Untuk mengetahui fenomena bunyi di dalam ruang maka kita bisa mengukurnya dengan menangkap
sinyal bunyi dari sebuah sumber bunyi tertentu. Namun, sebelum membahas lebih jauh, perlu kita ketahui
bahwa di dalam sebuah ruang, sebuah bunyi yang dihasilkan dari sebuah sumber bunyi akan memantul ke
seluruh bidang pembatas ruang sehingga yang diterima oleh penerima bunyi seperti telinga atau mikrofon
adalah bunyi langsung dari sumber bunyi dan bunyi pantulan dari segala arah.
Terdapat banyak sekali bunyi pantulan dan setiap bunyi tersebut sampai kepada penerima bunyi dengan
waktu yang berbeda-beda hingga pantulan terjauh atau yang sudah memantul berulang kali hingga akhirnya
tidak terdengar lagi. Sinyal bunyi dari saat bunyi dihasilkan hingga tidak terdengar lagi itulah yang akan
dijadikan patokan dalam pengukuran akustik ruang.
Dalam sebuah ruang tertutup, respons terhadap akustik dapat dideskripsikan dari posisi pendengar
dengan sebuah sumber bunyi yang pendek. Respons terhadap bunyi tersebut dapat dihitung dalam bentuk
sebuah impuls yang pendek.
Dari sudut pandang pendengar, bunyi yang paling pertama ditangkap adalah bunyi langsung (direct sound)
yang merambat secara garis lurus. Setelah itu diikuti dengan serangkaian pantulan awal (early reflection)
dari dinding samping, langit-langit, dan bidang pembatas lainnya.
Bunyi pantulan akan merambat lebih jauh, oleh karena itu akan datang belakangan namun tidak akan
sekeras bunyi langsung kecuali terdapat focusing effect atau pemusatan energi bunyi. Respons tersebut dapat
direpresentasikan sebagai sebuah diagram kekuatan suara terhadap waktu, yang disebut dengan respons
impuls (Barron, 2010).
Untuk melakukan verifikasi dari parameter-parameter tersebut dapat dilakukan dengan cara respons
impuls. Dalam sebuah ruangan, sinyal yang dihasilkan oleh sumber bunyi akan diterima oleh pendengar atau
penerima bunyi.
Sinyal ini akan mengalami semua proses penjalaran gelombang mekanis di dalam ruangan seperti pantulan,
penyerapan dan transmisi oleh permukaan ruangan serta pembelokan gelombang bunyi oleh permukaan
tertentu (Merthayasa, 2008).
Dalam gambar di bawah, sinyal bunyi yang diterima secara langsung dari sumber bunyi dinyatakan dengan
L, bunyi pantulan dinyatakan dengan P, dan bunyi dengung dinyatakan dengan D.
Lalu bagaimana dengan teknis di lapangan? Berpedoman ISO 3382, kita dianjurkan menggunakan
sumber bunyi berupa loudspeaker omnidirectional yang dapat menghasilkan bunyi ke segala arah di dalam
ruang.
Dengan loudspeaker tersebut maka kita bisa mendapatkan sinyal bunyi yang datang dari seluruh penjuru
ruang.
Loudspeaker setidaknya bisa menghasilkan bunyi dengan selisih 45dB dari background noise jadi misal kita
mendapatkan background noise sebuah ruang adalah 50dB maka loud speaker harus bisa mengeluarkan
bunyi dengan intensitas 95dB.
Namun, jenis loudspeaker omnidirectional ini cukup jarang ditemui dan juga mahal, maka alternatif lain
adalah menggunakan balon.
Dengan meletuskan balon maka kita juga bisa mendapatkan sinyal impuls. Posisi sumber bunyi sebaiknya di
tengah ruang dengan ketinggian 1,5m dari lantai.
Untuk dapat menangkap sinyal bunyi dari maka dibutuhkan jenis mikrofon omnidirectional yaitu
mikrofon yang bisa menangkap bunyi dari segala arah. Dalam pengukuran biasanya letak penerima bunyi
lebih dari 1 dan ditentukan berdasarkan asumsi bahwa terjadi perubahan waktu dengung di beberapa posisi
seperti di tengah ruang, di bawah balkon, atau di sudut ruang yang dekat dengan bidang pembatas.
Ketinggian juga ditentukan berdasarkan posisi audiens apakah duduk atau berdiri. Audiens dalam keadaan
duduk biasanya diukur 1,2 m dari lantai.
Sumber : Dokumentasi
Peralatan lain yang mendukung adalah amplifier, audio interface, dan laptop. Setelah semua disetting
maka pengukuran dapat dilakukan. Untuk memproses sinyal dibutuhkan software seperti real time analyzer
sehingga sinyal bisa dikonversi menjadi parameter-parameter yang dibutuhkan.
Berikut adalah contoh dari sinyal respon impuls yang didapat dari suatu pengukuran :
Dari sinyal dalam grafik tersebut maka segala macam parameter didapatkan mulai dari waktu dengung (T60,
T30, T20, EDT), kekuatan bunyi (SPL, G Strength), Kejelasan bunyi (C80, D50, Ts, STI), bahkan
keseimbangan lateral atau bisa dikatakan kualitas stereo atau surround (LF, LEF, IACC). Data-data inilah
yang nantinya bisa kita gunakan baik untuk penelitian ataupun dalam mendesain akustik ruang.
Gelombang bunyi termasuk ke dalam gelombang longitudinal karena perambatannya membentuk pola rapatan dan
renggangan. Gelombang bunyi membutuhkan medium dalam perambatannya.
2 1. PenjumlahanDilakukan cara penjumlahan bila kita ingin mengetahui intensitas bising yang ditimbulkan oleh
dua buah mesin atau lebih yang dihidupkan secara bersamaan.Beberapa cara menentukan intensitas
kebisingan sebagai berikut :Penggunaan rumusPenggunaan grafikPenggunaan chartPenggunaan tabel
6 B. Penggunaan GrafikLangkah : A. Mengukur tingkat bising dari setiap sumber bunyi B. Menentukan selisih
kedua intensitas bising C. Selisih kedua intensitas di masukkan ke sumbu X dari titik tsb. Di tarik garis vertikal ke
atas hingga memotong kurva. Dari titik potong di tarik garis sejajar sumbu X hingga memotong sumbu Y. Titik
potong ini menunjukkan besarnya intensitas yang harus di tambahkan pada intensitas suara yang lebih tinggi.
9 c. Penggunaan ChartL1 the higher of the two. The left scale shows the number of decibels (A) to be added to
the higher level L1 to obtain the level of combination of L1 and L2
12 2. PenguranganPengurangan dilakukan bila intensitas bising di tempat kerja tidak hanya dipengaruhi oleh
intensitas bising mesin tetapi faktor lingkungan lainnya ikut mempengaruhi intensitas bising secara keseluruhan.
13 Penggunaan Chart Cara penggunaan chart sebagai berikut :
Mengukur total noise baik sumber bunyi maupun background noise.Mematikan mesin dan mengukur SPL
background noise.Mengukur selisih kedua pengukuran tsb. Bila selisih < 3 dB, pengaruh background noise
besar, bila selisih 3 – 10 dB perlu dikoreksi, bila > 10 dB tidak perlu koreksi.Untuk koreksi, selisih kedua SPL
masuk pada sumbu x, tarik garis vertikal ke atas memotong kurva dan menarik garis sejajar sumbu x memotong
sumbu y, sehingga didapat angka koreksi
15 Contoh :BIla total noise terukur 60 dB dan background noise 53 dB. Selisih antara total noise dengan
background noise adalah 7 dB.Berdasar chart tersebut faktor koreksi adalah 1 dB, sehingga SPL mesin tsb
adalah :60 dB – 1 dB = 59 dB
Pengertian Desibel dan Cara Menghitungnya – Desibel merupakan satuan yang sering digunakan sebagai skala
penguatan dalam rangkaian Elektronika seperti rangkaian pada peralatan Audio dan Komunikasi. Besaran-
besaran yang mengunakan skala penguatan Desibel tersebut diantara seperti penguatan pada Daya,
Tegangan, Arus dan juga Intensitas suara. Jadi pada dasarnya Desibel adalah satuan yang menggambarkan
suatu perbandingan atau Rasio. Secara definisi, Desibel yang sering disingkat dengan “dB” ini dapat diartikan
sebagai “Perbandingan antara dua besaran dalam skala Logaritma”.
Dalam Rangkaian Audio, penguatan sinyal suara bersifat tidak linear (non linear) sehingga tidak dapat
menggunakan perkalian kelipatan langsung seperti Output sinyal memiliki 10 kali lipat atau 20 kali lipat
penguatan dari Input sinyal sehingga harus menggunakan satuan desibel yang berskala Logaritma.
Grafik di bawah ini merupakan contoh yang menggambarkan ketidaklinearan penguatan sinyal audio :
Desibel pada dasarnya merupakan turunan dari besaran Bel, dimana 1 desibel sama dengan 1/10 Bel atau 0,1
Bel. Dalam prakteknya, para Engineer maupun fisikawan cenderung lebih nyaman menggunakan satuan desi
Bel (desibel) daripada satuan Bel. Hal ini dikarenakan untuk menghindari kebanyakan angka dibelakang koma
dalam menghitungnya.
Dalam perhitungan Desibel, penguatan atau Gain suatu sinyal akan ditandai dengan tanda “+” (positif)
sedangkan pelemahan atau Loss akan ditandai dengan tanda “-“ (negatif). Dengan demikian, jika sinyal Output
+6dB dari sinyal Input maka hal ini menandakan terjadinya penguatan Output sebanyak 6dB dari sinyal Input.
Sebaliknya jika sinyal Output -2dB dari sinyal Input yang artinya adalah telah terjadi pelemahan sinyal Output
sebanyak 2dB terhadap sinyal Input.
Rumus-rumus Desibel
Rumus Penguatan Daya
Penguatan Daya (dB) = 10 log10 (Pout / Pin)
Penguatan Tegangan
Sebuah Rangkaian memiliki Input AC sebesar 2 Volt dan Output AC sebesar 14 Volt, berapakah penguatan
dalam Desibel ?
Penyelesaian
Rumus :
Penguatan Tegangan (dB) = 20 log10 (Vout / Vin)
Pertama, kita harus menghitung hasil dari rasio Tegangan Output dan Tegangan Input yaitu :
(Vout/Vin) = (14 / 2) = 7
Log10 7 = 0,845098
Penguatan Daya
Sebuah Amplifier diberi Input sebesar 5 Watt, sedangkan Output dihasilkannya adalah sebesar 150 Watt.
Berapakah penguatannya dalam Desibel ?
Penyelesaian
Rumus :
Penguatan Daya (dB) = 10 log10 (Pout / Pin)
Pertama, menghitung hasil dari rasio daya Output dan Input yaitu :
Log10 30 = 1,47712
Desibel yang dimaksud dalam pengukuran kebisingan ini adalah perbandingan tingkat Intensitas Suara dengan
Batas Ambang suara yang dapat didengar oleh Manusia atau Volume terendah yang dapat didengar oleh
Manusia pada suatu ruangan yang sunyi dengan asumsi pendengaran orang tersebut adalah normal. Nilai
Ambang Suara tersebut adalah 0dB atau Log 1.
Jika tingkat kebisingan adalah 30dB, artinya 30dB diatas nilai ambang suara yang dapat didengar oleh manusia
dengan pendengaran normal atau sekitar 1000 kali dari suara yang dapat didengar oleh manusia. Sedangkan
tingkat kebisingan 60 dB berarti 60dB diatas nilai ambang suara yang dapat didengan oleh Manusia atau sekitar
1.000.000 kali lebih tinggi dari suara yang dapat didengar oleh manusia.
Berikut ini adalah tabel tingkat kebisingan suara pada beberapa sumber suara atau perlengkapan kerja.
Percakapan normal 60 dB
Sepeda Motor 95 dB
Mercon 150 dB
Catatan : “Desibel” adalah penulisan dalam bahasa Indonesia, sedangkan dalam bahasa Inggris ditulis
dengan “Decibel”.