PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai suatu organisasi kekuasaan, negara itu mempunayai bentuk
(Vorm), yang disebut sebagai bentuk negara(staatvorm, forme de staat). Di
dalam negara terdapat penyelenggara negara, yakni pemerintahan negara juga
mempunyai bentuk, yang disebut dengan bentuk pemerintahan(regeringvorm,
forme de gouverment). Urgensi dalam mempelajari bentuk negara dan
pemerintahan ini adalah untuk lebih mengetahui distribusi kekuasaan dalam
negara kedalam wujud kewenangan-kewenangan (bevoegheid) serta dapat
diketahui mekanisme pemerintahan.
Negara perwakilan(diplomatik) merupakan perwakilan yang kegiatannya akan
mewakili negaranya untuk melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara
penerima atau organisasi internasional
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk negara dan pemerintahan di indonesia?
2. Apa fungsi dan tujuan dari negara-negara perwakilan di setiap negara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami bentuk negara dan pemerintahan
indonesia
2. Agar dapat memahami fungsi dan tujuan dari negara-negara perwakilan di
dunia
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi negara
Negara adalah salah satu badan atau organisasi tertinggi yang
mempunyai wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan orang banyak serta mempunyai kewajiban-
kewajiban untuk melindungi, mensejahterakan masyarakatnya, dan
sebagainya. Secara umum negara adalah sekumpulan orang yang
menempati wilayah tertentu dan di organisasi oleh pemerintah
negara sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.
1. Soenarko
Menurut Prof. Mr soenarko, negara merupakan oraganisasi
masyarakat yang mendiami sekaligus memiliki daeraha tertentu.
Kekuasaan daerah berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.
2. Roger H. Soltou
Menyatakan bahwa negara merupakan alat yang berwenang
mengatur sekaligus mengendalikan segala persoalaan bersama atas
nama masyarakat.
3. Jellinek
Definisi negara merupakan sekelompok orang yang mendiami suatu
wilayah tertentu yang dilengkapi dengan kekuasaan pemerintahan.
4. Mac iver
Berpendapat bahwa suatu daerah dapat dikatakan sebagai negara
apabila memiliki tiga unsur, yaitu wilayah, rakyat, dan pemerintahan.
5. Pringgodigdo
Mengemukakan bahwa negara merupakan organisai kekuasaan yang
memiliki pemerintah yang berdaulat, wilayah, serta rakyat sehingga
membentuk suatu bangsa.
6. John locke
Negara adalah suatu badan atau organisasi hasil dari pada perjanjian
masyarakat.
7. Max weber
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu bangsa.
2
c. Unsur-unsur negara
Adapun unsur yang harus dimiliki oleh suatu masyarakat politik supaya
dapat dianggap sebagai ”negara”, yaitu sebagai berikut:
- Harus ada wilayahnya;
- Harus ada rakyatnya;
- Harus ada pemerintahannya, yang berkuasa terhadap seluruh
daerah dan rakyatnya.
- Harus ada tujuannya.
a. Wilayah Negara
Adapun wilayah suatu negara dapat dibagi atas:
- Wilayah darat
- Wilayah laut
- Wilayah udara
b. Rakyat Negara
Adapun rakyat yang termasuk suatu negara, ialah semua orang yang
ada di wilayah negara itu dan yang tunduk pada kekuasaan negara
tersebut.
Asas pokok yang mula-mula dipergunakan sebagai dasar dalam
menentukan termasuk tidaknya seseorang dalam rakyat itu, ialah asas
keturunan (ius-sanguinis).
3
d. Teori bentuk negara
Menurut Grabowsky, bentuk negara berkaitan dengan dasar negara,
susunan, dan tertib suatu negara berhubungan dengan organ tertinggi
dalam neagar itu dan kedudukan masing-masing organ itu dalam
kekuasaan negara. Sedangkan menurut Bagir manan, bentuk negara
menyangkut kerangka bagian luar organisasi negara, yang dibedakan
antara bentuk negara kesatuan dan bentuk negara federal. Teori yang
dikemukakan oleh Plato, Aristoteles, dan Polybios. Mengapa dikatakan
teori-teori klasik tersebut sudah uasng atau ketinggalan zaman? Karena
isinya masih campur aduk antara bentuk negara dengan bentuk
pemerintahan.
Menurut Plato, ada lima macam bentuk negara sesuai dengan
sifat-sifat tertentu dari jiwa manusia. Puncak dari bentuk negara itu
adalah Aristokrasi, yakni bentuk negara yang pemerintahannya di pegang
oleh para cerdik pandai yang dalam menjalankan pemerintahannya
berpedomonan pada keadilan. Para cerdik paandai dan budiman itu
memerintah sesuai dengan pikiran keadialan, segala sesuatu ditujukan
untuk kepentingan bersama, agar keadilan dapat merata. Setelah
aristokrasi, kemudian terjadilah perubahan menjadi Timokrasi. Dalam
timokrasi segala tindakan penguasa hanya dilaksanakan dan ditujukan
untuk kepentingan si penguasa itu sendiri. Oleh karena itu kemudian
kemudian kekuasaan negarah itu jatuh dan dipegang oleh kaum hartwan
dan menimbulkan milik pribadi atau milik partikelir. Oligarki, yaitu
pemerintahan negara yang dipegang oleh orang-orang kaya yang
mempunyai hasrat dan kecenderungan untuk lebih kaya lagi. Keadaan ini
menimbulkan kemelaratan umum, oleh karena itu lalu sebagian besar
anggota masyarakat terdiri dari orang-orang miskin. Sehinggah rakyat
yang terdiri dari orang-orang miskin itu menyadari nasibnya dan
selanjutnya bersatulah mereka untuk memberontak melawan para
hartawan yang memegang pemerintahan.Demokrasi, bentuk negara yang
demikian adalah pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dengan
mengutamakan kepentingan-kepentingan umum yang tidak lain adalah
kepentingan rakyat melalui prinsip kemerdekaan dan kebebasan. Namun
kemerdekaan dan kebebasan yang diberikan itu kemudian
disalahgunakan, sehingga menimbulkan kemerdekaan dan kebebasan
yang tidak terbatas, orang ingin merdeka semerdeka-merdekanya dan
ingin bebas sebebas-bebasnya.
Kondisi bebas dan merdeka yang kebablasan. (euforia kebebasan
dan kemerdekaan) ini yang selanjutnya menimbulkan “Anarki”, yakni
keadaan dimana setiap orang dapat berbuat sesuka hatinya. Orng yang
tidak mau lagi diataur, tidak mau lagi diperintah karena orang ingin
mengatru dan memerintah dirinya sendiri, maka keadaan ini menjadi
kacau balau. Munculnya pemimpin yang keras dan kuat yang mampu
mengatasi kekacauan tersebut kemudian menjadi (diserahi) memimpin
atau memegang pemerintahan, yang berarti pemerintah berada dan hanya
dipegang oleh satu orang saja. Pemerintahan yang demikian inilah yang
disebut dengan “Tyranni”, yakni pemerintahan yang keras dan kuat yang
dipegang oleh satu orang saja dan berhasrat agr tidak ada pesaing bagi
dirinya dalam kekuasaan negara. Untuk itu, penguasa Tyranni ini tidak
segan-segan menyigkirkan atau mengasingkan semua musuh-musuhnya
(musuh politik), dan selalu menekan rakyat.
Menurut Aristoteles, ada tiga bentuk negara masing-masing
bentuk dibagi lagi kedalam dua sifat, yaitu;
4
- Jumlah orang yang memegang pemerintahan;
- Sifat atau tujuan pemerintahannya.
5
melepaskan sebagian kekuasaannya dan menyerahkannya kepada
negara serikat itu.
S.L witman dan J.J Wuest mengemukakan empat ciri kabinet presidensial
yaitu:
6
2. SISTEM PEMERINTAHAN KABINET PARLEMENTER
Kabinet Parlementer yaitu kabinet yang menteri-menterinya masing-
masing bertanggung jawab kepada parlemen, hal ini karena parlemen yang
memilih menteri yang tepat begitu juga perdana menterinya sendiri, anggota
parlemen dapat menjatuhkan setiap kesalahan masing-masing menteri.
Menurut S.L. Witman dan J.J. Wuest ada empat cara pula berkenaan
dengan sistem pemerintahan kabinet parlementer yaitu:
1. Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pembagian kekuasaan
2. Dimana terjadi tanggung jawab berbalas balasan antara eksekutif dan
legislatif, oleh karena itu pihak eksekutif boleh membubarkan parlemen
(legislatif) atau sebaliknya eksekutif sendiri meletakkan jabatan bersama
sama kabinetnya yaitu diwaktu kebijaksanaan pemerintah tidak lagi
dapat diterima oleh kebanyakan suara para anggota sidang yang ada
dalam parlemen (legislatif) tersebut.
3. Dalam hal ini juga terjadi pertanggungjawaban bersama (timbal balik)
antara PM dan kabinetnya.
4. Pihak eksekutif (baik PM maupun para menteri secara perseorangan)
terpilih sebagai kepala pemerintah dan pemegang masing masing
departemen negara, sesuai dengan dukungan suara mayoritas parlemen.
7
4. SISTEM PEMERINTAHAN KABINET KOMUNIS
Istilah pemerintah dalam arti organ dapat pula dibedakan antara pemerintah
dalam arti luas dan pemerintah dalam arti sempit.
8
Ada lima jenis bentuk pemerintahan menurut Plato, kelima bentuk
pemerintahan ini adalah sesuai dengan sifat manusia. Yaitu, ( Aristokrasi,
Timokrasi, Oligarki, Demokrasi dan Tirani ).
9
3. Periode 1950 – 1959
Lama periode : 15 agustus 1950 – 5 juli 1959
Bentuk negara : kesatuan
Bentuk pemerintahan : republik
Sistem pemerintahan : parlementer
Konstitusi : UUDS 1950
4. Periode 1959 – 1966 (demokrasi terpimpin)
Lama periode : 5 juli 1959 – 22 februari 1966
Bentuk negara : kesatuan
Bentuk pemerintahan : republik
Sistem pemerintahan : presidensial
Konstitusi : UUD 1945
5. Periode 1966 – 1998 (orde baru)
Lama periode : 22 februari 1966 – 21 mei 1998
Bentuk negara : kesatuan
Bentuk pemerintahan : presidensial
Konstitusi : UUD 1945
C.TEORI PERWAKILAN
1. Teori Mandat
a. Mandat Imperatif
Menurut ajaran ini si wakil bertugas dan bertindak di Lembaga Perwakilan sesuai
dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak boleh
bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal baru yang tidak
terdapat dalam instruksi tersebut, maka si wakil harus mendapat instruksi baru
yang ai wakilinya baru dapat melaksanakannya. Kalau setiap kali ada masalah
baru harus minta mandat baru, ini berarti meng- hambat tugas Lembaga
Perwakilan tersebut maka lahirlah teori mandat baru yang disebut.
b. Mandat Bebas
10
Ajaran ini dipelopori antara lain oleh Abbe Sieyes di Prancis dan Black Stone di
Inggris. Ajaran ini berpendapat bahwa si wakil dapat bertindak tanpa tergantung
dari instruksi yang di- wakilinya. Menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang
yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukummasya- atat yang
diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang
diwakilinya atau atas nama rakyat Teori ini kemudian berkembang lagi menjadi
c. Mandat representative
2. Teori Organ
Kurang puas dengan teori mandat yang semula berkembang di Prancis, maka para
Sarjana mulai mencari teori baru yang membahas bubungan antara si wakil
dengan yang diwakilinya. Maka muncul pula teori baru Von Gierke yang terkenal
sebagai teori organ. Von Gierke adalah orang Jerman, menurut teori ini negara
merupakan Suatu Organisme yang mempunyai alat-alat perlengkapannya seperti
Eksckutif, Parlemen dan mempunyai rakyat yang kesemua- nya mempunyai
fungsi sendiri-sendiri dan saling tergantung satu sama lain. Maka sesudah rakyat
memilih Lembaga Perwakilan mereka tidak perlu lagi mencampuri Lembaga
tersebut dan Lembaga ini bebas berfungsi sesuai dengan wewenang yang
diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Teori ini didukung oleh Paul Laband dan
Georg Jellinek. Laband menyatakan tidak perlu terlalu mempersoalkan hubungan
antara si wakil dan yang diwakili dari segi hukum Rakyat dan Parlemen adalah
organ yang bersumber pada Undang- undang Dasar dan masing-masing
mempunyai fungsi sendiri-sendiri, jadi tidak perlu melihat hubungan antara organ
perwakilan dan organ rakyat. Rakyat mempunyai hubungan yuridis dengan par-
lemen, yaitu memilih dan membentuk organ Parlemen (Perwakilan) dan setelah
organ tersebut terbentuk maka rakyat tidak perlu turut campur lagi dan organ
tersebut bebas bertindak sesuai fungsinya. Jellinek mengemukakan bahwa rakyat
adalah organ yang primer, akan tetapi organ primer ini tidak dapat menyatakan
kehendaknya maka harus melalui organ sekunder yaitu Parlemen, jadi tidak perlu
mempersoalkanhubungan antara si wakil dengan yang diwakili dari segi hukum.
11
4. Teori Hukum Obyektif dari Leon Duguit
Menurut teori ini dasar daripada hubungan antara rakyat dan Par- lemen adalah
Solidaritas. Wakil rakyat dapat melaksanakan tugas kenegaraanya hanya atas
nama rakyat sedangkan rakyat tak akan dapat melaksanakan tugas-tugas
kenegaraanya tanpa mendukung wakilnya dalam menentukan wewenang
pemerintah jadi ada pembagian kerja, rakyat pasti akan memilih wakilnya dan
Pariemen pasti akan menjalankan tugasnya. Keinginan untuk berkelompok yang
disebut solidaritas merupakan dasar daripada hukum obyektif yang timbul.
Hukum obyektif inilah yang membentuk Lembaga Perwakilan itu menjadi satu
bangunan hukum dan bukan hak-hak yang diberikan kepada mandataris yang
membentuk Lembaga Perwakilan tersebut Akibatnya: ,
a. Rakyat (kelompok) sebagai yang diwakili harus ikut serta dalam pembentukan
badan perwakilan dan cara yang terbaik adalah melalui pemilihan umum yang
menjamin terlaksananya"solidaritas sosial", untuk memungkinkan sebanyak
mungkin orang dalam kelompok tersebut turut menentukan.
b. Kedudukan hukum daripada pemilih dan yang dipilih adalah se- mata-mata
berdasarkan hukum obyektif, jadi tak ada persoalan hak-hak dari masing-masing
kelompok tersebut. Masing-masing harus menjalankan kewajibannya sesuai
dengan hasrat mereka untuk berkelompok dalam negara atas dasar solidaritas
sosial.
Menurut Gilbert Abcarian ada 4 (empat) tipe mengenai hubungan ara si wakil
dengan yang diwakilinya yaitu:
Disini si wakil bertindak sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya, si wakil
selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam
melaksanakan tugasnya.
12
Disini siwakil kadang-kadang bertindak sebagai wali (trustee) dan ada kalanya
bertindak sebagai utusan (delegate). Tindakan- nya tergantung dari assue (materi)
yang dibahas.
Disini si wakil bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari Partai
(Organisasi) si wakil. Setelah si wakil dipilih oleh pemilihnya (yang diwakilinya)
maka lepaslah hubungannya dengan pemiliknya tersebut, dan mulailah
hubungannya dengan partai (organisasi) yang mencalonkannya dalam pemilihan
tersebut.
6. Teori Prof. DR. A. Hoogerwerf (Moh Koesnardi dan Bintan R. Saragih op cit:
189)
Menurut sarjana ini, hubungan antara si wakil dengan yang di- wakilinya ada 5
model yaitu:
Disini si wakil bertindak sebagai yang diperintah seorang kuasa usaha yang harus
menjalankan perintah dari yang diwakilinya.
Disini si wakil bertindak sebagai orang yang diberi kuasa, yang memperoleh
kuasa penuh dari yang diwakilinya, jadi ia dapat bertindak berdasarkan pendirian
sendiri.
c. Model Politicas
d. Model Kesatuan
Anggota Parlemen dilihat sebagai wakil dari kelompok teritorial, Sosial atau
politik tertentu.
13
D. FUNGSI DAN TUJUAN NEGARA PERWAKILAN
a. Fungsi negara perwakilan
Sebagai representasi dari negaranya di negara lain, fungsi
perwakilan sangat besar untuk hubungan negara dengan neagara lain
maupun dengan organisasi internasional.
Berdasarkan konvensi wina pada tahun 1961, pada pasal 3 ayat (1), ada
beberapa fungsi perwakilan yang perlu kita ketahui, sepert:
1. Mewakili
Untuk mewakili kepentingan negara sebagai pengirim kepada negara
penerima
2. Melindungi
Untuk melindungi kepentingan negara dan warga neagara pengirim
pada negara penerima
3. Mengadakan
Untuk mengadakan persetujuan bersama pemerintah dari pihak
negara penerima.
4. Memberikan
Laporan secara berkala mengenai kondisi dan pertumbuhan dalam
bidang ekonomi, militer, serta ilmu pengetahuan maupun lain-lain
pada negara penerima.
5. Meningkatkan
Kerja sama antar dua negara baik kerja sama bilateral, maupun
multilaral.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Negara merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang
berlaku bagi semua individu diwilayah tersebut.
- Pemerintahan adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang diwilayah tertentu.
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Astawa, I Gde Pantja., dan Suprin Na’a. 2009. Memahami Ilmu Negara & Teori Negara.
Bandung: PT Refika Aditama.
Junaidi, Muhammad. 2016. Ilmu Negara Sebuah Konstruksi Ideal Negara Hukum.
Malang: Setara Press
Kencana, Inu. 2013. Ilmu Negara: Kajian Ilmiah dan Kajian Keagamaan. Bandung:
Pustaka Reka Cipta.
16