Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai suatu organisasi kekuasaan, negara itu mempunayai bentuk
(Vorm), yang disebut sebagai bentuk negara(staatvorm, forme de staat). Di
dalam negara terdapat penyelenggara negara, yakni pemerintahan negara juga
mempunyai bentuk, yang disebut dengan bentuk pemerintahan(regeringvorm,
forme de gouverment). Urgensi dalam mempelajari bentuk negara dan
pemerintahan ini adalah untuk lebih mengetahui distribusi kekuasaan dalam
negara kedalam wujud kewenangan-kewenangan (bevoegheid) serta dapat
diketahui mekanisme pemerintahan.
Negara perwakilan(diplomatik) merupakan perwakilan yang kegiatannya akan
mewakili negaranya untuk melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara
penerima atau organisasi internasional
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk negara dan pemerintahan di indonesia?
2. Apa fungsi dan tujuan dari negara-negara perwakilan di setiap negara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami bentuk negara dan pemerintahan
indonesia
2. Agar dapat memahami fungsi dan tujuan dari negara-negara perwakilan di
dunia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk negara indonesia

a. Definisi negara
Negara adalah salah satu badan atau organisasi tertinggi yang
mempunyai wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan orang banyak serta mempunyai kewajiban-
kewajiban untuk melindungi, mensejahterakan masyarakatnya, dan
sebagainya. Secara umum negara adalah sekumpulan orang yang
menempati wilayah tertentu dan di organisasi oleh pemerintah
negara sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.

b. Definisi negara menurut para ahli

1. Soenarko
Menurut Prof. Mr soenarko, negara merupakan oraganisasi
masyarakat yang mendiami sekaligus memiliki daeraha tertentu.
Kekuasaan daerah berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.
2. Roger H. Soltou
Menyatakan bahwa negara merupakan alat yang berwenang
mengatur sekaligus mengendalikan segala persoalaan bersama atas
nama masyarakat.
3. Jellinek
Definisi negara merupakan sekelompok orang yang mendiami suatu
wilayah tertentu yang dilengkapi dengan kekuasaan pemerintahan.
4. Mac iver
Berpendapat bahwa suatu daerah dapat dikatakan sebagai negara
apabila memiliki tiga unsur, yaitu wilayah, rakyat, dan pemerintahan.
5. Pringgodigdo
Mengemukakan bahwa negara merupakan organisai kekuasaan yang
memiliki pemerintah yang berdaulat, wilayah, serta rakyat sehingga
membentuk suatu bangsa.
6. John locke
Negara adalah suatu badan atau organisasi hasil dari pada perjanjian
masyarakat.
7. Max weber
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu bangsa.

2
c. Unsur-unsur negara
Adapun unsur yang harus dimiliki oleh suatu masyarakat politik supaya
dapat dianggap sebagai ”negara”, yaitu sebagai berikut:
- Harus ada wilayahnya;
- Harus ada rakyatnya;
- Harus ada pemerintahannya, yang berkuasa terhadap seluruh
daerah dan rakyatnya.
- Harus ada tujuannya.

a. Wilayah Negara
Adapun wilayah suatu negara dapat dibagi atas:
- Wilayah darat
- Wilayah laut
- Wilayah udara
b. Rakyat Negara
Adapun rakyat yang termasuk suatu negara, ialah semua orang yang
ada di wilayah negara itu dan yang tunduk pada kekuasaan negara
tersebut.
Asas pokok yang mula-mula dipergunakan sebagai dasar dalam
menentukan termasuk tidaknya seseorang dalam rakyat itu, ialah asas
keturunan (ius-sanguinis).

Utrecht menyebut “unsur ketiga” bagi negara adalah kekuasaan atau


kedaulatan tertinggi yang dikaitkan dengan legitimasi (dasar sahnya)
kekuasaan tertinggi yang ada. Legitimasi yang dimaksud adalah apa yang
menjadi dasar sahnya dari kekuasaan itu.

lebih terperinci lagi dan lebih berat adalah syarat-syarat yang


dikehendaki oleh Wright, yaitu.

- Harus ada daerah dengan batas-batas yang di tentukan secara


tegas dengan prospek yang wajar untuk mempertahankannya.
- Harus ada kekuasaan dengan kemampuan de facto untuk
memerintah daerah tertentu.
- Harus ada undang-undang dan lembaga-lembaga yang adapat
memberikan perlindungan yang layak pada orang-orang asing
dan golongan minoritas serta dapat menjamin rasa keadilan
menurut ukuran-ukuran yang patut dan beradab diantara
segenap penduduk.
- Harus terdapat pendapat umum dengan lembaga-lembaga
untuk menyalurkannya, yang meberikan petunjuk yang layak
mengenai keinginan untuk merdeka dan jaminan yang wajar
bahwa syarat-syarat yang terpenting yang dikemukakan diatas
ini mempunyai sifat yang tetap.

3
d. Teori bentuk negara
Menurut Grabowsky, bentuk negara berkaitan dengan dasar negara,
susunan, dan tertib suatu negara berhubungan dengan organ tertinggi
dalam neagar itu dan kedudukan masing-masing organ itu dalam
kekuasaan negara. Sedangkan menurut Bagir manan, bentuk negara
menyangkut kerangka bagian luar organisasi negara, yang dibedakan
antara bentuk negara kesatuan dan bentuk negara federal. Teori yang
dikemukakan oleh Plato, Aristoteles, dan Polybios. Mengapa dikatakan
teori-teori klasik tersebut sudah uasng atau ketinggalan zaman? Karena
isinya masih campur aduk antara bentuk negara dengan bentuk
pemerintahan.
Menurut Plato, ada lima macam bentuk negara sesuai dengan
sifat-sifat tertentu dari jiwa manusia. Puncak dari bentuk negara itu
adalah Aristokrasi, yakni bentuk negara yang pemerintahannya di pegang
oleh para cerdik pandai yang dalam menjalankan pemerintahannya
berpedomonan pada keadilan. Para cerdik paandai dan budiman itu
memerintah sesuai dengan pikiran keadialan, segala sesuatu ditujukan
untuk kepentingan bersama, agar keadilan dapat merata. Setelah
aristokrasi, kemudian terjadilah perubahan menjadi Timokrasi. Dalam
timokrasi segala tindakan penguasa hanya dilaksanakan dan ditujukan
untuk kepentingan si penguasa itu sendiri. Oleh karena itu kemudian
kemudian kekuasaan negarah itu jatuh dan dipegang oleh kaum hartwan
dan menimbulkan milik pribadi atau milik partikelir. Oligarki, yaitu
pemerintahan negara yang dipegang oleh orang-orang kaya yang
mempunyai hasrat dan kecenderungan untuk lebih kaya lagi. Keadaan ini
menimbulkan kemelaratan umum, oleh karena itu lalu sebagian besar
anggota masyarakat terdiri dari orang-orang miskin. Sehinggah rakyat
yang terdiri dari orang-orang miskin itu menyadari nasibnya dan
selanjutnya bersatulah mereka untuk memberontak melawan para
hartawan yang memegang pemerintahan.Demokrasi, bentuk negara yang
demikian adalah pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dengan
mengutamakan kepentingan-kepentingan umum yang tidak lain adalah
kepentingan rakyat melalui prinsip kemerdekaan dan kebebasan. Namun
kemerdekaan dan kebebasan yang diberikan itu kemudian
disalahgunakan, sehingga menimbulkan kemerdekaan dan kebebasan
yang tidak terbatas, orang ingin merdeka semerdeka-merdekanya dan
ingin bebas sebebas-bebasnya.
Kondisi bebas dan merdeka yang kebablasan. (euforia kebebasan
dan kemerdekaan) ini yang selanjutnya menimbulkan “Anarki”, yakni
keadaan dimana setiap orang dapat berbuat sesuka hatinya. Orng yang
tidak mau lagi diataur, tidak mau lagi diperintah karena orang ingin
mengatru dan memerintah dirinya sendiri, maka keadaan ini menjadi
kacau balau. Munculnya pemimpin yang keras dan kuat yang mampu
mengatasi kekacauan tersebut kemudian menjadi (diserahi) memimpin
atau memegang pemerintahan, yang berarti pemerintah berada dan hanya
dipegang oleh satu orang saja. Pemerintahan yang demikian inilah yang
disebut dengan “Tyranni”, yakni pemerintahan yang keras dan kuat yang
dipegang oleh satu orang saja dan berhasrat agr tidak ada pesaing bagi
dirinya dalam kekuasaan negara. Untuk itu, penguasa Tyranni ini tidak
segan-segan menyigkirkan atau mengasingkan semua musuh-musuhnya
(musuh politik), dan selalu menekan rakyat.
Menurut Aristoteles, ada tiga bentuk negara masing-masing
bentuk dibagi lagi kedalam dua sifat, yaitu;

4
- Jumlah orang yang memegang pemerintahan;
- Sifat atau tujuan pemerintahannya.

Berdasarkan dua kriteria tersebut, maka Aristoteles didapatkan bentuk-


bentuk negara:

1. Negara yang pemerintahannya dipegang oleh satu orang saja, jadi


kekuasaan itu hanya terpusat pada satu tangan.
2. Negara yang pemerintahannya dipegang oleh beberapa orang, jadi
oleh segolongan kecil saja. Kekuasaan seperti ini juga dapat
dikategorikan sebagai negara yang dipusatkan, tetapi tidak pada
tangan satu orang, melainkan pada satu organ atau badan yang terdiri
dari beberapa orang.
3. Negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat. Maksudnya
adalah bahwa yang memegang pemerintahan pada prinsipnya adalah
rakyat itu sendiri, setidak-tidaknya oleh segolongan besar rakyat.
Polybios, mejelaskan bahwa bentuk negara yang tertua ialah
monarki, yakni pemerintahan yang dijalankan oleh seorang pimpinan
negara, karena orang tersebut mempunyai bakat kepandaian dan
keberanian dari yang lain. Pimpinan negara dalam bentuk monarki
menurut Polybius adalah primus inter pares ( yang utama diantara yamg
ada atau sama), bukan “unus inter pares” ( masing-masing sama dan
sederajat ). Menurut Jean Bodin, bentuk negara yang terbaik ialah
monarki yang secara turun temurun dan laki-laki sajalah yang boleh
memerintah. Berbeda halnya dengan Benedictus Spinoza, yang
mengatakan bahwa bentuk negara yang terbaik adalah aristokrasi, sebab
yang berkuasa adalah beberapa orang dan dasar kekuasaannya lebih
kokoh dan kuat daripada monarki yang hanya di perintah oleh satu orang
saja dan hanya selalu dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, apalagi
suksesinya dilakukan secara turun temurun.

Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang


terpenting ialah: negara kesatuan (Unitarisme) dn negara serikat
(federasi).
1. Negara kesatuan ialah suatu negara yang merdeka dan berdaulat
dimana di seluruh negara yang berkuasa hanyalah satu
pemerintah(pusat) yang mengatur seluruh daerah. Negara kesatuan
dapat pula berbentuk:
- Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, dimana segala
sesuatau dalam negara itu langsung diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat dan daerah-daerah tinggal
melaksanakannya.
- Negara kesatuan dengan desentralisasi, dimana kepada
daerah diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus
rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan
daerah swantantra.
2. Negara serikat (federasi) ialah negara yang merupakan gabungan
beberapa atas yang menjadi negara-negara bagian daripada negara
serikat itu.bentuk negara-negara bagian itu asal mulanya adalah suatu
negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri sendiri. Dengan
menggabungkan diri dalam suatu negara serikat, maka negara yang
tadinya berdiri sendiri itu dan sekarang menjadi negara bagian,

5
melepaskan sebagian kekuasaannya dan menyerahkannya kepada
negara serikat itu.

Berdasarkan pasa 1 ayat 1 undang-undang 1945 dinyatakan bahwa negara


indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik. UUD 1945
menghendaki bentuk negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, sistem
desentralisasi ditegaskan dalam penjelasan dalam pasal 18 UUD 1945 yang
berbunyi oleh karena negara indonseia itu suatu eenheidstaat (negara kesatuan),
indonseia tidak memiliki daerah dilingkungan yang bersifat staat (negara) juga.
Daerah indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah-daerah yang
bersifat otonom (streek and local recht gomenschappen) yang semuanya menurut
aturan yang telah ditetapkan menurut undang-undang. Penjelasan pasal tersebut
menegaskan negara indonesia berbentuk negara kesatuan.
Daerah bisa berbentuk daerah otonom atau daerah administratif. Di daerah
otonom dibentuk dewan perwakilan rakyat. Untuk melaksanakan undang-undang
pasal 18 UUD 1945 dikeluarkan UUD No.5 tahun 1974 tentang pokok-pokok
pemerintahan daerah yang disempurnakan dengan UUD No. 22 tahun 1999
tentang otonomi daerah. Jadi negara indonesi adalah negara kesatuan,
keadualatan negara tidak dapat dibagi, yaitu berada di tangan pemerintah pusat.

B. Bentuk pemerintahan indonesia


Berbagai jenis bentuk pemerintahan, dapat di uraikan berbagai sistem
pemerintahan
1. Sistem pemerintahan kabinet presidensial
2. Sistem pemerintahan kabinet parlementer
3. Sistem pemerintahan campuran
4. Sistem pemerintahan komunis

1. SISTEM PEMERINTAHAN KABINET PRESIDENSIAL

Kabinet presidensial yaitu kabinet yang mentri-mentri bertanggungjawab


kepada presiden, agar para mentri tidak berlindung dibawah kekuasaan presiden
apabila melakukan kesalahan, maka antara badan legislatif (parlemen) dengan
badan eksekutif (presiden dan mentrinya) harus saling mengawasi (checking
power with power).

S.L witman dan J.J Wuest mengemukakan empat ciri kabinet presidensial
yaitu:

1. Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pemisahan kekuasaan


2. Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk membubarkan parlemen
dan juga tidak musti berhenti sewaktu kehilangan dukungan dari
mayoritas anggota parlemen
3. Dalam hal ini tidak ada tanggung jawab yang beralasan antara presiden
dan kabinetnya, karena pada akhirnya seluruh tanggung jawab sama
sekali tertuju pada presiden (sebagai kepala pemerintahan)
4. Presiden terpilih langsung oleh para pemilih

6
2. SISTEM PEMERINTAHAN KABINET PARLEMENTER
Kabinet Parlementer yaitu kabinet yang menteri-menterinya masing-
masing bertanggung jawab kepada parlemen, hal ini karena parlemen yang
memilih menteri yang tepat begitu juga perdana menterinya sendiri, anggota
parlemen dapat menjatuhkan setiap kesalahan masing-masing menteri.
Menurut S.L. Witman dan J.J. Wuest ada empat cara pula berkenaan
dengan sistem pemerintahan kabinet parlementer yaitu:
1. Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pembagian kekuasaan
2. Dimana terjadi tanggung jawab berbalas balasan antara eksekutif dan
legislatif, oleh karena itu pihak eksekutif boleh membubarkan parlemen
(legislatif) atau sebaliknya eksekutif sendiri meletakkan jabatan bersama
sama kabinetnya yaitu diwaktu kebijaksanaan pemerintah tidak lagi
dapat diterima oleh kebanyakan suara para anggota sidang yang ada
dalam parlemen (legislatif) tersebut.
3. Dalam hal ini juga terjadi pertanggungjawaban bersama (timbal balik)
antara PM dan kabinetnya.
4. Pihak eksekutif (baik PM maupun para menteri secara perseorangan)
terpilih sebagai kepala pemerintah dan pemegang masing masing
departemen negara, sesuai dengan dukungan suara mayoritas parlemen.

3. SISTEM PEMERINTAHAN KABINET CAMPURAN

kabinet campuran yaitu, kabinet yang presidennya tidak hendak


kehilanggan kekuasaan ketika anggota parlemen memberi mosi tidak percaya
kepada pemerintah oleh karena itu perdana mentri dan mentri mentrinya
tetapi presiden tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen. Karena sistem ini
terbentuk dari pengkajian sejarah perjalanan beberapa negara.
Bila presiden tidak diberi posisi dominan menurut konstitusi, maka
presiden tidak lebih dari sekedar lambang dan kabinet akan semakin goyah
kedudukannya, umtuk itu perancis yang pernah tirani dan demokratis liberal
mengubah konstitusi negaranya sedemikian rupa sehingga presiden tidak
dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Di indonesia karena bagaimanapun mentri-mentrinya tidak bertanggung
jawab kepada parlemen, tetapi ketika presiden harus menyampaikan
pertanggungjawabannya kepada MPR sebagai lembaga konstitusi, perlu
disadari bahwa MPR terdiri dari DPR itu sendiri yang ditambah dengan
utusan daerah dan utusan golongan (setelah era reformasi ditambah dengan
dewan perwakilan daerah), maka resikonya adalah bahwa negara ini memiliki
sistem pemerintahan campuran. Hanya sayang ketika era pemerintah
soeharto, demokratisasi sistem pemerintahan campuran ini di tiranikan
dengan cara meletakan orang-orangnya di lembaga konstitutif (MPR) yaitu
utusan golongan diangkat dari para menteri, sedangkan untuk utusan daerah
diangkat dari para gubernur yang nota benenya anak buah beliau, dan juga
diangkat para panglima yang juga anak buah beliau sebagai jenderal besar,
kemudian para rektor yang juga beliau sendiri yang memberikan
pengangkatan rektornya, itupun masih dilengkapi dengan sistem pemilihan
umum yang proporsional yang membolehkan para wakil rakyat diambil dari
orang-orang pusat yang diletakkan di daerah seperti para isteri mentri, para
menteri, para anak menteri, dan kekuatan partai golkar lainnya.

7
4. SISTEM PEMERINTAHAN KABINET KOMUNIS

Kabinet komunis yaitu, kabinet yang baik kepala pemerintahan maupun


kepala pemerintahan yang dijabat secara ex officio oleh pimpinan partai
komunis, mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintah daerah,
karena partai komunis yang ada di daerah sekaligus menjadi kepala daerah
dan kepala wilayah.
Bila dibandingkan antara kekuatan partai komunis ketika zaman uni
soviet masih berdiri dengan ketikata zaman kuatnya partai golkar di
indonesia di orde baru,maka terlihat bahwa setiap camat senantiasa menjadi
ketua dewan pembina partai golkar tingkat kecamatan, dan bupati menjadi
ketua dewan pembina golkar tingkat II (kabupaten).

Bentuk pemerintahan (regerinsvorm) adalah suatu mekanisme yang


berlaku untuk mengatur alat-alat perlengkapan negara dan bagaimana hubungan
antara alat-alat perlengkapan itu dalam negara, yang dpat dibagi kedalam 3 jenis
yakni:
1. Bentuk pemerintah yang terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan
legislatif.
2. Bentuk pemerintah yang terdapat pemisahan secara tegas antara eksekutif,
legislatif, judikatif.
3. Bentuk pemerintahan yang terdapat pengaruh atau pengawasan yang
langsung dari rakyat terhadap badan legislatif.

Istilah pemerintah dalam arti organ dapat pula dibedakan antara pemerintah
dalam arti luas dan pemerintah dalam arti sempit.

- Pemerintah dalam arti sempit dimaksud khusus kekuasaan


eksekutif.
- Pemerintah dalam arti luas ialah semua organ negara
termasuk DPR.
- Dalam pengertian bentuk pemerintah termasuk juga diktator,
adalah negara yang diperintah oleh seorang diktator dengan
kekuasaan mutlak.
Saat ini klasifikasi tentang bentuk pemerintahan yang bnayk digunakan
adalah pengelompokan antara bentuk pemerintahan monarki (kerajaan) dan
bentuk pemerintahan republik. Dalam perkembanagannya monarki dapat
dibedakan menjadi monarki absolut, dan monarki konstitusional.
- Monarki absolut, yaitu raja sebagai kepala negaranya seluruh
kekuasaan negara. Raja berkuasa mutlak terhadap seluruh
kekuasaan negara, baik eksekutif,legislatif, maupun
yudikatif. Monarki baianya dilandasi dengan paham teokrasi,
yaitu raja dianggap sebagai penjelmaan tuhan atau wakil
tuhan dibumi.
- Monarki konstitusional atau kerajaan yang dibatasi undang-
undang, yaitu kekuasaan raja selaku kepala negara dibatasi
oleh konstitusi.
4. Bentuk pemerintah klasik
Aristoteles membagi bentuk pemerintahan sebuah negara berdasarkan
jumlah pemegang kekuasaan dan kualitas pemegang kekuasaan. Bentuk-
bentuk pemerintahan menurut aristoteles adalah,( Monarki, Aristokrasi,
Tirani, Oligarki, plutokrasi, polity, dan Demokrasi ).

8
Ada lima jenis bentuk pemerintahan menurut Plato, kelima bentuk
pemerintahan ini adalah sesuai dengan sifat manusia. Yaitu, ( Aristokrasi,
Timokrasi, Oligarki, Demokrasi dan Tirani ).

5. Bentuk pemerintahan modern


Dibagi menjadi bentuk pemerintahan, Monarki, Republik, Federal, Emirat
dan Negara kota.
- Monarki merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin
oleh seorang penguasa monarki atau sistem pemerintahan
kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Suatu bentuk
pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan umum
- Republik sebuah negara dimana tampuk pemerintahan
akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan
bangsawan dan sering dipimpin atau dikepalai oleh presiden,
DLL.
Dalam pasal 1 ayat 1 menghendaki nagara indonesia dengan bentuk
pemerintahan republik. Saat sidang BPUPKI II tanggal 10-16 juli 1945,
berkaitan dengan penentuan bentuk pemerintah (rancangan UUD pasal 1 ayat 1)
mendapat tanggapan peserta sebagai berikut:

Sebanyak 55 suara memilih bentuk republik.


Sebanyak 6 suara memilih kerajaan/monarki
Sebanyak 2 suara memilih bentuk lain
Dan 1 suara tidak mengajukan pendapat (absen).

Indonesia menerapkan bentuk pemerintahan republik sebagai bentuk


pemerintahan. Dalam konstitusi indonesia undang-undang 1945 pasal 1 ayat(1)
disebutkan “negara indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik “
Dan pada pada pasal 4 ayat(1) UUD 1945 menjelaskan “presiden republik
indonesia memegang kekuasaan pemerintah menurut undang-undang dasar”.
Kekuasaan presiden sebagai kepala negara, dan kepala pemerintah tidak
diwariskan.

Presiden dibatasi oleh undang-undang 1945 sebagai konstitusi yang menjadi


landasan utama menjalankan pemerintahan. UUD adalah sebuah kontrak sosial
antara rakyat dan penguasa

Berikut periodisasi sistem pemerintahan indonseia

1. Periode 1945 - 1949


Lama periode : 18 agustus 1945 - 27 desember 1949
Bentuk negara : kesatuan
Bentuk pemerintahan : republik
Sistem pemerintahan : presidensisal
Konstitusi : UUD 1945
2. Periode 1949- 1950
Lama periode : 27 desember 1949 – 15 agustus 1950
Benruk negara : serikat (federasi)
Bentuk pemerintahan : republik
Sistem pemerintahan : parlementer semu (quasi parlementer)
Konstitusi : RIS

9
3. Periode 1950 – 1959
Lama periode : 15 agustus 1950 – 5 juli 1959
Bentuk negara : kesatuan
Bentuk pemerintahan : republik
Sistem pemerintahan : parlementer
Konstitusi : UUDS 1950
4. Periode 1959 – 1966 (demokrasi terpimpin)
Lama periode : 5 juli 1959 – 22 februari 1966
Bentuk negara : kesatuan
Bentuk pemerintahan : republik
Sistem pemerintahan : presidensial
Konstitusi : UUD 1945
5. Periode 1966 – 1998 (orde baru)
Lama periode : 22 februari 1966 – 21 mei 1998
Bentuk negara : kesatuan
Bentuk pemerintahan : presidensial
Konstitusi : UUD 1945

Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di indonesia adalah


sebagai berikut;
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari
DPR jadi, DPR tetap memliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun
secara tidak langsung
2. Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu prtimbangan atau
persetujuan dari DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk
undang-undang dan hak budget (anggaran).

C.TEORI PERWAKILAN

1. Teori Mandat

Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mendapat mandat dari


rakyat sehingga discbut mandataris. Ajaran ini muncul di Prancis sebelum
revolusi dan dipelopori oleh Rousseau dan diperkuat oleh Petion. Sesuai dengan
perkembangan zaman, maka teori mandat inipun menyesuaikan diri dengan
kebutuhan zaman. Pertama kali lahir teori mandat ini disebut sebagai:

a. Mandat Imperatif

Menurut ajaran ini si wakil bertugas dan bertindak di Lembaga Perwakilan sesuai
dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak boleh
bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal baru yang tidak
terdapat dalam instruksi tersebut, maka si wakil harus mendapat instruksi baru
yang ai wakilinya baru dapat melaksanakannya. Kalau setiap kali ada masalah
baru harus minta mandat baru, ini berarti meng- hambat tugas Lembaga
Perwakilan tersebut maka lahirlah teori mandat baru yang disebut.

b. Mandat Bebas

10
Ajaran ini dipelopori antara lain oleh Abbe Sieyes di Prancis dan Black Stone di
Inggris. Ajaran ini berpendapat bahwa si wakil dapat bertindak tanpa tergantung
dari instruksi yang di- wakilinya. Menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang
yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukummasya- atat yang
diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang
diwakilinya atau atas nama rakyat Teori ini kemudian berkembang lagi menjadi

c. Mandat representative

Disini si wakil dianggap bergabung dalam suatu Lembaga Per- wakilan


(Parlemen). Rakyat memilih dan memberikan mandat pada Lembaga Perwakilan
(Parlemen), sehingga si wakil se- bagai individu tidak ada hubungan dengan
pemiliknya apalagi pertanggungjawabannya. Lembaga Perwakilan (Parlemen)
inilah yang bertanggung jawab kepada rakyat.

2. Teori Organ

Kurang puas dengan teori mandat yang semula berkembang di Prancis, maka para
Sarjana mulai mencari teori baru yang membahas bubungan antara si wakil
dengan yang diwakilinya. Maka muncul pula teori baru Von Gierke yang terkenal
sebagai teori organ. Von Gierke adalah orang Jerman, menurut teori ini negara
merupakan Suatu Organisme yang mempunyai alat-alat perlengkapannya seperti
Eksckutif, Parlemen dan mempunyai rakyat yang kesemua- nya mempunyai
fungsi sendiri-sendiri dan saling tergantung satu sama lain. Maka sesudah rakyat
memilih Lembaga Perwakilan mereka tidak perlu lagi mencampuri Lembaga
tersebut dan Lembaga ini bebas berfungsi sesuai dengan wewenang yang
diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Teori ini didukung oleh Paul Laband dan
Georg Jellinek. Laband menyatakan tidak perlu terlalu mempersoalkan hubungan
antara si wakil dan yang diwakili dari segi hukum Rakyat dan Parlemen adalah
organ yang bersumber pada Undang- undang Dasar dan masing-masing
mempunyai fungsi sendiri-sendiri, jadi tidak perlu melihat hubungan antara organ
perwakilan dan organ rakyat. Rakyat mempunyai hubungan yuridis dengan par-
lemen, yaitu memilih dan membentuk organ Parlemen (Perwakilan) dan setelah
organ tersebut terbentuk maka rakyat tidak perlu turut campur lagi dan organ
tersebut bebas bertindak sesuai fungsinya. Jellinek mengemukakan bahwa rakyat
adalah organ yang primer, akan tetapi organ primer ini tidak dapat menyatakan
kehendaknya maka harus melalui organ sekunder yaitu Parlemen, jadi tidak perlu
mempersoalkanhubungan antara si wakil dengan yang diwakili dari segi hukum.

3. Teori Sosiologi dari Rieker

Rieker menganggap bahwa Lembaga Perwakilan bukan merupakan bangunan


politis tetapi merupakan bangunan masyarakat (sosial). Si pemilih akan memilih
wakil-wakilnya yang benar-benar ahli dalam bidang kenegaraan dan yang akan
benar-benar membela kepentingan si pemilih sehingga terbentuk Lembaga
Perwakilan dari kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Dan dalam
Lembaga Perwakilan ini tercermin lapisan-lapisan masyarakat.

11
4. Teori Hukum Obyektif dari Leon Duguit

Menurut teori ini dasar daripada hubungan antara rakyat dan Par- lemen adalah
Solidaritas. Wakil rakyat dapat melaksanakan tugas kenegaraanya hanya atas
nama rakyat sedangkan rakyat tak akan dapat melaksanakan tugas-tugas
kenegaraanya tanpa mendukung wakilnya dalam menentukan wewenang
pemerintah jadi ada pembagian kerja, rakyat pasti akan memilih wakilnya dan
Pariemen pasti akan menjalankan tugasnya. Keinginan untuk berkelompok yang
disebut solidaritas merupakan dasar daripada hukum obyektif yang timbul.
Hukum obyektif inilah yang membentuk Lembaga Perwakilan itu menjadi satu
bangunan hukum dan bukan hak-hak yang diberikan kepada mandataris yang
membentuk Lembaga Perwakilan tersebut Akibatnya: ,

a. Rakyat (kelompok) sebagai yang diwakili harus ikut serta dalam pembentukan
badan perwakilan dan cara yang terbaik adalah melalui pemilihan umum yang
menjamin terlaksananya"solidaritas sosial", untuk memungkinkan sebanyak
mungkin orang dalam kelompok tersebut turut menentukan.

b. Kedudukan hukum daripada pemilih dan yang dipilih adalah se- mata-mata
berdasarkan hukum obyektif, jadi tak ada persoalan hak-hak dari masing-masing
kelompok tersebut. Masing-masing harus menjalankan kewajibannya sesuai
dengan hasrat mereka untuk berkelompok dalam negara atas dasar solidaritas
sosial.

c. Dalam melaksanakan tugasnya si wakil harus menyesuaikan tindakannya


dengan kehendak pemilihnya bukan karena ada hukum obyektif yang didasarkan
pada solidaritas sosial yang mengikatnya. Jadi walaupun tidak ada sangsinya,
tidak mungkin alat-alat perlengkapan tertinggi tidak akan melaksanakan
tugasnya.

5.Teori Gilbert Abcarian

Menurut Gilbert Abcarian ada 4 (empat) tipe mengenai hubungan ara si wakil
dengan yang diwakilinya yaitu:

a. Siwakil bertindak sebagai "wali" (trustee)

Disini si wakil bebas bertindak atau mengambil keputusan menurut


pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya.

b. Si wakil bertindak sebagai "utusan" (delegate)

Disini si wakil bertindak sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya, si wakil
selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam
melaksanakan tugasnya.

c. Si wakil bertindak sebagai "politico"

12
Disini siwakil kadang-kadang bertindak sebagai wali (trustee) dan ada kalanya
bertindak sebagai utusan (delegate). Tindakan- nya tergantung dari assue (materi)
yang dibahas.

d. Si wakil bertindak sebagai "partisan"

Disini si wakil bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari Partai
(Organisasi) si wakil. Setelah si wakil dipilih oleh pemilihnya (yang diwakilinya)
maka lepaslah hubungannya dengan pemiliknya tersebut, dan mulailah
hubungannya dengan partai (organisasi) yang mencalonkannya dalam pemilihan
tersebut.

6. Teori Prof. DR. A. Hoogerwerf (Moh Koesnardi dan Bintan R. Saragih op cit:
189)

Menurut sarjana ini, hubungan antara si wakil dengan yang di- wakilinya ada 5
model yaitu:

a. Model delegate (utusan)

Disini si wakil bertindak sebagai yang diperintah seorang kuasa usaha yang harus
menjalankan perintah dari yang diwakilinya.

b. Model trustee (wali)

Disini si wakil bertindak sebagai orang yang diberi kuasa, yang memperoleh
kuasa penuh dari yang diwakilinya, jadi ia dapat bertindak berdasarkan pendirian
sendiri.

c. Model Politicas

Disini si wakil kadang-kadang bertindak sebagai delegasi dan kadang-kadang


bertindak sebagai kuasa penuh.

d. Model Kesatuan

Disini anggota Parlemen dilihat sebagai wakil seluruh rakyat.

e. Model diversifikasi (penggolongan)

Anggota Parlemen dilihat sebagai wakil dari kelompok teritorial, Sosial atau
politik tertentu.

13
D. FUNGSI DAN TUJUAN NEGARA PERWAKILAN
a. Fungsi negara perwakilan
Sebagai representasi dari negaranya di negara lain, fungsi
perwakilan sangat besar untuk hubungan negara dengan neagara lain
maupun dengan organisasi internasional.
Berdasarkan konvensi wina pada tahun 1961, pada pasal 3 ayat (1), ada
beberapa fungsi perwakilan yang perlu kita ketahui, sepert:
1. Mewakili
Untuk mewakili kepentingan negara sebagai pengirim kepada negara
penerima
2. Melindungi
Untuk melindungi kepentingan negara dan warga neagara pengirim
pada negara penerima
3. Mengadakan
Untuk mengadakan persetujuan bersama pemerintah dari pihak
negara penerima.
4. Memberikan
Laporan secara berkala mengenai kondisi dan pertumbuhan dalam
bidang ekonomi, militer, serta ilmu pengetahuan maupun lain-lain
pada negara penerima.
5. Meningkatkan
Kerja sama antar dua negara baik kerja sama bilateral, maupun
multilaral.

b. Tujuan negara perwakilan


Tujuan adanya perwakilan di negara lain diantaranya adalah
untuk memelihara kepentingan negaranya di negara lain, dengan begitu
jika terjadi masalah maka setiap perwakilan akan mengambil tindakan
dengan cepat. Selain itu juga untuk melindungi warga negara sendiri
yang bertempat di negara lain, dan juga bertujuan untuk menerima
berbagai pengaduan untuk diberikan kepada neagara penerima.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

- Negara merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang
berlaku bagi semua individu diwilayah tersebut.
- Pemerintahan adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang diwilayah tertentu.

Saran

Dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan,


kami sebagai penulis meminta maaf atas hal tersebut. Kami sebagai penulis
berharap, jika ada saran tolong disampaikan secara pribadi kepada penulis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Busroh, Abu Daud. 2010. Ilmu Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara

Astawa, I Gde Pantja., dan Suprin Na’a. 2009. Memahami Ilmu Negara & Teori Negara.
Bandung: PT Refika Aditama.

Junaidi, Muhammad. 2016. Ilmu Negara Sebuah Konstruksi Ideal Negara Hukum.
Malang: Setara Press

Kencana, Inu. 2013. Ilmu Negara: Kajian Ilmiah dan Kajian Keagamaan. Bandung:
Pustaka Reka Cipta.

16

Anda mungkin juga menyukai