Oleh :
KELOMPOK 1
Oleh:
1. Regita Widyaningrum
2. Anindya Annisa
3. Hindun M
4. Dhona Ayu G
5. Lani Pratiwi
6. Vilia Tri E
7. Mar’ah Istighfarini
8. Syahda Febby K
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat Nya
sehingga dapat terselesaikannya makalah teknologi tepat guna “ Obat dan Vaksin
pada Balita”
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
1. Ibu Dwi Purwati, S. Kp. S.ST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIV Alih
ini.
2. Ibu Teta Puji Rahayu, SST.,M.Keb selaku dosen mata kuliah teknologi tepat
guna
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan, penulis mengharapkan kritik saran dan masukan kepada
pembaca. Semoga makalah ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
produktif dan efisien, diperlukan teknologi. Pengenalan teknologi yang telah berkembang
di dalam masyarakat adalah teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, atau
yang dikenal dengan "teknologi tepat guna" atau teknologi sederhana dan proses
pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok
masyarakat tertentu.
isolasi dan keterbukaan masyarakat serta tingkat pertumbuhan kehidupan sosial ekonomi
demikian itu merupakan barang baru bagi masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan
diketahui oleh masyarakat tentang nilai dan kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan
kesejahteraan masyarakat.
Pada balita terdapat teknologi tepat guna pada beberapa bidang, salah satunya yaitu
pada obat dan vaksin. Teknologi tepat guna obat dan vaksin pada balita ini sangatlah
penting, karena dapat menurunkan angka kesakitan yang ada di Indonesia sejak dini.
Teknologi tepat guna obat pada balita sendiri yang kami bahas dalam makalah ini ada dua
yaitu, pemberian vitamin A dan obat cacing. Sedangkan untuk teknlogi tepat guna vaksin
pada balita yaitu pemberian vaksin polio, Measles Rubella, Pentavalen, Influenza, tifoid,
dan PCV.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja teknologi tepat guna obat pada balita
PEMBAHASAN
1. Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan
disimpan dalam hati, serta tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari
luar (esensial). Vitamin ini berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan
Vitamin A yang disebut juga Retinol sangat banyak fungsinya, yaitu membantu mata
menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya dari terang ke gelap, mencegah kekeringan
selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva, mencegah terjadinya kerusakan
mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot sampai kebutaan, menjaga kesehatan kulit
dan selaput lendir saluran pernafasan, saluran kemih dan saluran pencernaan terhadap
masuknya bakteri dan virus, membantu pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi,
diferensiasi sel, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan yang
suplementasi Vitamin A dosis tinggi kepada anak balita. Suplementasi Vitamin A adalah
program intervensi pemberian Kapsul Vitamin A bagi anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas
yang bertujuan selain untuk mencegah kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan
Vitamin A (KVA) yang masih cukup tinggi pada balita (sebesar 14,6 % pada tahun 2006,
diare.
c. Mencegah kelainan pada sel –sel epitel termasuk selaput lender mata.
d. Mencegah terjadinya proses metaplasi sel –sel epitel sehingga kelenjar tidak
Jadwal Pemberian Vitamin A dosis tinggi diberikan kepada seluruh anak balita umur
6-59 bulan secara serentak. Pada bayi (6-11 bulan) pada bulan Februari atau bulan
Agustus dan pada anak balita (12-59 bulan) pada bulan Februari dan Agustus.
2. Obat cacing
dapat memusnahkan cacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan hewan. Infeksi
oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di
Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini diperkirakan
masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi cacing sehingga
pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen
juga yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah,
Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan
lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan pucat (anaemi)
cacing, yaitu :
e. Filaria
f. Schistosoma
1. Vaksin Polio
Vaksin polio adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit polio.
Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin yang berisi virus polio yang tidak
aktif yang disuntikkan ke dalam tubuh atau vaksin berisi virus polio yang sudah
dilemahkan yang diberikan lewat mulut. Dengan demikian, virus yang lemah tidak
dapat menginfeksi tubuh, namun itu sudah cukup untuk merangsang tubuh
Ketika antibodi sudah terbentuk, maka apabila virus polio datang menyerang
di kemudian hari, maka akan langsung dibunuh dan tidak sampai menimbulkan
penyakit polio.
bahwa manfaat imunisasi polio adalah mencegah penyakit polio atau lumpuh layu.
Baik perindividu maupun secara luas pada masyarakat. Karena apabila sebagian
besar terimunisasi maka yang lain juga akan terlindungi dari penularan.
Vaksin polio terdiri dari 4 rangkaian yang harus dilengkapi semuanya. Vaksin
yang pertama diberikan segera setelah baru lahir, yang kedua pada usia 2 bulan, 4
bulan, dan terakhir saat menginjak 6 bulan. Namun, Ikatan Dokter Anak
Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated),
berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.
Setiap dosis vaksin MR mengandung 1000 CCID50 virus campak dan 1000
virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strai RA 27/3, dan
di berikan pada anak usi a 9 bul an, 18 bul an, dan kel as 1 SD at au
rejan), dan tetanus, HB untuk pencegahan penyakit Hepatitis 13 B dan Hib untuk
(pada usia 2 bulan, tiga bulan, dan empat bulan), lalu diberikan sebagai imunisasi
ulangan satu kali pada rentang usia 18-24 bulan (interval satu tahun setelah DPT3)
4. Vaksin Influenza
menderita penyakit flu, yaitu infeksi saluran pernapasan oleh virus influenza.
Terdapat tiga jenis vaksin influenza yaitu berisi virus influenza yang sudah
diinaktivasi (influenza virus vaccine inactivated atau IIV), virus influenza hidup yang
dilemahkan (live attenuated influenza vaccine atau LAIV), dan vaksin rekombinan.
Vaksin influenza inaktif (IIV) terdiri dari 2 jenis, yaitu vaksin trivalen dan
quadrivalen. Vaksin trivalen berfungsi melindungi terhadap dua jenis virus influenza
tipe A, H3N2 dan H1N1 , serta influenza tipe B. Vaksin quadrivalen memiliki satu
Jenis vaksin hidup yang dilemahkan (LAIV) hanya tersedia dalam bentuk
permukaan virus yang bersifat peka terhadap suhu. Selain vaksin IIV dan LAIV,
terdapat jenis vaksin rekombinan yang berisi protein HA yang diindikasikan pada
orang yang memiliki alergi telur. Protein HA didapatkan dari vektor virus bakulo
vaksin influenza, khususnya jenis LAIV, terbukti dapat mengurangi terjadinya otitis
media akut. Fungsi perlindungan terhadap otitis media akut terutama ditemukan pada
Berdasarkan jadwal imunisasi IDAI, vaksin infleunza diberikan pada usia lebih
dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary
immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval
minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan
5. Vaksin Tifoid
bakteri Salmonella typhii yang merupakan penyebab penyakit tifus. Selain itu vaksin
tifoid juga untuk mencegah demam tifoid. Beberapa jenis vaksin yang tersedia antara
lain, vaksin konjugat tifoid (TCV), Ty21a ( vaksin hidup yang dimasukkan lewat
mulut) dan vaksin polisakarida Vi capsular (Vip) (suntik subunit vaksin). Vaksin ini
efektif sekitar 30 sampai 70% untuk dua tahun pertama tergantung pada jenis vaksin
yang digunakan. Vaksin Vi-rEPA telah terbukti berkhasiat pada anak-anak. Untuk
jadwal pemberiannya yaitu tergantung pada formulasinya vaksin ini dapat diberikan
mulai usia dua tahun (Vip), enam tahun (Ty21a) atau 6 bulan (TCV).
Vaksin Ty21a oral dapat mencegah sekitar satu-setengah kasus tifoid di tiga
tahun pertama setelah vaksinasi. Suntik vaksin polisakarida Vi mencegah sekitar dua-
pertiga dari kasus tifoid di tahun pertama dan khasiatnya mencapai 55% pada tahun
ketiga. Khasiat dari vaksin ini dapat terbukti pada anak-anak yang berusia lebih dari 2
tahun. Vaksin Vi-rEPA, formulasi terbaru dari vaksin Vi, mungkin lebih efektif dalam
mencegah penyakit pada banyak anak-anak di bawah usia 5 tahun. Dalam uji coba
pada anak-anak usia 2 sampai 5 tahun di Vietnam, vaksin ini memiliki lebih dari 90%
Vaksin PCV adalah vaksin untuk melindungi anak dari infeksi bakteri
kuman Pneumokokus yang dapat menular melalui udara. Manfaat pemberian vaksin
Peumococcal Diseases (IPD) yang dapat berupa meningitis atau peradangan pada
selaput otak, bakteremia atau infeksi bakteri dalam darah, dan pneumonia atau
peradangan pada paru - paru. Penyakit IPD ini sangat berbahaya karena kuman
Vaksin ini bisa diberikan pada anak mulai usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali dengan jarak
2 bulan. Jika diberikan pada anak yang sudah berusia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan
sebanyak 1 kali.
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Terdapat beberapa Teknologi Tepat Guna obat dan vaksin pada balita.
Pada obat terdapat pemberian vitamin A dan obat cacing. Sedangkan pada
dan PCV.
Semua dari jenis obat dan vaksin ini diberikan saat balita dan memiliki
manfaat dan tujuan untuk mencegah suatu penyakit yang menular maupun
3.2 Saran
Sebaiknya untuk teknologi tepat guna yang ada ini dapat digunakan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
al. 2017. Jadwal imunisasianak usia 0-18 tahun rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Kementerian Kesehatan. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KMK RI)
kesehatan ibu dan anak, dan pedoman implementasi bahan ajar materi imunisasi dan
kesehatan ibu dan anak sebagai acuan dalam penguatan materi imunisasi dan kesehatan
ibu dan anak pada institusi pendidikan kebidanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia