Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kesehatan kondisi sehat secara emosional, psikologi
dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videback dalam
Prabowo, 2014). Kesehatan jiwa merupakan berbagai karakter positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan setiap individu (WHO dalam Kusumawati dkk, 2010). Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Rendah, Rsjd, and Zainudin 2016).
Menurut World Health Organization (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa
diseluruh dunia mencapai hampir 450 juta orang, dimana sepertiganya berdomisili di
negara-negara berkembang. Hal ini diperkuat dengan data dan fakta bahwa hampir
separuh populasi dunia tinggal di negara dimana satu orang psikiater melayani 200.000
orang. World Health Organization (WHO) mengungkapkan negara miskin hanya
memiliki satu orang dokter spesialis jiwa per satu juta penduduk(Makale, 2012).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan kementerian
kesehatan pada 2007, prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas
ada sebanyak 11,60 persen dari jumlah penduduk indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa.
Kemudian prevalensi gangguan jiwa berat yakni psikosis ada sekitar 0,46 persen dari
jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 1.065.000 juta jiwa(Guna et al. 2013).
Peristiwa-peristiwa traumatik seperti bencana dan konflik berkepanjangan yang
dialami masyarakat kita telah meninggalkan dampak yang serius. Mereka harus
mengalami kehilangan baik pekerjaan, harta benda, bahkan nyawa. Dampak kehilangan
tersebut dapat mempengaruhi individu akan kemampuan dirinya(Keliat, 2011).

1
Kebijakan pemerintah dalam manangani pasien gangguan jiwa tercantum dalam
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan dalam pasal 149
ayat(2) mengatakan bahwa pemerintah dan masyarakat wajib melakukan pengobatan dan
perawatan difasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa yang terlantar,
menggelandang, mengancam keselamatan, dirinya dan mengganggu ketertiban atau
keamananumum,termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan penderita gangguan
jiwa untuk masyarakat miskin (Rendah et al. 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul “Gambaran


Asuhan Kprawatan Pada Ny.S Di Ruang Sandat dengan gangguan harga diri rendah
kronik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut : Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Ny.S di Ruang Sandat Dengan Gangguan
Harga Diri Rendah Kronik”.

1.3 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan harga diri rendah kronik.
1.3.1 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan Pengkajian Pada Pasien Dengan Gangguan Harga Diri Rendah Kronik
1.3.2.2 Melakukan Analisa Data Pada Pasien Dengan Gangguan Harga Diri Rendah Kronik
1.3.2.3 Menyusun Rencana Asuhan Pada Pasien Dengan Gangguan Harga Diri Rendah
Kronik
1.3.2.4 Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Harga Diri Rendah
Kronik
1.3.2.5 Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Gangguan Harga Diri Rendah Kronik

2
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran dan untuk menambah
wawasan tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan harga diri rendah
kronik.

1.4.2 Manfaat Praktis


Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam praktek keperawatan di rumah sakit agar dapat
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan harga diri rendah kronik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri (Damaiyanti and Iskandar 2012).

Harga diri rendah adalah penilaian diri negatif yang berkembang sebagai respons
terhadapa hilangnya atau berubahnyya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai penilaian diri yang positif (NANDA). Harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering juga disertai dengan kurangnya
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani bertatap muka
dengan lawan bicara, lebih banyak menundukkan kepala, berbicara lambat dan nada
suara lemah (Keliat dalam Suerni,2013). Harga diri rendah adalah penilaian negatif
individu terhadap diri sendiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung (Schult & Videbeck dalam Afnuhazi). Harga diri rendah adalah
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan harga diri, merasa
gagal untuk mencapai keinginan (Guna et al. 2013).
2.2 Etiologi Harga Diri Rendah
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada
masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih
dari kemampuannya (Yosep,2009).

Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah


kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai beikut:

4
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kuranf mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran dalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelempok sebaya, dan perubahan strukur sosial.
b. Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilanganagian tubuh, perubahan penmpilan/ bentuk tubuh, kegagalan atau
produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah itu dapat
terjadi secara situsional atau kronik. Secara situsional karena trauma yang muncul secara
tiba-tiba, misalnya harus dioprasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk
dirawat diruamah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit
fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah
kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.

c. Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi prilaku yang objektif
dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri. Prilaku
yang berhubungan dengan harga diri sendiri, sedangkan keracunan identitas seperti sifat
kepribadian yang bertentangan serta depersonalisasi (stuart,2006).

2.3 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik adalah sebagai
berikut:

a. Mengkritik diri sendidiri


b. Perasaan tidak mampu

5
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampua diri
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri
rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat
dengan suara nada lemah.

2.4 Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah


Batasan karakteristik menurut Nanda –(2012, yaitu:
a. Bergantung pada pendapat orang lain
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
c. Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
d. Secara berlebihan mencari penguatan
e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
f. Enggan mencoba situasi baru
g. Enggan mencoba hal baru
h. Perilaku bimbang
i. Kontak mata kurang
j. Perilaku tidak esertif
k. Sering kali mencari penegasan
l. Pasif
m. Menolak umpan balik positif tentang diri sediri
n. Ekspresi rasa bersalah
o. Ekspresi rasa malu
2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Klien yang mengalami harga diri rendah kronik menyebabkan klien merasa sukar
berhubungan dengan orang lain dan tidak mempunyai kemandirian. Untuk itu, perawat
harus mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat menerima dan mengevaluasi
perasaan sendiri sehingga dapat memakai dirinya sendiri secara terapeutik dalam
merawat klien dan meningkatkan harga diri klien untuk memberikan motivasi klien.

6
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus jujur, empati, terbuka, dan
penuh penghargaan, tidak larut dalam perasaan yang sedang dirasakan klien dan tidak
menyangkalnya.

1. Pengkajian
Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti: psikologis, tanda
dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.
Pengkajian meliputi beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah
adalah penolakan orang tua yang tidak realitis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyi tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri
yang tidak realitis.
b. Faktor presipitasi
Menurut Sunaryo (2004) faktor presipatasi meliputi:
1. Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang
diduduki individu lain.
2. Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang
kabur, sesuai perilaku yang diharapkan.
3. Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses peralihan
mengubah nilai dan sikap.
4. Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyakn peran
dalam kehidupannya.
Menurut Stuart (2006) stressor pencetus juga dapat bersal dari sumber
internal atau eksternal seperti:

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran:
a. Transisi peran perkembangan

7
b.Transisi peran situasi
c. Transisi peran sehat-sakit.
c. Perilaku

Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
kronik sebagai berikut:

1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain


2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
9. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertantangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara sosial
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari realitas
20. Khawati.

8
d. Sumber koping

Menurut Stuart (2006) semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya,


mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:

1. Aktivitas olahraga dan aktivitas di luar diri


2. Hobi dan kerajinan tangan
3. Seni yang eksprsif
4. Kesehatan dan perwata diri
5. Pendidikan atau pelatihan
6. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
7. Bakat tertentu
8. Kecerdasan
9. Imajinasi dan kreativitas
10. Hubungan interpersonal
e. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahana ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyangka pendek:
1. Aktivitas yang memerikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi, secara obsesif)
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3. Aktivitas yang sementara menguatka atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:

1. Penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang


terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Indentitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

9
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), berbalik marah terhadap diri
senidri dan amuk.

2.Format /data fokus pada pengkajian harga diri rendah kronik ( Keliat dan akemat,2009)

1. Keluhan utama
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
3. Konsepsi diri;
a) Gambaran diri
b) Harga diri
c) Identitas
d) Peran
Jelaskan
Masalah Keperawatan
4. Alam perasaan
( ) Sedih ( ) Putus asa
( ) Ketakutan ( ) Gembira
Jelaskan ;
Masalah keperawatan
5. Interaksi Selama Wawancara
( ) Bermusuhan ( ) Tidak kooperatif
( ) Mudah tersinggung ( ) Kontak mata kurang
( ) Defensif ( ) Curiga
6. Peenampilan
Jelasakan
Masalah keperawatan

3.Masalah Keperawatan

1) Isolasi
2) Harga diri rendah kronik
3) Koping individu tidak efektif

10
4.Pohon Masalah

Isolasi Sosial
Effect

Harga Diri Rendah Kronik

Core Problem

Koping Individu Tidak


Efektif
Causa

5.Diagnosa Keperawaatan

Masalah konsep diri berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa bersalah.
Masalah ini sering menimbulkan proses penyebaran diri sirkular bagi individu yang dapat
menyebabkan respon koping maladptif. Respon ini dapat terlihat pada berbagai macam
individu yang mengalami ancaman integritas fisik atau system diri ( Stuart,2006).

Diagnosa keperawatan yang diangkat sesuai dengan pohon masalah di atas adalah :

1) Isolasi
2) Harga diri rendah kronik
3) Koping individu tidak efektif

11
T N Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
G o
Keperawata
L D Tujuan Kriteria Evaluasi
n
X

1 2 3 4 5 6 7

Harga diri 1.Klien dapat 1.1 Ekspresi wajah 1.1.1 Bina hubungan saling Hubungan
rendah membina bersahabat menunjukan rasa percaya dengan saling
kronik hubungan senang , ada kontak mata, mengungkapkan Prinsip percaya
saling percaya mau berjabat tangan , mau Komunikasi Terapeutik. merupakan
menjawab salam ,,klien a. Sapa klien dengan ramah dasar untuk
maw duduk berdampingan baik verbal maupun non kelancaran
dengan perawat,mau verbal. hubungan
mengutarakan masalah yang b. Perkenalkan diri dengan interaksi
dihaadapi. sopan. selanjutnya.
c. Tanyakan namaa
lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskam tujuan
pertemuan

2.1 Klien mengidentifi- e. Jujur dan menempati

12
kasi kemampuan dan aspek janji
2. Klien dapat positif yang dimiliki: f.Tunkjukkan sifat empati
- Kemampuan yang dimiliki
mengidentifik dari menerima klien apa
klen.
asikemampua -Aspek postif keluarga adanya.
n dan aspek -Aspek positif lingkungan g. Beri perhatian kepada
yang dimiliki klien.
yang positif klien dan perhatikan
yang dimiliki. kebutuhan dasar klien
h.Diskusikan kemampuan Diskusikan
dan aspek positif yang tingkat
3.1 Klien menilai
kemampuan yang dapat dimiliki klien. kemampuan
digunakan . klien seperti
3. Klien dapat 2.1.1 Diskusikan menilai
menilai kemampuan dan aspek realitass,
kemampuaan positif yang dimilikiklien control diri
yang 2.1.2 Setiap bertemu klien atau
4.1 Klien membuat rencana hindarkan dari memberi
digunakan integritas
kegiatan harian. nilai negative
ego sebagai
2.1.3 Utamakan memberi dasar
pujian yang realistik
4. Klien dapat asuhan
( menetapkan keperawatan
) kegiatan Reinforcem
sesuai dengan ent positif
3.1.1 Diskusikan dengan

13
kemampuan klien kemampuan yang akan
yang dimiliki. masih dapat digunakan meningkatk
selama sakit. an harga
3.1.2 Diskusikan diri
kemampuan yang dapat Pujian yang
dilanjutkan penggunaan. realistis
tidak
5.1 Klien melakukan
4.1.1 Rencanakan bersama menyebabka
kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuannya. klien aktifitas yang dapat n
dilakukan setiap hari sesuai melakukan
kemampuan : kegiatan
5. Klien dapat - Kegiatan maandiri hanya
melakukan - Kegiatan dengan bantuan karena ingin
kegiatan sebagian mendapat
sesuai kondisi -Kegiatan yang pujian.
sakit.
6.1 Klien memanfaatkan membutuhkaan bantuan
system pendukung yang ada total Keterbukaa
dikeluarga.
4.1.2 Tingkatkan kegiatan n dan

yang sesuai dengan pengerrtian


toleransi kondisi klien tentang

4.1.3 Beri contoh cara kemapuan


6. Klien dapat pelaksanaaan kegiatan yang

14
memanfaatka yang boleh klien lakukan. dimiliki
n system adalah
pendukung prasaraf
yang ada untuk
5.1.1 Beri kesempatan berubah.
kepada kliien untuk Pengertian
mencoba kegiatan yang tentang
telah direncanakan kemampuan
5.1.2 Beri Pujian atas yang
keberhasilan klien dimiliki diri
5.1.3 Diskusikan motivasi
kemungkinan pelaksanaan untuk tetap
dirumah. mempertaha
6.1.1 Beri pendidikaan nkan
kesehatan pada penggunaan
keluarga tentag cara nya.Klien
merawat klien adalah
dengan harga diri individu
rendah kronik. yang
6.1.2 Bantu keluarga bertanggung
meemberikan jawab
dukungan selama terhadap

15
klien dirawat dirinya
6.1.3 Bantu keluarga sendiri.
,menyiapkan Klien perlu
lingkungan dirumah. bertindak
secara
realitis
dalam
kehidupann
ya.
Contoh
peran yang
dilihat klien
akan
memotivasi
klien untuk
melaksanaa
kan
kegiatan.

16
Memberika
n
kesempatan
kepada klien
mandiri di
rumah

Reinforcem
ent positif
akan
meningkatk
an harga
diri.
Memberika
n
kesempatan
kepada klien
untuk tetap
melakukan
kegiatan

17
yang biasa
dilakukan.

Mendorong
keluaarga
untuk
mampu
merawat
klien
mandiri di
rumah.

Support
system
keluarga
akan sangat
berpengaruh
dalam
mempercep
at proses
penyembuh
an.

18
Meningkatk
an peran
serta
keluarg
dalam
merawat
klien di
rumah.

19
BAB III
KASUS

3.1. Kasus
` Ny. S (30) dirawat di ruang Sandat RSJ. Provinsi Bali. Pasien mengamuk dan
sangat marah karena tidak bisa menerima kegagalannya berumah tangga karena
ditinggal suaminya, pasien terus memberontak dan menangis, merasa sedih dengan
kondisi dirinya, pasien mengatakan takut melihat orang lain yang tidak dikenalinya.
Saat pengkajian pasien tampak lesu, lemas, dan tidak bersemangat dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. S DENGAN GANGGUAN HARGA


DIRI RENDAH : GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH KRONIK DI RUANG
SANDAT RSJ. PROVINSI BALI

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 maret 2019 di ruang Sandat RSJ. Provinsi
Bali, dengan sumber data yaitu klien, perawat ruangan, catatan medic, pemeriksaan
fisik dan observasi.
1. Identitas klien
Ruangan dirawat :Sandat Tanggal masuk : 20 februari 2018
Inisial : Ny.S No. RM : 277568
Umur : 30 Tahun Status : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMP
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Alasan Masuk
a. Keluhan utama saat MRS
Pasien memberontak dan menangis selama 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit karena merasa dirinya tidak berguna dan merasa ditingglkan.

b. Keluhan utama saat pengkajian

20
Saat pengkajian pasien mengeluh lemas
c. Riwayat penyakit
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
3. Faktor predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya Tidak
b. Pengobatan sebelumnya ?
Ya Tidak
c. Penolakan dari lingkungan ?
Ya Tidak
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?
Ya Tidak
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan karena
diceraikan oleh suaminya pada tanggal 10 Februari 2019.
4. Faktor presipitasi
Saat dikaji Ny. S mengatakan hal negatif seperti dia akan hidup sendiri dan
selalu ditinggalkan oleh orang yang dicintainya, tidak akan bisa hidup tanpa suaminya.
Ny. S tampak sedih jika diajak berbicara mengenai masa lalunya. Respon lambat,
tampak pembicaraan lirih, tampak lesu, tampak bingung. Tingkat konsentrasi dan
berhitung : susah berkonsentrasi dan kurang mampu berhitung karena faktor pendidikan
yang rendah, pasien merasa agak pusing.
5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD : 90/80 mmHg N : 80 x/menit S : 36 °C RR : 22 x/menit
b. Ukuran
TB : 158 CM BB : 49 kg
c. Keluhan fisik
Klien mengeluh lemas dan sakit dibagian dadanya.

21
d. Pemeriksaan kepala-kaki
- Kepala
Inpeksi : rambut berwarna hitam, bentuk kepala normal chepal, tidak ada lesi, tidak
ada edema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
- Mata
Inspeksi : konjungtiva pucat, pupil isokor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada lesi, tidak ada
kotoran pada hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
- Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris,tidak ada lesi, dan tidak terdapat kotoran pada
telinga
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
- Muka
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada edema, pasien tampak pucat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
- Mulut dan gigi
Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi pada mulut.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Thorak cor/ jantung
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Perkusi : -
Auskultasi : tidak terdapat suara nafas tambahan
- Pulmo/ paru-paru

22
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 22 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Auskultasi : tidak suara nafas tambahan
- Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen normal, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba hangat
Perkusi : terdengar bunyi timpani
Auskultasi : bising usus
- Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : akral hangat, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan turgor kulit < 3 detik
Ekstremitas bawah
Inspeksi : kaki kiri diamputasi, terdapat lesi pada kaki kanan
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada kaki kanan

6. Psikososial
a. Genogram

Keterangan :
: laki-laki : garis keturunan
: perempuan : garis keturunan
: pasien : tinggal 1 rumah

23
b. Konsep diri
1. Citra diri : klien menganggap dirinya tidak bisa hamil.
2. Identitas diri : klien seorang perempuan dan sudah menikah, tetapi sekarang hidup
sendiri karena ditinggal oleh suaminya.
3. Peran diri : klien memahami perannya sebagai perempuan pada umumnya yaitu
bisa memberikan keturunan terhadap suaminya.
4. Ideal diri : klien berharap dapat sembuh dan kembali kepada suaminya.
5. Harga diri : klien menganggap dirinya gagal berumah tangga dan menjadi istri
yang baik bagi suaminya.
c. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti : klien mengatakan orang tua adalah orang yang paling dekat
dengannya dan sangat mengerti tentang masalah yang sedang dialaminya.
2. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan sebelum sakit
pasien selalu mengikuti kegiatan dimasyarakat seperti senam pkk.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien mengatakan setelah
bercerai merasa malu untuk bersosialisasi dengan orang disekitarnya.
d. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan percaya dengan Tuhan dan selalu berdoa
sesuai dengan agama yang dianutnya bersama dengan keluarganya.
2. Kegiatan ibadah : klien mengatakan selalu rajin berdoa walupun hanya dari
tempat tidur. Dan keluarga selalu mengingatkan untuk berdoa bersama.

e. Status mental
1. Penampilan
Tidak rapi pengguaan pakaian cara berpakaian tidak seperti biasanya
Tidak sesuai
2. Pembicaraan
Cepat keras gagap Inkoheren
Apatis lambat membisu kecil
Tidak mampu memulai pembicaraan
3. Aktifitas Motorik penurunan

24
Hipokinesia katalepsia
Sub stupor katatonik fleksibelitas serea
Peningkatan
Hiperkinesia Tremor kompulsif TIK
Grimase gaduh dan gelisah katatonik
4. Alam perasaan
Sedih ketakukan putus asa
, khawatir Gembira berlebihan
5. Afek dan emosi
Adekuat Inadequat Datar/dangkal Tumpul
Labil Anhedonia Kesepian Eforia
Ambivalensi Apatis Marah Cemas
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Gagap
Kontak mata kurang Defensif Membisu
7. Persepsi
Pendengaran Pengelihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
8. Arus pikir
Koheren Inkoheren Sirkumstansial
Tangensial Asosiasi longgar Flight of ideas
Perseverasi Logorea
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

10. Bentuk pikir


Realistik Non Realistik
11. Tingkat kesadaran
Bingung disorientasi sedasi Stupor
Waktu Tempat Orang

25
12. Memori
Gangguan daya ingat gangguan daya ingat jangka pendek
Jangka panjang
Gangguan daya ingat konfabulasi
Saat ini
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih tidak mampu Tidak mampu berhitung
Berkonsentrasi sederhana
14. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan gangguan bermakna
15. Daya tilik diri
mengingkari penyakit menyalahkan hal-hal diluar dirinya
yang diderita
f. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan dan minum
Bantu minimal bantu total mandiri
2. BAB dan BAK
Bantu minimal bantu total mandiri
3. Mandi
Bantu minimal bantu total mandiri
4. Istirahat dan tidur
Klien tidak bisa mandiri untuk merapikan tempat tidur, mandi/cuci muka, dan
menyikat gigi, klien tidur minimal 8 jam perhari.
5. Penggunaan obat
Bantu minimal bantu total mandiri

6. Pemeliharaan kesehatan
Dalam pemeliharaan kesehatan klien memerlukan perawatan dari tenaga
kesehatan jika sewaktu-waktu penyakit pasien kambuh, dan pasien juga
memerlukan dukungan dari orang tua dan keluarganya.
7. Aktifitas dirumah

26
Aktifitas klien dirumah akan terganggu karena pasien kadang akan merasa sedih
di setiap aktivitasnya jika mengingat kegagalannya berumah tangga.
8. Aktifitas diluar rumah
Aktifitas klien diluar rumah akan terganggu karena pasien merasa malu untuk
keluar rumah dan berinteraksi dengan orang sekitar.
7. Mekanisme koping
Adaftif Maladaftif
Bicara dengan orang lain minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebihan
Tehnik relokasi bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif menghindar
Olahraga mencederai diri
8. Masalah psikososial dan lingkungan
masalah dengan dukungan kelompok
masalah berhubungan dengan lingkungan : klien merasa malu untuk berinteraksi
dengan orang sekitar dan untuk keluar rumah
masalah dengan pendidikan
klien tidak mampu berhitung dengan baik karena mendapat pendidikan kurang
pada masa lalu
masalah dengan perumahan
masalah dengan ekonomi
klien mengatakan memiliki masalah ekonomi karena profesi pasien hanya
sebagai ibu rumah tangga.
masalah dengan pelayanan kesehatan
masalah lainnya

9. Faktor pengetahuan
penyakit jiwa sistem pendukung
faktor presipitasi penyakit fisik
koping Obat-obatan

27
10. Aspek medis
Diagnosa medis :-
Terapi :-
11. Analisa data
NO Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan

1 - Klien - Klien nampak lesu, Gangguan harga


mengatakan lemas, dan tidak diri rendah :
gagal berumah bersemangat. gangguan harga diri
tangga dan rendah kronik.
ditinggal
suaminya.
- Klien merasa
sedih dengan
kondisi dirinya
- Klien
mengatakan
takut jika
melihat orang
yang tida
dikenalinya.
- Klien
mengatakan
ingin kembali
terhadap
suaminya.

12. Diagnosa keperawatan Ny.S


Gangguan harga diri rendah: gangguan harga diri rendah kronik
13. Rencana keperawatan pada Ny. S
Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
jam hasil
7 maret Gangguan TUK : gangguan - Bina hubungan
2019, 09.00 harga diri harga diri saling percaya
WITA rendah : rendah kronik dengan
gangguan dapat teratasi mengungkapkan
harga diri Prinsip
rendah kronik TUM : Komunikasi
- Klien dapat Terapeutik.
mengidenti - a. Sapa klien
fikasi dengan ramah

28
kemampua baik verbal
ndan aspek maupun non
positif verbal.
yang - b. Perkenalkan
dimilikinya diri dengan
- Ekspresi sopan.
wajah - c. Tanyakan
bersahabat namaa lengkap
menunjukk klien dan nama
an rasa panggilan yang
senang, disukai klien
ada kontak - d. Jelaskam
mata, mau tujuan
berjabat pertemuan
tangan, - e. Jujur dan
mau menempati janji
menjawab - f.Tunkjukkan
salam,klien sifat empati dari
mau duduk menerima klien
berdampin apa adanya.
gan dengan - g. Beri perhatian
perawat, kepada klien dan
mau perhatikan
mengutara kebutuhan dasar
kan klien
masalah - h.Diskusikan
yang kemampuan dan
dihadapi aspek positif
yang dimiliki
klien.
-Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki klien.
-Setiap bertemu klien
hindarkan dari memberi
nilai negative.
- Rencanakan bersama klien
aktifitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
-Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
boleh klien lakukan.
-Beri kesempatan kepada
klien untuk mencoba
kegiatan yang telah

29
direncanakann.
-Beri pujian atas
keberhasilan klien.

30
14. Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Ny. S
Tgl/j diagnosa Implementasi Evaluasi
am
8 Gangguan S : klien mengatakan hal
maret harga diri - Membina yang negative tentang
2019 rendah: hubungan gagalnya berumah tangga.
,08.00 gangguan saling O : klien tampak murung
WITA harga diri percaya A : gangguan harga diri
rendah dengan rendah : gangguan harga diri
kronik mengungkap rendah kronik
kan Prinsip P : lanjutkan intervensi
Komunikasi melakukan strategi
Terapeutik. mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
pasien untuk klien harga diri
rendah kronik.

- Membantu S : Klien menceritakan


pasien kegiatannya saat masih senang
mengidentifi dikerjakannya.
kasi O : Klien tampak murung
kemampuan A : gangguan harga diri
dan aspek rendah : gangguan harga diri
positif yang rendah kronik
dimiliki P : lanjutkan intervensi
pasien. merencankan aktifitas yang
dapat dilakukan klien dengan
harga diri rendah kronik
8 Gangguan S : klien mengatakan suka
maret harga diri -Merencanakan bersama melakukan kegiatan kerajinan
2019, rendah: klien aktifitas yang tangan seperti membuat
pukul gangguan dilakukan setiap hari canang.
16.00 harga diri sesuai kemampuan. O : klien tampak senang
WITA rendah A : gangguan harga diri
kronik rendah : gangguan harga diri
rendah kronik.
P : intervensi membantu
klien untuk meningkatkan
kegiatan yang sesuai dengan
keadaan klien.
9 Gangguan Membantu klien S : Kien mengatakan masih
maret harga diri untuk meningkatkan bisa melakukannya sendiri jika
2019, rendah: kegiatan yang sesuai ada bahannya
pukul gangguan dengan keadaan klien. O : klien mencoba untuk
08.00 harga diri membuat canang tanpa
WITA rendah dibantu.

31
kronik. A : Gangguan harga diri
rendah: gangguan harga diri
rendah kronik.
P : Lanjutkan intervensi
memberi contoh pelaksanaan
membantu membuat canang.
10 Gangguan -Memberi contoh S : klien mengatakan
maret harga diri cara pelaksanaan senang diajarkan membuat
2019, rendah: kegiatan yang klien canang oleh perawat.
pukul gangguan lakukan yaitu membuat O : klien dapat meniru dan
08.00 harga diri canang. dapat melaksanakan kegiatan
WITA rendah dengan baik.
kronik. A : Gangguan harga diri
rendah: gangguan harga diri
rendah kronik.
P : lanjutkan intervensi
memberi kesempatan kepada
klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan.

-Memberi kesempatan S : klien mengatakan bisa


kepada klien untuk membuat canang sendiri
mencoba kegiatan yang seperti yang diajari oleh
telah direncanakan. perawat.
O : klien dapat dapat
melaksanakan kegiatan
dengan baik.
A : Gangguan harga diri
rendah: gangguan harga diri
rendah kronik.
P : lanjutkan intervensi
memberi pujian atas
keberhasilan klien.

S : klien sangat senang dan


-Memberi pujian atas mau melakukannya lagi dilain
keberhasilan klien. waktu.
O : klien bersalaman
dengan perawat karena klien
senang melakukannya.
A : Gangguan harga diri
rendah: gangguan harga diri
rendah kronik.
P : lanjutkan intervensi
memberi kesempatan kepada
klien untuk Melakukan

32
pengkajian penurunan tanda
dan gejala.

10 Gangguan - Melakukan pengkajian S : klien sangat senang dan


maret harga diri penurunan tanda dan mau melakukannya lagi dilain
2019, rendah: gejala waktu.
pukul gangguan
16 : 00 harga diri O : klien mengalami
WITA rendah penurunan tanda dan gejala
kronik. A : gangguan konsep diri :
gangguan citra tubuh
P : lanjutkan intervensi
mengajarkan kepada klien
untuk memperkuat koping,
memotivasi klien agar selalu
berkreasi dan melupakan masa
lalunya.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri (Damaiyanti and Iskandar 2012). Berbagai faktor
menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Dalam tinjauan life span
history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya (Yosep,2009).

Ny. S (30) dirawat di ruang Sandat RSJ Provinsi Bali. Pasien mengamuk dan
sangat marah karena tidak bisa menerima kegagalannya berumah tangga karena ditinggal
suaminya, pasien terus memberontak dan menangis, merasa sedih dengan kondisi dirinya,
pasien mengatakan takut melihat orang lain yang tidak dikenalinya. Saat pengkajian
pasien tampak lesu, lemas, dan tidak bersemangat dan tidak mau berinteraksi dengan
orang lain.Setelah dilakukan pengkajian pasien didiagnosa mengalami ganguan harga diri
rendah kronik.
Tindakan keperawatan yang diberikan ke pasien yaitu membina hubungan saling
percaya dengan mengungkapkan Prinsip Komunikasi Terapeutik, Membantu pasien
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, dan Melakukan
pengkajian penurunan tanda dan gejala.
Setelah dilakukan beberapa tindakan kepada pasien makan evaluasi yang didapat
klien mengalami penurunan tanda dan gejala dari gangguan harga diri rendah kronik

34
tetapi pasien harus terus diberikan motivasi agar selalu semangat ntuk melupakan masa
lalunya.
3.2 Saran
Berdasarkan materi yang dibahas penulis yaitu gangguan harga diri rendah
kronik, penulis ingin memberikan saran antara lain kita sebagai mahasiswa diharapkan
tidak hanya dapat mempelajari materi dari makalah tersebut, tetapi juga dapat mencari
literatur lain sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam pemahaman mengenai gangguan harga diri rendah
kronik dikarenakan tujuan dari makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui konsep
yang penulis sampaikan. Serta makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
makalah ini menjadi lebih baik.

35

Anda mungkin juga menyukai