Anda di halaman 1dari 2

2.

MM Toksikologi Keracunan Logam Berat

2.1 Definisi

Masalah keracunan logam berat semakin sering muncul seiring dengan meningkatnya
enggunaan logam berat untuk kehidupan sehari-hari, ataupun pabrik-pabrik yang menggunakan
logan berat dan permunian logam seperti pabrik thermometer, spignomanometer, barometer,
baterai dan peralatan elektronik. Keracunan logam berat dapat terjadi pula di lingkungan yang kadar
logam beratnya tinggi, sehingga terjadi kontaminasi dalam makanan, air, dan udara. Timbulnya
gejala keracunan tidak selalu dapat dideteksi segera, sehingga keracunan logam berat dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh yang fatal pada masyarakat luas.

Semua logam dapat meninmbulkan keracunan bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah
yang melebihi batas aman, tetapi ada juga jenis logam yang dalam jumlah sedikit sudah menjadi
racun bagi tubuh. Tetapi ada juga logam yang dalam jumlah tertuntu dibutuhka oleh tubuh untuk
mengatur fungsi metabolism dan nutrisi tubuh manusia.

Logam berat adalah logam-logam atau semi-logam yang mempunyai potensi sebagai bahan
toksik untuk manusia dan lingkungan. Elemen kimiawi logam berat mempunyai berat jenis lebih dari
5gr/cm3. Terbanyak sebagai penyebab keracunan ialah: merkuri (Hg), timbal (Pb), alumunium (Al),
arsenic (As), cadmium (Cd), besi (Fe), tembaga (Cu), silver (Si), zink (Zn), Nikel (Ni), bismuth (Bi),
kromium (Cr), mangan (Mn), thalium (Ti), cobalt (Co), selenium (Se).

2.2 Patofisiologi

Logam masuk ke tubuh melalui mulut (ditelan), oernapasan (dihirup), atau diserap melalui
kulit dan selaput mukosa. Selanjutnya logam akan tertimbun di dalam jaringan lunak tubuh dan
berikatan dengan protein. Sebagian besar logam berat mengikat oksigen. Nitrogen, dan kelompok
sulfhydryl pada protein sehingga merubah aktivitas enzimatik protein tersebut dan dapat
menyebabkan kerusakan organ di seluruh tubuh baik lokal maupun sistemik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan penyerapan logam berat:

1. Usia : anak anak menyerap lebih banyak logam berat daripada dewasa
2. Defisiensi elektrolit seerti Fe, calcium, Zn, meningkatkan penyerapat logam berat.

Mekanisme keracunan logam berat:

1. Memblokir atau menghalangi kerja gugus fungsi biomolekul yg esensial untuk proses
biologi, seperti protein dan enzim
2. Menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat dalam molekul terkait
3. Mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk gugus aktif yg dimiliki oleh
boimolekul

2.3 Gejala dan Tanda

Gelaja dan tanda keracunan logam berat dapat bersifat akut ataupun kronis. Keracunan akut
apabila loga berat yang diabsorbsi tubuh dalan waktu singkat, sedangkan kronis apabila tubuh
kontaminasi logam berat dalam periode waktu yang lama. Berikut gejala yang paling sering
dijumpai:

 Akut : demam, mual, muntah, diare, ensefalopati, gagal ginjal akut, pneumonitis,
pendaraan lambung, hemolysis, asidosis metabolic, nyeri sarah tepi, nyeri perut, dan
oenurunan kesadaran
 Kronis : diabetes mellitus, karsinoma, ensefalopati, hipopiggmentasi/hyperkeratosis,
osteomalasia, fibrosis par, pneumoconiosis, sirosis hati, parkinson’-like syndrome,
osteoporosis, aloplesia, itai itai disease.

2.4 Diagnosis

Gejala klinis keracunan logam berat tidak spesfik atau menyerupai penyakit-penyakit
tertentu. Riwayat adanya paparan trhadap logam berat menjadi acuan kemungkinan keracunan.
Untuk menegakkan diagnosis keracunan logam berat yaitu dengan cara pemeriksaan laboratorium.

Media untuk sampel yang ingin diperiksa harus bebas dari logam. Beberapa pemeriksaan
laboratorium yang perlu diperiksa antara lain pemeriksaan darah lengkap, hapusan darah, tes faal
ginjal, urinalisis, dan tes faal hati.

Pemeriksaan radiologi juga dapat dilakukan jika misalnya ada peluru atau benda asing dalam
tubuh. Pemeriksaan sinar-x pada anak untuk melihat garis yang radio-opak pada metafisis tulang-
tulang panjang bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis pada keracunan timah.

2.5 Penatalaksanaan

Dengan terapi chelasi, yaitu antagonis logam berat, suatu kelator (chelating agent)
berkompetisi dengan ligan logam berat sehingga meningkatkan eksresi logam dan mencegah atau
menghilangkan efek toksiknya. Antagonis logam berat akan membentuk kompleks dengan logam
berat sehingga mencegak atau menggeser ikatan logam berat dengan ligan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai