Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Study Banding ini adalah kegiatan dan program sekolah SMK Negeri 2
Kotabumi yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan siswa
serta menambah pengalaman. Setelah study banding dilaksanakan, siswa
diwajibkan untuk membuat karya tulis atau laporan. Laporan yang berisi
pembahasan hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.

Laporan ini merupakan tugas bagi semua Siswa kelas Siswi kelas XI OTKP
SMK Negeri 2 Kotabumi. Dalam penyusunan laporan ini, siswa diharapkan
dapat melaporkan segala pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh
selama menjalankan study tour selama 6 hari (12 - 18 Januari 2020).

Pengalaman dan pengetahuan selama mengikuti study tour ke Jakarta-


Yogyakarta diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
laporan ini membahas tentang beberapa Tempat dan objek study banding yang
berada di Jakarta dan Yogyakarta.

B. TUJUAN

Tujuan yang akan dicapai dalam pembuatan laporan perjalanan serta


pelaksanaan study banding ini adalah sebagai berikut :
A. Untuk memenuhi program sekolah yaitu Study Tour kelas XI tahun ajaran
2019-2020 Dan syarat untuk mengikuti pelaksanaan Praktik Industri (PKL).
B. Mengenal lebih dalam Tempat-tempat bersejarah dan tempat yang ada
kaitan nya d.engan apa yang di pelajari di sekolah.
C. Sebagai wawasan tambahan informasi serta menperbanyak pengetahuan.
Menanamkan rasa cinta tanah air akan kebudayaan Nusantara.

C. MANFAAT

1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang tempat bersejarah yang ada


di Indonesia terutama di Jakarta Dan Yogyakarta.
2. Dapat menambahkan rasa cinta terhadap tanah air dan produk dalam negri.
3. Dapat membandingkan apa yang telah dipelajari di sekolah dengan apa yg
di luar atau di tempat dunia kerja.
4. Menambah wawasan Siswa dan siswi tentang budaya tempat-tempat yang
bersejarah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

1. Sejarah Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)


Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) merupakan salah satu Lembaga
Pemerintah Non Kementerian yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
No.7/1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan yang kemudian
diubah menjadi Undang - Undang No.fh43/2009 Tentang Kearsipan dalamh
rangka melaksanakan tugas pemerintahan dibidang kearsipan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ANRI mempunyai
tugas yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan saat ini karena
Arsip sendiri memiliki fungsi yang sangat vital sebagai memori kolektif bangsa,
selain itu ANRI juga berperan sebagai pembina Kearsipan Nasional sesuai
dengan Pasal 8 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009.
Melalui Arsip dapat tergambar perjalanan sejarah bangsa dari masa ke masa.
Memori kolektif tersebut adalah juga identitas dan harkat sebuah bangsa.
Kesadaran akademis yang dilandasi oleh beban moral untuk menyelamatkan
arsip sebagai bukti pertanggungjawaban nasional sekaligus sebagai warisan
budaya bangsa, dapat menghindari hilangnya informasi sejarah perjalanan
sebuah bangsa serta harkat sebagai bangsa yang berbudaya.

Arsip Nasional Republik Indonesia memili sejarah dengan pada masa-masa nya yang
terdiri dari sebagai berikut:
1. Landsarchief (1892)
2. Kobunsjokan (1942-1945)
3. Arsip Negeri (1945-1947)
4. Landsarchief (1947-1949)
5. Arsip Negara (1950-1959)
6. Arsip Nasional (1959-1967)
7. Arsip Nasional Republik Indonesia (1967-Sekarang)

1) LANDSARCHIEF (1892)

Lembaga kearsipan di Indonesia, seperti yang kita kenal sekarang ini,


secara de facto sudah ada sejak 28 Januari 1892, ketika Pemerintah Hindia
Belanda mendirikan Landarchief. Pada tanggal tersebut dikukuhkan pula
jabatan landarchivaris yang bertanggungjawab memelihara arsip-arsip pada
masa VOC hingga masa pemerintahan Hindia Belanda untuk kepentingan

2
administrasi dan ilmu pengetahuan, serta membantu kelancaran pelaksanaan
pemerintahan.
Adapun landarchivaris pertama adalah Mr. Jacob Anne van der Chijs
yang berlangsung hingga tahun 1905. Pengganti Mr. Jacob Anne van der
Chijs adalah Dr. F. de Haan 1905 - 1992 yang hasil karya-karyanya banyak
dipakai sebagai referensi bagi ahli-ahli sejarah Indonesia. Pengganti de
Haan adalah E.C. Godee Molsbergen, yang menjabat dari tahun 1922 -1937.
Pejabat Landsarchivaris yang terakhir pada masa Pemerintahan Hindia
Belanda adalah Dr. Frans Rijndert Johan Verhoeven dari 1937 - 1942.
Pada masa pergerakan nasionalisme kebangsaan di Indonesia, terutama
pada tahun 1926-1929, Pemerintah Hindia Belanda berusaha menangkis dan
menolak tuntutan Indonesia Merdeka. Dalam rangka penolakan tersebut,
Lansarchief mendapat tugas khusus, yaitu: ikut serta secara aktif dalam
pekerjaan ilmiah untuk penulisan sejarah Hindia Belanda, serta mengawasi
dan mengamankan peninggalan-peninggalan orang Belanda. Pada tahun
1940-1942 pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Arschief Ordonantie
yang bertujuan menjamin keselamatan arsip-arsip pemerintah Hindia
Belanda, yang isinya antara lain :
1. Semua arsip-arsip pemerintah adalah hak milik tunggal pemerintah.
2. Batas arsip baru adalah 40 tahun
3. Arsip-arsip yang melampaui masa usia 40 tahun diperlakukan secara
khusus menurut peraturan-peraturan tertentu diserahkan kepada
Algemeen Landarchief di Batavia (Jakarta)

2) Kobunsjokan (1942 - 1945)


Masa pendudukan Jepang merupakan masa yang sepi dalam dunia
kearsipan, karena pada masa itu hampir tidak mewariskan peninggalan
arsip. Oleh karena itu, Arsip Nasional RI tidak memiliki khasanah arsip pada
masa pendudukan Jepang. Lembaga Kearsipan yang pada masa Hindia
Belanda bernama Landarchief, pada masa pendudukan Jepang berganti
dengan istilah Kobunsjokan yang ditempatkan dibawah Bunkyokyoku.
Sebagaimana pegawai-pegawai Belanda lainnya, sebagian pegawai
Landarchief pun dimasukkan kamp tawanan Jepang.
Meskipun demikian, pada masa tersebut posisi Landarchief sangat
penting bagi orang-orang Belanda yang ingin mendapatkan keterangan asal-
usul keturunannya. Keterangan dari arsip tersebut diperlukan untuk
membebaskan diri dari tawanan Jepang, jika mereka dapat menunjukkan
bukti turunan orang Indonesia meski bukan dari hasil pernikahan.

3
3) ARSIP NEGERI (1945 - 1947)
Secara yuridis, keberadaan lembaga kearsipan Indonesia dimulai sejak
diproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Namun
demikian tidak dipungkiri, bahwa keberadaan dan perkembangan Arsip
Nasional RI merupakan hasil dari pengalaman kegiatan dan organisasi
kearsipan pada masa pemerintah Kolonial Belanda (landarchief) dan
produk-produk kearsipannya. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia,
lembaga kearsipan (landarchief) diambil oleh pemerintah RI dan
ditempatkan dalam lingkungan Kementerian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan, dan diberi nama Arsip Negeri. Keberadaan Arsip Negeri ini
berlangsung sampai pertengahan tahun 1947 ketika pemerintah NICA
datang ke Indonesia.

4) LANDSARCHIEF (1947 - 1949)


Sejak Belanda melancarkan agresi militer yang pertama dan berhasil
menduduki wilayah Indonesia di tahun 1947, keberadaan Arsip Negeri
diambil alih kembali oleh pemerintah Belanda. Nama Lembaga Arsip
Negeri berganti lagi menjadi Landsarchief kembali. Sebagai pimpinan
Landsarchief adalah Prof.W. Ph. Coolhaas yang menjabat hingga
berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS) dan diakuinya kedaulatan
Pemerintah Republik Indonesia oleh Belanda pada akhir tahun 1949.
Setelah itu lembaga kearsipan kembali ketangan Pemerintah Republik
Indonesia.

5) ARSIP NEGARA (1950-1959)


Pada masa pengambilalihan Landsarchief oleh pemerintah Republik
Indonesia Serikat, masih diusahakan konsepsi asli tentang statusnya sebagai
Arsip Negeri RIS. Hal tersebut dimaksudkan agar arsip-arsip pemerintah
pusat dapat disalurkan ke Arsip Negeri RIS. Namun demikian konsep Arsip
Negeri itu tidak bertahan lama. Pada tanggal 26 April 1950 melalui SK
Menteri PP dan K nomor 9052/B, nama Arsip Negeri berubah menjadi Arsip
Negara RIS.
Sedangkan sebagai pimpinan lembaga Arsip Negara tersebut adalah
Prof. R. Soekanto. Prof. R. Soekanto merupakan orang asli Indonesia yang
pertama kalinya memimpin lembaga kearsipan Indonesia. Kepemimpinan
Prof. R. Soekanto berlangsung selama enam tahun hingga tahun 1957.
Sebagai penggantinya adalah Drs. R. Mohammad Ali, seorang sejarawan
yang menulis buku Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Pergantian ini
merupakan awal perubahan dasar dalam kepemimpinan di Arsip Negara,
karena untuk pertama kalinya istilah Kepala Arsip Negara dipakai untuk
jabatan tersebut. Nama Arsip Negara secara resmi dipakai hingga tahun
1959.

4
6) ARSIP NASIONAL (1959-1967)

Arsip Nasional dibawah Kementerian PP dan K


Pada masa kepemimpinan Drs. R. Mohammad Ali diupayakan berbagai
usaha untuk meningkatkan peran dan status lembaga Arsip Negara. Langkah
pertama yang diambil adalah memasukkan Arsip Nagara dalam Lembaga
Sejarah pada Kementerian PP dan K. Perubahan itu ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri nomor 130433/5, tanggal 24 Desember 1957.
Berdasarkan SK menteri PP dan K nomor69626/a/s nama Arsip Negara
berganti menjadi Arsip Nasional. Perubahan ini berlaku surut semenjak 1
Januari 1959.

Arsip Nasional dibawah Kementerian Pertama RI (1961-1962)


Perubahan kelembagaan Arsip Nasional tidak berhenti sampai disitu.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 215 tanggal 16 Mei 1961,
penyelenggaraan segala urusan Arsip Nasional dipindahkan ke Kementerian
Pertama RI, termasuk wewenang, tugas dan kewajiban, perlengkapan
materiil dan personalia, serta hak-hak dan kewajiban keuangan dan lain-
lain. Tugas dan Fungsi Arsip Nasional mengalami perluasan, sejak
keluarnya Peraturan Presiden nomor 19 tanggal 26 Desember 1961 tentang
Pokok-pokok Kearsipan Nasional.
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, tugas dan fungsi arsip
Nasional tidak hanya menyelenggarakan kearsipan statis saja, akan tetapi
juga terlibat dalam penyelenggaraan kearsipan baru (dinamis).

Arsip Nasional dibawah Menteri Pertama Bidang Khusus. (1963-1964)


Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.188 tahun 1962, Arsip
Nasional RI ditempatkan di bawah Wakil Menteri Pertama Bidang Khusus.
Penempatan Arsip Nasional di Bidang Khusus dimaksudkan supaya arsip
lebih diperhatikan, karena bidang ini khusus diperuntukkan bagi tujuan
penelitian sejarah.

Arsip Nasional dibawah Menko Hubra (1963-1966)


Pada tahun 1964 nama Kementerian Pertama Bidang Khusus berganti
menjadi Kementerian Kompartimen Hubungan dengan Rakyat (Menko
Hubra). Perubahan tersebut disesuaikan dengan tugas dan fungsinya dalam
mengkoordinasi kementerian-kementerian negara. Dengan bergantinya
nama kementerian tersebut, otomatis Arsip Nasional berada di bawah
kementerian yang baru tersebut. Dibawah kementerian ini, Arsip Nasional
mendapat tugas untuk melakukan pembinaan arsip. Namun demikian,
perubahan tersebut tidak mempengaruhi tugas dan fungsiArsip Nasional
sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden No.19 tahun1961.

5
Arsip Nasional dibawah Wakil Perdana Menteri Bidang Lembaga-
lembaga Politik (1966-1967)
Berdasarkan Keputusan Wakil Perdana Menteri
No.08/WPM/BLLP/KPT/1966, Arsip Nasional ditempatkan di bawah
Waperdam RI bidang Lembaga-lembaga Politik. Namun secara fungsional,
Arsip Nasional tetap memusatkan kegiatan-kegiatan ilmiah dan
kesejarahan.

7) ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (1967 - SEKARANG)


Tahun 1967 merupakan suatu periode yang sangat penting bagi Arsip
Nasional, karena berdasarkan Keputusan Presiden 228/1967 tanggal 2
Desember1967, Arsip Nasional ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah
Non Departemen yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
Sementara anggaran pembelanjaannya dibebankan kepada anggaran
Sekretariat Negara.
Penetapan Arsip Nasional sebgai Lembaga Pemerintah Non
Departemen diperkuat melalui Surat Pimpinan MPRS No.
A.9/1/24/MPRS/1967 yang menegaskan, bahwa Arsip Nasional sebagai
aparat teknis pemerintah tidak bertentangan dengan UUD 1945, bahkan
merupakan penyempurnaan pekerjaan di bawah Presidium Kabinet. Dengan
status baru tersebut, maka pada tahun 1968 Arsip Nasional berusaha
menyusun pengajuan sebagai berikut:

1. Mengajukan usulan perubahan Arsip Nasional menjadi Arsip Nasional


RI.
2. Mengajukan usulan perubahan Prps No.19/1961 menjadi Undang-
undang tentang Pokok-pokok Kearsipan.
Usulan-usulan tersebut hingga masa berakhirnya kepemimpinan Drs.R.
Mohammad Ali (1970) belum terlaksana. Oleh karena itu Dra. Sumartini,
wanita pertama yang menjabat sebagai kepala Arsip Nasional, berjuang
untuk melanjutkan cita-cita pemimpin sebelumnya. Atas usaha-usaha
beliau, serta atas dukungan Menteri Sekretaris Negara Sudharmono, SH,
cita-cita dalam memajukan Arsip Nasional tercapai dengan keluarnya
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1971, yang kemudian dikenal dengan
Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan. Tiga tahun
kemudian, berdasarkan Keputusan Presiden No.26 Tahun 1974 secara tegas
menyatakan, bahwa Arsip Nasional diubah menjadi Arsip Nasional
Republik Indonesia yang berkedudukan di Ibukota RI dan langsung
bertanggungjawab kepada Presiden. Dengan keputusan tersebut, maka
secara yuridis Arsip Nasional RI sah sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen.

6
2. Visi Misi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

1) V I S I

Menjadikan Arsip Sebagai Simpul Pemersatu Bangsa Dalam Kerangka


Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang akan Dicapai Pada Tahun
2025

2) M I S I

a) Memberdayakan arsip sebagai tulang punggung manajemen


pemerintahan dan pembangunan.
b) Memberdayakan arsip sebagai bukti akuntabilitas kinerja organisasi.
c) Memberdayaan arsip sebagai alat bukti yang sah
d) Melestarikan arsip sebagai memori kolektif dan jati diri bangsa dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
e) Memberikan akses arsip kepada publik untuk kepentingan
pemerintahan, pembangunan, penelitian, dan ilmu pengetahuan untuk
kesejahteraan rakyat sesuai perauran perundang-undangan dan
kaidah-kaidah kearsipan demi kemaslahatan bangsa.

3. Tugas Dan Fungsi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

Arsip Nasional Republik Indonesi Memiliki tugas yaitu :

 Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan


ketentuan dan peraturan perundang-undangan.

Arsip Nasional Republik Indonesi Memiliki fungsi yaitu sebagai berikut :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan.


2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga.
3. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
kearsipan.
4. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, kehumasan, hukum,
organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan
rumah tangga, persandian, dan kearsipan.
5. Penyelenggaraan pembinaan kearsipan nasional.
6. Pelindungan, penyelamatan, dan pengelolaan arsip statis berskala
nasional dan.
7. Penyelenggaraan sistem dan jaringan informasi kearsipan nasional.

7
4. Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa

Apresiasi bangsa terhadap arsip merupakan cerminan nilai budaya yang


luhur terhadap nilai-nilai kesejarahan. Perhatian terhadap pentingnya arsip bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara perlu diwujudkan dalam bentuk visual
sebagai rekaman memori kolektif bangsa dan bahan pertanggungjawaban
nasional.
Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa adalah ungkapan dinamika proses
berbangsa dan bernegara dari masa ke masa yang ditampilkan melalui perpaduan
arsip, seni, dan teknologi. Gagasan untuk membangun Diorama Sejarah
Perjalanan Bangsa bertujuan untuk mengangkat peranan arsip sebagaibagian
penting dari proses kehidupan berbangsa, guna memupuk semangat kesatuan
dan persatuan bangsa serta untuk memupuk kecintaan terhadap tanah air,
disamping mengukuhkan arsip sebagai simpul pemersatu bangsa. Penggubahan
bentuk arsip menjadi karya seni dengansentuhan teknologi ini sejatinya untuk
memperkenalkan arsip kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami
dan menarik.
Tepatlah bahwa Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa adalah suatu upaya
Arsip Nasional Republik Indonesia untuk mewujudkan salah satu misinya yaitu
memberikan akses arsip yang seluas-luasnya kepada publik untuk kepentingan
pemerintahan, pembangunan, penelitian, dan ilmu pengetahuan untuk
kesejahteraan rakyat sesuai peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah
kearsipan demi kemaslahatan bangsa.

MEDIA PENYAJIAN

Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa menceriterakan rangkaian peristiwa


yang didasarkan kepada arsip, dimulai dari Masa Kejayaan Nusantara,
Perjuangan Melawan Penjajahan, Kebangkitan Nasional, Proklamasi
Kemerdekaan, Masa Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan, Masa
Reformasi, yang diakhiri dengan perenungan di dalam ruang teater.
Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa menggunakan ruanganseluas 750
m2 terdiri atas 8 hall, masing-masing memuat petikan peristiwa pada episode
tertentu. Sajian peristiwa ditampilkan dengan berbagai teknik, perpaduan antara
seni dan teknologi.

8
HALL A

Hall A menyediakan fasilitas digital book berupa katalog Diorama Sejarah


Perjalanan Bangsa di antaranya arsip khusus mengenai berbagai peristiwa serta
menampilkan profile tokoh nasional yang berperan dalam sejarah perjalanan bangsa.
HALL B

Masa Kejayaan Nusantara hingga Masa Penjajahan Hindia Belanda di Bumi Pertiwi
ditampilkan pada Hall B yang direpresentasikan oleh dua kerajaan yang pada
masanya berhasil menguasai wilayah Nusantara, yakni Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Majapahit. Adapun sub tema "Melawan Penjajahan Di Bumi Pertiwi"
diwakili oleh display tokoh/pahlawan di era prakebangkitan nasional. Sedangkan
pemilihan tokoh didasarkan pada pertimbangan sebaran lokasi perjuangan.

9
HALL C

Pada Hall C pengunjung dibawa ke suasana yang bernuansakan pergerakan tokoh-


tokoh pemuda yang diawali tahun 1908 hingga tahun 1928. Catatan sejarah dalam
bentuk grafis ditampilkan pada panel-panel display yang ditempatkan pada dinding
dan kolom. Naskah Sumpah Pemuda merupakan salah satu materi display.

Floatingdiorama (diorama dengan teknik penempatan "mengambang") yang


menggambarkan peristiwa Sumpah Pemuda menjadi point of interest episode ini
yang dapat dilihat dari beberapa arah. Kisah pergerakan kebangsaan ini berakhir
menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.

HALL D

Sajian Diorama pada Hall D mengingatkan pengunjung pada peristiwa sekitar


proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menampilkan Ibu Fatmawati yang
sedang menjahit Sang Saka Merah Putih. Setelah itu dilanjutkan dengan
menampilkan patung Soekarno didampingi Mohammad Hatta saat membacakan
Proklamasi di depan kediamannya Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta serta
beberapa foto peristiwa seputar proklamasi.

10
HALL E

Pada episode pertama (Hall E), pengunjung dapat menyaksikan betapa negara dan
bangsa yang baru merdeka ini dihantam berbagai gangguan yang mengancam
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konflik internal maupun eksternal
tersebut terjadi pada rentang tahun 1945-1965. Beberapa peristiwa heroik sekitar
1945 diharapkan dapat menjadi teladan jiwa kepahlawanan bagi generasi penerus. Di
sini ditampilkan pula potret prestasi bangsadalam membangun NKRI baik nasional.
regional maupun internasional.
HALL F

Pada episode pertama (Hall E), pengunjung dapat menyaksikan betapa negara dan
bangsa yang baru merdeka ini dihantam berbagai gangguan yang mengancam
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konflik internal maupun eksternal
tersebut terjadi pada rentang tahun 1945-1965. Beberapa peristiwa heroik sekitar
1945 diharapkan dapat menjadi teladan jiwa kepahlawanan bagi generasi penerus. Di
sini ditampilkan pula potret prestasi bangsadalam membangun NKRI baik nasional.
regional maupun internasional.

11
HALL G

Hall G memuat peristiwa terpilih sepanjang rentang waktu 1998 - 2008. Dalam waktu
sepuluh tahun itu, antara lain terjadi empat kali pergantian Presiden RI,
perubahan/amandemen terhadap Undang Undang DasarRepublik Indonesia
Tahun 1945, terbitnya Undang-undang Otonomi Daerah, lepasnya Provinsi Timor-
Timur, dan tercapainya kesepakatan damai antara Gerakan Aceh Merdeka dengan
Pemerintah Republik Indonesia. Peristiwa penting lain adalah bencana tsunami yang
mendapat perhatian internasional.

Dalam kerangka memupuk semangat persatuan dan kesatuan bangsa, pada Hall G
juga ditampilkan contoh pakaian adat dan lagu-lagudaerah yang mengapresiasikan
pengunjung akan kekayaan dan keberagaman budaya bangsa serta saratnya Bumi
Pertiwi dengan kearifan lokal. Lagu-lagu daerah dapat diperdengarkan melalui
pilihan judul lagu pada layar monitor.

HALL H

Akhirnya, pengunjung diajak menyaksikan film tentang sejarah perjuangan bangsa


sejak tahun 1942 hingga sekarang. Tayangan ini diharapkan dapat menggugah hati
nurani anak bangsa sekaligus sebagai wahana perenungan bahwa kejayaan bangsa
hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan pengorbanan.

JADWAL KUNJUNGAN DIORAMA


Senin - Jumat . : 09.00 - 15 WIB
Sabtu - Minggu . : 09.00 - 13.00 WIB
Unk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Bagian Hubungan Masyarakat
Arsip Nasional Republik Indonesia
Jl. Ampera Raya, No. 7, Jakarta Selatan 12560
021-7805851 (ext. 111, 807)
Email :info@anri.go.id
Website :www.anri.go.id

12
B. PT.SRITEX INDONESIA

1. Sejarah PT.SRITEX INDONESIA


PT. Sri Rejeki Isman ( SRITEK ) yang beralamatkan di Jl. Samanhudi
88 Jetis, Ds.Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah, sekarang menjadi pabrik tekstil
terpadu dengan mesin paling modern . Dibalik semangat tinggi untuk inovasi ,
terdapat sebuah perjalanan panjang . SRITEX dimulai sebagai sebuah perusahaan
perdagangan yakni “ Sri Rejeki “ yang didirikan pada 1966 dipasar klewer, Solo,
Jawa Tengah oleh H.M Lukminto.

Dari menjual produk-produk tekstil, perlahan SRITEX mempelajari


proses produksi hingga akhirnya menghasilkan sendiri produk tekstil. Dengan
keuntungan yang dimiliki, tahun 1968 Lukminto membangun pabrik tekstil di
Solo. Perusahaan kecil ini diperluas dengan memproduksi kain yang dikelantang
dan dicelup dalam pabrik pertama di Baturono 81A, Solo. Perusahaan ini terdaftar
di Departemen Perindustrian Jawa Tengah pada 30 Agustus 1974 dan kemudian
muncul dari U.D. ( Usaha Dagang- Trading Company ) ke sebuah PT ( Perseroan
Terbatas – Limited Company ) berdasarkan Akta Notaris No. 48 22 mei 1978 .
Perusahaan telah secara resmi berubah nama menjadi PT. Sri Rejeki Isman di 16
oktober 1978.

PT SRI REJEKI ISMAN kemudian memperluas untuk memintal dan


menenun pada tanggal 8 mei 1982. Pada tahun 1989 PT SRITEK menambah satu
unit mesin baru dan lebih modern PT SRITEK menggunakan peralatan yang
modern seperti di bawah ini :
1. Mesin pemintal.

Jumlah mesin pemintal pada perusahaan ini berjumlah 3 unit ,mesin ini
berfungsi untuk memproses bahan baku kapas menjadi benang.kapasitas
produksi ini sekitar 6.000 bait atau bulan (1 bait:400).
2. Mesin tenun.

Mesin ini berjumlah 5 unit,mesin ini berfungsi sebagai alat untuk memproses
benang menjadi kain dan mesin ini di gunakan untuk memproduksi jet dan
jeen. Kapasitas produksi mesin ini kurang lebih 7,5 juta m per bulan.
3. Mesin finishing.

Pada perusahaan tekstile ini jumlah mesin finishing berjumlah 3 unit,mesin ini
berfungsi untuk memproses penyempurnaan kain.
4. Mesin printing.

Mesin ini berjumlah 3 unit, mesin ini berfungsi untuk member corak atau motif.

13
5. Mesin Garment.

Jumlah mesin ini ada 2 unit, mesin ini berfungsi untuk memproduksi pakalan
jadi dengan menggunakan 2900 mesin jahit.

Di tahun 1992 SRITEX memperbesar pabrik dan prosuksi besar-besaran


serta telah menjadi produsen tekstil garment terintegrasi dengan memiliki empat
lini produksi mulai dari pemintalan, penenunan, pencetakan-pencelupan dan
garment. Mereka mulai memproduksi pakaian militer untuk kebutuhan TNI, Polri,
dan PNS SRITEX selanjutnya mulai memasuki bisnis pembuatan seragam dan
pada tahun 1994 di percaya untuk mebuat seragam militer Jerman yang terkenal
dengan standart kendali mutunya yang tinggi dan kemudian, merambah ke
sejumlah negara North Atlantic Treaty Organization (NATO) lainnya. SRITEX
telah mengantongi sertifikat dan organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu.
Pesanan dari negara lainpun berdatangan

Lepas dari krisis finansial Asia pada tahun 1998, SRITEX kemudian
menjadi semakin kuat dan berhasil melipat gandakan pertumbuhannya. Tahun
2001, pertumbuhan SRITEX telah berkembang menjadi 8 kali lebih besar
dibandingakn dengan tahun 1992. Ketika pertama menjadi perusahaan tekstil
garment terpadu. Krisis berikutnya, di tahun 2008 juga berhasil di lalui dengan
selamat, karena strategi pemasaran yang jitu dan dengan diversifikasi pasar yang
berimbang antara pasar domestik dan internasional. Bahkan setahun sebelum
menjadi perusahaan terbuka dan mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia
di pertengahan tahun 2013. SRITEX telah mampu menggandakan pertumbuhan
dan kinerjanya di bandingkan pada 2008. Tepat pada tahun 2013 PT.SRITEX
resmi menjadi perusahaan terbuka.

Proses regenerasi dalam tubuh SRITEX telah pula berjalan dengan mulus.
Sejak tahun 2006 pucuk pimpinan tertinggi telah diserahakn pada Iwan Setiawan
Lukminto yang telah terjun dalam manajement perusahaan sejak 1997, hampir
bersamaan waktunya dengan merebaknya finansial Asia. Dibawah kepemimpinan
Iwan yang menjadi businessmen of dear menurut majalah For Best Indonesia,
edisi januari 2014 SRITEX telah memiliki 9 pabrik spinning, 3 pabrik weaving, 3
pabrik dyeing/printing, dan 7 pabrik garment. Untuk menjalankan semua itu , PT
Sri Rejeki Isman terletak dibeberapa property diarea sekitar 130 hektar dan
mempekerjakan sekitar 25000 orang

Berawal dari perusahaan dagang keluarga yang di operasikan secara


tradisional, kini SRITEX telah berubah menjadi perusahaan modern yang
memperkerjakan tenaga-tenaga professional dari dalam negeri maupun dari
manca negara seperti Korea Selatan, Filipina, India, Jerman, maupun Cina.

14
Sejumlah peritel besar dan modern termasuk H&M , Uniqlo dan Guess merupakan
para pelanggannya.

2. Visi Dan Misi PT.SRITEX

Visi :

Menjadi mitra yang paling inofvtif dalam menyediakan produk dan layanan paling
berkualitas untuk keperluan militer, lembaga pemerintahan dan swasta.

Misi :

a. Menggunakan teknologi modern yang mampu menghasilkan produk di


layanan berkualitas tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan clien
b. Menjadi sebuah perusahaan yang berkualitas pada keuntungan dan
pertumbuhan bagi para pemangku kepentingan
c. Menciptakan lingkungan tenaga kerja yang kondusif dan efektif dengan cara
membangun budaya perusahaan yang selalu berusaha keras dalam
mengembangkan diri dan intregasi yang bersinergi.
d. Memberikan konstribusi dalam mengembangkan bidang ekonomi dan sosial
bagi masyarakat SRITEX

3. Proses Produksi PT.SRITEX

1) Proses Produksi

Sebagai sebuah perusahaan terintegrasi, Sritex dapat memproduksi


rangkaian produk dari benang, kain mentah, kain jadi hingga pakaian jadi atau
garmen, termasuk di dalamnya seragam dan beragam baju untuk pria dan wanita.
Proses produksi SRITEX terbagi dalam empat
divisi: Spinning, Weaving, Finishing dan Garment.

a. Pemintalan (Spinning)

Pembagian berputar mengubah serat menjadi benang. SRITEX terus


meningkatkan produksi melalui peningkatan dengan negara terbaru dari
mesin & teknologi seni.Terdiri dari 9 pabrik pemintalan dengan total 4.000
karyawan.Pembagian berputar didukung oleh 2.500 mesin dengan lebih dari
320.000 cincin spindle & mesin dimodifikasi diimpor dari Asia & Eropa.
Kapasitas produksi 353.000 bal benang / tahun.

15
b. Penenunan (Weaving)

Tenun, mengubah benang menjadi kain.menggunakan teknologi yang


luar biasa untuk menghasilkan berbagai jenis kain dengan ringan,
menengah dan kontruksi berat.

Terdiri dari 4.000 karyawan dengan 2.600 mesin tenun, termasuk alat
tenun kecepatan tinggi.Kapasitas produksi adalah 120.000.000 meter
kain/tahun.

c. Pencelupan dan Percetakan (Finishing)

Dengan lebih dari 45 tahun pengalaman dalam pencelupan dan


Percetakan, SRITEX telah menjadi model peran dunia perusahaan tekstil
berkelas. Pencelupan & pencetakan mengubah kain mentah menjadi kain
jadi. Terdiri dari 1.000 karyawan dan didukung oleh 3 jalur produksi
pencelupan, 9 mesin cetak rotary, 12 mesin jet pencelupan, 9 mesin stenter
dengan kapasitas produksi 120.000.000 meter / tahun.

d. Garment

SRITEX telah berhasil menyelesaikan "supermall," perusahaan


tekstil kelas dunia dengan membentuk satuan Garmentnya.Divisi Garment
mengubah kain menjadi pakaian siap pakai.Terdiri dari 7.000 karyawan di
10 unit garment didukung oleh 6.350 mesin. Kapasitas produksi 8.200.000
buah garment siap pakai / tahun.

Hal-hal penting yang di perhatikan dalam proses prosuksi PT. SRITEX


antara lain :

a. Kualitas

Sritex memiliki sejarah lama berjalan memberikan standar yang


tinggi dan kualitas produk dalam industri tekstil. Ini upaya menyatukan
keunggulan dalam sumber daya manusia, mesin, material dan
manajemen yang memungkinkan Sritex mempertahankan dan menarik
pelanggan. SRITEX percaya bahwa kualitas orang akan membawa
kualitas proses yang menghasilkan produk yang baik.

b. Produk Diversivikasi

Integrasi vertikal SRITEX untuk proses hulu dan hilir


memungkinkan untuk mencapai skala ekonomi serta tekstil one stop

16
shopping dan konsep supermarket garmen yang menyediakan berbagai
produk untuk melayani setiap rentang pelanggan tuntutan

c. Inovasi

SRITEX didedikasikan dalam mengedepankan uptodate desain dan


koleksi dengan erat bekerja sama dengan pelanggan menggunakan
teknologi stateof theart serta penelitian dan pengembangan untuk
menciptakan produk cutting edge dan bahan

C. KERATON YOGYAKARTA

1. Sejarah Keraton Yogyakarta


Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan
istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan
tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950,
kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan
dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga
saat ini.
Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota
Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan
berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja
Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini
merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki
balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I


beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon
adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini
digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan
Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi
keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah
hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku
Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk
wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

17
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti
yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan
Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul
(Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5].

Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik


yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain,
Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan
pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai
filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta.

2. Struktur Bangunan Keraton Yogyakarta

Keraton Yogya terletak di sebuah kompleks luas yang terbagi dalam


beberapa bagian. Secara garis besar bangunan Keraton Yogya dapat dibagi
menjadi tiga bagian utama dengan kompleks dan bangunan di dalamnya.

Peta Garis Besar Kenampakan Keraton Yogyakarta

18
D. TAMAN MINI INDONESIA INDAH (TMII)

1. Sejarah Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan


taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area
seluas kurang lebih 150 hektar[1] atau 1,5 kilometer persegi ini
terletak pada koordinat 6 derajat 18'6.8''LS, 106 derajat 53'47.2''BT.
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak
bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa
memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau
arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh
kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII,
gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang
mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia.
Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur
Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku
dan Papua. Tiap anjungan menampilkan bangunan khas setempat.

Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia,


yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 33
provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam
anjungan daerah berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka
busana, tarian dan tradisi daerah.

TMII memiliki logo yang pada intinya terdiri atas huruf TMII,
Singkatan dari "Taman Mini Indonesia Indah". Sedangkan
maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA
(Anjani Putra). Maskot Taman Mini "Indonesia Indah" ini
diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto, bertepatan
dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991.

2. Visi Misi Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

 Memperkenalkan Kebudayaan dan Kekayaan Alam kepada


Bangsa Indonesia dan Bangsa lain:
o Mengembangkan kerjasamakemitraan dan jaringan kerja
dengan berbagai pihak diantara lembaga Konservasi, Pelaku
Usaha Rekreasi
o Meningkatkan kualitas koleksi budaya, flora dan fauna
nusantara di TMII

19
o Meningkatkan mutu pelayanan bagi pengunjung dan para
mitra.

 Mempromosikan potensi keunikan unggulan daerah untuk


menarik Wisatawan dan Investor:
o Menyediakan sarana informasi potensi unggulan daerah yang
menarik dan komunikatif.
o Memberikan jaminan kepastian hukum bagi insvestor.
o Memperkuat data base dan penguatan kualitas SDM.

E. MERAPI
1. Sejarah Gunung Merapi
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di
Jawa, bahkan di Indonesia. Riwayatnya kerap dikait-kaitkan dengan
cerita rakyat atau mitologi Jawa yang bahkan masih dipercaya oleh
sebagian orang hingga saat ini. Kendati begitu, sejarah Gunung Merapi
sebenarnya bukan hanya sekadar legenda. Lereng selatan Gunung
Merapi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Sedangkan lereng lainnya merupakan bagian dari wilayah Provinsi
Jawa Tengah, yaitu Magelang (sisi barat), Boyolali (utara dan timur),
serta Klaten (tenggara). Ada perbedaan pendapat dari para ahli mengenai
pembagian periodesasi sejarah Gunung Merapi. Wirakusumah dan
kawan-kawan dalam Geologic Map of Merapi Volcano Central Java
(1989) membaginya menjadi dua fase besar, yakni fase Merapi Muda dan
fase Merapi Tua.

2. Empat Fase Merapi


Berthommier memperkirakan, fase pra-Merapi terjadi kurang lebih
400 ribu tahun lalu. Pada tahap pertama ini, Gunung Merapi belum lahir.
Yang ada waktu itu adalah gunung yang dikenal dengan nama Gunung
Bibi, berdiri di lereng timur Merapi sekarang (kini termasuk wilayah
Boyolali). Setelah Gunung Bibi hancur, tumbuh gunung baru di sebelah
baratnya pada sekitar 60 ribu tahun lalu.

Inilah fase Merapi Tua atau Purba. Lava basaltik (endapan batuan
dari pembekuan magma) gunung ini membentuk dua bukit yang
kemudian dikenal sebagai Turgo dan Plawangan (terletak di Sleman,
Yogyakarta). Periode ketiga adalah fase Merapi Pertengahan yang terjadi
sekitar 8 ribu tahun silam. Lelehan lava dari Merapi pada tahap ini
membentuk Bukit Batulawang dan Bukit Gajahmungkur di sisi utara dari
puncak. Selama sesi ini, Merapi sudah melelehkan lava dan
mengeluarkan awan panas. Diperkirakan juga sempat terjadi letusan

20
eksplosif, meskipun erupsi Merapi amat jarang bertipe seperti ini. Area
kawah yang dinamakan Kawah Pasarbubar juga terbentuk pada periode
ini. Tahap terakhir oleh Berthommier disebut fase Merapi Baru yang
dimulai sejak 2 ribu tahun lalu. Kawah Pasarbubar yang terbentuk di
periode ketiga membentuk kerucut di puncak Merapi. Sedangkan batuan
dasar yang menyusunnya diperkirakan masih berasal dari fase Merapi
Tua.

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Study Banding yang dilaksanakan SMK NEGERI 2 KOTABUMI sangat


menginspiratif, yang dimana pelaksanaannya sangat berpengaruh baik bagi siswa
siswi SMK NEGERI 2 KOTABUMI, selain bisa belajar sambil rekreasi khususnya
siswa siswi SMK NEGERI 2 KOTABUMI mendapat tambahan wawasan mengenai
praktek- praktek, baik praktek untuk tata cara penyimpanan Arsip Negara Republik
Indonesia. Dan mengetahui Sejarah dan budaya nusantara. Meskipun Study
Banding yang singkat namun banyak pelajaran yang bisa didapat oleh Siswa dan
Siswi SMK NEGERI 2 KOTABUMI dalam program study banding ini.

B. SARAN

Kegiatan study banding sangat bermanfaat bagi semua Siswa dan Siswi SMK
NEGERI 2 KOTABUMI khususnya Jurusan Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran.
Dan Siswa ataupun Siswi dapat membandingkan apa yang telah di pelajari di
sekolah dengan tempat-tempat yang telah dikunjungi.

22

Anda mungkin juga menyukai