Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANDIRI

MK ( PERAWATAN MENJELANG AJAL)

Dosen Pembimbing:Supriadi Abd. Malik, SKM.,M,Kes

Di Susun Oleh :

Rini Hardianti

P07120317041

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D IV
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada guru pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.

Palu, 20 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….. 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Berduka .......................................................................................... 3
B. Kehilangan................................................................................................. 4
C. Reaksi Berduka………………………….................................................. 6
D. Kriteria Penyakit Terminal........................................................................ 7
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Kehilangan dan


kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal dan
unik secara individual. Seorang anak yang mulai berjalan mencapai kemandiriannya
dengan mobilitas. Seorang lansia dengan perubahan visual dan pendengaran
mungkin kehilangan keterandalan dirinya.

Kematian suatu bagian kehidupan yang tak dapat dihindari dan bagian yang
paling sulit untuk diterima. Setiap orang meninggal dengan unit dan oleh
karena itu harus dirawat secara intensif, karena itu perawat harus mengembangkan
dan mempertahankan hubungan kebutuhan perseptif positif dengan pasien dan
keluarga yang akan memungkinkan pasien meninggal dalam keadaan nyaman dan
dengan terhormat.

Kematian dapat merupakan suatu pengalaman yang luar biasa sehingga


dapat mempengaruhi seseorang menjelang ajal dan keluarga, teman, dan pemberi
asuhan mereka. Cara seseorang meninggal mencerminkan gaya kehidupan orang
tersebut, latar budaya keluarga, keyakinan, dan sikap tentang kehidupan dan
kematian.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Proses Berduka itu ?

2. Apa Tujuan utama perawatan proses berduka itu ?

3. Bagaimana perawatan terminal itu ?


4. Apa saja bantuan terhadap keluarga pasien terminal ?

C . TUJUAN

Penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan


bermanfaat bagi kita semua. .

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini ditujukan untuk
:

1. Untuk mengetahui apa definisi proses berduka.

2. Untuk mengetahui tujuan perawatan proses berduka.

3. Untuk mengetahui cara perawatan terminal.

4. Untuk mengetahui bantuan yang diperuntukkan kepada keluarga pasien


terminal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang dapat digunakan untuk mengantisipasi
kebutuhan emosional seseorang dan keluarganya, serta rencana intervensi untuk
membantu mereka memahami kesedihan dan cara mengatasinya. Berikut penjelasan
teori proses berduka dari beberapa pakar.

1. Teori Engels

Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang


dapat diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Berikut beberapa fase yang dilalui.

 Fase I (shock dan tidak percaya)


Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,
duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan.
 Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/ akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
 Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/ damai dengan perasaan yang hampa/
kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang
baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
 Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.
Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di
masa lalu terhadap almarhum.
 Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/ disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.
Kesadaran baru telah berkembang.

B. Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Potter & Perry, 2005).

Ada 5 jenis konsep kehilangan, yaitu :


1. Kehilangan Objek Eksternal
Kehilangan ini mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang,
berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman
berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung
pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya,
dan kegunaan dari benda tersebut. Contoh : kehilangan sepeda motor,
kehilangan uang, kehilangan rumah.

2. Kehilangan Lingkungan yang telah Dikenal


Kehilangan ini mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal
selama periode tertentu/kepindahan secara permanen. Contoh : pindah
rumah baru dan alamat baru atau yang ekstrim lagi dirawat di rumah sakit.
Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal dapat
terjadi melalui situasi naturasional, misal : lansia pindah kerumah
perawatan.

3. Kehilangan Orang Terdekat


Kehilangan yang terjadi pada orang-orang terdekat seperti orangtua,
pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru, dll. Contoh : pindah rumah,
pindah pekerjaan karena promosi atau mutasi, melarikan diri, dan kematian.
4. Kehilangan Aspek Diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis. Kehilangan ini dapat terjadi karena penyakit,
cedera, atau perubahan perkembangan situasi. Kehilangan seperti ini dapat
menurunkan kesejahteraan individu, mengalami kehilangan kedudukan,
mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri. Contoh :
kehilangan anggota tubuh dan harus diamputasi karena kecelakaan lalu
lintas, menderita kanker organ tubuh yang ganas, terkena penyakit HIV/
AIDS.

5. Kehilangan Hidup
Kehilangan ini ada pada orang-orang yang akan menghadapi kematian
sampai dengan terjadinya kematian. Hal ini sering menyebabkan kehilangan
kontrol terhadap diri sendiri, gelisah, takut, bergantung pada orang lain,
putus asa dan malu. Contoh : pasien yang divonis menderita kanker otak,
luekimia atau penyakit langka lainnya yang tidak bisa disembuhkan oleh
dokter.

C. Reaksi Berduka

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi


pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut.

 Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti
“tidak, tidak mungkin seperti itu!” atau “tidak akan terjadi pada saya!”
sangat umum dilontarkan.
 Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada


setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan
marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

 Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.

 Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

 Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross


mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
D. Kriteria Penyakit Terminal

Ada beberapa kriteria untuk penyakit terminal, yakni :


1. Penyakit tidak dapat disembuhkan
2. Mengarah pada kematian
3. Diagnose medis sudah jelas
4. Tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit
5. Prognosis jelek
6. Bersifat progresif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit
atau sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat
dengan proses kematian.
Seseorang yang menghadapi kematian atau kondisi terminal, dia akan
menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya
sampai kematian itu terjadi.
B. Saran
Dari makalah ini kami memberikan saran antara lain:
1. Seseorang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau
suatu benda dan selalu berduka jika mendapat rejeki.
2. Suatu kehilangan atau berduka harus di syukuri oleh seseorang, khususnya
perawat apabila pasien mendapat musibah atau meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Wahdaniah.2010. KonsepKehilangan. http://wahdaniahns.blogspot.com/2010/10/ko


nsep-kehilangan.html. Diakses pada tanggal 16 November 2011
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia : Kehilangan,
Kematian, dan Berduka dan Proses Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta: ECG
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC
Niven Neil. 2003. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain edisi 2. Jakarta : EGC
Faikanto. 2009. Metode Koping pada Orang yang Kehilangan, Kematian, dan
Dukacita. http://faikanto.multiply.com/journal/item/3/METODE_KOPING_PADA
_ORANG_YANG_KEHILANGAN_KEMATIAN_DAN_DUKA_CITA. Diakses
pada tanggal 16 November 2011

Anda mungkin juga menyukai