Anda di halaman 1dari 54

Penerapan Kode Etik dan Disiplin

Profesi Apoteker Indonesia

DRA AZIZAHWATI MS APT.


KETUA MEDAI DKI JAKARTA
14 Oktober 2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
• Nama : Dra. Azizahwati, MS., Apt.
• Alamat Kantor : Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Kampus UI Depok,
• Kantor PD IAI DKI Jakarta : jalan Tanah Tinggi III no 40 Jakarta Pusat

• Riwayat Pekerjaan :
• Staf Pengajar sejak tahun 1980 -sekarang
• Asesor BAN-PT dari 2011 - 2015
• Majelis Lembaga Akreditasi Perguruan Tinggi Kesehatan sejak 2015
• APA dan PSA Apotek sejak tahun 1991
• Staf Ahli Klinik Pratama UI sejak Juli 2018
• Sebagai Tenaga Pakar Komite Teknis Standar Nasional Indonesia In Vitro Diagnostik dan Alat
Kesehatan Non Elektromedik Kemenkes sejak 2007- sekarang

• Riwayat Organisasi
• Ketua bidang Ilmiah PD ISFI DKI JAKARTA 2005-2009
• Wakil Ketua PD IAI DKI Jakarta 2009-2014
• Panitia Sertifikasi Profesi Apoteker (2007-2014)
• Anggota Bidang Akreditasi PP IAI 2014-2018.
• Ketua Bidang Akreditasi PP IAI 2018-2022
• Ketua PD IAI DKI Jakarta Periode 2014- 2018
• Ketua MEDAI IAI DKI Jakarta 2018-2022
DASAR HUKUM PEKERJAAN KEFARMASIAN
(UU 36/2009)
Praktik Kefarmasian (Ps 108 ayat 1) meliputi :
 Pembuatan; termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
 pengamanan,
 pengadaan,
 penyimpanan dan pendistribusian obat,
 pelayanan obat atas resep dokter,
 pelayanan informasi obat serta
 pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional

Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan oleh Tenaga Kesehatan


memiliki keahlian dan kewenangan sesuai peraturan perundang -
undangan.

“Tenaga Kesehatan = Tenaga Kefarmasian”


UU 36 Th 2009 ttg Kesehatan Pasal 196

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi


atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
UU 36 Th 2009 ttg Kesehatan Pasal 197

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi


atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang tidak memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah).
UU 36 Th 2009 ttg Kesehatan Pasal 198

Setiap orang yang tidak memiliki keahlian


dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

• Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik


• Komunikasi Efektif
• Optimalisasi Penggunaan Sediaan Farmasi
• Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
• Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
• Formulasi dan Produksi Sediaan Farmasi
• Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
• Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
• Ketrampilan Organisasi dan Hubungan Interpersonal
• Peningkatan kompetensi diri
Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik

1. Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik


Profesi (Memahami dan menghayati penerapan
kode etik pada praktik profesi)
2. Praktik Legal Sesuai Ketentuan Regulasi (Mampu
melakukan praktik kefarmasian secara legal sesuai
ketentuan regulasi )
3. Praktik Profesional dan Etik (Mampu melakukan
praktik kefarmasian secara profesional dan etis)
APOTEKER PROFESIONAL
 Punya Knowledge
 Punya Skill
 Punya Attitude

Dicerminkan dalam Etik dan Disiplin

Setiap Apoteker harus faham dan melaksanakan


Kode Etik serta harus disiplin dalam
melaksanakan profesi
PENGERTIAN
KODE ETIK DAN DISIPLIN
APOTEKER
Pengurus
Ikatan Apoteker Indonesia

Dewan Pengawas Majelis Etik &


PUSAT Pusat Pengurus Disiplin Apoteker
Pusat Pusat

Dewan Pengawas Majelis Etik &


DAERAH Daerah Pengurus Disiplin Apoteker
Daerah Daerah

CABANG Pengurus
Cabang
Tugas dan Wewenang MEDAI

1. Membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode


Etik Apoteker Indonesia oleh anggota
2. Menjaga, meningkatkan dan menegakkan Disiplin
Apoteker Indonesia
3. Membuat putusan terkait permasalahan etik dan
disiplin Apoteker oleh anggota untuk ditindak lanjuti
oleh PD IAI
4. Memberikan pendapat dan/atau mediasi konflik
pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia
Prinsip yg dipakai
1. Bersikap objektif pd saat adanya kebebasan memilih atau
memutuskan, karena Apoteker tahu pilihan yang terbaik.
2. Selalu memenuhi hak klien untuk memperoleh pemahaman
yang baik terhadap keterangan tentang manfaat dan risiko
yang mungkin timbul dalam pelayanan yang dilakukan
sesuai kompetensi Apoteker,
3. Selalu melakukan penilaian yang adil dan etis untuk
menjaga rahasia kefarmasian terkait praktik maupun klien
4. Apoteker selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik dan
sekaligus berusaha menghindari adanya peluang
kesalahan
5. Setiap saat loyal, tidak membedakan, adil dan bersahabat
terhadap klien.
6. Selalu memenuhi hak klien untuk dihargai atau dipenuhi
kebutuhannya.
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA

Disiplin : kepatuhan terhadap aturan-aturan


dan/atau ketentuan penerapan keilmuan
sebagai Apoteker, melalui :
1. Pelaksanaan praktik Apoteker sesuai dengan
Standar kompetensi dan Pedoman Praktik
Apoteker.
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
profesional dengan baik
3. Berperilaku untuk menjaga martabat dan
kehormatan Apoteker.
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
1. Sumpah Apoteker
2. Kode Etik Apoteker Indonesia
3. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
4. Prinsip kemanusiaan
5. Mengikuti perkembangan kefarmasian
6. Menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri
7. Berbudi luhur & contoh yang baik
8. Mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan
Kewajiban terhadap masyarakat, teman
sejawat & nakes lain
1. Mengutamakan kepentingan masyarakat
2. Menghormati hak asasi masyarakat
3. Melindungi makhluk hidup insani
4. Memperlakukan teman sejawat sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
5. Saling mengingatkan dan saling menasehati dgn teman
sejawat
6. Meningkatkan kerjasama yang baik dgn teman sejawat
7. Mempertebal rasa saling mempercayai dgn teman sejawat
8. Saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat
petugas kesehatan
9. Menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan
masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan
KODE ETIK

• Adalah Pedoman atas Sikap, Tingkah laku,


serta Perbuatan dalam melaksanakan tugas
dan kehidupan sehari hari di tempat kerja
maupun di masyarakat.
• Pada dasarnya Kode Etik menyangkut Moral.
• Kode Etik dibuat oleh kelompok itu sendiri.
(Self regulation)
7 (Tujuh) Prinsip yang harus
Terkandung dalam
Kode Etik
1. Kepedulian kepada pasien
a. Harus ada standar praktik
b. Melakukan pencatatan secara teliti,syah,
dan memadai
2. Membuat keputusan profesi terbaik
untuk pasien
Tidak terpengaruh kepentingan individu
atau komersial
3. Menghargai orang lain
a. Menghargai kultur, nilai, dan kepercayaan
b. Memberlakukan orang lain dengan penuh
sopan, berbaik sangka
c. Menjamin kerahasiaan pasien
4. Mendorong pasien untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan
a. Apoteker bekerja sama dengan pasien,
penjaga pasien, dan tenaga kesehatan lain
b. Menghormati keputusan pasien
5. Meningkatkan Knowledge, skill dan
attitude
a. Mengetahui keterbatasan kompetensi
b. Menanggapi kritik dengan baik
c. Menjaga kesehatan
6. Jujur dan berintegritas
7. Bertanggung Jawab
MENGAPA APOTEKER HARUS PUNYA KODE ETIK

1. Apoteker adalah sebuah profesi luhur.


2. Melindungi masyarakat dari perbuatan yang
akan merugikan mereka.
3. Menjaga apoteker dari perbuatan yang dapat
merusak citra profesi, yang pada akhirnya
akan merugikan dirinya sendiri.
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

 Disahkan pada Kongres ISFI ke XVII 2005 di Bali.


Disahkan kembali dalam Kongres ISFI ke XVIII
2009 di Jakarta.

 Terdiri dari:
- Mukadimah
- 5 (lima) Bab dan
- 15 (lima belas) Pasal.
MUKADIMAH

 Berisi hal yang mendasari seorang


Apoteker dalam pengabdiannya.

 Landasan moral dalam pengabdiannya.

 Penegasan bahwa kode etik akan


dijadikan pedoman dan petunjuk serta
standar perilaku dalam bertindak.
BAB I
Berisi hal-hal yang merupakan kewajiban umum seorang Apoteker.
• Pasal 1, Kewajiban terhadap Sumpah Apoteker.
• Pasal 2, Kewajiban terhadap Kode Etik Apoteker.
• Pasal 3, Kewajiban pentingnya menjalankan profesi sesuai
kompetensi bagi Apoteker.
• Pasal 4, Kewajiban seorang Apoteker dalam mengembangkan ilmu &
Keterampilan
• Pasal 5, Kewajiban Apoteker untuk menjaga martabat luhur.
• Pasal 6, Kewajiban Apoteker untuk selalu menjadi teladan bagi orang
lain.
• Pasal 7, Kewajiban Apoteker untuk memberikan informasi yang
benar kepada masyarakat.
• Pasal 8, Kewajiban Apoteker untuk selalu mengikuti perkembangan
peraturan dan perundang-undangan di bidang Kesehatan dan
farmasi khususnya.
BAB II

Berisi Kewajiban Apoteker terhadap Pasien .


• Pasal 9, Kewajiban Apoteker untuk
mendahulukan kepentingan pasien dan
masyarakat
BAB III

Berisi Kewajiban Apoteker terhadap teman


sejawat.
• Pasal 10,Bagaimana seorang Apoteker bersikap
terhadap terhadap sejawatnya.
• Pasal 11,Bagaimana sikap Apoteker melihat
pelanggaran kode Etik oleh sejawatnya.
• Pasal 12,Bagaimana kerjasama sesama
Apoteker
BAB IV

Berisi kewajiban apoteker terhadap sesama tenaga


kesehatan.
• Pasal 13, Bagaimana Apoteker membangun
hubungan dengan tenaga profesi kesehatan
lainnya.
• Pasal 14, Bagaimana Apoteker menjauhkan diri
dari tindakan yang dapat mengakibat-kan
berkurangnya atau hilangnya kepercayaan
masyarakat.
BAB V

Penutup
• Pasal 15, Pengaturan terhadap sanksi
pelanggaran Kode Etik.
Sanksi pelanggaran Kode Etik Apoteker

a) Pembinaan,
b) Peringatan,
c) Pencabutan keanggotaan sementara, atau
d) Pencabutan keanggotaan tetap.

• Kriteria pelanggaran kode etik dan sanksi


ditetapkan oleh Medai daerah
• MEDAI Daerah menyampaikan hasil keputusannya
kepada Pengurus Cabang, Pengurus Daerah, dan
MEDAI Pusat.
PEDOMAN PENILAIAN PELANGGARAN ETIK
APOTEKER
Kriteria Pelanggaran Etika Kriteria Pembuktian
a. Ignorant (tidak tahu) 1. Melakukan sesuatu yang
b. Kelalaian (alpa) tidak seharusnya
c. Kurang Perhatian dilakukan
d. Kurang terampil 2. Tidak melakukan
sesuatu yang seharusnya
e. Sengaja
dilakukan
3. Melakukan sesuatu yang
melanggar peraturan
perundang-undangan
DISIPLIN APOTEKER
• Kesanggupan Apoteker untuk Mentaati dan
Menghindari Larangan yang ditentukan dalam
Perundang-undangan, dan/ Peraturan serta Praktik
Profesi.
• Disiplin Apoteker merupakan kepatuhan Apoteker
untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang undangan dan/atau peraturan praktik
kefarmasian.
• Pelanggaran disiplin dapat dalam bentuk ucapan,
tulisan, dan /atau perbuatan
• Pelanggaran dapat dikenakan hukuman disiplin
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
(PDAI)

• Dalam Kongres ke XIX tahun 2014 telah


ditetap-kan bahwa IAI akan membuat
Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
• Dalam Rakernas bulan Juni 2014 telah di
tetapkan PDAI untuk pertamakalinya dan
sudah diterbitkan PO oleh PP.
Jenis pelanggaran

1 . Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak


kompeten .
2. Tugas dan tanggungjawab profesional pada
pasien tidak dilaksanakan dengan baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat
dan kehormatan Apoteker
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER

1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten.


Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak dengan
standar praktek Profesi/standar kompetensi yang benar,
sehingga berpotensi menimbulkan/mengakibatkan
kerusakan, kerugian pasien atau masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang
menjadi tanggung jawabnya, tanpa kehadirannya,
ataupun tanpa Apoteker lain yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan
tertentu dan/atau tenaga lainnya yang tidak memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak
kepada kepentingan pasien/masyarakat
5 Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to
date” dengan cara yang mudah dimengerti oleh
pasien/masyarakat, sehingga berpo-tensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur
Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di
sarana pekerjaan/ pelayanan kefarmasian, sesuai dengan
kewenangannya.
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin ‘mutu’,
’keamanan’, dan ’khasiat/ manfaat’ kepada pasien
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat
dan/atau bahan baku obat, tanpa prosedur yang berlaku,
sehingga berpotensi menimbulkan tidak terjaminnya mutu,
khasiat obat.
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian kepada pasien.
10.Melakukan penataan,penyimpanan obat tidak sesuai
standar, sehingga berpotensi menimbulkan penurunan
kualitas obat.
11.Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat
kesehatan fisik ataupun mental yang sedang terganggu
sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
12.Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan
yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga
dapat membahayakan pasien.
13.Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam
pelaksanaan praktik swamedikasi (self medication) yang
tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
14.Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak
etis, dan/atau tidak objektif kepada yang membutuhkan.
15.Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah.
16.Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17.Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18.Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang
tidak baik dan tidak benar
19.Berpraktik dengan menggunakan STRA atau SIPA dan/atau
sertifikat kompetensi yang tidak sah
20.Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya
yang diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan
dugaan pelanggaran disiplin.
21.Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan
kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun
tulisan.
22.Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada
hasil pekerjaan yang diketahuinya secara benar dan patut.
SANKSI PELANGGARAN DISIPLIN
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau
pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker,
dan/atau ;
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau
pelatihan di institusi pendidikan apoteker.
PENANGANAN PELANGGARAN
DISIPLIN & ETIK APOTEKER

PELANGGARAN PEDOMAN DISIPLIN & KODE ETIK APOTEKER

PENGADUAN KE MEDAI DAERAH

PENELAHAAN / KONFIRMASI

DUGAAN ADANYA PELANGGARAN

BANDING PERSIDANGAN TERIMA

PELAKSANAAN SANKSI
REHABILITASI
SPO & FORM
1. Penerimaam Pengaduan Pelanggaran KODE
ETIK & PEDOMAN DISIPLIN
2. Persiapan Penanganan Pengaduan Pelanggaran
KODE ETIK & PEDOMAN DISIPLIN
3. Sidang Penanganan Kasus Pelanggaran KODE
ETIK & PEDOMAN DISIPLIN
4. Pelaksanaan & Pengawasan Sanksi
5. Sidang Banding Penanganan Kasus
Pelanggaran KODE ETIK & PEDOMAN DISIPLIN
6. Rehabilitasi Kehormatan Anggota yang
diadukan
Pengaduan adanya pelanggaran Etika/ Disiplin
Apoteker Indonesia

Sumber pengaduan:
1. Pasien
2.Tenaga kesehatan lain
3.Teman sejawat
4.Pengurus IAI (PP,PD,PC)
5. Pihak –pihak lain yang berkepentingan
Prosedur pengajuan pengaduan
1.Diajukan ke Medai daerah dengn bukti yang layak secara
tertulis
 Menuliskan alamat lengkappengadu yang jelas
 Menyampaikan kronologis peristiwa yang didukan beserta
tempat dan waktu terjadinya pelanggaran

2. Pengaduan dianggap tidak syah bila tidak lengkap dan akan


dikembalikan untuk dilengkapi

3. Pengaduan dianggap kadaluarsa bila peristiwa pelanggaran


disiplin terjadi sudah lebih dari 1 tahun terhitung dari waktu
pembuatan surat aduan  akan diberitahu ke pengadu

4. Untuk kasus berskala nasional, maka Medai daerah


melaporkan keMedai pusat
Penelaahan pengaduan
• Medai daerah diberi waktu 20 hari kerja untuk
menelaah terhitung sejak menerima pengaduan
• Medai daerah dapat berkomunikasi dengan
pengadu dan / atau berkunjungke lokasi
pelanggaran disiplin
• Medai daerah menentukan bentuk pelanggaran
disiplin apoteker yang dianggap terbukti
• Bila tidak dijumpai bukti pelanggaran, maka
Medai memberitahu kepada pelapor,PD IAI dan
Medai pusat
• Bila ditemukan bukti pelanggaran--.> siapkan
sidang Medai daerah
Persiapan persidangan

• MEDAI daerah melakukan rapat pleno dengan


dihadiri minimal 50 % pengurus untuk
menetapkan jadwal sidang dan penetapan
pimpinan sidang yang diharapkan tidak ada
hubungan kekerabatan dengan terlapor.
• MEDAI daerah mempersiapkan barang bukti, saksi,
saksi ahli untuk dapat hadir pada jadwal sidang
• MEDAI daerah menghubungi terlapor untuk
menghadiri sidang
Persidangan
• Setiap persidangan pelanggaran disiplin Apoteker harus
dihadiri oleh terlapor.
• Apabila terlapor tidak hadir, maka persidangan ditunda
maksimal 3 kali persidangan.
• Apabila setelah 3 kali persidangan, terlapor tidak hadir
tanpa penjelasan yang dapat diterima, maka sidang
diteruskan secara in-absentia.
• Sidang dibuka oleh pimpinan sidang dan mempersilahkan
Sekretaris MEDAI daerah membacakan tuduhan dari
pengadu.
• Terlapor diberi kesempatan untuk membela diri
• Sekretaris MEDAI daerah mengajukan barang bukti dan
pernyataan saksi dibawah sumpah yng mendukung
kebenaran tuduhan
• Bila diperlukan Sekretaris MEDAI Daerah
dapat mengajukan saksi ahli untuk
memperkuat tuduhan
• Terlapor diberi kesempatan membela diri dan
dapat didampingi oleh pembela yang berasal
dari anggota lain yang bersifat netral / tidak
terkait dengan terlapor.
• Pimpinan sidang menskors sidang untuk
menyiapkan keputusan sidang
Keputusan Sidang
a) Keputusan sidang harus mengacu kepada Pedoman
Pelaksanaan Disiplin Apoteker.
b) Keputusan sidang diambil secara musyawarah untuk
mufakat  Bila tidak tercapai maka diambil
berdasarkan suara terbanyak.
c) Keputusan sidang harus didasarkan atas akibat yang
ditimbulkan terhadap kehormatan profesi, keselamatan
pasien, kepentingan umum, dan itikad baik pengadu.
d) Pembacaan keputusan sidang harus dilakukan
dihadapan terlapor.
e) Terlapor dan/ atau PD IAI diberi kesempatan naik
banding dengan mengirim surat kepada MEDAI Daerah
dengan tembusan kepada MEDAI Pusat dalam waktu 2
minggu dengan pengajuan keberatan atas keputusan
sidang.
f. Selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan
setelah sidang dan apabila tidak ada banding
maka MEDAI Daerah melaporkan hasil
keputusan kepada PD IAI dengan tembusan
kepada MEDAI Pusat.
g. Apabila terjadi banding, maka MEDAIDaerah
akan mengirim berkas perkara dilengkapi
dengan surat keberatan dari terlapor dan/
atau surat dari PD IAI kepada MEDAI Pusat
selambat lambatnya 1 bulan setelah tanggal
penerimaan surat keberatan.
Rehabilitasi

• Persidangan  terlapor dinyatakan tidak bersalah

• tidak ada keberatan dari PD IAI, maka


 MEDAI Daerah mengeluarkan surat rehabilitasi nama
baik terlapor kepada PC IAI dan PD IAI setempat dengan
tembusan kepada MDAI Pusat dan PP IAI.

• Surat rehabilitasi tersebut, dapat digunakan oleh terlapor


yang direhabilitasi untuk mengajukan tuduhan
pelanggaran etik dan/atau disiplin Apoteker kepada
sejawat pengadu.
Majelis Sidang Etik & Disiplin (MSED) 
MEDAI DAERAH

• Pengadu & saksi


• Teradu, pembela & saksi
• Tanggapan Pengadu & Teradu
• Pertanyaan Anggota Majelis Sidang
• Kesimpulan Tertulis Pengadu dan
Teradu
• Kesimpulan Majelis
• Keputusan Sidang Majelis
Tata Acara Penangan Kasus oleh Medai
No Urutan Tata Acara Penangan Kasus Pelaksanan

1 Pendaftaran Pengaduan Hari ke-1

2 Pemeriksaan Berkas Pengaduan Hari ke-2

3 Laporan Penerimaan Berkas Pengaduan ke Ketua Medai Hari ke-2

4 Rapat Pleno Pembahasan oleh Medai  Pembahasan Berkas Hari ke-3 s/d
Pengaduan ke-12
Penetapan Anggota Majelis dan Jadwal Sidang  SK Ketua Medai
Penetapan Tim Penyelidikan  SK Ketua Medai

5 Surat Pemberitahuan Penyelidikan kepada Pengadu & Teradu Hari ke-13

6 Penyelidikan Hari ke-14


Laporan Hasil Penyelidikan kpd Ketua Medai  Kesimpulan s/d ke-20
-Tidak Layak Sidang
-Layak Sidang atau Perlu Bukti Tambahan
KESIMPULAN
• Tanpa pelaksanaan Kode Etik dan Disiplin
Apoteker yang baik dan benar maka praktek
farmasi hanya akan menjadi sebuah
pekerjaan saja, belum jadi sebuah profesi

• Andai ingin Apoteker berdiri sejajar dengan


profesi lain dan dihargai masyarakat, punya
harkat dan martabat, mari laksanakan Kode
Etik dan Disiplin Apoteker !!!
MARI AWALI PELAKSANAAN
Kode Etik dan Disiplin Apoteker
Indonesia yang Baik dan Benar
DARI DIRI KITA
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai