Anda di halaman 1dari 8

E-Jurnal Matematika Vol. 7(3), Agustus 2018, pp.

211-218 ISSN: 2303-1751


DOI: https://doi.org/10.24843/MTK.2018.v07.i03.p205

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA


JUMLAH KASUS TUBERKULOSIS DI PROVINSI BALI TAHUN 2016

Ni Putu Rina Anggreni1§, Ni Luh Putu Suciptawati2, I Gusti Ayu Made Srinadi3

1
Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [Email: rinaanggreni592@gmail.com]
2
Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [Email: suciptawati@unud.ac.id]
3
Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [Email: srinadi@unud.ac.id]

ABSTRACT

Tuberculosis is a contagious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Based on data from the
health office of Bali Province, in 2015 tuberculosis cases found 0,96%, while in 2016 tuberculosis
cases increase to 1,05%. This research used truncated spline nonparametric regression to model
tuberculosis cases in Bali Province in 2016. This method was used because truncated spline has high
flexibility compared to other polynomial models. The truncated spline function has a connecting point
called knots. The best estimation of truncated spline regression model is obtained from optimal knot
point selection by calculating minimum generalized cross validation. The estimated truncated model
is linear with one knot point with determination coefficient equals to 70,48 %. In addition, it is also
found in order to reduce tuberculosis cases the government of Bali Province should increase
percentage of family who lives clean and healthy.
Keywords: Bali, Generalized Cross Validation (GCV), Knots, Tuberculosis, Truncated Spline.

faktor yang memengaruhi jumlah kasus


1. PENDAHULUAN tuberkulosis.
Tuberkulosis merupakan penyakit menular Penelitian mengenai faktor-faktor yang
yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang memengaruhi jumlah kasus tuberkulosis telah
(basil) yang bernama Mycobacterium dilakukan oleh beberapa peneliti. Lestari dkk
Tuberculosis. Penyakit ini dapat menular secara (2014) melakukan analisis mengenai faktor-
langsung melalui udara dalam bentuk percikan faktor yang memengaruhi jumlah kasus
dahak (droplet nuclei). Penyakit tuberkulosis tuberkulosis di Jawa Timur dengan metode Geo-
masih menjadi masalah kesehatan di beberapa graphically Weighted Poisson Regression
negara, salah satunya negara Indonesia. (GWPR) dan Generalized Poisson Regression
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016), (GPR). Nisa dan Budiantara (2016) melakukan
jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia analisis mengenai faktor-faktor yang
ditemukan sebanyak 298.128 kasus. Pada tahun memengaruhi jumlah kasus tuberkulosis di Jawa
2015, jumlah kasus tuberkulosis ditemukan Timur menggunakan metode regresi spline,
sebanyak 0,96% di Provinsi Bali (Dinas dengan memberikan saran kepada peneliti
Kesehatan, 2016). Selain itu, pada tahun 2016 selanjutnya agar melakukan penambahan
ditemukan sebanyak 1,05% (Dinas Kesehatan, variabel yaitu kepadatan penduduk dan
2016). Menyikapi kasus tuberkulosis yang pengembangan menggunakan empat titik knot.
semakin meningkat di Provinsi Bali, maka Pendekatan regresi spline merupakan salah
berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah satu estimator pada pendekatan regresi non-
Provinsi untuk me-nurunkan jumlah kasus parametrik, yang digunakan untuk melakukan
tuberkulosis. Salah satu caranya yaitu estimasi terhadap kurva regresi karena bentuk
melakukan analisis untuk mengetahui faktor- kurva regresi diasumsikan smooth (mulus).

211
Anggreni, N.P.R., N.L.P. Suciptawati, I G.A.M. Srinadi Model Regresi Nonparametrik Spline Truncated…

Pendekatan regresi spline memiliki suatu basis berikut:


fungsi, basis fungsi yang biasa digunakan antara ( )
( ) { (2)
lain spline truncated dan B-spline (Lyche,
2008). Truncated merupakan fungsi yang dapat Estimasi parameter pada regresi
diartikan sebagai fungsi potongan. Oleh karena nonparametrik spline truncated dapat dilakukan
itu, spline truncated merupakan model dengan metode maximum likelihood estimator
polinomial yang memiliki sifat terpotong- (MLE). Jika galat pada persamaan (1)
potong. Memiliki sifat terpotong-potong diasumsikan berdistribusi normal, maka juga
tersebut, maka spline memiliki fleksibilitas yang berdistribusi normal, in-dependen dengan nilai
lebih tinggi di-bandingkan dengan model tengah ( ) dan varians-nya . Dengan
polinomial biasa sehingga dapat menyesuaikan demikian, fungsi densitas peluang menjadi:
diri secara lebih efektif terhadap karakteristik ( ( ))
lokal suatu fungsi data, dengan kata lain spline ( ( ) ) [ ] (3)

dapat menghasilkan fungsi regresi yang sesuai dengan ( )
dengan data. Fungsi likelihood dapat dinyatakan sebagai
Dalam fungsi spline terdapat titik-titik berikut:
penghubung yang disebut titik knot. Titik knot
( ) ( ) [ ∑ (
merupakan titik fokus dalam fungsi spline
sehingga kurva yang dibentuk dapat terbagi pada ( )) ] (4)
titik tersebut. Akibatnya secara visual dapat Estimator titik diperoleh dengan memak-
menggambarkan secara jelas perubahan simumkan fungsi likelihood ( ) yang dapat
perilaku-perilaku dari model spline pada dinyatakan sebagai berikut:
interval-interval yang berbeda, sebagai ciri khas
pendekatan spline. Berdasarkan uraian diatas * ( )+ {( ) [
maka peneliti ingin mengetahui bagaimana ∑ ( (∑
model regresi non-parametrik spline truncated
pada jumlah kasus tuberkulosis di Provinsi Bali ∑ ( )( ) )) ]} (5)
pada tahun 2016. Selanjutnya, apabila persamaan (5) dilanjutkan
sampai selesai maka diperoleh estimator
2. KAJIAN PUSTAKA sebagai berikut:
Regresi spline merupakan model poli- ̂ ( ) (6)
nomial tersegmen yang mulus. Dalam fungsi Sehingga, estimasi dari ̂ dapat diuraikan
spline terdapat titik-titik penghubung yang sebagai berikut:
disebut titik knot. Secara umum model regresi ̂ ( ) ( ) (7)
nonparametrik spline truncated pada suatu Untuk menentukan model regresi spline dapat
fungsi dengan orde m untuk satu variabel respon menggunakan metode GCV. Nilai GCV
dan satu variabel prediktor dapat dinyatakan minimum merupakan model terbaik dengan titik
sebagai berikut (Eubank R. L., 1999): knot yang optimal. Fungsi GCV didefinisikan
sebagai berikut (Eubank R. L., 1999):
∑ ∑ ( )( ) ( )
( ) , ( )-)
(8)
(
(1)
dengan ( ) ( ) merupa- dengan ( ) ∑ ( ̂) ,
kan parameter koefisien regresi, ̂ ( ) merupakan matriks identitas,
merupakan satu variabel prediktor yang merupakan banyaknya data, merupakan
nilainya diketahui, dan ( ) merupakan banyaknya titik knot ( ) dan
fungsi truncated yang dapat diuraikan sebagai ( ) ( ) .

212
E-Jurnal Matematika Vol. 7(3), Agustus 2018, pp. 211-218 ISSN: 2303-1751
DOI: https://doi.org/10.24843/MTK.2018.v07.i03.p205

3. METODE PENELITIAN Tabel 1. Statistika deskripsi faktor-faktor yang


diduga berpengaruh.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Statistika Deskripsi
Variabel Simpangan
Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 dan Badan Min Max Mean
Baku
Pusat Statistika (BPS) Provinsi Bali tahun 2017.
Y 4 117 34,16 29,64
Data sekunder yang digunakan berupa jumlah
X1 39,5 100 76,10 11,32
kasus tuberkulosis pada 57 kecamatan di
X2 0,2 13,4 1,760 2,475
Provinsi Bali tahun 2016. X3 57,1 100 94,386 6,993
Variabel respon yang digunakan pada X4 0 100 50,57 35,25
penelitian ini adalah jumlah kasus tuberkulosis X5 59,1 76 67,633 2,740
pada 57 kecamatan di Provinsi Bali tahun 2016 X6 41,40 97,20 85,64 9,01
(Y) dan persentase rumah tangga ber-PHBS ( ),
persentase kepadatan penduduk ( ), persentase Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
tempat umum sehat ( ), persentase pengelolaa jumlah kasus tuberkulosis terendah ditemukan
makanan sehat ( ), persentase usia produktif sebanyak 4 kasus. Menurut Suarni (2009) dalam
( ), dan tenaga kesehatan terlatih ( ) skripsi (Fitri, 2017), faktor yang memengaruhi
merupakan variabel prediktor. jumlah kasus tuberkulosis adalah faktor
Teknik analisis data dilakukan dengan karakteristik individu dan faktor lingkungan.
regresi nonparametrik spline truncated dan Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi
bantuan Program R 3.3.2. Langkah-langkah jum-lah kasus tuberkulosis adalah suhu.
analisis data yang dilakukan sebagai berikut: Menurut Gould dan Brooker (2003), bakteri
1. Menyajikan statistika deskripsi variabel Mycobacterium Tuberculosis dapat tumbuh
respon dan variabel prediktor. optimal pada suhu 330C–370C. Berdasarkan data
2. Memilih titik knot optimal dengan Dinas Ke-sehatan Provinsi Bali tahun 2016,
menggunakan GCV yang paling minimum
dilihat bahwa Kecamatan Payangan memiliki
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Mencari matriks ( ) yang memenuhi suhu udara rata-rata mencapai 260C dengan suhu
persamaan (7). minimum rata-rata 230C dan suhu maksimum
b. Mencari nilai Mean Square Error rata-rata 290C. Hal ini menyebabkan bakteri
(MSE). Mycobacterium Tuberculosis tidak dapat
c. Mencari titik knot optimal dengan tumbuh dengan optimal di Kecamatan
menggunakan nilai GCV yang sesuai Payangan. Oleh karena itu, ditemukan jumlah
dengan persamaan (8).
3. Memodelkan variabel respon dan variabel kasus tuberkulosis terendah di Kecamatan
prediktor dengan regresi non-parametrik Payangan.
spline truncated dengan titik knot optimal. Berbeda dengan Kecamatan Payangan,
4. Menghitung nilai koefisien determinasi Kecamatan Denpasar Utara memiliki suhu mak-
( ) simum berkisar antara 29,90C–33,90C dan suhu
5. Menginterpretasikan model yang didapatkan minimum berkisar antara 22,70C–25,60C yang
dari regresi nonparametrik spline truncated. menyebabkan bakteri Mycobacterium
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tuberculosis dapat tumbuh secara optimal. Oleh
karena itu, banyak masyarakat di Kecamatan
Gambaran umum dari jumlah kasus Denpasar Utara yang terkena bakteri
tuberkulosis dengan persentase rumah tangga tuberkulosis. Hal ini menyebabkan Kecamatan
ber-PHBS, persentase kepadatan penduduk, Denpasar Utara menempati peringkat tertinggi
persentase tempat umum sehat, persentase dengan jumlah kasus tuberkulosis terbanyak
pengelolaan makanan sehat, persentase usia yaitu 117 kasus. Ditemukan persentase rumah
produktif, dan presentase tenaga kesehatan tangga ber-PHBS terendah sebesar 39,5% dan
terlatih. tertinggi sebesar 100%. Berdasarkan data Dinas

213
Anggreni, N.P.R., N.L.P. Suciptawati, I G.A.M. Srinadi Model Regresi Nonparametrik Spline Truncated…

Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016, dapat persyaratan higiene sanitasi yang sesuai dengan
dilihat bahwa persentase rumah tangga ber- standar Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Berbeda
PHBS terendah terjadi di Kecamatan Baturiti dengan Kecamatan Dawan, Kecamatan
dan tertinggi terjadi di Kecamatan Ubud. Hal ini Selemadeg Barat dan Kuta memiliki persentase
menyebabkan Kecamatan Ubud telah memenuhi tempat pengelolaan makanan sehat tertinggi. Hal
standar rumah tangga ber-PHBS dari Dinas ini menunjukkan bahwa tempat pengelolaan
Kesehatan Provinsi Bali. Menurut Dinas makanan di Kecamatan Selemadeg Barat dan
Kesehatan Provinsi Bali, rumah tangga ber- Kuta telah memenuhi persyaratan higiene
PHBS merupakan seluruh anggota keluarga sanitasi yang sesuai dengan standar Dinas
berperilaku hidup bersih dan sehat yang Kesehatan Provinsi Bali. Persentase usia
memenuhi sepuluh indikator yaitu pertolongan produktif terendah sebesar 59,1% dan tertinggi
persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi sebesar 76%. Diperoleh dari data Dinas
ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016, persentase
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan usia produktif terendah terjadi di Kecamatan
air bersih dan sabun, menggunakan jamban Kubu dan tertinggi terjadi di Kecamatan Kuta.
sehat, memberantas jentik di rumah sekali Selain itu, ditemukan persentase tenaga
seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, kesehatan terlatih terendah sebesar 41,40% dan
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak tertinggi sebesar 97,2%. Berdasarkan data Dinas
merokok di dalam rumah. Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016, dilihat
Ditemukan persentase kepadatan penduduk bahwa persentase tenaga kesehatan terlatih
terendah sebesar 0,2% dan tertinggi sebesar terendah ditemukan di Kecamatan Nusa Penida.
13,4%. Diperoleh dari data Dinas Kesehatan Hal ini disebabkan kurang-nya tenaga kesehatan
Provinsi Bali tahun 2016, persentase kepadatan terlatih seperti dokter umum, dokter spesialis,
penduduk terendah terjadi di Kecamatan dokter gigi, dokter gigi spesialis, bidan, perawat,
Selemadeg dan tertinggi terjadi di Kecamatan dan apoteker.
Denpasar Barat. Ditemukan persentase tempat
Tabel 2. Nilai GCV Minimum, Titik Knot
umum sehat terendah sebesar 57,1% dan Optimal, dan Orde Optimal
tertinggi sebesar 100%. Berdasarkan data Dinas
Banyaknya
Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016, dapat Orde GCV
Titik Knot
dilihat bahwa persentase tempat umum sehat 1 427,743
terendah terjadi di Kecamatan Selat dan 2 428,405
Karangasem. Persentase tempat umum sehat 3 2 513,069
tertinggi terjadi di 15 kecamatan yaitu 4 587,347
Kecamatan Susut, Melaya, Negara, Pekutatan,
5 662,305
Banjarangkan, Klungkung, Dawan, Sideman,
1 524,57
Tabanan, Selemadeg, Selemadeg Barat,
2 651,84
Selemadeg Timur, Pupuan, Marga dan Kediri.
3 3 673,73
Hal ini menunjukkan, 15 kecamatan tersebut
telah memenuhi kriteria sarana sehat dari Dinas 4 766,56
Kesehatan Provinsi Bali. 5 1663,8
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa 1 12172
persentase tempat pengelolaan makanan sehat 2 207940
terendah sebesar 0 dan tertinggi sebesar 100%. 3 4 2644650
Dilihat dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bali 4 1551712
tahun 2016, ditemukan persentase tempat 5 2534240
pengelolaan makanan sehat terendah terjadi di
Kecamatan Dawan karena tempat pengelolaan Untuk menentukan model regresi non-
makanan di Kecamatan Dawan tidak memenuhi parametrik spline truncated terbaik dapat

214
E-Jurnal Matematika Vol. 7(3), Agustus 2018, pp. 211-218 ISSN: 2303-1751
DOI: https://doi.org/10.24843/MTK.2018.v07.i03.p205

menggunakan metode GCV. Nilai GCV dengan demikian, estimasi model yang diperoleh
minimum merupakan model terbaik dengan titik adalah sebagai berikut :
knot yang optimal. Selanjutnya diuraikan ̂
pemilihan titik knot pada masing-masing orde
seperti tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa
.
nilai GCV minimum diperoleh pada regresi non-
parametrik spline truncated linear (orde 2) dengan nilai GCV sebesar 427,74 dan koefisien
dengan satu titik knot. Titik-titik knot optimal determinasi . Hal ini menunjukkan
berturut-turut terletak pada titik ; bahwa model jumlah kasus tuberkulosis pada
; ; ; dan kecamatan ke di Provinsi Bali dengan
dengan nilai GCV sebesar 427,74. menggunakan regresi nonparametrik spline
Dengan demikian, diperoleh estimasi model truncated dengan variabel persentase rumah
terbaik yaitu model regresi nonparametrik spline tangga ber-PHBS, persentase kepadatan
truncated linear (orde 2) dengan satu titik knot penduduk, per-sentase tempat umum sehat,
yang dapat dinyatakan sebagai berikut: persentase tempat pengelolaan makanan sehat,
̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ persentase usia produktif dan persentase tenaga
̂ ̂ ̂ ̂ kesehatan terlatih mampu menerangkan 70,48%
̂ ̂ ̂ ̂ . keragaman jumlah kasus tuberkulosis pada
dengan
kecamatan ke di Provinsi Bali tahun 2016.
( )
{ Sisanya 29,52% di-pengaruhi oleh variabel lain
( ) di luar model ataupun galat.
{
Berikut ini merupakan interpretasi fungsi
( )
{ . truncated untuk masing-masing
( ) pada model regresi nonparametrik spline
{ .
truncated linear (orde 2) dengan satu titik knot
( ) dapat diuraikan sebagai berikut:
{ .
1. Jika variabel sama
( )
{ . dengan nilai rata-ratanya, maka persentase
rumah tangga ber-PHBS ( ) terhadap
dan estimasi parameter disajikan dalam Tabel 3. jumlah kasus tuberkulosis pada kecamatan
Tabel 3. Estimasi Parameter Model Regresi ke di Provinsi Bali ( ) adalah sebagai
Non-parametrik Spline Truncated berikut:

Parameter Estimasi ̂ (9)


215,350 Ketika persentase rumah tangga ber-
0,09234 PHBS pada kecamatan ke di Provinsi
-1,83861
Bali bernilai maksimum yaitu 100%, maka
21,8074
nilai maksimum tersebut disubstitusikan ke
-15,6092
-0,10625 persamaan (9). Dengan demikian
-0,76369 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis pada
0,49096 kecamatan tersebut sebanyak 18 kasus.
-1,09198 Selain itu, ketika persentase rumah tangga
-2,9434 ber-PHBS pada kecamatan ke di Provinsi
8,40687 Bali ber-nilai minimum yaitu 39,5%, maka
-0,30386 nilai minimum tersebut juga disubstitusi ke
-2,15071 persamaan (9). Dengan demikian,

215
Anggreni, N.P.R., N.L.P. Suciptawati, I G.A.M. Srinadi Model Regresi Nonparametrik Spline Truncated…

ditemukan jumlah kasus tuberkulosis pada 3. Jika variabel sama de-


keca-matan tersebut sebanyak 45 kasus. ngan nilai rata-ratanya, maka persentase
Oleh karena itu, ketika persentase rumah tempat umum sehat ( ) terhadap jumlah
tangga ber-PHBS meningkat, maka akan kasus tuberkulosis pada kecamatan ke di
me-nurunkan jumlah kasus tuberkulosis di Provinsi Bali ( ) adalah sebagai berikut:
Provinsi Bali. ̂ (11)
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketika persentase tempat umum
Rumah tangga ber-PHBS merupakan upaya sehat pada kecamatan ke di Provinsi Bali
untuk memberdayakan anggota rumah bernilai maksimum yaitu 100%, maka
tangga agar tahu, mau, dan mampu mem- jumlah kasus tuberkulosis pada kecamatan
praktikan perilaku hidup bersih dan sehat tersebut ditemukan sebanyak 44 kasus.
serta berperan aktif dalam gerakan Selain itu, ketika persentase tempat umum
kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai sehat pada kecamatan ke di Provinsi Bali
rumah tangga ber-PBHS harus memenuhi bernilai minimum yaitu 57,1%, maka
sepuluh indikator yaitu pertolongan jumlah kasus tuberkulosis pada kecamatan
persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi tersebut ditemukan sebanyak 53 kasus.
diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap Dengan demikian, ketika persentase tempat
bulan, menggunakan air bersih, mencuci umum sehat meningkat, maka akan
tangan dengan air bersih dan sabun, menurunkan jumlah kasus tuberkulosis di
menggunakan jamban sehat, memberantas Provinsi Bali.
jentik di rumah sekali se-minggu, makan Tempat-tempat umum merupakan
sayur dan buah setiap hari, melakukan tempat/sarana yang diselenggarakan
aktivitas fisik setiap hari, dan tidak pemerintah atau swasta atau perorangan
merokok di dalam rumah. yang digunakan untuk kegiatan bagi
2. Jika variabel sama de- masyarakat yang meliputi sarana kesehatan
ngan nilai rata-ratanya, maka persentase (rumah sakit, pus-kesmas), sarana sekolah
kepadatan penduduk ( ) terhadap jumlah (SD, SMP, SMA), dan hotel. Untuk
kasus tuberkulosis pada kecamatan ke di mencapai tempat umum sehat maka harus
Provinsi Bali ( ) adalah sebagai berikut: memenuhi kriteria sarana sehat dari Dinas
̂ (10) Kesehatan Provinsi Bali.
Ketika persentase kepadatan pen- 4. Jika variabel sama
duduk pada kecamatan ke di Provinsi dengan nilai rata-ratanya, maka persentase
Bali bernilai maksimum yaitu 13,4%, maka tempat pengelolaan makanan sehat ( )
jumlah kasus tuberkulosis pada kecamatan terhadap jumlah kasus tuberkulosis pada
tersebut ditemukan sebanyak 316 kasus. kecamatan ke di Provinsi Bali ( ) adalah
Selain itu, ketika persentase kepadatan sebagai berikut:
penduduk pada kecamatan ke di Provinsi ̂ (12)
Bali bernilai minimum yaitu 0,2% maka Ketika persentase tempat pengelolaan
jumlah kasus tuberkulosis pada kecamatan makanan sehat pada kecamatan ke di
tersebut ditemukan sebanyak 16 kasus. Provinsi Bali bernilai maksimum yaitu
Dengan demikian, ketika persentase 100%, maka jumlah kasus tuberkulosis
kepadatan penduduk meningkat, maka akan pada kecamatan tersebut ditemukan
meningkatkan jumlah kasus tuberkulosis di sebanyak 24 kasus. Selain itu, ketika
Provinsi Bali. Kepadatan penduduk persentase tempat pengelolaan makanan
merupakan jumlah penduduk disuatu sehat pada kecamatan ke di Provinsi Bali
wilayah per-km2. bernilai minimum yaitu 0, maka jumlah
kasus tuberkulosis pada kecamatan tersebut

216
E-Jurnal Matematika Vol. 7(3), Agustus 2018, pp. 211-218 ISSN: 2303-1751
DOI: https://doi.org/10.24843/MTK.2018.v07.i03.p205

ditemukan sebanyak 25 kasus. Dengan Selain itu, ketika persentase tenaga


demikian, ketika persentase tempat kesehatan terlatih pada kecamatan ke di
pengelolaan makanan sehat meningkat, Provinsi Bali bernilai minimum yaitu
maka akan menurunkan jumlah kasus 41,4%, maka jumlah kasus tuberkulosis
tuberkulosis di Provinsi Bali. pada kecamatan tersebut ditemukan seba-
Tempat pengelolaan makanan me- nyak 62 kasus.
rupakan usaha pengelolaan makanan yang
meliputi jasa boga atau catering, rumah
5. SIMPULAN DAN SARAN
makan dan restoran, depot air minum,
kantin dan makanan jajanan. Untuk Berdasarkan interpretasi dari model regresi
mencapai tempat pengelolaan makanan nonparametrik spline truncated linear (orde 2),
sehat harus memenuhi persyaratan higiene diperoleh bahwa ketika persentase rumah tangga
sanitasi yang sesuai dari Dinas Kesehatan ber-PHBS pada kecamatan ke di Provinsi Bali
Provinsi Bali. bernilai maksimum yaitu 100, maka jumlah
5. Jika variabel sama de- kasus tuberkulosis pada kecamatan tersebut
ngan nilai rata-ratanya, maka persentase ditemukan sebanyak 18 kasus. Selain itu, untuk
usia produktif ( ) terhadap jumlah kasus persentase kepadatan penduduk, persentase
tuber-kulosis pada kecamatan ke di tempat umum sehat, persentase pengelolaan
Provinsi Bali ( ) adalah sebagai berikut: makanan sehat, persentase usia produktif dan
̂ (13) persentase tenaga kesehatan terlatih diperoleh
jumlah kasus tuberkulosis lebih banyak dari 18
Ketika persentase usia produktif pada
kasus. Dengan demikian, sebaiknya pemerintah
kecamatan ke di Provinsi Bali bernilai
Provinsi Bali meningkatkan persentase rumah
maksimum yaitu 76%, maka jumlah kasus
tangga ber-PHBS guna menurunkan jumlah
tuberkulosis pada kecamatan tersebut
kasus tuberkulosis di Provinsi Bali.
ditemukan sebanyak 82 kasus. Selain itu,
Dalam penelitian ini hanya menggunakan
ketika persentase usia produktif pada
spline truncated untuk memodelkan jumlah
kecamatan ke di Provinsi Bali bernilai
kasus tuberkulosis di Provinsi Bali tahun 2016.
minimum yaitu 59,1%, maka jumlah kasus
Di-harapkan penelitian selanjutnya melakukan
tuberkulosis pada kecamatan tersebut
per-bandingan menggunakan basis fungsi spline
ditemukan sebanyak 74 kasus. Dengan
yang lainnya seperti B-spline.
demi-kian, ketika persentase usia produktif
menurun, maka akan menurunkan jumlah
kasus tuberkulosis di Provinsi Bali. DAFTAR PUSTAKA
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
usia produktif yaitu usia 15-64 tahun. BPS. (2017). Provinsi Bali Dalam Angka 2017.
6. Jika variabel sama Denpasar: BPS Provinsi Bali
dengan nilai rata-ratanya, maka persentase Dinas Kesehatan. (2015). Profil Kesehatan
tenaga kesehatan terlatih ( ) terhadap Provinsi Bali. Denpasar: Dinas Kesehatan
juml-ah kasus tuberkulosis pada kecamatan Provinsi Bali
ke di Provinsi Bali ( ) adalah sebagai ______________. (2016). Profil Kesehatan
berikut: Provinsi Bali. Denpasar: Dinas Kesehatan
̂ (14) Provinsi Bali.
Ketika persentase tenaga kesehatan Eubank, R. L. (1999). Nonparametric
terlatih pada kecamatan ke di Provinsi Regression and Spline Smoothing (2nd
ed.). New York: Marcel Dekker.
Bali bernilai maksimum yaitu 97,2%, maka
jumlah kasus tuberkulosis pada kecamatan
Fitri, E. U. (2017). "Pemodelan Faktor-faktor
tersebut ditemukan sebanyak 45 kasus.

217
Anggreni, N.P.R., N.L.P. Suciptawati, I G.A.M. Srinadi Model Regresi Nonparametrik Spline Truncated…

Yang Memengaruhi Jumlah Kasus


Tuberkulosis di Jawa Timur
Menggunakan Metode Geographically
Weighted Generalized Poisson Regression
dan Geographically Weighted Negative
Binomial Regression". Skripsi. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Gould, D.,& Brooker, C., (2003). Mikrobiologi
Terapan untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Data dan
Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Lestari, R. D., Wulandari, S. P., & Purhadi.
(2014). Pemodelan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Jumlah Kasus Penyakit
Tuberkulosis di Jawa Timur dengan
Pendekatan Generalized Poisson
Regression dan Geographically Weighted
Poisson Regression. Jurnal Sains dan Seni
Pomits Vol.3.No.2, 2337-3539.
Lyche, T. (2008). Spline Methods. Department
of Informatics Centre of Mathematics for
Application University of Olso .
Nisa', F. F., & Budiantara, I. N. (2016).
Pemodelan Faktor-faktor yang
Memengaruhi Jumlah Kasus Tuberkulosis
di Jawa Timur Menggunakan Regresi
Non-parametrik Spline. Jurnal Sains dan
Seni Pomits Vol.5.No.2, 2337-3520.

218

Anda mungkin juga menyukai