Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Gigi molar satu pada sulung

OLEH :

STIKES AMANAH MAKASSSAR


TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb

Puji dan Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan “Makalah gigi molar satu pada sulung” yang bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan Gigi dan Mulut.

Dengan keterbatasan waktu yang diberikan serta pengetahuan yang kurang luas, maka penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga
masih banyak kekurangan serta kesalahan yang masih harus di perbaiki. Maka dari itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, berguna sebagai penunjang
dan gambaran pembelajaran Mikrobiologi nantinya, terutama bagi yang berkepentingan.
Amin.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

A.latar belaang masalah ......................................................................1

B.rumusan masalah .............................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................2

A.masalah perilaku dan solusi ............................................................2

B.sistem kesehatan dan asuransi kesehatan di indonesia ..................2

C.puskesmas ........................................................................................3

D.fluoridasi ..........................................................................................5

E.posyandu dan masyarakat ................................................................5

F.pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut .....6

G.usaha promotif dan preventif pelayanan mandiri kesehehatan gigi

Dan mulut .........................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................10

A.perilaku ............................................................................................10

B.proses ...............................................................................................12

C.kegiatan ............................................................................................15

BAB IV PENUTUP ............................................................................................17

A.kesimpulan .......................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

Gigi anak, gigi sulung, atau ada pula yang menyebutnya


g i g i s u s u , berperan penting untuk perkembangan rahang dan
erupsi atau pertumbuhan gigitetap.

Gigi anak yang lepas sebelum waktunya, misalnya karena


berlubang ataukarena terlepas dengan sendirinya, dapat
menyebabkan ruangan yang tertinggal menyempit karena pergeseran
gigi sebelahnya. Ruangan yang menyempit ini akan mengganggu erupsi
gigi tetap di bawahnya. Hal ini dapat mengakibatkan gigi tetap
tumbuh dalam posisi yang kurang baik dan susunan gigi pun menjadi
tidak rapi (Anonim, 2009).

Gigi sulung memiliki peranan yang penting bagi anak


s e h i n g g a keberadaannya harus bisa dipertahankan pada kondisi
sehat. Jika situasi yang adamenyulitkan upaya mempertahankan gigi
sulung, misalnya ada penyakit gigi yang p a r a h , m a k a p a d a b e b e r a p a
k a s u s , g i g i s u l u n g d a p a t d i b i a r k a n t a n g g a l t a n p a menimbulkan
efek yang buruk terhadap perkembangan oklusal. Pada kasus yanglain,
tanggalnya gigi sulung dapat berakibat buruk terhadap perkembangan
oklusal(Pradipta, 2009).

Perkembangan oklusi masa gigi susu sering mengalami gangguan


yangdapat mempengaruhi hubungan oklusi gigi permanen. Salah satu
bentuk gangguantersebut adalah premature loss, yaitu hilangnya
gigi dari lengkung gigi sebelumgigi penggantinya mendekati
erupsi. Bila hal ini tidak segera ditangani, akanmenyebabkan
kehilangan ruang dan mengganggu keseimbangan oklusi
dewasa.Kehilangan dini gigi sulung akan mengakibatkan gigi tetangganya
bergeser karenaa d a n y a g a y a k e m e s i a l d a r i g i g i p o s t e r i o r y a n g
e r u p s i p a d a a n a k y a n g s e d a n g dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan (Hprimaywati, 2008).Perawatan pada tanggal
prematur gigi sulung memerlukan perhatian bagi para klinisi,
karena perawatan yang tidak baik akan memberikan
pengaruh pada perkembangan gigi sampai remaja. Tanggal prematur pada
gigi sulung dapatmenyebabkan gangguan pada erupsi gigi permanen
bila didapatkan kekurangan
BAB II

PEMBAHASAN

Molar 1 Maksila
a. Aspek Bukal
Outline mesial dan distal membulat dan menyempit ke servikal

Terdapat 2 akar yang ranping panjang dan melebar dan 1 akar lainnya
berada lingual Akar disto bukal lebih pendek dari akar mesio bukal

b. Aspek Lingual
Disto lingual cusp lebih kecil dan membulat Mesio lingual cusp
paling menonjol
Disto bukal cusp dapat terlihat Terlihat 3 akar

c. Aspek Mesial
Mesio lingual cusp lebih tinggi dari mesio bukal cusp Terlihat
jelas daerah cembung pada bagian bukal Terdapat lekukan di garis
servikal Terlihat akar lingual dan mesio bukal

d. Aspek Distal
Disto bukal cusp lebih tinggi dan tajam Disto lingual cusp kecil
dan membulat Garis servikal sedikit melengkung
Terlihat 2 akar, tetapi bagian ujung akar dari mesio bukal terlihat

e. Aspek Oklusal
Berbentuk rectangular Outline mahkota menyempit ke distal dsn
lingual Pola groove “H” dengan central fosa, mesial triangular fosa,
dan mesial triangular
fosa Terdapat book distal groove yang membagi mesio bukal cusp
dan disto bukal cusp Molar 1 Maksila
A. Masalah Perilaku dan Solusi Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat

Perilaku masyarakat yang menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat
sering kali kita temukan baik di masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan.
Masalah-masalah tersebut dapat disebabkan berbagai faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik,
misalnya pengaruh lingkungan, pendidikan, prilaku, ekonomi, sosial, dan budaya.Masalah
utama yang ditimbulkan mengenai kesehatan gigi masyarakat adalah mengenai periodontal
dan karies gigi.
Bila hal ini masih terus berlanjut,masyarakat akan terus mengalami masalah kesehatan gigi
dan mulut karena unsur kebudayaan, prilaku masyarakat tersebut akan diturunkan ke
generasi selanjutnya.Karenanya dibutuhkan pencegahan dini serta pemberitahuan mengenai
kesehatan gigi dan perbaikan perilaku yang salah terhadap menjaga kesehatan gigi.

Selain itu,dalam menghadapi masalah yang timbul,juga perlu upaya-upaya pemecahan yang
timbul dari masyarakat sendiri,sebagai contohnya dengan mengadakan penyuluhan yang
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat itu (pendekatan terhadap tokoh masyarakat),hal ini tentu
saja lebih efektif karena dengan mengajak para tokoh masyarakat yang menjadi
panutan,masyarakat bisa lebih mengerti dan percaya.

B. Sistem Kesehatan dan Asuransi Kesehatan di Indonesia

SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa,
baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna,
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Asuransi adalah suatu perjanjian antara penanggung dan tertanggung. Penganggung, dengan
menerima suatu premi mengikkatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada tertanggung
yang mungkin menderita karena terjadinya suatu perisriwa ketidakpastian yang berakibat
kehilangan, kerugian, atau kehilangan suatu keuntungan (kitab Undang-Undang hukum
dagang, 1987).

Asuransi Kesehatan merupakan salah satu produk asuransi yang secara khusus menjamin
biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau
mengalami kecelakaan.

C.Puskesmas

Salah satu sub-komponen dalam Sistem Kesehatan Nasional yang menjadi arah
pembangunan sektor kesehatan adalah Sumber Daya Manusia Kesehatan. Tanpa tersedianya
sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas, beretika, tersebar secara merata jenis yang
rnemadai, maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal.

Pada tahun 1969-1971 Departemen Kesehatan menata kembali strategi pembangunan


kesehatan jangka panjang melalui PAKERNAS I untuk merumuskan rencana pembangunan
kesehatan jangka panjang sebagai awal Repelita I. Kemudian dari sinilah konsep Pusat
Kesehatan Masyarakat (puskesmas) mulai diperkenalkan.

Pemerintah membangun Puskesmas dengan berbagai strategi antara lain:


 Untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter bekerja di daerah perkotaan sedangkan
masyarakat sebagian besar tinggal di perdesaan
 Untuk meratakan pelayanan kesehatan mendekatkan sarana kesehatan dengan
penduduk. Untuk jangka panjang, pelayanan kesehatan dasar (Primary Health
Care/PHC) yang dikembangkan jauh lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan
pelayanan melalui RS.
 Untuk menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya di RS dan dokter praktik swasta
lebih bersifat kuratif (pengobatan) yang lebih mahal dibandingkan dengan program
pencegahan.

Berdasarkan konsep PHC, lahirlah PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).


PKMD berkembang menjadi salah satu model peran serta masyarakat di bidang pelayanan
kesehatan. Namanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas masyarakat setempat
seperti:

 Program gizi (UPGK-Upaya Pelayanan Giza Keluarga)


 Prosyandu/posyandu (program pelayanan terpadu)
 Gizi (penimbangan balita, pemberian vitamin A untuk balita, dan Sulfas Ferrosus
untuk ibu hamil)
 POD (Pos Obat Desa)
 DUKM (Dana Upaya Kesehatan Masyarakat): asuransi untuk masyarakat desa
 Bidan desa dengan polindes (poliklinik bersalin desa)
 Pembinaan pengobatan tradisional dan sebagainya

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen (subsistem) yang saling terkait /
tergantung satu sama lain dan bekerja untuk mencapai suatu tujuan, Sistem dapat dianggap
sebagai suatu sistem tertutup atau sistem terbuka. Sistem terbuka sangat dipengaruhi oleh
suatu perubahan lingkungan dan harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Dalam
konsep sistem, ada hubungan hirarkhi antara berbagai subsistem yang lebih rendah dan
suprasistem yang lebih tinggi. Dalam sistem Kesehatan Propinsi, maka sistem Kesehatan
Nasional merupakan suprasistem dan sistem Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan
subsistem. Sistem akan berfungsi optimal bila sub sistemnya berfungsi sebagaimana
seharusnya. Secara hubungan dengan lingkungan, dimana suatu sistem harus berhadapan
dengan lingkungan maka system menerima berbagai masukan (input), kemudian berproses
menghasilkan luaran (output) serta hasil akhir adalah outcome (dampak) 3

Dalam pendekatan system ada 3 pokok pikiran

1. Fokus pada hubungan

2. Fokus pada pola

3. Hubungan dalam system adalah timbal balik

Melihat dari pendekatan system ini maka suatu sistem menyangkut seluruh aspek
kelembagaan, struktural, pembiayaan, penganggaran, sumber daya manusia, sistem informasi
dan kemitraan dengan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat Kontek di atas berfokus pada hubungan dinamis antara komponen tersebut yang
berinteraksi dan akan menghasilkan suatu hasil akhir (outcome) sebagai penampilan dari
system itu secara keseluruhan
Sifat hubungan dalam sistem

Hubungan antara sub system / komponen-komponen dalam sistem dapat berupa :

1. Memperkuat satu komponen dengan komponen lain

2. Menyeimbangkan satu sama lain

3. Penundaan antara satu komponen dengan komponen lain

Ruang lingkup dan batasan puskesmas

Adapun yang menjadi ruang lingkup atau lingkungan wilayah kerja Puskesmas antara lain:

 Jumlah keluarga miskin yang terus bertambah di wilayah kerja Puskesmas. Karena
kelompok ini akan terus menjadi beban pembangunan kesehatan di daerah jka Pemda
tidak memilii kebijakan khusus untk mengatasi masalah kesehatan mereka

 Kemiskinan dan pengangguran terselubung di wilayah kerja Puskesmas menjadi


trigger munculnya masalah social baru dalam bentuk peningkatan pengguna narkoba,
minuman keras, seks bebas, sehingga akan menimbulkan penyakit menular seksual,
abortus. Hal ini akan mengharuskan adanya pencatatan data di wilayah kerja
Puskesmas untuk dijadikan sebagai acuan dalam kebijakan Pemda

 Masalah sampah dan masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang harus
mendapatkan penanganan yang intensif oleh Pemda dan juga merupakan tanggung
jawab Puskesmas. Hal ini disebabkan karena masalah lingkungan akan menyebabkan
berkembangnya penyakit Gastroenteritis, DHF,dll

D.Fluoridasi

Fluoridasi adalah pemberian sejumlah garam fluor pada air minum untuk mengurangi
insidensi karies dengan kadar optimum 1mg/ltr air.Metode yang digunakan terbagi menjadi
dua,yaitu topical(dalam ruang praktek dokter gigi seperti aplikasi gel fluor,varnish
fluor,larutan kumur),ataupun secara sistemik(Community approach seperti fluoridasi air
minum masyarakat,tablet fluor maupun fluoridasi dengan pasta gigi).

Namun dalam hal ini,masyarakat harus diberi pengetahuan bahwa penyikatan gigi itu tidak
boleh berlebihan karena jika berlebihan maka akan merusak enamel gigi. Penyikatan gigi itu
biasanya dua kali sehari. Pagi,setelah makan dan malam sebelum tidur.Karena selain dapat
mencegah karies,jika pengunaan nya berlebihan akan menyebabkan kegangguan gastro
intestinal dan keracunan akut.Konsentrasi fluor di dalm air lebih baik 0.7-1.22 ppm. Fluor
dapat mencegah metabolism kuman di dalam gigi,mencegah penggunaan pH dan pengunaan
enzim yang berguna untuk pembentukan karies. (Anorital,SKM , dkk).
E. Posyandu dan Masyarakat

Pengertian Posyandu

Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan


kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Pelaksanaan pelayana
program terpadu dilakukan dib alai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya yang disebut
dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di
Posyandu antara lain: KIA (Keseehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana),P2M
(Imunisasi dan Penanggulangan Diare), dan Gizi (penimbangan balita). Sedangkan sasaran
penduduk posyandu ialah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS),dan balita.

Derajat kesehatan yang optimal akan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan kuat
baik jasmani maupun rohani. Sumber daya manusia yang demikian ini dibutuhkan dalam kita
memasuki abad 21. Abad yang ditandai dengan persaingan yang ketat baik ditingkat nasional,
regional maupun internasional. Pembangunan kesehatan terus harus diupayakan untuk dapat
meningkatkan kualitas, dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat.

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu
dananakbalita.
Posyandu adalah wadah pelayanan terpadu yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat
guna mempercepat peningkatan kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak dan keluarga.

TujuanPosyandu

Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan


kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi,balita dan keluarga serta mempercepat
penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.

Manfaat Posyandu

a. Bagi Masyarakat

 Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi


anak balita dan ibu.
 Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang/gizi buruk.
 Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A.
 Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
 Ibu hamil juga akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah
serta imunisasi TT.
 Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah.
 Memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak.
Apabila terdapat kelaianan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui
dapat segera diketahui dan dirujuk ke Puskesmas.
 Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak balita.

b. Bagi Kader

 Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.


 Ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu
 Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan.
 Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.

F. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengorganisasian masyarakat: Adalah suatu proses dimana masyarakat melakukan


identifikasi kebutuhan, membuat urutan prioritas, menumbuhkan kemauan dan rasa percaya
diri untuk memenuhi kebutuhannya, mencari sumber-sumber baik yang ada di masyarakat
maupun yg berasal dr luar dan melakukan tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan
sambil memperluas dan mengembangkan kerjasama dlm masyarakat.

Kader: Adalah proses dimana usaha masyarakat digabungkan dengan usaha pemerintah untuk
meningkatkan keadaan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat serta untuk mengintegrasikan
masyarakat dlm kehidupan bangsa yg memungkinkan mereka untuk ikut berkontribusi dlm
perkembangan bangsa.

Contoh tugas-tugas kader dalam menyelenggarakan posyandu dibagi dalam kelompok yaitu:

1. Tugas-tugas kader Posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka posyandu, meliputi :

 Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA,
alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan/materi
penyuluhan.
 Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk dating
ke posyandu.

 Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor


desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada
hari buka posyandu.
 Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader
posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

2. Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja,
meliputi :
1. Meja – 1, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut:

 Mendaftar bayi/balita, yaitu menuliskan nama balita pada KMS dan secarik kertas
yang diselipkan pada KMS.
 Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau Register
Ibu Hamil.
2. Meja – 2, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :

 Menimbang bayi/balita
 Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS

3. Meja – 3, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :

 Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas
ke dalam KMS anak tersebut.

4. Meja – 4, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :

 Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan
yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan.
 Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya
atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
 Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan, untuk balita, ibu hamil, dan
menyusuiberikutini :
Balita : apabila berat badannya di bawah garis merah (BGM) pada KMS, 2 kali
berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit (lesu-kurus, busung lapar,
mencret, rabun mata, dan sebagainya.
Ibu hamil atau menyusui : apabila keadaannya kurus, pucat, bengkakØ kaki, pusing
terus-menerus, pendarahan, sesak nafas, gondokan, dan sebagainya.
Orang sakit.
 Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader Posyandu,Ø misalnya
pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, oralit, dan sebagainya.

5. Meja – 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas
kesehatan, PLKB, PPL, dll. Pelayanan yang diberikan antara lain :

 Pelayanan Imunisasi
 Pelayanan Keluarga Berencana
 Pengobatan
 Pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya.
7

Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi :

 Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat ke dalam buku register atau
buku bantu kader.
 Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu
pada bulan berikutnya.
 Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang rumahnya
berdekatan (kelompok dasawisma).
 Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan), sekaligus untuk tindak lanjut
dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

G.Usaha Promotif dan Preventif Pelayanan Mandiri Kesehatan Gigi dan Mulut

Pada hakekatnya meliputi dua aspek, yaitu:


Aspek peningkatan mutu.

Pengembangan pelayanan melalui peningkatan mutu pada dasarnya adalah melakukan


perbaikan terhadap pelaksanaan upaya pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan
preventif yang meliputi unsur unsur kegiatan operasional (administratif dan teknis) antara
lain perbaikan mutu:

1. tenaga
2. alat dan bahan
3. pembiayaan.

Aspek peningkatan cakupan.

1. Untuk memperluas cakupan pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif
dapat dilakukan dengan cara perbaikan terhadap hubungan lintas sektor dan lintas
program terkait, sehingga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di sekolah dapat
dikembangkan di sekolah-sekolah (SD) lain, yang dimulai di sekolah dasar kemudian
dapat dikembangkan ke SMP yang berdekatan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa
ditingkat yang lebih luas, pola pendayagunaan perawat gigi dan dokter gigi ini
dikembangkan sehingga terjadi replikasi pelayanan serupa di kabupaten, propinsi lain
bahkan di seluruh Indonesia.

Aspek peningkatan cakupan terdiri dari:

1. Pembinaan, tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan mandiri


secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan pelayanan. Pembianaan
dilakukan dalam 3 kegiatan yaitu:
1. Pembinaan administrasi,
2. Pembinaan Teknis,
3. Pembinaan Sosial.
2. Monitoring dan Evaluasi, diperlukan sebagai kegiatan pengamatan yang
dilakukan secara terus menerus untuk melihat apakah kegiatan yang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Evaluasi
dilakukan minimal pada setiap semester dengan melakukan analisis terhadap
monitoring serta penyimpangan yang terjadi. 8

BAB III

PEMBAHASAN

Perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi mulut mereka sangat dipengaruhi oleh kondisi
sosial budaya dan ekonomi penduduk yang khas pedesaan. Persepsi masyarakat bahwa sakit
gigi tidak perlu segera diobati, penderita pada umumnya datang berobat setelah terjadi
pembengkakan pada daerah gusi dan pipi. Rendahnya pengetahuan kesehatan gigi
masyarakat, mengakibatkan perilaku mencari pengobatan ke puskesmas maupun Rumah
Sakit juga rendah.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan
serta lingkungan. Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan sebagai berikut :

 Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan,
memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.

 Perilaku sakit (illness behavior), yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang
individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya
atau rasa sakit. Termasuk disini kemampuan atau pengetahuan individu untuk
mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha-usaha mencegah penyakit
tersebut.

 Perilaku mencari kesembuhan (the sick role behavior), yaitu segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan / kesakitannya sendiri, juga
berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain
susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi.


Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai
persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan
sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat
terwujud dalam bentuk perilaku.

Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi
berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor
keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan
berkembang sesuai dengan hukum perkembangan.

10

Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-
praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari
oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku
itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi
2, yakni faktor intern dan ekstern.

Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya
yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi
lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi,
kebudayaan dan sebagainya.
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial yang saling
mempengaruhi didalam suatu diagram. Dengan keterangan :

a.Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan.

b.Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai


kesehatan.

c.Lingkungan terbatas; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat sehubungan


dengan kesehatan.

d.Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undang-


undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga.
Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan
mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa
berlaku aturan-aturan atau norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota
kelompok berlangsung didalam suatu jaringan norma.

Managemen perilaku adalah kemampuan memahami konsep perilaku kesehatan individu dan
masyarakat di bidang kesehatan gigi

Kesehatan gigi dan mulut adalah mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
menuju kesehatan gigi dan mulut prima.

Melakukan survey di daerah tersebut supaya kita bisa mengetahui kondisi derajat kesehatan
mereka, misalnya sikat gigi yang baik dan benar berapa kali dalam sehari melalui soal jawab.

Pendekatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Pendekatan secara sugestif kita melakukan pendekatan pada penduduk di wilayah


kumuh tersebut dengan cara menakut-nakuti mereka secara halus agar mereka
memiliki keinginan, motivasi, dorongan ataupun kemauan untuk menjaga dan
merawat kebersihan gigi dan mulut mereka supaya terhindar dari penyakit-penyakit
yang mereka takuti. 11
2. Pendekatan secara persuasif kita melakukan pendekatan pada penduduk tersebut
dengan cara memberikan pengetahuan kepada mereka mengenai kesehatan gigi dan
mulut. Bisa dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan.

Proses pembelajaran ada empat:

1.Kognitif (Pengetahuan)

Sikap seseorang bisa berubah karena adanya informasi, dipaksa dari lingkungan, dan
keinginan untuk berubah.

Proses belajar (ada lupa dan ingat) mencakupi :


Trial dan error – ilmu yang didapat tidak bisa langsung masuk.

Gestal – dari bagian gambar yang sama tetapi pengertiang yang berbeda.

Jembatan keledai (singkatan) – khusus untuk pembelajaran mengingat.

Pembanjiran – pembelajaran secara terus menerus.

Ada 5 macam pengetahuan :

 Pengetahuan
 Pemahaman
 Analisa
 Aplikasi
 Sintesa

2.Afektif

Sikap yaitu segala sesuatu yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu.
Misalnya motivasi dan disiplin. Sikap bukan merupakan perilaku, tidak dapat ditangkap oleh
pancaindera tapi bisa diukur menggunakan skala tertentu.

Sikap yang positif:

– cenderung disiplin

– cenderung motivasi

– cenderung minat baik

Motivasi – intrinsik: melakukan sesuatu untuk mencapai cita-cita.

– ekstrinsik: melakukan sesuatu untuk dapat imbalan.

Perilaku / behaviour

12

Perilaku adalah tindakan dari pengetahuan/sikap yang dapat diamati oleh indera kita.
(pengetahuan – sikap – perilaku). Sikap yang positif menghasilkan perilaku yang positif.

Perilaku sehat – orang yang mendapat informasi agar dirinya tetap sehat.

Perilaku sakit – orang yang sangat ekstrim. Kalau sakit harus mencari tahu dan mencari cara
bagaimana harus mengobatinya.

3.Psikomotorik/keterampilan

Dalam memberi penyuluhan kita harus fokus pada orang yang dekat dengan objek (tokoh
masyarakat).
Tokoh masyarakat sangat berpengaruh makanya kita harus mendekatkan diri agar masyarakat
mulai ikutin tokoh (perilaku yang baik.)

4.Komunikasi

 Satu arah

Komunikasi satu arah yaitu komunikasi yang berlangsung secara tidak aktif. Jadi hanya
pembicara yang aktif, pendengar hanya mendengarkan saja (ceramah, pidato).

 Dua arah

Yaitu komunikasi yang memiliki tujuan tertentu dan memiliki hubungan timbal balik
(misalnya tanya jawab).

Untuk dapat melakukan kegiatan pelayanan kesehatan gigi promotif dan preventif lebih lanjut
dengan baik, ada tahapan yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
sebagai pelaksana yaitu:

1. Organisasi
Banyak pelaku usaha berpandangan bahwa sukses sebuah organisasi usaha tergantung
pada modal dan aset yang dimiliki. Namun yang paling penting adalah sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan prima dan relevan dengan bidang dan profesinya.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan untuk kelancaran
organisasi (unit pelayanan kesehatan gigi promotif dan preventif)
1. Tenaga :
1. Dokter Gigi, adalah lulusan Fakultas Kedokteran Gigi yang bekerja
pada sarana pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif,
termasuk dokter gigi yang baru lulus dan memilih bekerja diluar jalur
PTT dalam melaksanakan masa pengabdian profesinya sesuai dengan
Kepmenkes 1540/Menkes/SK/XII/ 2002 tentang penempatan tenaga
medis melalui Masa Bakti dan cara lain
2. Perawat Gigi yang ada di lapangan terdiri dari lulusan Sekolah
Pengatur Rawat Gigi (SPRG) dan lulusan Jurusan Kesehatan Gigi
(JKG) Politeknik Kesehatan (Poltekkes) yang dulu bernama Akademi
kesehatan Gigi(AKG) yang belum bekerja
13
2. Dana
pembiayaan pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif
dilakukan secara swadana yang dikelola komite sekolah melalui dana sehat
dari murid sekolah, bantuan dari sekolah atau bantuan yang tidak mengikat.
Besar kecilnya biaya pelayanan ditentukan oleh jumlah peserta didikdan jenis
pelayanan. Kelayakan biaya dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, besarnya
cakupan jumlah peserta didik yang terlayani, efektifitas dan efisiensi
penggunaan bahan dan obat habis pakai.
3. Bentuk pelayanan, secara legal, model pelayanan mandiri kesehatan gigi dan
mulut promotif dan preventif harus bernaung dibawah badan hukum yang sah,
yaitu bernaung dibawah JKG (Jurusan Kesehatan Gigi), bernaung dibawah
dokter gigi yang memiliki ijin praktek, bernaung dibawah yayasan/badan
hukum lainnya yang bergerak dibidang kesehatan.
4. Jenis pelayanan, dibuat dalam bentuk paket I, II dan paket III.
2. Perencanaan,
Dilakukan sebelum kegiatan pelayanan kesehatan gigi diselenggarakan di sekolah.
Perlu dilakukan perencanaan yang matang agar dapat diantisipasi kesulitan-kesulitan
teknis maupun administratif pada waktu pelaksanaannya di lapangan, yaitu
1. Melakukan Feasibility Study (Studi Kelayakan)
2. Penyusunan Proposal
3. Penawaran Proposal.
3. Persiapan:
1. Penandatanganan MoU
2. Penyiapan bahan dan alat,
3. Menyusun jadwal kegiatan pelayanan
4. Pelaksanaan:
1. Melakukan kegiatan yang sesuai dengan paket pelayanan yang disepakati,
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5. MonitoringdanEvaluasi
Monitoring diperlukan sebagai kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terus
menerus untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan minimal pada setiap semester dengan
melakukan analisis terhadap hasil monitoring serta penyimpangan yang terjadi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pengelola pelayanan mandiri
kesehatan gigi promotif dan preventif.

Contoh pada Bagan berikut untuk menunjukan perbedaan antara kegiatan pelayanan
kesehatan (health services) dengan komponen kegiatan penunjang manajemen pelayanan
(management support service). Di bagian kiri adalah contoh komponen pelayanan kesehatan
dasar untuk pelayanan kesehatan umum, perawatan ibu, dan anak, upaya pengobatan dan
sebagainya. Contoh tersebut dapat dikenbangkan sesuai dengan kegiatan prorgam Puskesmas.
Di bagian kanan adalah contoh komponen penunjang manajemen. Semua program pelayanan
kesehatan dasar di sebelah kiri mempunyai komponen penunjang manajemen yang sama.
Dengan mengembangkan komponen penunjang manajemen, komponen pelayanan kesehatan
dasar akan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, rasional dan berkualitas.

14
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kegiatan Manajemen
Pelayanan kesehatan umum : 1. Perencanaan
2. Manajemen personalia
1. Kunjungan rumah 3. Pelatihan staf, dukun, kader, guru
2. Penyuluhan kesehatan 4. Supervisi, monitoring dan evaluasi
3. Usaha kesehatan sekolah 5. Manajemen keunagan
4. Uji kualitas air minum penduduk 6. Manajemen logistic
7. Monitoring program
8. Kerja sama/koordinasi
9. Kerjasama dengan kelompok
kelompok masyarakat
10. Pencatatan pelaporan
11. Kepemimpinan
Perawatan kesehatan ibu :

1. ANC
2. Pertolongan persalinan
3. Perawatan ibu masa nifas
4. KB
Perawatan anak :

1. Menyusui
2. Penimbangan anak Balita
3. Imunisasi
4. Pemberian Oralit
Pengobatan untuk :Berbagai penyakit yang
dikonsultasikan ke puskesmas
Kegiatan program lain :

1. Pemeriksaan mutu air minum


2. Surveilan

Dalam hal ini, untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat di wilayah padat penduduk
dan wilayah kumuh daerah aliran sungai, sebagai tenaga medis kita menggunakan pendekatan
sugestif. Hal ini dilakukan karena bila kita hanya memberikan informasi tentang apa itu
kesehatan gigi dan mulut, apa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, kemungkinan
besar masyarakat tersebut hanya sebatas mengetahuitetapi tidak mengerti/memahami apa
yang sebaiknya mereka lakukan. Jadi kita harus mempengaruhi emosi mereka dengan hal-hal
yang nantinya akan menberikan dampak positif bagi mereka. Sebagai contoh kita dapat
mengatakan bahwa sakit gigi bisa menyebabkan penyakit jantung dan kencing manis karena
banyak orang yang berpikiran bahwa penyakit tersebut adalah penyakit yang sangat
menakutkan/mengerikan sehingga mereka akan mencoba dan berusaha menghindari penyakit
tersebut dengan cara mulai menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut mereka.

15

Program-program yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku kesehatan gigi dan mulut
dapat berupa penyuluhan, pelatihan kader-kader kesehatan gigi dan mulut, dan lain-lain.
Setalah program berjalan dengan baik, kita tidak boleh lepas tangan begitu saja. Kita harus
tetap memantau secara berkala kondisi kesehatan gigi dan mulut masyarakat di daerah
tersebut dengan melakukan survey ulang dalam jangka waktu tertentu dan tetap melanjutkan
pelatihan kader kesehatan supaya tidak berhenti pada satu titik saja (kader kesehatannya
bukan itu-itu saja), tapi berkelanjutan. Diberikan penyuluhan juga harus secara bertahap
sampai tingkat kesadaran warga terhadap kesehatan mereka meningkat. Hal ini juga harus di
dukung dengan pengadaan fasilitas yang memadai agar tingkat kesehatan mereka meningkat
meskipun kondisi lingkungan tempat mereka tinggal tidak mendukung.
Untuk jangka panjang masyarakat ini harus tetap di pantau agar tingkat kesadaran mereka
tidak menurun.

16

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Untuk memperbaiki perilaku kesehatan gigi dan mulut di daerah pemukiman kumuh dekat
aliran sungai daerah perkotaan, kita sebagai tenaga medis kesehatan gigi dan mulut harus
melakukan survey terlebih dahulu agar kita bisa mengetahui bagaimana keadaan/kondisi
kesehatan gigi dan mulut masyarakat setempat. Kemudian setelah melakukan survey dan
pengamatan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatan gigi dan mulut daerah
tersebut, kita melakukan perencanaan program untuk mengatasi permasalahan yang ada di
daerah tersebut.Hal ini dapat juga dilakukan oleh kader masyarakat dalam melakukan
pendekatannya agar masyarakat lebih terpengaruh dan dapat lebih menerapkan kesehatan gigi
dan mulut pada kehidupan sehari-hari.

Cara merubah perilaku masyarakat ke arah penanaman kesadaran akan pentingnya kesehatan
gigi dan mulut memerlukan edukasi kesehatan gigi.Masyarakat harus sadar bahwa perawatan
gigi dan mulut merupakan tindakan yang segera dan tidak bisa dianggap remeh.Dengan
demikian diharapkan rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang
menggariskan arah pembangunan kesehatan yang mengedepankan paradigm sehat,khususnya
penanggulangan dan pelayanan kesehata gigi dan mulut serta pencegahannya akan terwujud.

17

DAFTAR PUSTAKA

Buletin PPSDM Kesehatan Edisi 5/X/200

Dinkes Provinsi Jawa Timur DIPA PROGRAM Perbaikan Gizi Masyarakat (2006)
http://cintalestari.wordpress.com/2010/02/14/manajemen-puskesmas-dan-posyandu/

NN.Buku Pegangan Lembaga Pembina Posyandu, 2006.Pemkab Probolinggo:Pusat Promosi


Kesehatan

Persatuan Dokter Gigi Indonesia dalam Kompas.Jumat, 06 Juli 2007

Ni buat PPT nya.. Bentuk nya PPTX y tapi.. jadi minimal buat baca nya pake Office 2007..
Thank you

Anda mungkin juga menyukai