Anda di halaman 1dari 26

HIPERPROLAKTINEMIA

Florean Hartungi, Himawan Sanusi


Divisi Endokrin Metabolik Diabetes, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

I. PENDAHULUAN

Hiperprolaktinemia merupakan kelainan endokrin terhadap aksis

hipotalamo-pituitari yang paling umum terjadi. Hiperprolaktinemia

adalah kondisi dimana seseorang dengan kadar hormon prolaktin dalam

darah yang melebihi nilai normal. Prevalensi hiperprolaktinemia sekitar

0,4 – 0,9% populasi orang dewasa dan sekitar 17% pada perempuan

dengan kelainan reproduksi. Salah satu penyebab umum

hiperprolaktinemia adalah tumor pada kelenjar hipofisis disebut

prolaktinoma. 1,2

Prolaktin merupakan hormon polipeptida yang terdiri dari 198 asam

amino dengan berat molekul 23 kD. Rantai polipeptida prolaktin

dihubungkan oleh dua jembatan disulfida. Pembentukan prolaktin

dikode oleh gen yang terletak pada kromosom 6 p22.2, p21.3. Pit-1

merupakan faktor transkripsi yang berikatan dengan gen prolaktin

sehingga memicu produksi prolaktin di hipofisis anterior. Struktur

prolaktin menyerupai hormon pertumbuhan dan hormon plasenta

laktogen.3

Fungsi utama prolaktin adalah menstimulasi produksi ASI setelah

persalinan, sehingga prolaktin dengan kadar yang tinggi selama

kehamilan adalah normal. Prolaktin juga mempengaruhi kadar hormon

1
sex (estrogen dan testosteron) pada perempuan dan pria2. Fungsi

lactotroph diatur terutama oleh thyrotropin releasing hormone (TRH)

dan dopamin yang dihasilkan di hipothalamus dimana fungsinya untuk

meningkatkan dan menghambat sintesis dan sekresi prolaktin1.

Pengobatan hiperprolaktinemia meliputi terapi farmakologi,

radioterapi, dan operasi yang bertujuan untuk menurunkan kadar

hormon prolaktin. Obat dalam bentuk agonis dopamin adalah

pengobatan lini pertama.4

II. DEFINISI

Hiperprolaktinemia adalah adanya peningkatan kadar prolaktin

abnormal yang tinggi di dalam darah. Nilai prolaktin bervariasi sesuai

jenis kelamin, untuk perempuan antara 10 – 25 µg/L dan pada laki – laki

10 – 20 µg/L. Sekresi hormone prolaktin bersifat pulsatile, dengan

sekresi maksimum selama tidur fase REM dan puncaknya pada pukul

04.00 dan 06.00 AM. Prolaktin dieliminasi di hati dan ginjal, dengan

waktu paruh sirkulasi 20 – 50 menit3.

III. EPIDEMIOLOGI

Hiperprolaktinemia adalah sindrom hipersekresi hormon pituitari

yang paling sering terjadi pada pria dan perempuan. Pada perempuan

paling sering terjadi pada usia 25 – 34 tahun dan pada pria 4 kali lebih

jarang dibanding perempuan. Prevalensi pada populasi umum terjadi

2
sekitar 0,4%, diperkirakan terjadi pada 10 – 90 orang per 100.000

penduduk perempuan, dan 20 per 100.000 penduduk pria.

Hiperprolaktinemia juga terjadi pada 15 – 20% perempuan dengan

gangguan menstruasi.3,5

Nonpuerperal hiperprolaktinemia disebabkan dari adenoma

lactotroph (prolaktinoma), dimana prolaktinoma terjadi sekitar 40% dari

tumor pituitari. Prevalensi prolactinoma yang dilaporkan jelas secara

klinis berkisar antara 6-10 per 100.000 hingga sekitar 50 per 100.000

penduduk.5

IV. ETIOLOGI

Gangguan dari sumbu hipotalamus-hipofisis, gangguan sintesis

dopamin, stres, tumor hipofisis, sindrom ovarium polikistik,

hipotiroidisme primer, dan berbagai obat-obatan dapat menyebabkan

terjadinya hiperprolaktinemia. Hiperprolaktinemia pada anak

perempuan menyebabkan pubertas tertunda, hipogonadisme

hipogonadotropik, amenore primer atau sekunder, dan galaktorea.

Hiperprolaktinemia pada pria tidak hanya menjadi tanda pertama dari

libido yang menurun atau impotensi, namun juga menyebabkan

produksi sperma yang tidak efisien dan infertilitas. 6,7,8 Adapun berbagai

penyebab hiperprolaktinemia telah diringkas dalam Tabel 1 dibawah ini

3
Tabel 1. Etiologi Hiperprolaktinemia1

2.1 Tumor Hipofisis

Adenoma hipofisis adalah jenis tumor yang paling umum di

kelenjar hipofisis. Ada sekitar 10% kejadian yang diperoleh dari

otopsi post-mortem, dengan rasio yang sama dari pasien pria dan

perempuan. Tumor yang paling sering terdeteksi (lebih dari 39%)

4
adalah granulasi adenoma sel prolaktin. Jenis lainnnya yaitu sel

growth hormone (GH) atau campuran prolaktin / GH adenoma, sel

ACTH adenoma / adenoma sel Crooke ini (14%); Adenoma sel

gonadotroph (6,6%); Adenoma Null sel / oncocytoma (32%) dan

jenis lainnya atau yang tidak terklasifikasi.8

2.2 Hipotiroidisme

Hubungan antara hiperprolaktinemia dengan hipotiroidisme

terjadi melalui beberapa mekanisme. Hormon tiroksin mempunyai

efek menghambat sekresi prolaktin. Kondisi hipotiroid, khususnya

hipotiroid primer menyebabkan kadar TRH endogen dan TSH

meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya kepekaan

hipofisis pada keadaan hipotiroid. TRH merangsang laktotroph

untuk mensintesis prolaktin yang berlebihan, sedangkan biosintesis

Prolaktin Inhibiting Factor (PIF) menurun, sehingga perempuan

dengan hipotiroid akan mengalami hiperprolaktinemia. Kadar

prolaktin yang tinggi akan menekan FSH dan LH sehingga

menyebabkan gangguan pematangan folikel. Di samping itu

prolaktin yang tinggi juga menyebabkan peningkatan sekresi

androgen dari kelenjar adrenal yaitu dehidroepiandrosteron sulfat

(DHEAs). Kadar androgen yang tinggi ini selanjutnya akan

menghambat pematangan folikel.9

5
Meningkatnya kadar prolaktin plasma menyebabkan

perempuan dengan hipotiroid akan mengalami gangguan fertilitas

yang berat. Hal ini akan menyebabkan gangguan siklus haid, dari

oligomenore sampai amenore dan anovulasi. Pada hipotiroidisme

pula, jaringan payudara akan menjadi lebih peka terhadap prolaktin,

meski pada kadar yang normal sekalipun. Sehingga

hiperprolaktinemia pada keadaan hipotiroidisme hampir selalu

disertai galaktorea. Pada keadaan ini sering dijumpai hingga sella

tursika melebar. Selain itu pada keadaan-keadaan seperti nyeri

prahaid, galaktore atau kadar PRL yang tinggi harus dipikirkan

adanya penurunan hormon tiroid.9

2.3 Polycystic Ovary Syndrome

Polycystic Ovary Syndrome merupakan masalah infertilitas

yang sering muncul dengan menghambat ovulasi, mempengaruhi

3,5-10% perempuan usia reproduktif. Tanpa alasan yang jelas,

beberapa perempuan dengan PCOS memiliki tingkat prolaktin yang

sedikit tinggi. PCOS mirip seperti hiperprolaktinemia dan keduanya

dapat menyebabkan amenorea sekunder pada perempuan.8

2.4 Obat-obatan

Beberapa obat dapat meningkatkan produksi prolaktin.

Obat-obatan yang paling sering menyebabkan hiperprolaktinemia

6
adalah obat anti psikosis. Antipsikosis bertindak sebagai

neurotransmiter dopaminergik / penghambat reseptor yang dapat

menyebabkan efek samping endokrin, seperti hiperprolaktinemia

dan ini merupakan efek samping yang paling sering dari antipsikosis

generasi pertama. Obat lain yang dapat meningkatkan hormon

prolaktin, yaitu :8

• Beberapa anti-depresan, penghambat pengambilan serotonin

(fluvoxamine; fluoxetine; paroxetine, duloxetine etc)

• Beberapa sedatif

• Catecholamine depletor

• Dopamine synthesis inhibitor

• Neuropeptida

• Anticonvulsants

• Opiat and opiat antagonis opiat

• Kontrasepsi estrogen oral

• Beberapa obat untuk tekanan darah (methyldopa, verapamil)

• Obat anti mual (Reglan, metoclopramide)

• Antasida

2.5 Stress

Tingkat prolaktin yang tinggi terkadang berhubungan

dengan stress fisik. Peningkatan prolaktin juga dapat dideteksi

dalam menanggapi rangsangan eksternal yang kuat atau tiba-tiba

7
pada umumnya, seperti kondisi stres lingkungan, atau dapat

berhubungan dengan alasan psikologis. Dalam model tikus, hormon

prolaktin meningkatkan efek stimulasi sekresi ACTH yang

diinduksi corticosterone.8

V. PATOGENESIS

Prolaktin berada di bawah kontrol hipotalamus, di mana dopamin

berfungsi sebagai sinyal penghambat yaitu mencegah sekresi prolaktin,

dan thyrotropin releasing hormone (TRH) berfungsi untuk menstimulasi

peningkatan produksi dan pelepasan prolaktin. Peningkatan produksi

hormon hipofisis anterior dapat terjadi akibat dari adenoma yang

memproduksi prolaktin atau akibat dari peradangan (hypophysitis).

Namun, kondisi yang mengakibatkan gangguan pengantaran dopamin

atau peningkatan sinyal TRH, atau keduanya, juga akan mengakibatkan

peningkatan pelepasan prolaktin. Beberapa jenis obat juga dapat

mengakibatkan peningkatan produksi prolaktin melalui sifat anti-

dopaminergik. Stimulasi payudara berfungsi sebagai stimulus otonom,

melalui jalur neurogenik sentral yang menurunkan pelepasan dopamin

ke sirkulasi portal hypophyseal. Dalam beberapa kondisi, seperti

insufisiensi ginjal atau hati, klirens prolaktin berkurang sehingga

meningkatkan kadar prolaktin. Di bawah ini dapat dilihat gambaran dari

patogenesis hiperprolaktinemia.10

8
Gambar 1. Patogenesis Hiperprolaktinemia 10

Peningkatan serum prolaktin mengakibatkan penurunan ekspresi

dari kisspeptin di neuron Kiss1 baik di arkuata hipotalamus (ARC) dan

inti periventricular anteroventral (AVPV), dimediasi oleh reseptor

prolaktin yang tampak pada kedua populasi neuron Kiss1. Penekanan

kisspeptin, pada akhirnya, mengurangi pelepasan GnRH dan

9
mengakibatkan hilangnya lonjakan ovulasi GnRH. Hal ini

menyebabkan berkurangnya sekresi gonadotropin hipofisis (LH dan

FSH) dan hilangnya stimulasi ovarium, yang menghasilkan

hipogonadisme, infertilitas, dan amenore. Prolaktin juga mungkin

memiliki efek langsung pada neuron GnRH dan / atau gonadotropin

hipofisis, atau GnRH neuron aferen lainnya.11

10
Gambar 2. Mekanisme hiperprolaktinemia dipicu oleh hipogonadisme.11

VI. GEJALA KLINIS

Gejala yang terkait dengan hiperprolaktinemia dapat disebabkan

oleh beberapa faktor : efek langsung dari prolaktin yang berlebihan,

seperti induksi galaktorea atau hipogonadisme, dan efek dari lesi

struktural (seperti tumor hipofisis), yang menyebabkan gejala nyeri

kepala, gangguan lapang pandang, atau yang terkait disfungsi sekresi

hormon hipofisis anterior. Pada perempuan biasanya dengan riwayat

oligomenore, amenore, atau infertilitas, yang umumnya dihasilkan dari

penekanan prolaktin dari gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

Galaktorea yang terjadi disebabkan karena efek langsung dari prolaktin

pada sel epitel payudara. Pada perempuan premenopause gejala kilinis

hiperprolaktinemia dapat berupa :10

• Kadar prolaktin >100 mg/L umumnya berhubungan dengan

hipogonadisme, galaktorea dan amenore

• Kada prolaktin 51-75 mg/L berhubungan dengan oligomenore

• Kadar prolaktin 31-50 mg/L terkait dengan fase luteal yang pendek,

penurunan libido dan infertilitas

• Osteopenia dapat terjadi pada keadaan hipogonadisme

Pria biasanya datang dengan keluhan disfungsi seksual, masalah

penglihatan, atau sakit kepala. Prolaktin menekan GnRH, menyebabkan

penurunan hormon luteinizing dan follicle-stimulating hormone,

11
akhirnya menyebabkan penurunan kadar testosteron serum dan

hipogonadisme. Hiperprolaktinemia pada pria dapat memberikan gejala

sebagai berikut :10

• Libido yang menurun, impotensi, penurunan produksi sperma,

infertilitas, ginekomastia, dan galaktorea

• Impotensi tidak responsif terhadap pengobatan testosteron dan

berhubungan dengan penurunan massa otot, rambut tubuh dan

osteoporosis

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis hiperprolaktinemia dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesa riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan

penunjang.

7.1 Anamnesa

Anamnesa pada pasien dengan hiperprolaktinemia akan

didapatkan riwayat berupa :5,10

• Oligomenore

• Amenore

• Infertilitas

• Galaktorea

• Penurunan libido, serta impotensi pada pria

• Keluhan disfungsi seksual

• Masalah penglihatan

12
• Sakit kepala

• Ginekomastia pada pria

7.2 Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisis, dapat dijumpai adanya : 5,10

• Galaktorea

• Ginekomastia

7.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan lain dari penyebab gejala yang muncul pada pasien

yang diduga menderita hiperprolaktinemia. Pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

hiperprolaktinemia, yaitu : 5,10

• Pengukuran tingkat serum prolaktin.

Prolaktin serum dinilai dengan menggunakan tes yang

menghasilkan nilai-nilai yang akurat. Nilai normal-assay spesifik

lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada pria dan umumnya

lebih rendah dari 25 µg/liter. Ketika Standard WHO 84/500

digunakan, maka 1 µg/liter setara dengan 21,2 mIU/liter. Tes sekresi

prolaktin menggunakan TRH, L-dopa, nomifensine, dan

domperidone tidak lebih unggul dari pengukuran sampel serum

prolaktin tunggal untuk diagnosis hiperprolaktinemia. Oleh karena

13
itu pengukuran tingkat serum prolaktin tunggal lebih

direkomendasikan.5,10

Tingkat prolaktin lebih besar dari 500 µg/liter adalah diagnostik

dari macroprolactinoma. Meskipun tingkat prolaktin lebih besar dari

250 µg/liter biasanya menunjukkan adanya prolaktinoma, obat

seperti risperidone dan metoclopramide, dapat menyebabkan

peningkatan prolaktin di atas 200 µg/liter pada pasien tanpa adanya

bukti adenoma. Bahkan tingkat prolaktin minimal mungkin

konsisten dengan adanya prolaktinoma. Namun, peningkatan

prolaktin besar juga dapat terjadi dengan adanya mikroadenoma.5,10

• Penilaian TSH

Tes thyroid-stimulating hormone saat ini sangat sensitif untuk

mendeteksi kondisi hipotiroid. Hal ini dikarenakan

hiperprolaktinemia dapat terjadi akibat hipotiroidisme.5,10

• Penilaian Fungsi Ginjal

Mengukur nitrogen urea dan kreatinin dalam darah penting untuk

mendeteksi adanya gagal ginjal.5,10

• Tes Kehamilan

Tes kehamilan diperlukan kecuali pada pasien pascamenopause atau

pada pasien yang telah menjalani histerektomi. Tes ini dilakukan

14
untuk menyingkirkan hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh

kehamilan.5,10

• Immunoradiometric-Assay

Ketika ada perbedaan antara tumor hipofisis yang sangat besar dan

tingkat prolaktin sedikit meningkat, disarankan untuk melakukan

seri pengenceran sampel serum untuk menghilangkan artefak yang

dapat terjadi dengan beberapa tes immunoradiometric yang

mengarah ke nilai prolaktin palsu rendah (hook effect). Peningkatan

prolaktin dapat terjadi pada pasien dengan adenoma besar yang

nonfungsional oleh karena penurunan dopamin, yang menghambat

sekresi prolaktin dari lactotrophs normal karena disfungsi tangkai

hipotalamus. Ketika nilai-nilai prolaktin tidak setinggi seperti yang

diharapkan pada pasien dengan makroadenoma, maka tes harus

diulang setelah pengenceran sampel serum 1:100. Langkah ini akan

mengatasi potensi terjadinya “hook effect” dan akan membedakan

antara prolaktinoma besar dan adenoma besar yang tidak berfungsi.

sebaiknya artefak ini dieksklusi pada pasien yang memiliki

makroadenoma hipofisis dan kadar prolaktin yang normal atau

sedikit meningkat.5,10

15
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging merupakan pemeriksaan penunjang

gold standard bagi penderita hiperprolaktinemia yang telah

dipastikan penyebabnya bukan oleh proses fisiologis, kehamilan,

obat - obatan atau hipotiroidisme. MRI dapat mendeteksi adenoma

sampai ukuran sekecil 3-5 mm. Anatomi kelenjar hipofisis paling

baik dilihat dengan pemeriksaan MRI. Dengan MRI dapat dilihat

kiasma optik, sinus kavernosus, dan hipofisis itu sendiri (baik

kelenjar normal maupun suatu tumor), dan tangkainya. Maka dapat

diketahui hubungan antara struktur-struktur tersebut. Pencitraan

dengan MRI dari fossa hipofisis dianjurkan untuk menetapkan

apakah suatu tumor hipofisis mensekresi prolaktin atau adanya lesi

lain. CT scan mungkin tidak cukup sensitif untuk mengidentifikasi

lesi kecil atau lesi besar yang isodens dengan struktur sekitarnya.

Oleh karena itu pencitraan dengan menggunakan MRI lebih

dianjurkan. 5,10

16
Alur diagnosis hiperprolaktinemia diringkas dalam Gambar 3

Gambar 3. Alur diagnosis hiperprolaktinemia. 10

VIII. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan hiperprolaktinemia adalah untuk memperbaiki

hiperprolaktinemia sebagai konsekuensi biokimia dari kelebihan

17
hormon. Prinsipnya adalah mengatasi yang menjadi penyebab

hiperprolaktinemia. Bila muncul gambaran gejala penekanan tumor

yang besar (makro) ukuran tumor sebaiknya dikurangi dan tumor

dicegah tumbuh kembali. Berikut ini tujuan dari pengobatan

hiperprolaktinemia, yaitu : 5, 10

• Restorasi dan pemeliharaan fungsi gonad yang normal

• Pemulihan kesuburan yang normal

• Pencegahan osteoporosis

Jika ada tumor hipofisis :

• Koreksi kelainan neurologis visual atau

• Pengurangan atau penghapusan massa tumor

• Pelestarian fungsi hipofisis yang normal

• Pencegahan perkembangan hipofisis atau penyakit hipotalamus

Terapi medis melibatkan agonis dari inhibitor fisiologis

prolaktin, yaitu dopamin. Meskipun pada awalnya pasien akan

membutuhkan terapi dopamin agonis sepanjang hidup mereka,

penggunaan agen saat ini ini telah berkembang menjadi sebuah proses

dinamis tergantung pada kebutuhan dan keadaan pasien.10

Operasi pengangkatan tumor yang berhubungan dengan

kelebihan prolaktin memerlukan pertimbangan cermat dari tujuan

pengobatan. Hal ini diindikasikan pada pasien dengan adenoma

hipofisis atau adenoma nonlactotroph lain yang terkait dengan

18
hiperprolaktinemia dan pada pasien yang dengan terapi medis telah

gagal atau tidak dapat ditoleransi. Hiperprolaktinemia kambuh dalam

waktu 5 tahun setelah operasi pada sekitar 50% dari pasien dengan

microprolactinoma yang awalnya dipikir dapat sembuh. Dalam seri

lainnya, tingkat kekambuhan hiperprolaktinemia berikut penyembuhan

awal dengan operasi berkisar antara 20% sampai 40%. Namun,

kambuhnya hiperprolaktinemia setelah operasi belum tentu permanen

dan belum tentu mengindikasikan kegagalan operasi. Reevaluasi hasil

jangka panjang menunjukkan tingkat keberhasilan sekitar 75% untuk

operasi pengangkatan microprolactinoma. Namun, hasil operasi untuk

macroprolactinoma buruk, dengan tingkat keberhasilan jangka panjang

hanya 26%.5, 10

Penatalaksanaan hiperprolaktinemia dalam kehamilan :12

• Tidak ada bukti peningkatan teratogenicity terkait dengan

bromocriptine atau penggunaan cabergoline selama kehamilan

• Tidak ada bukti peningkatan risiko aborsi atau kehamilan kembar

dengan penggunaan dopamin agonis

• Jika ukuran tumor sebelum kehamilan <10 mm, terapi dopamine

agonis dihentikan selama kehamilan karena risiko ekspansi tumor

rendah

19
• Jika ukuran tumor sebelum kehamilan ≥ 10 mm sebelum kehamilan,

penggunaan bromokriptin disarankan selama kehamilan untuk

menghindari perluasan tumor yang signifikan

• Semua pasien harus dievaluasi setiap 2 bulan selama kehamilan

• Pengujian bidang visual formal diindikasikan pada pasien dengan

gejala atau riwayat makroadenoma

• Jika defek lapangan pandang meluas meskipun dengan pengobatan

dopamin agonis, persalinan awal atau operasi pituitari harus

dipertimbangkan

Bromocriptine adalah obat yang efektif dan aman untuk

pengobatan hiperprolaktinemia. Karena merupakan agonis untuk

reseptor D1 dan D2, profil efek samping lebih besar daripada agonis D2

seperti cabergoline atau quinagolide. Masalah intoleransi obat dapat

diminimalkan dengan metode pengenalan lambat dan peningkatan

secara bertahap dari obat, dengan makanan. Meskipun demikian,

setidaknya 5% tidak toleran terhadap penggunaannya.12,13

Cabergoline adalah salah satu dari beberapa agonis dopamin

yang saat ini tersedia untuk pengobatan hiperprolaktinemia tetapi data

pada paparan awal kehamilan terbatas. Tingkat prolaktin dengan

menggunakan cabergoline menurun ke kisaran normal dan hasil ini

secara signifikan lebih baik daripada pengobatan menggunakan

kelompok bromocriptine.5,12

20
Terapi cabergoline juga telah berhasil pada pasien yang

prolaktinoma resisten terhadap bromocriptine atau yang tidak bisa

mentolerir bromocriptine, dengan tingkat keberhasilan lebih dari 90%

pada pasien dengan prolaktinoma yang baru didiagnosis.14

Pertumbuhan baru dari tumor setelah penghentian terapi

bromokriptine, bergantung pada lamanya pengobatan sebelum

penghentian obat: pertumbuhan tumor tampaknya paling rentan pada

pengobatan kurang dari 12 bulan.14

21
Pendekatan penatalaksanaan hiperprolaktinemia diringkas dalam

Gambar 4.

Gambar 4. Penatalaksanaan hiperprolaktinemia10

IX. KOMPLIKASI

Potensi komplikasi dari hiperprolaktinemia terutama terkait dengan

ukuran tumor dan efek fisiologis dari kondisi tersebut. Komplikasi

hiperprolaktinemia tersebut termasuk defisit penglihatan hingga

22
kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, pituitary apoplexy, infertilitas,

osteoporosis, hypopituitarism, dan hypogonadism.15

X. PROGNOSIS

Kebanyakan pasien dengan mikro prolaktinoma memiliki prognosis

yang baik dan kadar prolaktin dapat kembali normal dengan

pengobatan. Pasien-pasien ini dapat diterapi dengan terapi medis untuk

waktu yang lama. Keberhasilan operasi hipofisis juga tergantung pada

ukuran tumor, tingkat prolaktin serum, dan pengalaman ahli bedah saraf.

Tingkat keberhasilan operasi hipofisis berbanding terbalik dengan

ukuran tumor dan kadar prolaktin. Meskipun operasi mikro

prolaktinoma memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, kekambuhan

hiperprolaktinemia relatif tinggi yaitu sekitar 17% pada pasien yang

awalnya dianggap sembuh. Dalam kasus makroprolaktinoma, sekitar

50% dari pasien dalam remisi setelah operasi. Dalam kasus tumor

invasif, reseksi lengkap tidak mungkin dilakukan, dan prolaktin

menormalkan hanya pada 32% pasien dengan tingkat kekambuhan

sekitar 19%.15

XI. RINGKASAN

Prolaktinoma adalah penyebab umum hiperprolaktinemia dan disfungsi

reproduksi / seksual. Penyebab lain dari hiperprolaktinemia dapat

dieksklusi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat,

23
kimia rutin, dan uji untuk TSH, pencitraan MRI, atau CT yang akan

menggambarkan ukuran dan luasnya tumor. Terapi medis adalah

pengobatan awal pilihan. Infertilitas adalah indikasi utama untuk

pengobatan, penggunaan bromokriptine memiliki catatan keamanan

yang luas dan lebih disukai. Untuk indikasi lain, cabergoline tampaknya

lebih sesuai dan lebih dapat ditoleransi.16

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Belmahi N, et all. Idiopathic Hyperprolactinemia with Tumoral Prolactin

Levels. Onco Fertil J. 2018;1:107-10.

2. Klibanski A, Janet S (Ed.). Hyperprolactinemia. The Hormone Foundation.

2010; https://academic.oup.com/jcem/article-abstract/95/1/E2/2835171

3. Levine S, Ozgul M. Stress Induced Hyperprolactinemia: Pathophysiology

and Clinical Approach. Obstetrics and Gynecology International. 2018;

https://doi.org/10.1155/2018/9253083.

4. Wang, AT, et. all. Treatment of Hyperprolactinemia: A Systematic Review

and Meta-Analysis. Systematic Review J. 2012; Vol 1 : 1-12

5. Melmed S, et all. Diagnosis and Treatment of Hyperprolactinemia: An

Endocrine Society Clinical Practice Guideline. J Clin Endocrinol Metab.

2011; 96: 273-288.

6. Crosignani, P. G. 2012. Management of hyperprolactinemia infertility.

Milano; Elsevier

7. Sonigo C, et all. Hyperprolactinemia-induced ovarian acyclicity is reversed

by kisspeptin administration. J Clin Invest. 2012; 122(10):3791–3795.

doi:10.1172/JCI63937

8. Oner, G. 2013. Prolactin and Infertility. Turkey : Intech Open Science

9. Prawirohardjo. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

10. Serri O, et all. Diagnosis and management of hyperprolactinemia. CMAJ.

2003; 169(6): 575-581.

25
11. Kaiser, UB. Hyperprolactinemia and infertility: new insights. J Clin Invest.

2012;122(10):3467–3468. doi:10.1172/JCI64455.

12. Colao A, et all. Macroprolactinoma Shrinkage during Cabergoline

Treatment is Greater in Naïve Patients Than in Patients Pretreated with

Other Dopamine Agonists : A Prospective Study in 110 Patients. J Clin

Endocrinol Metab. 2000; 85: 2247–2252.

13. Corenblum, B. Bromocriptine Response in Pathological

Hyperprolactinemia : A 34 Year Follow-Up of a homogenous Population of

827 Patients. The Open Endocrinology Journal. 2009; Vol 3 : 1874 - 2165.

14. Colao A, et all. Withdrawl of Long-Term Cabergoline Therapy for Tumoral

and Nuntumoral Hyperprolactinemia. NEJM. 2003; 349: 2023-2033.

15. Thapa, Sudan dan Kamal Bhusal. 2019. Hyperprolactinemia. USA :

National Center for Biotechnology Information

16. Molitch, Mark E. 2001. Disorders of Prolactin Secretion. Illinois :

Endocrinology, Metabolism and Molecular Medicine

26

Anda mungkin juga menyukai