Hukum Berbasis Syariah Kedudukan Lega PDF
Hukum Berbasis Syariah Kedudukan Lega PDF
Hukum Berbasis Syariah Kedudukan Lega PDF
1. Pendahuluan
Sejak lengsernya Suharto pada tahun 1998, seruan untuk menerapkan sistem
syariah meluas. Hal ini bukan berarti sebelum tahun 1998 tidak ada pengembangan
sistem syariah yang terjadi. Contoh kasus populer adalah Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 1 Tahun 1991, yaitu Kompilasi Hukum Islam yang selanjutnya disebut KHI,
dianggap sebagai langkah menuju kodifikasi atas hukum Islam di tingkat nasional
lebih lanjut. Bahkan tidak hanya di tingkat nasional, tetapi di tingkat daerah juga
terdapat banyak sekali perkembangan syariah ini. Memang, dampak dari kebijakan
desentralisasi yang dicanangkan pada tahun 1999, penerapan syariah telah
memanifestasikan dirinya di tingkatan lokal dalam bentuk sangat variatif dari satu
daerah ke daerah lainnya.
Desentralisasi tidak melimpahkan kewenangan kepada Daerah untuk
mengurusi kebijakan terkait keagamaan dan, terlepas dari kasus Aceh yang diberikan
kewenangan penuh untuk mengatur jalannya pemerintahan tersendiri setelah
Perjanjian Helsinki pada Agustus 2005, Pemerintah Daerah (Pemda) tidak
diperkenankan untuk mengeluarkan peraturan berkaitan keagamaan (kebijakan terkait
keagamaan adalah kewenangan Pemerintah Pusat: penerjemah). Artinya, penerapan
syariah di tingkat lokal dibatasi, dalam arti penerapan syariah Islam di ruang publik.
Sebagian besar kekhawatiran yang melatarbelakangi munculnya Perda berbasis
syariah berhubungan ritualitas bersifat keagamaan dan kekhawatiran terhadap
1
Ini adalah versi singkat dari laporan yang disampaikan pada Islam Research
Programme Jakarta. Lihat Regime Change, Democracy and Islam. The Case of Indonesia. Final
Report Islam Research Programme Jakarta (Leiden, 2013).
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 1
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
2
Arskal Sali , Musli Politi s i I do esia s De o ratisatio s: The ‘eligious Majority
and The Rights of Minority in the Post-Ne Order Era , dala ‘.H. M Leod da A. MacIntyre
(eds.), Indonesia: Democracy and the Promise of Good Governance (Singapore: Southeast Asian
Studies, 2007).
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 2
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
dalam hukum belum sepenuhnya terwujudkan, dan kondisi ini telah membawa
tuntutan secara berkelanjutan untuk melakukan revisi dan penyempurnaan produk-
produk hukum yang mana dalam rangka adanya revisi tersebut dapat mewujudkan
banyak perubahan sosial yang terjadi dan mampu mempengaruhi minat anak-anak,
dan hubungan antara perempuan dan laki-laki.
Kontribusi dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian yang mengkaji
keputusan pengadilan dan narasi-narasinya dalam sesi persidangan, juga menyelidiki
bagaimana hukum dalam isu-isu keluarga, terutama hukum yang berhubungan
dengan perempuan seperti UU Perkawinan dan KHI diaplikasikan.3 Kasus yang dikaji
dalam penelitian ini meliputi kasus perceraian, hak asuh, mu’tah (biaya nafkah) oleh
suami kepada istri dan tunjangan (hadhanah) untuk anak-anak, dan poligami di tiga
pengadilan: Cianjur di Jawa Barat, dan Serang serta Tangerang di Banten. Penelitian
ini juga mengamati pada hukum nasional dengan titik anjak tataran praktisnya
melalui cara mengamati respon kaum perempuan dan penerapannya oleh hakim
Pengadilan Agama. Beberapa sidang yang dihadiri, mengamati Hakim – dalam
persidangan yang melibatkan perempuan tertentu – dan mewawancarai pihak-pihak
terkait serta menganalisa putusan pengadilan. Penelitian ini dilakukan selama enam
bulan dalam tiga periode pada tahun 2010. Pertama berlangsung dari Mei hingga
Juni, kedua dari Agustus hingga Oktober, dan terakhir dilakukan pada bulan
Desember. Pada tahun 2011, dalam rangka untuk lebih memahami pengetahuan
hukum dan kesadaran perempuan pada umumnya, kami mewawancarai 12
perempuan dan mendistribusikan kuesioner kepada 100 responden wanita di tiga
wilayah yang berbeda di Tangerang. Berkenaan dengan isu-isu perempuan di ranah
publik tersebut, serta salah satu regulasi yang ditetapkan oleh Daerah dipelajari secara
seksama, yaitu Perda bermotif berbasis syariah di Cianjur yang mewajibkan
perempuan PNS beragama Islam untuk mengenakan jilbab. Untuk mendapatkan
gambaran dari respon para perempuan, saya mewawancarai beberapa perempuan,
3
Saya memilikis 158 Salinan Putusan terkait isu terkait yang dikeluarkan oleh tiga Pengadilan
yang disurvei. Tidak termasuk keputusan tentang kasus warisan, saya menganalisis 42 keputusan
yang dikeluarkan oleh pengadilan Tangerang, 49 dari Serang, dan 24 oleh pengadilan Cianjur.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 3
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 4
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
4
Untuk mengetahui secara detil tentang reformasi hukum berkaitan poligami di
sejumlah negara-negara muslim, lihat Jan Michiel Otto (ed.), Sharia Incorporated: A Comparative
Overview of the Legal Systems of Twelve Muslim Countries in Past and Present (Leiden: Leiden
University Press, 2010). Lihat juga John L. Esposito, Women in Muslim Family Law (New York:
Syracuse University Press, 1982), 92.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 5
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
syarat adanya persetujuan dari pihak istri. Pasal 58 ayat (3) mengatur kondisi ketika
pihak istri tidak hadir dalam persidangan atau keberadaannya tidak diketahui,
ketentuan Pasal tersebut menggugurkan pihak istri untuk terlibat dalam persidangan
dalam kasus poligami. Ketentuan ini secara tersirat menyatakan bahwa adanya
persetujuan dari istri atau tidak, tidaklah harus dipertimbangkan jika pihak istri tidak
bisa hadir dalam persidangan, atau jika keberadaan istri atau istri-istrinya tidak
diketahui selama dua tahun, atau jika ada kondisi lain yang mencegah pihak istri/istri-
istrinya untuk hadir dalam persidangan yang sedang ditinjau oleh hakim.5
Selanjutnya, Pasal 59 menetapkan aturan mengenai perihal bila mana suami telah
menyampaikan alasan untuk melakukan perceraian, tapi pihak istri/istri-isterinya
menolak untuk memberikan persetujuannya. Dalam kondisi demikian, Pengadilan
memiliki kewenangan yang superior. Hal tersebut dinyatakan sebagai berikut:
Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan, dan permohonan izin
untuk beristri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang
diatur dalam pasal 55 ayat (2) dan 57, Pengadilan Agama dapat
menetapkan tentang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar
istri yang bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama, dan terhadap
penetapan ini istri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.6
Pihak istri atau suami sendiri bisa mengajukan banding ke pengadilan yang lebih
tinggi (Pengadilan Tinggi: penerjemah).
Poligami juga diatur oleh dua Peraturan Pemerintah (disingkat PP), yaitu PP
No. 10/1983 dan PP No. 45/1990 yang berlaku untuk kalangan Pegawai Negeri Sipil.
PP No 10/1983 mengatur prosedur untuk PNS laki-laki dalam hal poligami.
Ketentuan PP tersebut menyatakan bahwa PNS laki-laki bisa melakukan poligami
hanya jika memperoleh izin dari atasannya dan melarang PNS perempuan untuk
menjadi istri kedua bagi PNS laki-laki. Sedangkan PP No. 45/1990 menetapkan
aturan yang ketat dalam melarang PNS perempuan dinikahi bukan hanya oleh PNS
pria, tetapi juga dalam hal dinikahi kalangan non PNS.
5
Pasal 58 KHI.
6
Pasal 59 KHI.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 6
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 7
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
kepada pihak ibu, dan memberikan kebebasan kepada anak-anak yang berusia 12
tahun ke atas untuk memilih salah satu dari orang tuanya untuk menjadi wali mereka.
7
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah ini telah diperbarui dengan
diundangkannya UU No. 32 Tahun 2004; penerjemah.
7.1
Nur Rifah dan Ho est Dody Molasy, Questio i g Wo e Se urity i Perda Syariah
Criti s to I do esia Distri t Poli ies , akalah diprese tasika pada the Human Security
Conference organized oleh SEAS pada tahun 2010.
8
M.B. Hooker, Indonesian Syariah: Defining a National School of Islamic Law (Singapore:
ISEAS, 2008), hlm, 244.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 8
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
9
Sali , Musli Politi s i I do esia s De o ratisatio s , hl , –137.
10
Kar i, Budiarti, da Barus, Batas Niat Baik da Ko oditas Politik , Nasio al,
www.gatra.com, 2006.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 9
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
PNS Muslim setempat. PNS laki-laki juga diharapkan untuk mengikuti aturan
berbusana muslim dan harus memakai apa yang disebut baju koko saat di kantor.
Sebagaimana yang terjadi di daerah lain di Indonesia, regulasi di Cianjur,
menurut klaim para pendukungnya, dikeluarkan untuk memberikan rasa aman bagi
perempuan dan untuk menjaga martabat mereka. Namun, kelompok yang kontra
dengan regulasi tersebut berpendapat bahwa perlindungan terhadap kaum perempuan
sebenarnya telah terpinggirkan dengan agenda mereka dan peraturan-peraturan
bermotif syariah telah membatasi ruang gerak perempuan hanya ‘di wilayah dapur’.
Menurut kelompok kontra ini, perempuan telah menjadi korban dari peraturan
bermotif syariah ini.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 10
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
11
Lihat Arskal Salim (ed.), Demi Keadilan dan Kesetaraan: Dokumentasi Program
Sensitivitas Gender Hakim Agama (Jakarta: puskumham, 2009).
12
Untuk sirkula dan materi pelatihan, lihat Salim, Demi Keadilan dan Kesetaraan, 22–26.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 11
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
menutup diri terkait masalah gender ini meski telah mengikuti pelatihan tentang
sensitivitas gender. Para hakim seringkali merujuk pada ayat Al-Qur'an yang
memungkinkan poligami. Meskipun Qur'an menekankan adanya keadilan dalam
sejumlah ayatnya – Al Nisa ayat 3 dan Al Nisa ayat 129 – yang cenderung mencegah
poligami, akan tetapi banyak hakim yang berpandangan bahwa poligami dapat
diperbolehkan jika tidak menyimpang dari Al-Qur'an. Bahkan salah satu hakim
mengatakan bahwa poligami diperbolehkan menurut hukum Qur’an secara tegas, dan
tidak boleh ada hukum yang dibuat untuk menentangnya.13 Maka, yang tampak di
kemudian bahwa pelatihan terhadap kepekaan gender tidak selalu memiliki efek yang
diinginkan secara menyeluruh, tentu saja kepelatihan sebagai faktor tunggal tidak
mampu mengubah pola pikir hakim pada isu-isu sensitif. Memang, sejumlah faktor
lain juga memiliki relevansi, misal kepribadian hakim dan latar belakang pendidikan
dan keluarganya juga berkontribusi pada menerima atau tidaknya hakim pada materi
pelatihan berkaitan sensivitas gender.14 Metode penyampaian materi dalam pelatihan
juga mungkin memainkan peran. Puskumham mendapati bahwa hakim tiga
pengadilan di Cianjur, Tangerang, dan Serang dilatih oleh Pusat Studi Wanita (PSW)
dengan pendekatan dan metode yang sangat berbeda dari metode yang digunakan
oleh pusat-pusat pelatihan di Aceh.15
Saya memiliki sembilan salinan keputusan Pengadilan tentang pengajuan
permohonan untuk melakukan poligami pada periode 2007-2009 yang dikeluarkan
oleh Pengadilan Agama Cianjur. Pengadilan tersebut menyetujui kesembilan
permohonan. Alasan yang menjadi latar belakang adanya persetujuan bervariasi
sesuai dengan alasan yang dikemukakan oleh masing-masing pihak pemohon
(suami), mulai dari ketidakmampuan istrinya untuk memberikan keturunan atau si
istri sakit serius yang berakibat suami tidak terpuaskan secara seksual. Perlu
13
Wawancara dengan Hakim Ketua Pengadilan Agama Tangerang, Mei 2011.
14
Untuk pembahasan tentang pengaruh tersebut pada kepekaan gender bagi setiap
orang, termasuk hakim, lihat Geeta Sarma dan Deepa So pal, Ge der A are ess a d Se siti ity
Appli atio s , Unnati Organisation for Development Education, Gujarat, India, 2008. Lihat juga
Kare Czapa skiy, Ge der Bias i the Courts: So ial Cha ge Strategies , Journal of Legal Ethics
(4)1, 1990.
15
Lihat Salim, Demi Keadilan dan Kesetaraan, 32–35.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 12
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
16
Saya memiliki 9 Salinan Putusan, beberapa di antaranya teridentifikasi sebagai
Putusan No. 255/Pdt.G/2008/PA.Cjr, No. 290/Pdt.G/2008/PA.Cjr, No. 393/Pdt.G/2007/PA.Cjr,
and No. 358/Pdt.G/2007/PA.Cjr.
17
hukumonline, media berita hukum terkemuka di Indonesia, memberitakan ada 1.016
permohonan untuk melakukan poligami yang telah diajukan ke Pengadilan Agama pada tahun
2004, 800 permohonan di antaranya disetujui, sebagaimana 776 permohonan yang disetujui dari
jumlah total 1.148 permohonan yang diajukan pada tahun 2006. Dengan mengutip angka-angka
di atas, Butt menyatakan, dengan mengingat penduduk Indonesia yang besar, angka di atas
tampaknya relatif kecil. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa jumlah permohonan yang
disetujui dapat dijadikan data pendukung klaim penelitiannya dan peneliti lainnya terkait
pendekatan yang digunakan oleh hakim-hakim yang relatif permisif terhadap poligami, saya
sependapat dengan hal tersebut. Lihat Si o Butt, Isla , the State a d the Co stitutio al Court
in Indonesia , Pa ifi ‘i La a d Poli y Jour al, 9 , , 9 . Untuk mengetahui secara
detail terkait jumlah permohonan untuk poligami dan jumlah permohonan yang dikabulkan pada
2 tahun tersebut, lihat Menguak Sisi Gelap Poligami, hukum online, 23 Desember 2006,
www.hukumonline.com/berita/baca/hol15941/menguak-sisi-gelap-poligami (diakses Juni 2011);
Syarat Poligami akan Diperkuat, hukumonline, 19 Februari 2009,
www.hukumonline.com/berita/baca/hol21230/syarat-poligami-akan-diperketat (diakses Juni
2011).
18
Muhammad Insa, seorang Muslim Indonesia menganggap poligami adalah bagian dari
ketaatan beragama (ibadah) yang harus ditegakkan oleh umat Islam, dia juga menentang
ketentuan poligami dalam UU Perkawinan dan KHI. Insa memprotes bahwa penentangan
terhadap praktek poligami adalah pelanggaran terhadap hak atas kebebasan beragama dan ia
mengajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi berkaitan penerapan poligami di Pengadilan
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 13
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
memenuhi hasrat seksual suami ada dua kasus, dan mobilitas tinggi suami dalam satu
kasus. Kelima permohonan yang telah disebutkan, serta ditambah dua permohonan di
pengadilan Serang, pada dasarnya disetujui atas dasar untuk memenuhi hasrat seksual
yang tinggi pemohon (suami).19
Sebagai contoh, seorang kontraktor perumahan (dengan satu istri) yang telah
tinggal di Serang selama satu tahun karena tuntutan pekerjaannya, sementara si istri
dan empat anak tetap tinggal di Bandung, telah meminta ke pengadilan Serang untuk
memperbolehkan melakukan poligami setelah ia bertemu seorang wanita di Serang
dan telah jatuh cinta padanya. Untuk menghindari hubungan seksual di luar nikah
(zina) ia bermaksud menikahinya. Alasan yang diajukan adalah istrinya tidak bisa
memenuhi kebutuhan seksnya karena tinggal berlainan tempat yang jauh. Hakim
setuju dengan syarat bahwa istrinya memberikan persetujuan dan suami memiliki
sumber finansial yang memadai. Berkas keputusan menyatakan dikhawatirkan bahwa
suami akan tergoda ke dalam hubungan seksual di luar nikah kecuali bila
permintaannya dikabulkan. Alasan yang dikemukakan oleh pihak suami seperti ini
tidak ditentukan dalam KHI. Dia hanya menyatakan bahwa istrinya tidak berkenan
pindah kediaman baru dengannya dan selanjutnya ia bermaksud untuk menghindari
hubungan seksual di luar nikah dengan wanita lain. Pihak istri memberi
persetujuannya, akan tetapi menurut hukum, permohonan pihak suami seharusnya
hanya diberikan setelah suami telah menyampaikan alasan yang sah secara legal,
yaitu salah satu alasan yang ditentukan dalam KHI. Dalam kasus lainnya, seorang
wanita telah menikah 20 tahun dengan empat anak tidak bisa tidak untuk menyetujui
ketika suaminya meminta Pengadilan Agama Cianjur untuk memperbolehkannya
Agama. Insa berpendapat bahwa poligami adalah ibadah dan negara harus memperbolehkan
umat Islam untuk mempraktekkannya. Dengan alasan bahwa aturan tentang poligami tidak
melanggar hak-hak individu masing-masing orang, Mahkamah Konstitusi menolak permohonan
Insa tersebut. Untuk pembahasan lebih lanjut tentang masalah ini, lihat Faye Yik-Wei Chan,
‘eligious Freedo s. Wo e s ‘ights i I do esia: The Case of Muha ad I sa , Archipel 83,
Paris, 2012, 113– . Lihat juga Butt, Isla , the State, a d the Co stitutio al Court i
I do esia , .
19
Beberapa putusan tersebut teregistrasi sebagai Putusan No. 280/Pdt.G/2009/PA. Srg,
No. 526/Pdt.G/2009/PA.Srg, No. 322/Pdt.G/2009/PA.Srg, No. 211/Pdt.G/2008/PA.Tng, dan
No.164/Pdt.G/2008/PA.Tng.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 14
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
menikahi istri keduanya yang seorang janda sekampung, alasannya istrinya tidak lagi
mampu untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Dia berjanji untuk memperlakukan
istri-istrinya secara adil dan menyatakan bahwa ia mampu secara finansial. Tidak
seperti pada umumnya, istri tua hadir di Pengadilan untuk menyatakan bahwa dia
tidak keberatan. Selanjutnya Para hakim memberikan izin tanpa membuat pernyataan
lebih lanjut atau menelusuri bukti-bukti untuk memastikankan klaim suami.
Dua kasus sangat mencolok tersebut telah menampar aturan komprehensif
terkait aturan poligami di Indonesia. Seharusnya regulasi mengarah pada
pengendalian praktek poligami secara ketat dan memastikan pernikahan poligami
yang dilakukan secara sewenang-wenang tidak dapat disahkan kecuali argumen yang
diajukan dalam kasus-kasus tersebut telah ditentukan dalam undang-undang. Contoh-
contoh di atas menunjukkan bahwa, pada kenyataannya, prktek poligami
berkebalikan dengan tujuan ideal yang telah dilegalkan: hakim tidak mematuhi
aturan-aturan hukum dan, berbeda dengan perceraian, poligami tampaknya sulit untuk
dikontrol dan untuk dilakukan ‘vernacularised’ (interpretasi menurut diskursus
hukum modern). Sejumlah hakim percaya bahwa poligami memiliki dasar pemikiran
hukum Islam yang jelas. Beberapa dari mereka berterus terang mengakui bahwa jika
mereka menolak poligami, mereka akan menyimpang dari ketentuan syariah.20
Faktor-faktor ini dirumuskan oleh hakim untuk memberlakukan penerapan longgar
poligami yang berbeda dari ketentuan hukum negara.
Kecenderungan seperti ini juga bisa dilihat dari argumen hakim-hakim bahwa
mereka tidak diharuskan untuk mencari tahu lebih mendalam apakah persetujuan dari
istri bersifat tulus atau tidak. Sama halnya, mereka tidak diharuskan untuk
menyelidiki apakah istri betul tidak mampu memuaskan hasrat seksual suami, atau
tidak mampu memiliki anak sebagaimana alasan pihak suami sampaikan guna
mendukung permohonannya untuk melakukan poligami.21 Di atas semua itu, dalam
20
Berdasarkan wawancara dengan enam hakim Pengadilan Agama Serang dan
Tangerang, 2011.
21
Wawancara dengan salah seorang Hakim Pengadilan Agama Tangerang, Juli 2011 dan
berdasarkan analisa putusan-putusan tentang pengajuan permohonan poligami. Lihat juga M.B.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 15
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
Hooker, Indonesian Syariah: Defining National School of Islamic Law (Singapore: ISEAS, 2008),
12–13.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 16
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
mengabulkan poligami dan dia juga mengakui sering melihat istri diperlakukan buruk
oleh suaminya jika pihak pengadilan menolak untuk menyetujui. Dia berasumsi
bahwa jika permohonan poligami tidak disetujui, maka perlakuan terhadap si istri
mungkin akan lebih buruk.
22
Lihat Wahbah al-Zuhayli, Al-Fiqh al-Islamiyy wa Adillatuhu (Damaskus: Dar al- Fikr,
1984), Vol. 10, cet. Ke-4, 7306. Lihat juga Al-Jaziri, Al-Fi h ala al-Madhahib al-A ba a, 596–598;
Dimsaqy, Kifayat al-Akhyar, Vol. ii, 152, dan Bajuri, Hashiya Kifayat al-Akhyar, Vol. II, 198 dan
203.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 17
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
23
Asha Bajpai, Custody a d Guardia ship of Childre i I dia , Family Law Quarterly 39
(2), 2005, 441–457.
24
Wahbah al-Zuhayli, Al-Fiqh al-Islamiyy wa Adillatuhu, 7308. Lihat juga Al-Jaziri, Al-Fiqh
ala al-Madhahib al-A ba a, 597–598.
25
Wahbah al-Zuhayli, Al-Fiqh al-Islamiyy wa Adillatuhu, 7322.
26
Pasal 105 KHI. Lihat juga Euis Nurlaelawati, Modernization, Tradition and Identity,
144–145.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 18
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 19
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
menandakan bahwa dalam hak asuh merupakan bentuk alasan yang tidak wajar
(uncommon) bagi seorang hakim untuk mempertanyakan kapasitas perempuan
bersangkutan sebagai pihak yang tepat untuk merawat tumbuh kembang anak/anak-
anak.28 Dalam hal ini, prinsip ‘kepentingan terbaik untuk anak’ tidak begitu jelas atau
terdefinisikan dengan baik. Hal yang dikemukkan sebagai tantangan kedua kaum
perempuan adalah ‘karakter buruk’ sebagai ibu, alasan yang diajukan pihak suami
secara tersirat menuduh bahwa pihak istri telah menipu dirinya. Kebanyakan hakim
setuju dengan tuduhan suami tersebut bahwa dia bukanlah model ibu yang baik dan
patut jadi teladan, serta menegaskan bahwa pihak hakim telah menimbang
kepentingan terbaik untuk anak: pihak yang mendapat hak asuh harus mampu
membesarkan anak secara fisik, mental, spiritual dan sosial sesuai cara-cara yang
‘normal’. Mereka beranggapan bahwa jika mereka memberikan hak asuh kepada ibu,
maka anak tersebut bisa tumbuh dengan baik secara fisik tapi tidak secara
spiritualitas.29
3.4 Mencapai Keadilan Lebih Baik: Seperti Apa dan Bagaimana? Pendampingan
Hukum dan Pelayanan Hukum yang Lebih Baik
Pusat pemberdayaan perempuan ini telah membantu perempuan Indonesia
untuk menjadi lebih sadar terkait kedudukan legal mereka. Pusat pemberdayaan
perempuan ini danai oleh, dan bekerja sama dengan donatur nasional dan asing, pusat
ini memberikan advokasi kepada masyarakat. Selain itu, Kementerian Agama sejak
tahun 2006 telah menjalankan program khusus berkaitan Pengetahuan Hukum Islam
28
Seto Mulyadi, konsultan senior Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak)
dan ketua umum Komisi, menyebut bahwa Komite telah menerima sejumlah pengaduan yang
dilayangkan kaum perempuan yang kehilangan hak asuh terhadap anak/anak-anak mereka yang
berusia di bawah 12 tahun dan melaporkan kasus-kasus yang diterimanya kepada Komisi
Yudisial. Dia menyebutkan bahwa di tahun 2012 dia menerima 12 pengaduan hak asuh yang
mana pihak perempuan (ibu) telah diabaikan hak-haknya oleh hakim dengan berbagai latar
belakang kasus. Lihat Cor elus Eko Susa to, Kak Seto Aduka Masalah Hak Asuh Anak ke KY ,
micom, 31 Oktober 2012,
http://article.wn.com/view/2012/10/31/Kak_Seto_Adukan_Masalah_Hak_Asuh_Anak_ke_KY/
(diakses pada tanggal 12 Desember 2012).
29
Wawancara secara privat dengan YL, Tangerang, 2010. Lihat Putusan No. 484.
Pdt.G/2010/Tgr.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 20
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
bagi Brides dan Grooms (Kursus Calon Pengantin/Suscatin) yang digelar di Kantor
Urusan Agama (KUA). Signifikansi dan kewenangannya adalah wilayah Posko
Bantuan Hukum (posbakum) yang beroperasi sejak 2011 di lingkungan pengadilan
dan dijalankan oleh Pemerintah, dan PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga), yaitu
sebuah LSM yang yang bergerak untuk mendukung pemberdayaan perempuan kepala
keluarga dalam hal memperoleh hak-hak legalnya.30 Sebagai contoh, sejak didirikan
pada tahun 2012, empat bulan pertama berdirinya, Pos Bantuan Hukum wilayah
Cianjur telah memberikan pendampingan hukum kepada lebih dari 220 orang,31
mayoritas dari jumlah tersebut adalah perempuan yang membutuhkan pendampingan
hukum.
Terlepas dari meningkatnnya layanan pendampingan hukum, pelayanan yang
lebih baik di pengadilan juga berdampak pada akses yang lebih besar terhadap
keadilan bagi kaum perempuan. Hal ini bisa diwujudkan sebab didukung oleh
komunitas masyarakat internasional secara luas, termasuk dukungan the Australian
Family Court di lingkungan Pengadilan Agama di Indonesia yang berusaha untuk
meningkatkan layanannya. Lembaga peradilan sendiri telah menerima peningkatan
kucuran anggaran dari APBN pada tahun 2008 dan 2009, dan kemudian telah
menjalankan progam advokasi ‘Prodeo’ (bantuan pendampingan hukum bagi
masyarakat miskin/gratis) dan program Sidang keliling, yang sebagian besar
ditujukan untuk membantu kaum perempuan miskin. Bantuan hukum ‘Prodeo’ secara
luas dan baik juga dimanfaatkan oleh kaum perempuan. Dalam program Sidang
Keliling, hakim melakukan safari ke daerah-daerah terpencil untuk menyidangkan
dan mendengarkan berbagai kasus. Program ini digagas karena melihat fakta bahwa
Indonesia memiliki banyak daerah terpencil yang mana transportasi merupakan
kendala yang membuat enggan orang-orang yang tinggal di pelosok untuk datang ke
pengadilan. Dalam laporan tahunan pada 2012, Pengadilan Cianjur melaporkan
bahwa antara Januari sampai April telah melakukan 183 kasus sidang bersifat prodeo
30
Cate Sumner dan Tim Lindsey, Courting Reform: Justice for the Poor (Lowy
Institute, 2010), 42–44.
31
Lapora Pelaksa aa Sida g Kelili g, Prodeo da Pos aku Tahu
Bulan Januari s/d April 201 , Pengadilan Agama Cianjur. 8 Mei 2012.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 21
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
dan 133 kasus dalam Sidang Keliling,32 termasuk menyidangkan kasus perceraian
dan pernikahan. Selain itu, hakim di tiga pengadilan tersebut juga sering berperilaku
lunak terkait jadwal sidang, dan sering kali bersedia menjadwal ulang persidangan
untuk melakukan hearings pekan depan.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 22
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
….………………………………………………………………………………………
….………………………………………………………………………………………
….………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
Dalam kasus lainnya yang melibatkan seorang perempuan yang diceraikan
suaminya dan menyadari hak-haknya paska perceraiannya, salah satu tuntutannya
tidak dikabulkan, karena menurut hakim berlebihan, tidak logis dan tidak sesuai
aturan perundang-undangan, yaitu tuntutan adanya uang sakit hati (kompensasi
finansial untuk patah hati).
Lebih lanjut, hakim juga menemui bentuk tuntutan lain pihak perempuan
terkait tunjangan suami dan hadiah penghiburan dan meminta pihak suami untuk
melakukan pembayaran seketika di ruang sidang yangsudah pihak suami lakukan.
Mengingat kasus ini, ada beberapa bukti bahwa, meskipun banyak suami tidak
memenuhi kewajiban nafkah mereka karena kemampuan finansial yang tidak
memadai, perubahan sikap para hakim di Daerah telah membantu meningkatkan
terhadap akses keadilan bagi kaum perempuan naik beberapa tingkat.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 23
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 24
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
Muslim maka tidak ada kewajiban menutupi kepalanya, tetapi seorang guru non-
Muslim tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti peraturan, karena sebagai guru
harus menjadi teladan bagi siswa mereka.
Pada kenyataannya, tampaknya tidak akan ada suara kontra terhadap aturan
mengenakan jilbab ini, sejalan dengan meningkatnya jumlah wanita yang terlihat
mengenakan jilbab sebagai kewajiban agama. Sebagian besar wanita Muslim di
Cianjur yang saya wawancarai tampaknya menganggap kebijakan mengenakan jilbab
sebagai hal positif, sementara di kantor-kantor pemerintahan, seperti yang di kantor
Pemda dan DPRD, di kantor Polisi dan Rumah Sakit umum, Perda tersebut diterima
secara meluas. Hanya 14 perempuan yang bekerja di administrasi daerah yang saya
wawancarai menyatakan ketidaksetujuannya terkait regulasi tersebut. Di RSUD
Cianjur, empat anggota staf senior yang saya melakukan pembicaraan kepadanya
menyatakan kesetujuannnya dengan kebijakan mengenakan jilbab. Sebagaimana
dikatakan oleh salah satu dari staf senior tersebut bahwa semua karyawan perempuan
adalah Muslim, termasuk perawat dan dokter, semua memakai jilbab.35 Di kantor
polisi juga sama, tapi dengan satu perbedaan penting. Semua anggota Polisi
perempuan yang bekerja di sana mengenakan jilbab, sebagian kecil saja yang tidak.
Semua anggota Polisi bernaung di bawah institusi Polri, bukan di bawah kewenangan
Pemda Cianjur. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa mereka tidak terikat oleh
Perda Cianjur tersebut. Para PNS sendiri memperlakukan semua perempuan yang
datang ke kantor pelayanan tanpa tebang pilih, apakah mereka mengenakan jilbab
atau tidak, tetapi perempuan yang tidak menutupi kepalanya diingatkan akan adanya
program Gerbang Marhamah dan diminta untuk mengenakan jilbab pada kunjungan
berikutnya.
Pengadilan Agama adalah lembaga negara lainnya di Cianjur yang mana staf-
staf perempuannya diharuskan memakai jilbab. Staf-staf pengadilan juga
memperlakukan pihak-pihak berperkara yang melibatkan kaum perempuan di dalam
sidang pengadilan secara sama, tetapi pihak pengadilan sering merekomendasikan
35
Wawancara dengan DK, Kepala Bagian Departemen Informasi dan Hubungan
Masyarakat RSUD Cianjur, Cianjur, 17 Desember 2011.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 25
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
36
Berbeda dengan pengadilan Ciamis yang sebagaimana menurut salah satu
koresponden kami bahwa pihak Pengadilan memiliki jilbab cadangan di kantor untuk dikenakan
pihak perempuan yang berperkara yang tiba di sidang tanpa satupun jilbab.
37
Lihat Euis Nurlaelawati, Modernization, Tradition and Identity: The Kompilasi Hukum
Islam and Legal Practices of the Indonesian Religious Courts (Amsterdam: Amsterdam University
Press, 2010).
38
CEDAW telah diadopsi pada 18 Desember 1979 dan diundangkan pada tanggal 3
September 1981, Indonesia meratifikasi CEDAW pada 1984. ICCPR diadopsi pada 16 December
1966, diberlakukan pada 23 Maret 1976, dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada 2006.
39
CRC telah diadopsi oleh PBB pada 20 November 1989, diundangkan pada 2 September
1990, dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada 1990.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 26
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
diskriminasi atas dasar gender di ruang publik dan privat.40 ICCPR menekankan
kepada laki-laki dan perempuan seyogyanya menikmati akses atas kesetaraan di
dalam hak-hak sipil dan politik41 dan hal ini mengharuskan prinsip-prinsip
penyelesaiannya dalam bentuk kepastian hukum bagi suatu tindakan hukum.42
Sedangkan sudut pandang kedua berkaitan pendapat para aktivis gender dan suara-
suara perempuan lainnya.
40
Pasal 2 CEDAW.
41
Pasal 3 Kovenan Sipol.
42
Pasal 15 Kovenan Sipol.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 27
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
Pasal 59 KHI menyatakan bahwa persetujuan dari istri dapat ditiadakan ketika
terdapat kondisi tertentu, yang mana pengadilan seringkali tidak memberi perhatian
kepada hak-hak si istri untuk terpenuhi. Selain itu, meski dalam beberapa kasus tidak
ada kriteria yang memperbolehkan pemberian izin poligami, hakim tidak diharuskan
untuk mencari tahu lebih dalam terkait adanya persetujuan dari istri tersebut diberikan
secara tulus atau tidak. Meskipun hampir semua perempuan yang diwawancarai
mengatakan bahwa mereka setuju dengan adanya hukum yang mengizinkan poligami,
tetapi mereka juga menyatakan bahwa jika suami mereka sendiri ingin melakukan
poligami, mereka akan keberatan. Realita seperti ini menunjukkan bahwasanya tidak
banyak istri yang dengan tulus akan menyetujui kehendak suami mereka untuk
melakukan poligami, meski suami mungkin saja di pengadilan memperoleh
persetujuan yang diperlukan dari istrinya. Sekali lagi, fakta ini menggambarkan
sebuah ketidaksetaraan/ketimpangan (inequality). Dalam prakteknya, poligami
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 28
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
tampaknya dianggap sebagai hak laki-laki, dan menyisakan sedikit pilihan selain
setuju bagi pihak perempuan. Mengatakan ‘tidak’ bisa berarti akhir dari pernikahan,
di sisi lain perempuan sendiri sering memiliki ketergantungan secara finansial.
Dalam konteks ini, UU No. 23/2004 tentag Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga (UU KDRT) perlu dijadikan rujukan. UU KDRT sendiri telah
memberikan aturan rinci dalam kaitannya dengan bentuk kekerasan dalam rumah
tangga dan mengkategorikan kekerasan menjadi empat jenis: fisik, mental, seksual,
penelantaran atas dukungan keuangan dan pengasuhan anak.43 Praktek poligami
mencipatakan penderitaan bagi istri dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan
mental. Peneliti sebagaimana Nurmila dan Brenner telah lakukan menunjukan bahwa
poligami memiliki dampak buruk pada pernikahan yang terjadi.44 Meskipun faktanya
demikian, tampaknya banyak hakim tidak mengacu dan mempertimbangkan
Konvensi tersebut dan UU No. 23/2004, dan memandang poligami sebagai bentuk
kekerasan dalam rumah tangga. Hakim dalam kasus yang saya teliti cenderung
merujuk pada kaidah hukum fiqh dan ayat-ayat Al-Qur'an, dan menerapkan aturan-
aturan dalam KHI secara longgar.45
43
Lihat Pasal 5, 6, 7, dan 8 UU No. 23/2004 tentang KDRT. Lihat juga Ratna Batara
Munti, Advokasi Kebijakan Pro Perempuan: Agenda Politik untuk Kesetaraan dan Demokrasi,
(Jakarta: Yayasan Tifa dan PSKW Pasca Sarjana UI, 2008).
44
Lihat, misalnya, Nina Nurmila, Women, Islam and Everyday Life: Renegotiating
Polygamy in Indonesia Lo do a d Ne York: ‘outledge, 9 ; Syza e Bre er, Holy
Matri o y? The Pri t of Politi s of Polyga y i I do esia , i A dre N. Wei trau , Islam and
Popular Culture in Indonesia and Malaysia (Londonand New York: Routledge, 2011), 212–234;
a d, Naoko Ya ada, I tert i i g Nor s a d La s i the Dis ourse of Polyga y i Early
Twentieth Century West Su atera , dala Yoko Hayami (ed.), The Family in Flux in Southeast
Asia: Institution, Ideology, Practice (Japan: Kyoto University Press, 2012), 63–86.
45
Lihat Euis Nurlaelawati, Modernization, Tradition and Identity, 178–179.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 29
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
46
Pasal 18 Kovenan Sipol.
47
Komentar Umum No. 22, Dewan HAM PBB.
48
Seperti dikutip dari laporan Human Rights Watch terkait penerapan syariah di Aceh,
Badan pemantau khusus PBB tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan, Asma Jahangir,
berpendapat bahwa negara telah melanggar hukum HAM internasional ketika menjatuhkan
sanksi agama bagi pihak yang tidak mematuhi ajaran agama. Jahangir menyatakan bahwa
'penggunaan metode pemaksaan dan sanksi yang diterapkan kepada individu yang tidak mau
mengenakan baju yang menyimbolkan standar keagamaan dilihat sebagai sanksi oleh agama
umumnya melanggar hukum manusia internasional'
penggunaan metode pemaksaan dan sanksi yang diterapkan kepada individu yang tidak
ingin mengenakan busana sesuai standar simbolisasi keagamaan tertentu harus dilihat sebagai
sanksi keagamaan, yang secara umum telah melanggar hukum HAM internasional , lihat Human
Rights Watch, Policing Morality (2010), 64–65.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 30
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 31
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengendalikan fisik warga negaranya, yaitu fisik
perempuan. Negara yang mewajibkan perempuan untuk menyembunyikan tubuhnya
merupakan bentuk penindasan terhadap perempuan, diskriminasi dan bentuk adanya
ketidaksetaraan gender, dan merugikan bagi mereka yang tidak mematuhi aturan.
Lebih jauh, meskipun tidak ada bukti yang jelas tentang bentuk perlawanan dari
kalangan perempuan di Cianjur, otoritas pemerintahan yang mencoba mengontrol
cara berbaju seseorang adalah bentuk pelanggaran hak berekspresi di ruang publik.
Mulia, misalnya, telah menyoroti hal ini dan menyatakan bahwa Perda Syariah
dipengaruhi oleh menguatnya subordinasi kaum perempuan, pembatasan hak-hak
mereka terkait memilihkan cara berpakaian mereka, membatasi kebebasan ruang
gerak mereka dan mobilitas kaum perempuan, dan membatasi kegiatan mereka di
malam hari.53
5.3. Perkembangan Aktual Hukum, Hak Asasi Manusia dan Pengertian Gender:
Judicial Review untuk Melindungi Hak Perempuan dan Anak
Aktivis gender dan hak-hak perempuan yang berafiliasi dengan sejumlah
lembaga dan LSM, seperti Rahima, Fahmina, Puan Amal Hayati, Komisi Nasional
Perempuan (Komnas Perempuan), dan LBH APIK (Lembaga Bantuan Hukum Pusat
untuk Perempuan), telah berjuang untuk meningkatkan kedudukan legal kaum
perempuan.
Mereka telah mengarahkan daya upaya mereka tidak hanya di lingkup dalam
negeri saja, tetapi juga di komunitas Islam itu sendiri. Sebagai catatan, aktivitas
mereka berusaha untuk mengubah sikap pandang terhadap gender baik di dalam
kalangan intelektual ataupun lapisan akar rumput.54 Mereka mengadakan seminar-
seminar untuk menyebarkan ide-ide mereka tentang kesetaraan gender dan
menantang interpretasi tradisional ajaran Islam tentang gender, mereka juga
53
Lihat Musdah Mulia, Perda Shariat da Pe i ggira Pere pua , akalah
dipresentasikan di Konferensi Indonesiaa tentang Agama dan Perdamaian, tanggal 11 August
2006, www.icrp-online.org (diakses pada 25 Oktober 2012).
54
Sally White dan Maria Ulfah A shor, Isla a d Ge der i Co te porary I do esia ,
139.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 32
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
mengajak kalangan laki-laki dan perempuan untuk lebih ‘sensitif terhadap isu gender’
dalam tindakan dan pemikiran.55 Untuk tujuan yang sama, mereka juga menerbitkan
jurnal yang berfokus pada isu-isu gender. Dalam melakukannya, mereka berusaha
memberikan kontribusinya pada ranah perdebatan publik dan kebijakan publik
tentang perempuan dan isu-isu gender.
Di antara hasil usahanya yang cukup signifikan yang dilakukan oleh para
aktivis hak-hak perempuan adalah usulan Counter Legal Drafting57.1 atas KHI dan
draf untuk Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Sayangnya draf pembaruan KHI ini diabaikan, dianggap terlalu kontroversial.56
Sedangkan draf tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga disahkan pada
tahun 2004 sebagai Undang-Undang Nomor 23/2004.
Baru-baru ini dua orang perempuan Indonesia telah mencoba mengajukan
judicial review dalam menanggapi apa yang mereka anggap sebagai bias gender dan
subordinasi perempuan dalam keputusan hakim. Salah satu judicial review
dimohonkan oleh Halimah, mantan istri Bambang Trihatmodjo, salah satu putra
mantan Presiden Soeharto. Halimah merasa bahwa dia telah diperlakukan tidak adil
oleh Pengadilan setelah dia menolak putusan terkait permohonan yang diajukan
suaminya ke Pengadilan untuk menceraikannya dengan alasan terjadi perselisihan
terus menerus. Halimah meyakini bahwa keputusan yang dikeluarkan oleh
55
Lihat ibid. Lihat juga Arskal Salim, Demi Keadilan dan Kesetaraan, 23–40, and
Burhanuddin and Oman Fathurrahman, Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan
(Jakarta: Gramedia Pustaka/ ppim, 2004), 113–152. Lihat juga sejumlah laporan kebijakan yang
ditulis oleh The Asia Foundation pada program pemberdayaan perempuan di
http://asiafoundation.org/.
57.1
Secara harfiah Counter Legal Drafting dapat diterjemahkan secara bebas, yakni
penyusunan/perancangan Peraturan Perundang-undangan. Dari pendekatan hukum, Counter
Legal Drafting adalah kegiatan praktek hukum yang menghasilkan peraturan, sebagai contoh,
pemerintah membuat peraturan perundang-undangan, hakim membuat keputusan Pengadilan
yang mengikat publik swasta membuat ketentuan atau peraturan privat seperti,
perjanjian/kontrak, kerjasama dan lainnya yang mengikat pihak-pihak yang melakukan perjanjian
atau kontrak: penerjemah. Lihat M. Dahlan al Barri, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya: Arkola,
2005 ), 678.
56
Lihat Euis Nurlaelawati, Modernization, Tradition, and Identity, 125–130. Lihat juga
White a d A shor, Isla a d Ge der i Co te porary I do esia , .
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 33
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 34
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
59
Ibid. Lihat juga Gugata Ditolak MK, Hali ah tak aka ‘ujuk , Kapa lagi. o ,
Maret 2012 (diakses pada 12 Agustus 2012).
60
Gugata Ditolak MK, Hali ah tak aka ‘ujuk , Maret 2012.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 35
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
61
MK Sahka Status A ak di Luar Nikah ‘es i , Ko pas, 9 Fe ruari 2012 (diakses
pada 11 Juli 2012).
62
Wawancara dengan Nurul Irfan, Jakarta, Mei 2012.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 36
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
umat Islam seperti MUI juga menentang keputusan tersebut. Komisi bagian hukum
MUI mengklaim bahwa perzinahan sedang disahkan karena keputusan Mahkamah
Konstitusi, yang menekankan bahwa kata-kata ‘diluar pernikahan’ tidak hanya
diperuntukan bagi anak yang lahir dari pernikahan Islam tetapi juga untuk anak yang
lahir di luar pernikahan. Keputusan MK juga menegaskan bahwa MK telah
melampaui ketentuan syariah dan di luar apa yang sebenarnya sedang diajukakan oleh
pihak Pemohon. Sementara permohonan Machicha hanya meminta pengakuan atas
status hukum anaknya yang lahir di luar pernikahan resminya, Mahkamah Konstitusi
telah berurusan dengan masalah yang lebih luas, status hukum semua anak yang lahir
di luar nikah.63 MUI memutuskan untuk mengeluarkan fatwa. Meskipun referensi
dasar suatu fatwa adalah Al-Qur'an, Hadits, dan doktrin fiqh, fatwa menegaskan tidak
adanya hubungan hukum antara anak dan ayah biologis mereka, tetapi fatwa MUI
tersebut memperkenalkan sudut pandang baru dalam mengakomodasi kepentingan
anak. Fatwa tersebut menyebutkan bahwa Pemerintah berhak untuk memaksa pihak
laki-laki yang melakukan hubungan di luar nikah untuk memberi dukungan finansial
sesuai kemampuannya untuk anak-anak mereka, dan untuk memberi bagian warisan
melalui wasiat setelah meninggal. MUI menambahkan bahwa kepedulian menyikapi
hal ini tidak berarti membenarkan legalislasi yang ada terkait hubungan antara anak
dan ayah biologis mereka, tetapi lahirnya ketentuan tersebut hanya dimaksudkan
untuk melindungi hak-hak anak.64 Sebaliknya, Komisi Nasional Perlindungan Anak
(Komnas Anak) memuji keputusan MK tersebut dan menganggapnya menjadi solusi
yang baik untuk salah satu isu terbesar yang terus-menerus harus berhadap-hadapan
dengan ketentuan syariat tersebut. Ketum Komnas Anak, Arist Merdeka Sirait,
menyatakan bahwa ‘pada tahun 2011, ada 38 kasus berkaitan dengan status hukum
anak yang lahir di luar nikah diajukan ke kami [Komnas Anak], yang mana hak-hak
keperdataan dan hak asuh (custodian) anak-anak yang bersangkutan dipertanyakan’.
63
Keputusa MK Ke a lasa , Ko pas, 9 April diakses pada Juli .
64
Lihat Fatwa MUI No. 11/ 2012.
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 37
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
6. Kesimpulan
Untuk memecahkan problematika kedudukan subordinat kaum
perempuan sebagaimana telah dirumuskan oleh hukum keluarga Islam klasik,
pemerintah Indonesia memulai reformasi hukum dan memperkenalkan aturan baru di
65
MK Sahka A ak Lahir di Luar Nikah ‘es i , Ko pas, 9 Fe ruari diakses pada
11 Juli 2012).
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 38
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 39
HUKUM BERBASIS SYARIAH: KEDUDUKAN LEGAL PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN DAN JAWA BARAT
ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN : DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 40