Anda di halaman 1dari 5

 SUMBER AJARAN KATOLIK

Jawab:
1. Alkitab
2. Tradisi
3. Magisterium (Ajaran gereja)
BUKTI ALKITABIAH
1. ALKITAB
2 Tim 3:15-17
Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat
kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala
tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Gereja Katolik mengimani bahwa Kitab Suci adalah Sabda Allah yang dapat menuntun kepada
keselamatan.
2. TRADISI
2 Tesalonika 2:15
Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-
ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.
Gereja Katolik menganggap bahwa Tradisi Suci dan Kitab suci adalah sumber iman umat
Kristus, ini sudah sangat sesuai dengan ayat diatas. Plus, Kitab Suci sebenarnya adalah bagian
dari Tradisi, jaman dahulu umat Kristus tidak memakai Alkitab seperti sekarang ini (dan Gereja
Katoliklah yang pada akhirnya menyusun Alkitab).
2 Tesalonika 3:6
Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya
kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak
menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami.
Disini ditunjukkan bagaimana Paulus menyuruh orang umat untuk menjauhkan diri dari umat lain
yang tidak menuruti tradisi/ajaran yang telah diterima dari Rasul.
3. MAGISTERIUM
1 Tim 3:15
Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga
Allah, yakni Jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
Gereja adalah penopang dan dasar kebenaran

 SEJARAH AGAMA KATOLIK DI INDO

Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke


kepulauan Maluku. Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku,
Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis
bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan
Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis.

Ketika itu para pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu
dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga
datang untuk menyebarkan Injil.
Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada
tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi Pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia
juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat.

Era VOC
Sejak kedatangan dan kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di
Indonesia tahun 1619 – 1799, akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di
Indonesia, Gereja Katolik dilarang secara mutlak dan hanya bertahan di beberapa
Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke
kepulauan Maluku. Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku,
Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis
bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan
Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis.

Ketika itu para pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu
dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga
datang untuk menyebarkan Injil.

Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada
tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi Pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia
juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat.

Era VOC
Sejak kedatangan dan kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di
Indonesia tahun 1619 – 1799, akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di
Indonesia, Gereja Katolik dilarang secara mutlak dan hanya bertahan di beberapa
wilayah yang tidak termasuk VOC yaitu Flores dan Timor.

BACAJUGA
Tolak Hukuman Mati, Sant’Egidio Labuan Bajo Gelar Aksi Damai
OMK Gugus Kundopa Kevikepan Labuan Bajo-Flores Gelar “Temu OMK”
Paroki St. Robertus Cililitan Beri Sakramen Komuni Pertama Kepada 65 Siswa SD
Menteri Agama Tegaskan Tak Ada Agama yang Mengajarkan Umat Berkonflik
Para penguasa VOC beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik
yang berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta
Protestan dari Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat itu,
seperti yang terjadi dengan komunitas-komunitas Katolik di Ambon.

Imam-imam Katolik diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah


kekuasaan VOC. Pada 1624 Pastor Egidius d’Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia
pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, karena mengajar
agama dan merayakan Misa Kudus di penjara.

Pastor A. de Rhodes, seorang Yesuit Perancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi
hukuman berupa menyaksikan pembakaran salibnya dan alat-alat ibadat Katolik
lainnya di bawah tiang gantungan, tempat dua orang pencuri baru saja digantung, lalu
Pastor A. de Rhodes diusir (1646).

Yoanes Kaspas Kratx, seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena


usahanya dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, akibat bantuan yang ia berikan kepada
beberapa imam Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau,
masuk Serikat Jesus dan meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.

Pada akhir abad ke-18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat


antara Perancis dan Britania Raya bersama sekutunya masing-masing. Simpati orang
Belanda terbagi, ada yang memihak Perancis dan sebagian lagi memihak Britania,
sampai negeri Belanda kehilangan kedaulatannya.

Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Lodewijkatau Louis


Napoleon, seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799 VOC bangkrut
dan dinyatakan bubar.

Era Hindia Belanda


Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk, seorang
Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai
diakui pemerintah.

Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan
Raja Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda di
Batavia

Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu
Pastor Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat
menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.

Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC dengan


pemerintah Hindia Belanda . Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun
agama Katolik saat itu agak dipersulit.

Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang yang
hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini
membaik, di mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi
Katolik dilarang sampai tahun 1891.

Dan perkembangan agama Katolik di Pulau Jawa dimulai dengan masuknya Pastor
Van Lith.

wilayah yang tidak termasuk VOC yaitu Flores dan Timor.


Para penguasa VOC beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik
yang berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta
Protestan dari Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat itu,
seperti yang terjadi dengan komunitas-komunitas Katolik di Ambon.

Imam-imam Katolik diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah


kekuasaan VOC. Pada 1624 Pastor Egidius d’Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia
pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, karena mengajar
agama dan merayakan Misa Kudus di penjara.

Pastor A. de Rhodes, seorang Yesuit Perancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi
hukuman berupa menyaksikan pembakaran salibnya dan alat-alat ibadat Katolik
lainnya di bawah tiang gantungan, tempat dua orang pencuri baru saja digantung, lalu
Pastor A. de Rhodes diusir (1646).

Yoanes Kaspas Kratx, seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena


usahanya dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, akibat bantuan yang ia berikan kepada
beberapa imam Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau,
masuk Serikat Jesus dan meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.

Pada akhir abad ke-18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat


antara Perancis dan Britania Raya bersama sekutunya masing-masing. Simpati orang
Belanda terbagi, ada yang memihak Perancis dan sebagian lagi memihak Britania,
sampai negeri Belanda kehilangan kedaulatannya.

Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Lodewijkatau Louis


Napoleon, seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799 VOC bangkrut
dan dinyatakan bubar.

Era Hindia Belanda


Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk, seorang
Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai
diakui pemerintah.

Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan
Raja Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda di
Batavia

Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu
Pastor Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat
menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC dengan
pemerintah Hindia Belanda . Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun
agama Katolik saat itu agak dipersulit.

Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang yang
hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini
membaik, di mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi
Katolik dilarang sampai tahun 1891.

Dan perkembangan agama Katolik di Pulau Jawa dimulai dengan masuknya Pastor
Van Lith.

https://katoliknews.com/2017/08/29/sejarah-awal-gereja-katolik-indonesia/

https://www.facebook.com/mantilas/posts/apa-saja-sumber-iman-gereja-katolikjawab1-alkitab2-
tradisi3-magisterium-ajaran-g/1515182525449666/

Anda mungkin juga menyukai