Gout Artritis
Oleh:
dr. Riko Susanto
DPJP:
dr. Septiyanti, Sp.Pd
Pendamping:
dr. Awalita
dr. Vivi Permana Sarie
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................ 3
2.1. Identitas Pasien ................................................................................ 3
2.2. Anamnesis ........................................................................................ 3
2.2.1 Keluhan Utama......................................................................... 3
2.2.2 Keluhan Tambahan .................................................................. 3
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang...................................................... 3
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu ......................................................... 3
2.2.5 Riayat Penyakit Keluarga ......................................................... 3
2.2.6. Riwayat Pemakaian Obat ......................................................... 3
2.2.7. Keadaan Sosial dan Ekonomi .................................................. 4
2.3. Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 4
2.3.1. Status present............................................................................ 4
2.3.2. Status general ........................................................................... 4
2.4. Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 6
2.5. Diagnosis Banding ........................................................................... 7
2.6. Diagnosis Kerja ................................................................................ 7
2.7. Penatalaksanaan ............................................................................... 7
2.8. Pemeriksaan Anjuran ....................................................................... 7
2.9. Prognosis .......................................................................................... 7
2.10. Follow Up Harian .......................................................................... 8
BAB III ANALISA KASUS ...................................................................... 11
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23
ii
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nomor Rekam Medik : 202010
Nama : Tn. JK
Tanggal Lahir/Umur : 21 Juni 1969/ 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Melayu
Agama : Islam
Alamat : Telanai Pura
Tanggal Masuk : 7 Agustus 2019
Tanggal Pemeriksaan : 7 Agustus 2019
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Bengkak dan nyeri di pergelangan kaki
2.2.2 Keluhan Tambahan
Kaki terasa kaku
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Laki-laki umur 50 tahun datang ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan
bengkak, berbenjol dan nyeri di pergelangan kaki kanan. Nyeri dirasakan semakin
bertambah dan terasa terus menerus sehingga pasien tidak dapat menggerakkan
kakinya. Selain nyeri, pasien juga mengeluh adanya rasa panas pada daerah yang
bengkak. Keluhan nyeri dirasakan pertama kali sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Pada
saat itu nyeri dirasakan masih hilang timbul. Keluhan nyeri juga disertai dengan rasa
kaku di sendi-sendi tersebut.Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat TB paru, HT, DM, dan alergi obat tidak ada
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat
TB paru, HT, DM, jantung, hipertiroid dan asma pada keluarga tidak ada.
2.2.5 Riwayat Pemakaian Obat
Pasien mengobati sendiri keluhannya dengan menggunakan jamu-jamuan yang dibeli
diwarung. Setelah beberapa bulan mengonsumsi jamu-jamuan tersebut, pasien
mengeluh adanya nyeri ulu hati, mual dan muntah. Riwayat muntah darah disangkal.
3
Rangkuman
1. Subjektif :
Pasien datang ke Poliklinik Interne dengan keluhan :
Bengkak, berbenjol dan nyeri di pergelangan kaki kanan.
Nyeri dirasakan semakin bertambah sehingga pasien tidak dapat menggerakkan kakinya.
Rasa panas dan merah pada daerah yang bengkak.
Rasa kaku di sendi-sendi pergelangan kaki kanan
Keluhan nyeri dirasakan pertama kali sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Pada saat itu nyeri
dirasakan masih hilang timbul.
2. Objektif :
a.Vital sign
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Vital Sign
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit regular
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 38,2º C
- Berat badan : 60 kg
- Tinggi badan : 168 cm
- Status Gizi : cukup
b.Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba hangat,tidak ikterik,tidak sianosis.
Kepala : Bentuk normal,rambut hitam,tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,pupil isokor,diameter 2 mm, Reflek
cahaya +/+ Normal.
THT : Tidak ada kelainan.
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah.
Leher : JVP 5-2 cmH2O
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB pada leher,axilla dan inguinal.
4
Thoraks :
Paru : Inspeksi : Simetris
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler,ronkhi (-),wheezing (-)
Jantung : Inspeksi :iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur,bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : Perut distensi (-)
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba,nyeri tekan (+) nyeri lepas (+)
Defense muscular (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Inspeksi : Merah dan berbenjol benjol pada pergelangan kaki kanan hingga
ibu jari kaki kanan
Palpasi : teraba hangat
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin : (7-03-2016)
Hb : 10,8 gr/dl
Leukosit : 12100 /µl
Trombosit : 253.000 /µl
Hematokrit : 32,6 %
Ureum : 41 mg/dl
Creatinin : 0,79 mg/dl
Uric Acid : 7,4 mg/dl
2. Darah rutin : (9-03-2016)
Ureum : 25 mg/dl
Creatinin : 1,52 mg/dl
Uric Acid : 7,0 mg/dl
GDR : 158
5
3. Assesment (penalaran klinis) :
Telah di laporkan seorang Pasien Laki laki 50 tahun, datang ke poliklinik Penyakit
dalam RS.Royal Prima dengan keluhan Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan bengkak,
berbenjol dan nyeri di pergelangan kaki kanan. Nyeri dirasakan semakin bertambah dan
terasa terus menerus sehingga pasien tidak dapat menggerakkan kakinya. Selain nyeri, pasien
juga mengeluh adanya rasa panas pada daerah yang bengkak. Keluhan nyeri dirasakan
pertama kali sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Pada saat itu nyeri dirasakan masih hilang
timbul. Keluhan nyeri juga disertai dengan rasa kaku di sendi-sendi tersebut.
Dari pemeriksaan fisk di dapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang kesadaran
composmenis, tekanan darah 100/70 mmhg, Denyut Nadi 80x/Menit, Pernafasan 22x/memit
dengan suhu 38,20C. pada pergelangan kaki kanan dijumpai merah, bengkak dan berbenjol
benjol.
Pasien didiagnosa klinis dengan Artritis Gout terinfeksi. Didiagnosa banding dengan
Rheumatoid arthritis, septik artritis, pseudoartritis dan hemathrosis.
Pada pasien ini diberikan IVFD Asering 8 jam/kolf, inj metil prednisolon 2x125gr, inj
keterolac 2x30 mg, paracetamol 3x500mg, cefixime 2x100 mg, Recolfar 2x0,5 mg
4.Plan :
Diagnosa klinis : Artritis gout terinfeksi
Therapy :
- IVDF Aseing 8 jam/kolf – 20 gtt/i
- Inj metil prednisolon 2x125 mg
- Inj keterolac 2x30 mg
- Paracetamol 3x500 mg po
- Cefixime 2x100 mg po
- Recolfar 2x0,5 mg po
6
6.Follow up tanggal 10 Agustus 2019
pasien diizinkan pulang dengan membawa obat
metilprednisolon 4 mg 2x1
cefixim 2x100 mg
lansoprazol 2x1 tab
ulsidex 2x500 mg
recolfar 2x1
paracetamol 3x1
7
GOUT/ ASAM URAT/ PIRAI
DEFINISI
Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis).
Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang
menyerang penduduk indonesia. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik
karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang kemudian
dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal
asam urat1 didalam persendian. Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme
normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa
jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang
seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan.8
Meskipun secara klasis gout relatif jarang, merupakan bentuk ringan dari
penyakit, yang sering lolos saat di diagnostik, mungkin lebih umum daripada yang
diperkirakan sebelumnya. Gout adalah penyakit yang didominasi oleh laki-laki,
rasio menjadi 20:1. Ini mungkin ada selama masa muda, namun kejadian
puncaknya setelah usia 40 tahun, dan perempuan jarang menderita penyakit ini
sebelum menopause. Gout arthritis terutama melibatkan sendi peripheral dari kaki
dan tangan, sejauh ini keadaan yang paling umum adalah sendi
metatarsophalangeal dari kaki.3
8
EPIDEMIOLOGI
Artritis gout umumnya dijumpai pada laki-laki dari semua usia, paling sering pada
dekade kelima atau keenam, namun pada perempuan umumnya dijumpai pada usia
lanjut (lansia) atau sesudah menopause. Faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya artritis gout antara lain: penyakit komorbiditas seperti kegemukan,
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan diet tinggi purin serta konsumsi alkohol. Di
samping itu obat-obatan tertentu dapat menyebabkan penurunan ekskresi asam
urat. (contohnya: obat diuretik yang digunakan pada penderita sakit jantung atau
pirazinamid yang digunakan pada penderita TBC).
ETIOLOGI
1) Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pola makan yang tidak
terkontrol, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang berkadar purin tinggi. Purin
adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti
dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, yang merupakan unsur
pembentukan protein.
2) Produksi asam urat juga dapat meningkat. Karena penyakit pada darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia, anemia hemolitik), obat-obatan (alkohol, obat-obat
kanker, vitamin B12, diuretika, dosis rendah asam salisilat).
9
3) Obesitas (kegemukan).
5) Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik. Dimana akan
ditemukan mengandung benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak)
dengan kadar yang tinggi. Kadar benda-benda keton yang meninggi akan
8
menyebabkan kadar asam urat juga ikut meninggi.
10
PATOFISIOLOGI
Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena
defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan).
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
• Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar
asam urat dalam tubuh.
• Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah
sehingga cenderung membentuk kristal.
• Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk
kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum
diketahui.
11
destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi
akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai
mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF.
• Mediator-mediator ini akan memperkuat respons peradangan, di
samping itu mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk
menghasilkan protease.
• Protease ini akan menyebabkan cedera jaringan.
FAKTOR RESIKO
Selama ini gout hanya dikaitkan dengan masalah diet dan konsumsi jenis
obat tertentu yang dapat menyebabkan hiperurisemia, tetapi ternyata terdapat
berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko gout. Penggunaan diuretik
thiazide, cyclosporine, dan asam asetilsalisilat dosis rendah (<1 g per hari) dapat
menyebabkan hiperurisemia, sedangkan asam asetilsalisilat dosis tinggi (≥ 3 g per
hari) bersifat urikosurik. Faktor-faktor yang berkaitan dengan hiperurisemia dan
asam urat antara lain adalah: resistensi insulin, sindrom metabolik,
obesitas,insufisiensi ginjal, hipertensi, gagal jantung kongestif, transplantasi organ.
Risiko kejadian gout meningkat pada orang yang banyak mengonsumsi makanan
dengan kandungan purin tinggi (terutama daging dan makanan laut), etanol
(terutama alkohol), minuman ringan, dan fruktosa. Risiko kejadian gout menurun
pada mereka yang banyak mengonsumsi kopi, produk susu, dan vitamin C (yang
menurunkan kadar asam urat). Faktor pemicu untuk flare (eksaserbasi akut)
berulang meliputi penggunaan diuretik, konsumsi alkohol, menjalani rawat inap,
dan menjalani tindakan operasi. Terapi untuk menurunkan kadar asam urat (misal:
allopurinol) mungkin dapat memicu timbulnya serangan gout akut, mungkin
disebabkan oleh perpindahan asam urat yang disimpan dalam jaringan tubuh
12
(terjadi fluktuasi kadar asam urat).
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
2
adalah sebagai berikut :
b. Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan
teraba panas. Keadaan akut biasanya berlangsung 3 hingga 10 hari,
dilanjutkan dengan periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang
dapat terjadi berulang kali dan makin lama makin berat. Dan bila
berlanjut akan mengenai beberapa sendi dan jaringan bukan sendi.
13
hebat dan tidak dapat berja-lan.
Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai
keluhan sistemik berupa demam, meng-gigil dan merasa lelah, disertai lekositosis
dan peningkatan laju endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya
di-dapatkan pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat
membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun.
Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang
adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan
tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi
sekaligus. Serang-an menjadi lebih lama durasinya, dengan interval serangan
yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama. Fak-tor pencetus
serangan akut antara lain trauma lokal, diet tinggi purin, minum alkohol,
kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian diuretik, pemakaian obat
yang mening-katkan atau menurunkan asam urat. Diagnosis yang
defini-tif/gold standard, yaitu ditemukannya kristal urat (MSU) di cairan
sendi atau tofus.
3. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium gout akut, dima-na secara klinik
tidak muncul tanda-tanda radang akut, mes-kipun pada aspirasi cairan sendi masih
ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus
berlangsung progresif. Stadium ini bisa berlangsung bebe-rapa tahun sampai 10
tahun tanpa serangan akut. Dan tanpa tata laksana yang adekuat akan berlanjut ke
stadium gout kronik.
4. Artritis Gout Kronik = Kronik Tofaseus Gout
Stadium ini ditandai dengan adanya tofi dan terdapat di poliartikuler, dengan
predileksi cuping telinga, MTP-1, ole-kranon, tendon Achilles dan jari tangan. Tofi
sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi di seki-tarnya, dan
menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta menimbulkan deformitas.
Selain itu tofi juga se-ring pecah dan sulit sembuh, serta terjadi infeksi
sekunder. Kecepatan pembentukan deposit tofus tergantung beratnya dan lamanya
hiperurisemia, dan akan diperberat dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan
diuretik.
Pada beberapa studi didapatkan data bahwa durasi dari serang-an akut
pertama kali sampai masuk stadium gout kronik berkisar 3-42 tahun, dengan rata-
rata 11,6 tahun. Pada sta-dium ini sering disertai batu saluran kemih sampai
penyakit ginjal menahun/gagal ginjal kronik. Timbunan tofi bisa ditemukan juga
pada miokardium, katub jantung, system konduksi,beberapa struktur di organ mata
terutama sklera, dan laring.
Pada analisa cairan sendi atau isi tofi akan didapatkan Kristal MSU, sebagai
kriteria diagnostik pasti. Gambaran radiologis didapatkan erosi pada tulang dan
14
sendi dengan batas sklero-tik dan overhanging edge.
DIAGNOSIS
. b) Terjadi peradangan secara maksimal pada hari pertama gejala atau serangan
datang.
. f) Serangan nyeri unilateral (di salah satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal.
. i) Terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (lebih dari 7mg/dL).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
17
yang jelas jenis kristal yang terkandung maka harus diperiksa di bawah mikroskop
khusus yang berpolarisasi. Kristal-kristal asam urat berbentuk jarum atau batangan
ini bisa ditemukan di dalam atau di luar sel. Kadang bisa juga ditemukan bakteri
bila terjadi septic arthritis.
b. Asam Urat Serum
Pengukuran asam urat serum adalah tes yang paling disalahgunakan dalam
diagnosis gout. Kehadiran hiperurisemia dengan tidak adanya gejala tidak
diagnostik gout. Selain itu, sebanyak 10% pasien dengan gejala karena asam urat
yang normal mungkin memiliki kadar serum asam urat pada saat serangan mereka.
Dengan demikian, diagnosis yang benar gout dapat terjawab jika cairan sendi tidak
diambil. situasi yang menurunkan kadar asam urat dapat memicu serangan gout.
Sekitar 5-8% penduduk telah meningkatkan kadar asam urat serum (> 7 mg / dL),
tetapi hanya 5-20% pasien dengan hyperuricemia terkena gout. Dengan demikian,
tingkat asam urat tinggi serum tidak menunjukkan atau memprediksi asam urat.
Seperti disebutkan di atas, asam urat didiagnosis berdasarkan penemuan kristal urat
dalam cairan sinovial atau jaringan lunak. Lebih penting lagi, beberapa pasien
dengan radang sendi ini menular dengan sendi bengkak panas dan tingkat asam
urat serum tinggi dan beresiko jika salah mendiagnosis dari cairan sinovial dengan
tidak menyingkirkan artritis septik.
d. Pemeriksaan Darah
Pengukuran glukosa berguna karena pasien dengan gout berada pada
peningkatan risiko diabetes mellitus. Hati studi fungsi penting karena hasil
abnormal dapat mempengaruhi pemilihan terapi. Pemeriksaan leukosit akan
menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan
akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batasnormal yaitu
5000 - 10.000/mm3.
18
e. Pemeriksaan dengan Roentgen
Selain keempat diagnosa tersebut, kita juga bisa melakukannya dengan cara
Roentgen. Pemeriksaan ini baiknya dilakukan pada awal setiap kali pemeriksaan
sendi. Dan, jauh lebih efektif jika pemeriksaan roentgen ini dilakukan pada
penyakit sendi yang sudah berlangsung kronis. Pemeriksaan roentgen perlu
dilakukanuntuk melihat kelainan baik pada sendi maupun pada tulang dan jaringan
di sekitar sendi. Seberapa sering penderita asam urat untuk melakukan
pemeriksaan roentgen tergantung perkembangan penyakitnya. Jika sering kumat,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen ulang. Bahkan kalau memang tidak
kunjung membaik, kita pun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan magnetic
9
resonance imaging (MRI).
Foto polos mungkin menunjukkan temuan yang konsisten dengan gout, tapi
temuan ini tidak diagnostic utama. Pada awal penyakit, radiografi seringkali
normal atau hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Temuan radiografi
karakteristik asam urat, yang umumnya tidak muncul dalam tahun pertama onset
penyakit, terdiri dari menekan-out erosi atau daerah litik dengan pinggiran
menggantung.
Karakteristik erosi yang khas dari gout tetapi tidak rheumatoid arthritis
meliputi :
· Pemeliharaan ruang sendi
· Tidak adanya osteopenia periarticular
· Lokasi di luar kapsul sendi
PENGOBATAN
2) Kortikosteroid, yang berfungsi sebagai obat anti radang dan menekan reaksi
imun. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan dibagian sendi
yang sakit.
19
3) Imunosupresif, yang berfungsi untuk menekan reaksi imun. Obat ini jarang
digunakan karena efek sampingnya cukup berat yaitu dapat menimbulkan penyakit
kanker dan bersifat racun bagi ginjal dan hati
4) Suplemen antioksidan yang diperoleh dari asupan vitamin dan mineral yang
berkhasiat untuk mengobati asam urat. Asupan vitamin dan mineral dapat
diperoleh dengan mengkonsumsi buah atau sayuran segar atau orange, seperti
wortel.
Terapi non-Farmakologis
Terapi non‐obat merupakan strategi esensial dalam penanganan gout. Gout
adalah gangguan metabolik, yang dipengaruhi oleh diet, asupan alkohol,
hiperlipidemia dan berat badan. Intervensi seperti istirahat yang cukup,
penggunaan kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan
menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
22
Rata rata, setelah serangan awal, diramalkan 62 % yang tidak diobat akan
mendapat serangan ke 2 dalam 1 tahun, 78 % dalam 2 tahun, 89 % dalam 5 tahun
serta 93 % dalam 10 tahun. Seiring perjalanan waktu, pasien yang tidak diobati
dengan serangan berulang akan mempunyai periode interkritikal yang lebih
pendek, meningkatnya jumlah sendi yang terserang, dan meningkatkan disability.
Diperkirakan 10-20 % pasien dengan pengendalian yang jelek atau tidak diobati
akan mengalami perkembangan tofi dan 29 % nefrolitiasis pada kurang lebih 11
tahun setelah serangan awal.
KESIMPULAN
Asam urat darah adalah hasil pemecahan dari protein yang secara khusus
disebut purin dan selanjutnya 75 persen asam urat dibuang oleh tubuh melalui
urine. Peningkatan kadar asam urat dapat terjadi akibat produksi lebih banyak dari
pada pembuangan asam urat. Penyakitnya sendiri tidak bisa dicegah, tetapi
beberapa faktor pencetusnya bisa dihindari (misalnya cedera, alkohol, makanan
10
kaya protein).
Pastikan sepatu tidak terlalu ketat atau teralu longgar. Upayakan ibu jari kaki
dapat digerakkan dengan mudah. Trauma ringan pada ibu jari kaki dapat memicu
serangan gout. Beberapa penderita (terutama yang mengalami serangan berulang
yang hebat) mulai menjalani pengobatan jangka panjang pada saat gejala telah
menghilang dan pengobatan dilanjutkan sampai diantara serangan.Kolkisin dosis
rendah diminum setiap hari dan bisa mencegah serangan atau paling tidak
mengurangi frekuensi serangan. Mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid
secara rutin juga bisa mencegah terjadinya serangan. Kadang kolkisin dan obat anti
23
4
peradangan non-steroid diberikan dalam waktu yang bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
2) Fiona Marion McQueen, Quentin Reeves, Nicola Dalbeth. New insights into an
old disease: advanced imaging in the diagnosis and management of gout.
Postgrad Med J 2013;89:87–93. doi:10
4) Dalbeth N., Merriman T. Crystal
ball gazing: new therapeutic target for
hyperuricaemia and gout. Rheumatology 2009;48:222–226
24
USA:1999.p247-250.
8) Tehupeiroy ES. Artrtritis pirai (arthritis gout). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.hal.1218-
20.
9) A. Graham Apley, Louis Solomon. Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 7. Jakarta: Perpustakaan Nasional;1995.hal.214.
10) Wortmann RL. Gout and Other Disorders of Purine Metabolism. New
York.2005, pp. 2079- 2088.24
25