Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH TEKNOLOGI TEPAT GUNA OBAT DAN VAKSIN PADA BALITA


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Tepat Guna
Dosen Pengampu : Teta Puji Rahayu, SST., M.Keb.

Oleh :
KELOMPOK 1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV ALIH JENJANG KEBIDANAN SUTOMO
MAGETAN
2019
TUGAS KELOMPOK
MAKALAH TEKNOLOGI TEPAT GUNA OBAT DAN VAKSIN PADA BALITA
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Tepat Guna
Dosen Pengampu : Teta Puji Rahayu, SST., M.Keb.

Oleh:

1. Regita Widyaningrum
2. Anindya Annisa
3. Hindun M
4. Dhona Ayu G
5. Lani Pratiwi
6. Vilia Tri E
7. Mar’ah Istighfarini
8. Syahda Febby K

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV ALIH JENJANG KEBIDANAN SUTOMO
MAGETAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat Nya

sehingga dapat terselesaikannya makalah teknologi tepat guna “ Obat dan Vaksin

pada Balita”

Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada

kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dwi Purwati, S. Kp. S.ST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIV Alih

Jenjang Kebidanan Soetomo yang telah memberikan kesempatan menyusun tugas

ini.

2. Ibu Teta Puji Rahayu, SST.,M.Keb selaku dosen mata kuliah teknologi tepat

guna

3. Teman- teman dan pihak yang membatu penyelesaian makalah ini

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik

yang telah diberikan, penulis mengharapkan kritik saran dan masukan kepada

pembaca. Semoga makalah ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Magetan, Oktober 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan sistem usaha pembangunan masyarakat supaya lebih

produktif dan efisien, diperlukan teknologi. Pengenalan teknologi yang telah berkembang

di dalam masyarakat adalah teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, atau

yang dikenal dengan "teknologi tepat guna" atau teknologi sederhana dan proses

pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok

masyarakat tertentu.

Pertumbuhan dan perkembangan teknologi, ditentukan oleh kondisi dan tingkat

isolasi dan keterbukaan masyarakat serta tingkat pertumbuhan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat tersebut. Untuk memperkenalkan teknologi tepat guna perlu disesuaikan

dengan kebutuhan, yaitu kebutuhan yang berorientasi kepada keadaan lingkungan

geografis atau propesi kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Teknologi yang

demikian itu merupakan barang baru bagi masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan

diketahui oleh masyarakat tentang nilai dan kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan

faktor ekstern dan diperkenalkan dengan maksud agar masyarakatyang bersangkutan

dapat merubah kebiasaan tradisional dalam proses pembangunan atau peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Pada balita terdapat teknologi tepat guna pada beberapa bidang, salah satunya yaitu

pada obat dan vaksin. Teknologi tepat guna obat dan vaksin pada balita ini sangatlah

penting, karena dapat menurunkan angka kesakitan yang ada di Indonesia sejak dini.

Teknologi tepat guna obat pada balita sendiri yang kami bahas dalam makalah ini ada dua

yaitu, pemberian vitamin A dan obat cacing. Sedangkan untuk teknlogi tepat guna vaksin
pada balita yaitu pemberian vaksin polio, Measles Rubella, Pentavalen, Influenza, tifoid,

dan PCV.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja teknologi tepat guna obat pada balita ?

2. Apa saja teknologi tepat guna vaksin pada balita ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja teknologi tepat guna obat pada balita

2. Untuk mengetahui apa saja teknologi vaksin pada balita


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Tegnologi Tepat Guna Obat pada Balita

1. Vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan

disimpan dalam hati, serta tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari

luar (esensial). Vitamin ini berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).

Vitamin A yang disebut juga Retinol sangat banyak fungsinya, yaitu membantu mata

menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya dari terang ke gelap, mencegah kekeringan

selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva, mencegah terjadinya kerusakan

mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot sampai kebutaan, menjaga kesehatan kulit

dan selaput lendir saluran pernafasan, saluran kemih dan saluran pencernaan terhadap

masuknya bakteri dan virus, membantu pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi,

membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, pembelahan sel,

diferensiasi sel, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan yang

dapat menetralisir radikal bebas penyebab kerusakan sel dan jaringan.

Pemerintah dalam menyikapi masalah tentang kekurangan vitamin A melalui

suplementasi Vitamin A dosis tinggi kepada anak balita. Suplementasi Vitamin A adalah

program intervensi pemberian Kapsul Vitamin A bagi anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas

yang bertujuan selain untuk mencegah kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan

Vitamin A (KVA) yang masih cukup tinggi pada balita (sebesar 14,6 % pada tahun 2006,

Depkes). Mengkonsumsi vitamin A bagi balita sangat banyak manfaatnya, seperti :


a. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan

diare.

b. Membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap.

c. Mencegah kelainan pada sel –sel epitel termasuk selaput lender mata.

d. Mencegah terjadinya proses metaplasi sel –sel epitel sehingga kelenjar tidak

memproduksi cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata.

e. Mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan.• Vitamin A esensial untuk

membantu proses pertumbuha

Jadwal Pemberian Vitamin A dosis tinggi diberikan kepada seluruh anak balita umur

6-59 bulan secara serentak. Pada bayi (6-11 bulan) pada bulan Februari atau bulan

Agustus dan pada anak balita (12-59 bulan) pada bulan Februari dan Agustus.

2. Obat cacing

Pengertian Anthelmetika atau obat-obat anti cacing adalah obat-obat yang

dapat memusnahkan cacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan hewan. Infeksi

oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di

Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini diperkirakan

masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi cacing sehingga

pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal dengan

pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen

tertentu.Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada

juga yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah,

terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene.

Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan

lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan pucat (anaemi)

dan lain – lain.


Obat cacing bertujuan untuk mengatasi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

cacing, yaitu :

a. Cacing kremi (Oxyuris vermicularis)

b. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)

c. Cacing pita (Taenia saginata/ Taenia solium/ Taenia lata)

d. Cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator Americanus)

e. Filaria

f. Schistosoma

g. Cacing benang (Strongiloides stercularis)

2.2 Teknolgi Tepat Guna Vaksin pada Balita

1. Vaksin Polio

Vaksin polio adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit polio.

Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin yang berisi virus polio yang tidak

aktif yang disuntikkan ke dalam tubuh atau vaksin berisi virus polio yang sudah

dilemahkan yang diberikan lewat mulut. Dengan demikian, virus yang lemah tidak

dapat menginfeksi tubuh, namun itu sudah cukup untuk merangsang tubuh

membentuk antibodi sebagai respon imun untuk melawannya.

Ketika antibodi sudah terbentuk, maka apabila virus polio datang menyerang

di kemudian hari, maka akan langsung dibunuh dan tidak sampai menimbulkan

penyakit polio.

Tujuan pemberian vaksin polio adalah untuk menimbulkan kekebalan aktif

terhadap penyakit polimielitis. Oleh karena itu sudah jelas

bahwa manfaat imunisasi polio adalah mencegah penyakit polio atau lumpuh layu.
Baik perindividu maupun secara luas pada masyarakat. Karena apabila sebagian

besar terimunisasi maka yang lain juga akan terlindungi dari penularan.

Vaksin polio terdiri dari 4 rangkaian yang harus dilengkapi semuanya. Vaksin

yang pertama diberikan segera setelah baru lahir, yang kedua pada usia 2 bulan, 4

bulan, dan terakhir saat menginjak 6 bulan. Namun, Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI) merekomendasikan imunisasi polio dilanjutkan saat bayi

berusia sekitar 18-24 bulan.

2. Measles Rubella (MMR)

Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated),

berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.

Setiap dosis vaksin MR mengandung 1000 CCID50 virus campak dan 1000

CCID50 virus rubella.

Vaksin MR (Measses Rubella) merupakan vaksin yang di gunakan dalam

memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles) dan campak jerman

(rubella). Dalam vaksin MR (Measles, Rubella), antigen yang di pakai adalah

virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strai RA 27/3, dan

virus gondog (Hidayat, 2008).

Im uni sas i MR m a suk dal am j adw al i m uni sasi rut i n dan

di berikan pada anak usi a 9 bul an, 18 bul an, dan kel as 1 SD at au

sederaj a t, menggantikan Imunisasi Campak.

3. Vaksin DPT-HPT-HiB (Pentavalen)

Vaksin DPT adalah pencegahan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk

rejan), dan tetanus, HB untuk pencegahan penyakit Hepatitis 13 B dan Hib untuk

pencegahan infeksi Haemophilus influenzae tipe b. Vaksin DPT-HB-Hib dapat


digunakan secara kombinasi yang disebut dengan vaksin Pentavalen/Pentabio

(Kementerian kesehatan RI, 2014).

Imunisasi DPT-HB-Hib diberikan sebanyak tiga dosis sebagai imunisasi dasar

(pada usia 2 bulan, tiga bulan, dan empat bulan), lalu diberikan sebagai imunisasi

ulangan satu kali pada rentang usia 18-24 bulan (interval satu tahun setelah DPT3)

(Gunardi H., Kartasasmita CB., Hadinegoro SRS et al., 2017)

4. Vaksin Influenza

Vaksin influenza adalah vaksin yang berfungsi untuk mencegah seseorang

menderita penyakit flu, yaitu infeksi saluran pernapasan oleh virus influenza.

Terdapat tiga jenis vaksin influenza yaitu berisi virus influenza yang sudah

diinaktivasi (influenza virus vaccine inactivated atau IIV), virus influenza hidup yang

dilemahkan (live attenuated influenza vaccine atau LAIV), dan vaksin rekombinan.

Vaksin influenza inaktif (IIV) terdiri dari 2 jenis, yaitu vaksin trivalen dan

quadrivalen. Vaksin trivalen berfungsi melindungi terhadap dua jenis virus influenza

tipe A, H3N2 dan H1N1 , serta influenza tipe B. Vaksin quadrivalen memiliki satu

tambahan antigen strain lain dari virus influenza tipe B.

Jenis vaksin hidup yang dilemahkan (LAIV) hanya tersedia dalam bentuk

quadrivalen. Vaksin ini diberikan secara intranasal dan mengandung komponen

permukaan virus yang bersifat peka terhadap suhu. Selain vaksin IIV dan LAIV,

terdapat jenis vaksin rekombinan yang berisi protein HA yang diindikasikan pada

orang yang memiliki alergi telur. Protein HA didapatkan dari vektor virus bakulo

yang ada di sel serangga.

Selain fungsi proteksi terhadap influenza, penelitian juga menunjukkan bahwa

vaksin influenza, khususnya jenis LAIV, terbukti dapat mengurangi terjadinya otitis
media akut. Fungsi perlindungan terhadap otitis media akut terutama ditemukan pada

anak-anak yang berusia lebih dari 2 tahun.

Berdasarkan jadwal imunisasi IDAI, vaksin infleunza diberikan pada usia lebih

dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary

immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval

minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan

atau lebih, dosis 0,5 mL.

5. Vaksin Tifoid

Vaksin tifoid adalah vaksin yang berikan untuk mencegah infeksi

bakteri Salmonella typhii yang merupakan penyebab penyakit tifus. Selain itu vaksin

tifoid juga untuk mencegah demam tifoid. Beberapa jenis vaksin yang tersedia antara

lain, vaksin konjugat tifoid (TCV), Ty21a ( vaksin hidup yang dimasukkan lewat

mulut) dan vaksin polisakarida Vi capsular (Vip) (suntik subunit vaksin). Vaksin ini

efektif sekitar 30 sampai 70% untuk dua tahun pertama tergantung pada jenis vaksin

yang digunakan. Vaksin Vi-rEPA telah terbukti berkhasiat pada anak-anak. Untuk

jadwal pemberiannya yaitu tergantung pada formulasinya vaksin ini dapat diberikan

mulai usia dua tahun (Vip), enam tahun (Ty21a) atau 6 bulan (TCV).

Vaksin Ty21a oral dapat mencegah sekitar satu-setengah kasus tifoid di tiga

tahun pertama setelah vaksinasi. Suntik vaksin polisakarida Vi mencegah sekitar dua-

pertiga dari kasus tifoid di tahun pertama dan khasiatnya mencapai 55% pada tahun

ketiga. Khasiat dari vaksin ini dapat terbukti pada anak-anak yang berusia lebih dari 2

tahun. Vaksin Vi-rEPA, formulasi terbaru dari vaksin Vi, mungkin lebih efektif dalam

mencegah penyakit pada banyak anak-anak di bawah usia 5 tahun. Dalam uji coba

pada anak-anak usia 2 sampai 5 tahun di Vietnam, vaksin ini memiliki lebih dari 90%

keberhasilan di tahun pertama dan perlindungan berlangsung selama minimal 4 tahun.


6. Vaksin Pneumokokus (PCV)

Vaksin PCV adalah vaksin untuk melindungi anak dari infeksi bakteri

pneumokokus. Infeksi bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit pneumonia,

meningitis, dan infeksi telinga.

Tujuan pemberian vaksin PCV adalah untuk merangsang pembentukan

imunitas atau kekebalan terhadap infeksi kuman Streptococcus Pneumoniae atau

kuman Pneumokokus yang dapat menular melalui udara. Manfaat pemberian vaksin

PCV adalah untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit Invasive

Peumococcal Diseases (IPD) yang dapat berupa meningitis atau peradangan pada

selaput otak, bakteremia atau infeksi bakteri dalam darah, dan pneumonia atau

peradangan pada paru - paru. Penyakit IPD ini sangat berbahaya karena kuman

kuman Streptococcus Pneumoniae dapat menyebar melalui peredaran darah sehingga

dapat memperluas jangkauan infeksi.

Vaksin ini bisa diberikan pada anak mulai usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali dengan jarak

2 bulan. Jika diberikan pada anak yang sudah berusia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan

sebanyak 1 kali.
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Terdapat beberapa Teknologi Tepat Guna obat dan vaksin pada balita.

Pada obat terdapat pemberian vitamin A dan obat cacing. Sedangkan pada

vaksin terdapat polio, Measles Rubella (MR), Influenza, Pentavalen, tifoid

dan PCV.

Semua dari jenis obat dan vaksin ini diberikan saat balita dan memiliki

manfaat dan tujuan untuk mencegah suatu penyakit yang menular maupun

tidak menular yang dapat terjadi pada seseorang.

3.2 Saran

Sebaiknya untuk teknologi tepat guna yang ada ini dapat digunakan

dan diterapkan dengan sebaik mungkin untuk masyarakat terutama pada

balita agar dapat mengurangi ataupun menghindari terjadinya suatu

penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika, Yogyakarta.

Gunardi H, Kartasasmita C B, Hadinegoro S R S, Satari H I, Osqari H, Pusponegoro H D, et

al. 2017. Jadwal imunisasianak usia 0-18 tahun rekomendasi Ikatan Dokter Anak

Indonesia 2017. Sari Pediatri. 18(5): 417-22.

Kementerian Kesehatan. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KMK RI)

Nomor: HK.02.03/I/IV/2/9278/2015 Tentang penetapan buku ajar imunisasi, buku ajar

kesehatan ibu dan anak, dan pedoman implementasi bahan ajar materi imunisasi dan

kesehatan ibu dan anak sebagai acuan dalam penguatan materi imunisasi dan kesehatan

ibu dan anak pada institusi pendidikan kebidanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai