PENDAHULUAN
kematiannya mencapai 160.000 per tahun dan biaya langsung sebesar 27 milyar
dolar US setahun. Insiden bervariasi 1,5 – 4 per 1000 populasi. Selain penyebab
utama kematian juga merupakan penyebab utama kecacatan. Data beberapa rumah
penderita stroke, yang didominasi oleh pasien dengan usia lebih dari 40 tahun
dalam kurun waktu 4 tahun pada pria 42 % dan wanita 24 % (Lamsudin, 1998 dalam
Handayani, 2013).
pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah. Ini memotong
pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak (WHO,
2014). Gejala yang paling umum dari stroke adalah kelemahan mendadak atau mati
rasa wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh. Gejala lain
kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata; kesulitan berjalan, pusing,
kehilangan keseimbangan atau koordinasi; sakit kepala parah dengan tidak
Beberapa rehabilitasi yang umum dilakukan pada pasien stroke antara lain
sosial untuk mempersiapkan pasien untuk kembali dalam lingkungan sosial pasca
stroke, rehabilitasi fisik untuk melatih kekuatan otot dan sendi agar tidak terjadi
kekakuan otot dan sendi maupun atropi otot sebagai akibat komplikasi dari stroke
sehingga pasien pasca stroke mampu mandiri untuk mengurus dirinya sendiri dan
umum dan tanda-tanda vital pasien. Range of motion (ROM) adalah latihan gerakan
sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot dimana klien
dilakukan terapi ROM, derajat kekuatan otot pasien stroke termasuk kategori
tahanan ringan). Efek dari stroke tergantung pada bagian mana dari otak yang
terluka dan seberapa parah itu dipengaruhi. Stroke yang sangat parah dapat
(Hidayat, 2006). Ketidakmampuan pasien tersebut menjadi salah satu dasar bahwa
pendidikan kesehatan tentang ROM pada pasien stroke perlu diberikan kepada
keluarga.
Informasi tentang perawatan pasien stroke yang dimiliki oleh keluarga saat
ini masih sedikit. Hal tersebut didukung penelitian Amelia (2013) yang menemukan
harus memahami langkah -langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah
Prinsip dasar latihan ROM adalah : 1. ROM harus diulang sekitar delapan
kali dan dikerjakan minimal dua kali sehari. 2. ROM dilakukan perlahan dan hati-
hati agar tidak melelahkan pasien. 3. Dalam merencanakan program latihan ROM
perhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital dan lamanya tirah baring. 4. Bagian-
bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu,
tumit, kaki dan pergelangan kaki. 6. ROM dapat dilakukan pada semua persendian
Klasifikasi latihan ROM meliputi: 1. Latihan ROM pasif yaitu latihan ROM yang
dilakukan pasien dengan bantuan pada setiap gerakannya. 2. Latihan ROM aktif
yaitu latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan disetiap
rumah sakit, tetapi keluarga mampu berperan maksimal dalam perawatan pasien.
informasi serta pelatihan sederhana yang dapat dilakukan oleh fisioterapis ataupun
oleh perawat, sehingga banyaknya waktu luang yang dimiliki keluarga dapat
dimanfaatkan untuk memberikan latihan ROM secara benar dan bermanfaat bagi
pasien.
tiga dengan kapasitas 30 tempat tidur dengan jumlah perawat 15 orang yang
merawat pasien dengan kasus bedah dan gangguan sistem persyarafan, termasuk
pasien stroke. Angka perawatan pasien stroke sangat tinggi, selama tahun 2014,
terdapat 188 pasien stroke yang dirawat di ruang Flamboyan 2. Di RSUD Salatiga
latihan ROM biasa dilakukan hanya oleh fisioterapis dengan frekuensi 1 kali sehari
selama 15 menit. Berdasarkan wawancara pada salah seorang perawat jaga mereka
jarang sekali melatih dan memberikan pendidikan kesehatan tentang ROM,
melaksanakan ROM, tetapi faktor belum sebandingnya rasio perawat dengan pasien
perawat. Menurut wawancara yang peneliti lakukan pada 3 keluarga yang merawat
manfaat dan cara melakukan latihan ROM. Seluruh keluarga yang dilakukan
ROM tersebut, sehingga tidak ada keluarga yang mampu memberikan latihan ROM
dari keluarga, baik dalam merawat maupun dalam memberi dukungan baik secara
perawatan untuk penderita stroke maka keluarga tidak akan mengerti dalam
Keluarga perlu mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit stroke serta
kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pasca stroke, kesembuhan pasien juga
akan sulit tercapai optimal jika keluarga tidak mengerti apa yang harus dilakukan
untuk memperbaiki kondisi penyakit pasien setelah terjadi stroke dan perawatan
apa yang sebaiknya diberikan untuk keluarganya yang mengalami stroke (Yastroki,
2011).
Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya fungsi esensial dan dasar
keluarga, namun fungsi yang mengemban fokus sentral dalam keluarga yang
berfungsi dengan baik dan sehat. Akan tetapi memenuhi fungsi perawatan
kesehatan bagi semua anggota keluarga akan menemui kesulitan akibat adanya
tantangan eksternal dan internal (Friedman, Bowden & Jones, 2003 dalam Ramlah,
kumulatif selama perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap
memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih mantap (Muktadin, 2002).
ROM.
ROM.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu ketrampilan perawat