nyeri ketika berhubungan seksual atau ejakulasi
9. Darah di dalam semen
10. Nyeri selangkangan.
Diagnosis
Terapi
Untuk mengatasi infeksi, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan obat
pereda nyeri dan anti peradangan. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring dengan
skrotum diangkat dan dikompres dingin.3
Pencegahan
Definisi
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang (annulus inguinalis) pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat
18
turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat
sebelum bayi dilahirkan.4
Etiologi
Gejala Klinis
Diagnosis
19
Terapi
Pencegahan
Hernia lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kelebihan berat
badan, menderita batuk menahun, sembelit menahun atau BPH yang menyebabkan
dia harus mengedan ketika berkemih. Pengobatan terhadap berbagai keadaan diatas
bisa mengurangi resiko terjadinya hernia.4
Ca Testis
Definisi
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar),
yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam
skrotum (kantung zakar).3
Etiologi
20
Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi
masih dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh
HIV. Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat.
1% dari semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan
kanker yang paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun.3
Gejala Klinis
Diagnosis
Terapi
Terapi dari ca testis bergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit.
Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis
sel kankernya. Selanjutnya ditentukan stadiumnya:3
Stadium I : kanker belum menyebar keluar testis
Stadium II : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
Stadium III : kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai
ke hati atau paru-paru.
21
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:3
1. Pembedahan
Pengangkatan testis (orkiektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
(limfadenektomi)
2. Terapi penyinaran
Menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya, seringkali
dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma. Juga digunakan
sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
3. Kemoterapi
Digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup
penderita tumor non-seminoma.
4. Pencangkokan sumsum tulang
Dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang
penderita.
5. Tumor seminoma
- Stadium I: diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening
perut
- Stadium II: diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan
kemoterapi dengan sisplasti
- Stadium III: diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma
- Stadium I: diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan
limfadenektomi perut
- Stadium II: diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan
diikuti dengan kemoterapi
- Stadium III: diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan
kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).3
22
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 2013. h.326-7.
2. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2013. h.57.
3. Purnomo B. Dasar-dasar urologi. Jakarta: Sagung Seto; 2014. h.65-6, 232-37, 269-
76, 315-18.
4. Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Ed. 4. Jakarta:
EGC; 2017. h.640-50, 936-40.
5. Pais VM. Spermatocele. Department of Surgery, Section of Urology. United States:
Dartmouth Medical School; 2015. h.10-25
6. Terlecki RP. Testicular Trauma. United States. 2015. h.121-24.
7. Street EJ, Portman MD, Kopa Z, Brendish NJ, Skerlev M, et al. 2012 European
Guideline On The Management of Epididymo-orchitis. IUSTI EO Guideline vol 1.
2012.
23