PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia melalui PERMENKES No. 916 tahun 1997 tentang Pelayanan Dokter
Umum diarahkan menjadi pelayanan Dokter Keluarga. Ilmu Kedokteran Keluarga bertujuan
menghasilkan Dokter Keluarga dimasukkan ke dalam KIPDI, yang merupakan bagian dari
Ilmu Kedokteran Komunitas.
Dengan adanya prinsip utama pelayanan Dokter Keluarga secara holistik, maka perlu
diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi tanggungannya, serta dapat selalu
menjaga kesinambungan pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Salah
satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan amat penting adalah melakukan
kunjungan rumah (home visit) terhadap pasien dan keluarganya.
Pengetahuan tentang latar belakang pasien antara lain lingkungan serta terwujudnya
pelayanan kedokteran menyeluruh dinilai merupakan kunci pokok keberhasilan pelayanan
Dokter Keluarga, maka merupakan kewajiban bagi setiap dokter untuk memahami serta
terampil melakukan kunjungan pasien di rumah.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan berbagai
tahapan dan prosedur kegiatan kunjungan rumah (home visit) melakukan analisis,
pembahasan, simpulan dan saran sebagai pelaporannya, sebagai bagian dari pelayanan Dokter
Keluarga.
E. Manfaat
1
Apabila kunjungan di rumah dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka akan diperoleh
manfaat sebagai berikut :
BAB II
TEKNIS PELAKSANAAN HOME VISIT
B. Strategi Pembelajaran
1. Tahap Persiapan :
a. Pembekalan materi dan cara pengisian form home visit diberikan pada saat
kuliah pengantar.
b. Kegiatan home visit dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari maksimum
4-5 mahasiswa.
- Puskesmas
- Home Visit
c. Tiap dua kelompok di tiap puskesmas dipandu oleh seorang petugas
puskesmas.
d. Jenis kasus dan lokasi home visit sesuai dengan 10 penyakit terbanyak di
wilayah tempat kerja puskesmas masing-masing kelompok.
2. Tahap pelaksanaan :
Home visit dilakukan selama 3 hari untuk mengehui untuk mengetahui keadaan
penyakit pasien (diisi dalam flow sheet). Dalam tahap pelaksanaan yang
dilakukan adalah :
a. Melakukan anamnesis singkat
b. Menyiapkan peralatan dan obat yang diperlukan
4.Tahap penilaian :
Kriteria penilaian meliputi :
a. Mampu melakukan pelayanan kunjungan pasien di rumah
b. Mampu mengisi form hasil kegiatan home visit sesuai dengan panduan
c. Cara penyampaian materi dan media presentasi hasil kunjungan rumah
d. Diskusi dan tanya jawab
3
BAB III
FORMAT LAPORAN
DAFTAR PUSTAKA
Allan H., Lawren A. May, Alber G Muller JR. 1995. Primary Care Medicine. JB
Lipincott Company.
4
Azwar, A. 1999. Pemanfaatan Dokter keluarga dalam Pelayanan Kesehatan
Indonesia.
Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan Pelatihan Dokter
Keluarga. Jakarta : PB IDI.
Family Medicine Team of FM-UGM, FM-UNS, FM-UI, and PDKI Pusat Jakarta.
2009. Family Medicine Education and Development in National Health System.
Yogyakarta : Center of Family Medicine.
Lampiran
5
4 Darsih Anak P 22 th SLTP IRT T
5 Malik Anak L 25 th SLTP Swasta T Menantu
Sumber :..........
Keterangan Keluarga :...............................
6
BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita
KUSTA TIPE PB, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 27 tahun, dimana penderita
merupakan salah satu dari penderita Kusta yang berada di wilayah Puskesmas
Kedundung, Kabupaten Mojokerto, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Mengingat kasus ini beberapa ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas
Kedundung Kabupaten Mojokerto beserta permasalahannya seperti masih kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang Kusta terutama masalah penularannya,resiko dan
mengenai kepatuhan meminum obat Kusta. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis
untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai
pengalaman di lapangan.
Kedung sari 5
Meri 0
Tropodo 1
Balung rawe 2
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Khomari
Umur :,27 th
7
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Alamat :Jl.Kedungsari,gunung gedangan 02/03
Suku : Jawa
Tanggal periksa pertama ke puskesmas : 09/07/2013
Tanggal Home Visit :1.27/02/2014 2.03/03/2014 3.05/03/2014
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Bengkak pada tangan kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn.K berusia 27 tahun mengatakan bahwa tangan sebelah kanan
bengkak,sebelum bengkak awal mulanya timbul bercak kemerahan terlebih dahulu
yang muncul ± sejak 6 bln yang lalu ,bengkak tidak terasa nyeri ,kemudian oleh
penderita dibawa berobat ke tukang pijat, setelah dipijat bengkak mengempis tapi
warna kulit makin lama makin menghitam, dan terasa tebal, dan kulit tidak terasa
gatal,kemudian muncul lagi bercak kemerahan pada kaki sebelah kanan bawah pasien,
bercak terasa tebal, penderita tidak mengeluhkan terasa gatal ataupun nyeri pada
bercak dan bercak pada kaki penderita tidak disertai bengkak.Tidak ada bercak yang
timbul dibagian tubuh lain penderita. Pasien mengatakan saat ini masih dalam
perawatan,dan mendapat obat dari puskesmas setiap bulan yang diminum 1x sehari
dan pasien rutin kontrol ke puskesmas dan meminum obat secara rutin sekarang
blister ke-8. Pasien menyangkal adanya rontok bulu mata, alis, dan demam.
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-),likenifikasi (+),ulkus (+)
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada
kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),
ketajaman baik,lafgothalmus (-)
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah (-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri
perut (-),BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah biasa
9
12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi :87x/mnt
Pernafasan :20x/mnt
Suhu :36 ºC
Tensi : 120/80 mmHg
Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB :50 kg
TB :160 cm
3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik(-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi
m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik
wajah/bells palsy (-)
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+),
warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-).
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam
batas normal
8. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher : JVP (5+2) cmH2O tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
10
10. Thoraks
Simetris/asimetris, retraksi interkostal (+/-), retraksi subkostal (+/-)
a. Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung, kesan : tidak melebar
A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
K 5 5 T N N RF N N RP - -
5 5 N N N N - -
KEKUATAN TONUS REFLEKS REFLEKS
OTOT FISIOLOGIS PATOLOGIS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Sensoris : Dengan menggunakan kertas yang dilinting dan digoreskan pada lesi
Tes pensil tinta : Tidak dilakukan
Tes Serologis : Skin Smear Test (+2) dilakukan pada tgl 08/07/2013
G. RESUME
Seorang laki-laki usia 27 tahun dengan keluhan muncul bercak kemerahan
pada tangan sebelah kanan yang kemudian menjadi bengkak ± sejak 6 bln yang
lalu,bengkak tidak disertai rasa nyeri,kemudian pasien berobat ke tukang pijat,setelah
dipijit bengkak mengempis tapi warna kulit menghitam, dan lama kelamaan terasa
tebal,kulit tidak terasa apa-apa waktu tercubit dan tidak terasa gatal. Penderita adalah
anak ketiga dari pasangan suami istri, Tn. L dan Ny. S Ayah dan ibu penderita tinggal
di sebuah rumah yang berpenghuni 5 orang termasuk penderita.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos
mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T:120/80 mmHg, N: 87 x/menit, Rr: 20
x/menit, S:360C, BB:50 kg, TB:160 cm, status gizi Gizi kurang. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan Likenifikasi pada tangan dan kaki (+/-), ulkus pada kaki kanan (+). Pada
pemeriksaan penunjang tes sensoris (+).
12
H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
1. Diagnosis Biologis : a. Kusta type MB
b.Status Gizi rendah
2. Diagnosis Psikologis : -
3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya :
a. Status ekonomi kurang.
b. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.
c. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.
I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa / Non Farmakologis :
a. Bed Rest tidak total
Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang dapat mengurangi
daya tahan tubuh penderita serta banyak istirahat.
b.Avoidance
Diharapkan agar tangan ataupun bagian tubuh yang lain penderita jangan
sampai terjadi luka. Karena luka-luka ditangan biasanya disebabkan hanya
oleh kelalaian misalnya ; terbakar oleh api rokok,terkena benda panas atau api
pada waktu memasak atau lecet-lecet ketika rnengerjakan sesuatu, karena alat
yang bergagang (berpegangan) kasar dan keras
c.Olah raga
Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan
olah raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan sekitar.
d. Mengurangi stress tertentu
Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk
kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak memberikan
perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang, dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e. Perawatan Diri
Diharapkan untuk penderita supaya merawat diri seperti memberikan lotion
pada kulit yang terinfeksi supaya kulit tidak kering dan pecah-pecah akibat
kelenjar keringat yang mengalami gangguan sekresi bias pula dengan
merendam bagian kulit yang kering atau luka kemudian mengoleskan minyak
13
goreng atau minyak kelapa yang dioleskan secara teratur dan merawat ulkus
dengan cara merendam dengan air hangat dan kemudian digosok dengan
menggunakan kasa.
2. Medikamentosa / Farmakologis :
MDT-MB 12 blister dalam waktu 12-18 bulan
J. FOLLOW UP
Tanggal : 27 February 2014
S : Penderita merasa tangan dan kaki terasa tebal dan terdapat ulkus pada kaki kanan
bawah, nyeri (-),pusing (-),mual (-), makan (+) baik,mual (-)
O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :T : 120/80 mmHg R :20 x/menit
N : 87 x/menit S :36 0C
Pulmo : dbn
N : 88 x/menit S :36 0C
Pulmo : dbn
S : Penderita masih merasa tangan dan kaki terasa tebal dan luka pada kaki kanan bawah
(+), nyeri (-),pusing (-),mual (-), makan (+) baik,mual (-)
O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :T : 120/80 mmHg R :21 x/menit
N : 87 x/menit S :36 0C
Pulmo : dbn
15
- Pemeriksaan anastesi terhadap rasa nyeri pada tempat lesi (+)
dari pada kulit normal.
Keterangan :
S = Data Subjektif
Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh pasien
O = Data Objektif
Berbagai tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis, meliputi data
fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik laboratorium.
A = Pengkajian (Assesment)
Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan masalah pasien.
P = Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan datang dari intervensi tindakan
untuk
mencapai status kesehatan optimal.
FLOW SHEET
Nama : Tn. Khomari
Diagnosis : Kusta Type MB
16
BAB II
IDENTIFIKASI BERBAGAI FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis :
Keluarga terdiri dari penderita, Ibu (Ny.S,55 tahun), Saudara laki-
laki/Kakak (Tn.K,29 tahun), Saudara perempuan/Adik(Ny.D,22 tahun), dan Adik
ipar (Tn.M, 25 tahun). Ayah penderita meninggal sekitar 5 tahun karena usia tua.
Penderita tinggal serumah ibu, kakak laki-laki, dan adik perempuan dan adik ipar
laki-laki..
2. Fungsi Psikologis :
Tn.K tinggal serumah dengan ibu,kakak laki-laki,dan adik perempuan dan
adik ipar laki-laki (Ny.Sumiyati, T.Khoiri, Ny.Darsih, Tn.Malik). Hubungan keluarga
mereka terjalin cukup akrab, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat
17
diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara
satu dengan yang lain. Penderita adalah karyawan dari pabrik meubel di daerah
Kedundung yang durasi kerjanya dari pagi hingga sore hari. Penderita merupakan
salah satu dari tulang punggung di keluarga selain kakak penderita. Permasalahan
yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah dan dicari jalan tengah,
serta dibiasakan sikap saling tolong menolong baik fisik, mental, maupun jika ada
salah seorang di antaranya yang menderita kesusahan. Meskipun penghasilan mereka
tak berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan semuanya
kepada Tuhan
3. Fungsi Sosial :
Penderita adalah seorang pemuda pendiam dan agak pemalu, anggota
masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat.
Kedua orang tua penderita kurang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat karena
lebih senang berada di rumah, namun penderita tetap mengikuti kegiatan lainnya
seperti gotong royong dan ronda. Dalam kesehariannya penderita bergaul dengan
masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat yang lain. Kegiatan-
kegiatan yang harus mengeluarkan biaya terlalu tinggi merupakan faktor penghambat
lain bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial, selain karena merasa kurang
mampu baik dari materi maupun status sosial.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan :
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari penderita yang bekerja di
pabrik meubel dan kakak penderita dengan total penghasilan sebesar ±Rp 900.000,00
perbulannya.
Penghasailan tersebut juga digunakan untuk membiayai ibu dan satu orang adik
perempuan yang tinggal serumah dengan penderita. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti
makan, minum, air atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan
tidak pernah menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti
biaya pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan air dengan menggunakan pompa air.
Untuk memasak memakai kompor minyak atau kayu bakar. Makan sehari-hari lauk pauk,
kadang daging, buah dan frekuensi makan kadang-kadang 2-3 kali. Kalau ada keluarga
yang sakit biasa berobat ke puskesmas, dan penderita sudah mempunyai kartu sehat
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi :
Penderita termasuk anak yang tertutup,hanya menceritakan permasalahannya
kepada ibunya karena penderita merasa nyaman untuk bercerita pada ibunya,penderita
juga dekat dengan ayahnya sewaktu ayah masih hidup.
18
B. APGAR SCORE
1. Adaptation
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali
membicarakannya kepada ibunya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan
menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang sekolah.
Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari baik waktu bekerja dan
pada saat dirumah. Dukungan dari orang-orang orang tua, keluarga dan petugas
kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepadanya, keluarganya yang menjaganya
sangat memberinya motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, karena penderita dan
keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan sampai
sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai terjadi putus obat agar tidak terjadi relaps
atau kambuh kembali. Hal ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi
obat
2. Partnership
Tn. K mengerti bahwa ia adalah salah satu harapan keluarga karena selain sebagai tulang
punggung keluarga penderita adalah seorang pekerja keras dan disayang oleh ibunya.
Selain itu ibu dan keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali,
komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.
3. Growth
Tn. K sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggunya terutama dalam pergaulan di masyarakat karena membuatnya kurang
percaya diri.
4. Affection
Tn. K merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan ibu cukup meskipun
hanya berada dirumah setelah bekerja. Bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah.
Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
5. Resolve
Tn. K merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
keluarganya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena penderita harus bekerja
dan kadang harus melembur sampai malam. Pada hari minggu atau hari libur besar lebih
banyak dihabiskan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga di rumah.
19
APGAR Tn. Khomari Sering Kadang Jarang/tidak
/selalu -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
20
C. SCREEM Tn.Khomari
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga +
dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat
cukup meskipun banyak keterbatasan.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini +
dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara yang bersifat
hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa,
tata krama dan kesopanan
Religius Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran -
Agama menawarkan
agama kurang, hal ini dapat dilihat dari penderita dan
pengalaman spiritual
yang baik untuk orang tua hanya menjalankan sholat sesekali saja. Sebelum
ketenangan individu
sakit penderita rutin belajar mengaji di sore hari di masjid
yang tidak
didapatkan dari yang dekat rumah.
lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, +
untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski
belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup
Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat +
pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas
pendidikan seperti buku-buku, koran terbatas.
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih +
Pelayanan kesehatan
baik Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini
puskesmas
biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah
memberikan
dijangkau karena letaknya dekat.
21
perhatian khusus
terhadap kasus
penderita
22
X
Tn.Lamijo/5 th
Ny.Sumiyati/55 th
Tn. Khomari/27 th
Etnis Jawa
Ibu Rumah Tangga
Karyawan pabrik
Etnis Jawa
Etnis Jawa
Tn.Khomari
23
Jawab :
Ibu merawat penderita dan mensupport penderita saat sakit
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?
Jawab :
Ayah sudah meninggal dunia sebelum penderita sakit
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab :
Tidak Ada
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Dibutuhkan ijin ibu karena beliaulah satu-satunya orang tua yang tersisa disamping
itu beliau adalah anggota keluarga yang paling dekat
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu. Walaupun waktu yang
tersedia untuk bertemu ibu tidak banyak namun penderita selalu menyampaikan
keinginannya ataupun keluhannya kepada ibu
6. Selanjutnya siapa ?
Jawab :
Tidak ada karena kakak penderita maupun adik penderita sibuk.
7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab :
Adik penderita karena dia pemalu.
8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Tidak ada, karena sebagian besar keputusan di dalam keluarga diputuskan bersama.
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Tidak ada, karena keluarga penderita saling mendukung.
24
BAB III
IDENTIFIKASI BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
25
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke
bawah. Keluarga ini memiliki dua sumber penghasilan yaitu dari penderita dan
kakak penderita dan warung milik keluarga. Dari total semua penghasilan tersebut
keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua
kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebuthan sekunder dan tertier. Rumah yang
dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada kekurangan dalam pemenuhan
standar kesehatan. Beberapa lantai sudah diubin dan beberapa dilapisi oleh semen,
pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang, serta belum adanya got pembuangan
limbah keluarga. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada
di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika
sakit adalah Puskesmas Kedundung.
2. Denah Rumah :
26
27
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. Kusta type MB
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan penderita yang kurang tentang penyakit penderita
d. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain
2. Faktor risiko :
a. Status gizi kurang
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
Kondisi ekonomi
lemah
29
akibat penyakitnya (KUSTA) terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian
konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga
diet TKTP yang benar dalam rangka mencapai berat badan ideal, pentingnya olah raga
yang teratur dan sebagainya.
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa ia
bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa
tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol,
keteraturan minum obat, diet yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang
perlu dilakukan.
5. Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
MORBUS HANSEN (KUSTA)
A. Definisi
Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai
dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada
tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.
B. Sejarah
Pendapat kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan
tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks.
Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah
sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan
penyakit keturunan atau kutukan Tuhan.
C. Penyebaran Penyakit Kusta
Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian
menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karena perang,
penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau. Berdasarkan pemeriksaan
kerangka-kerangka manusia di Skandinavia diketahui bahwa penderita kusta ini
31
dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat. Penyakit ini masuk ke Indonesia
diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang
datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang.
D. Penyebab Penyakit Kusta
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium,
dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap
dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil
“tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism
patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang
menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion
E. Epidemiologi Penyakit Kusta
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda
tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni
selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta
adalah:
a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah
mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun,
keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak
yang lama dan berulang-ulang. Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini
bukanlah merupakan faktor yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di
terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti
halnya penyakit-penyaki terinfeksi lainnya. Menurut Cocrane (1959), terlalu
sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-kasus
lepra terbuka. Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan
perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau
keganasan Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu
faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :
Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti
Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
32
Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan
tingkat sosial ekonomi rendah
Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat
F. Tanda-tanda Penyakit Kusta
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau
tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda
secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:
Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia Pada bercak putih ini
pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak. Adanya
pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta
peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit Alis rambut
rontok Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).
Gejala-gejala umum pada lepra, reaksi :
Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
Anoreksia.
Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
Cephalgia.
Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.
Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.
Neuritis.
NO TANDA/GEJALA PB MB
34
1.Bercak (makula mati
rasa)
e.Kehilangan rasa pada Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas,jika ada terjadi
bercak yang sudah lanjut
Kehilangan kemampuan Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas,jika ada,terjadi
berkeringat,bulu rontok yang sudah lanjut
pada bercak
2. Infiltrat PB MB
35
c. Ciri-ciri Central healing(penyembuhan di-Punched out lesion(lesi bentuk seperti
tengah) donat)
-Madarosis
-Ginekomasti
-Hidung pelana
-Suara sengau
CARDINAL SIGN
BTA OBSERVASI
3-6 BULAN
Bercak≤5, Bercak >5
saraf 1 Saraf >1
BTA (-) BTA (+)
CARDINAL
SIGN
RUJUK
37
sesuai dengan peraturan maka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment),
yang berarti tidak perlu lagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh.
Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan harus :
a) Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada lembaran tambahan RFT secara
teliti.
Semua bercak masih Nampak
Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.
Semua syaraf yang masih tebal.
Semua cacat yang masih ada
Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya diambil maka penderita
langsungdinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin semar).
b) Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin semar dibuku register
Pada waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberi
penjelasan tentang arti dan maksud RFT, yaitu :
- Pengobatan telah selesai.
- Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampai
luka.
- Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan
ulang.
38
lembab. Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita
tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada
obat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan
demikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada
setiap orang,materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan
berisikan pengajaran bahwa :
a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
b. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
c. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain
d.Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan
secara teratur
e. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik
J. MASALAH-MASALAH YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENYAKIT KUSTA
Seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami
trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara lain sebagai
berikut :
a. Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.
b.Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau
keluarganya menderita penyakit kusta
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
Tn. K (27 tahun), menderita penyakit Kusta type PB (dalam pengobatan
fase intensif)
Status gizi Tn. K berdasarkan NCHS termasuk dalam kategori Gizi kurang
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. K tidak sehat
2. Segi fisik :
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin
cukup akrab, harmonis, dan hangat
Pengetahuan akan Kusta yang masih kurang yang berhubungan dengan tingkat
pendidikan yang masih rendah
39
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung untuk
penyembuhan penyakit tersebut
3. Segi Psikologis :
Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang
berpengaruh pada ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan informasi
tentang kesehatan keluarga juga untuk dapat mempunyai fasilitas sanitasi,
rumah yang sesuai dengan standart kesehatan
4. Segi Sosial :
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. K tidak sehat
SARAN
1. Untuk masalah medis (Kusta) dilakukan langkah-langkah :
Preventif : Melindungi dan menjaga tangan yang anastesi (mungkin pula
yang telah cacat). Agar jangan tangannya sampai terjadi luka. Karena luka-
luka ditangan biasanya disebabkan hanya oleh kelalaian misalnya ; terbakar
oleh api rokok,terkena benda panas atau api pada waktu memasak atau lecet-
lecet ketika rnengerjakan sesuatu, karena alat yang bergagang (berpegangan)
kasar dan keras.
Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai Kusta dan
pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.
Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan fase intensif dengan
menggunakan MDT-MB
Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Tn.K sehingga tetap memiliki
semangat untuk sembuh dan bekerja dengan baik.
2. Untuk masalah status gizi yang masuk kategori Gizi kurang, dilakukan .langkah-
langkah
Promotif : edukasi penderita mengenai pola makan yang memenuhi gizi yang
seimbang dan diberi pengarahan agar dalam menyiapkan makanan sehari-hari
selalu memperhatikan masalah gizi makanannya dan kebersihannya,
diusahakan yang sederhana tetapi mengandung gizi yang cukup.
Kuratif : mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kalori dan
protein untuk menjaga daya tahan tubuh. Konsumsi protein yang mencukupi,
seperti dari tempe, tahu dan daging-dagingan atau ikan.
3. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat dilakukan
langkah-langkah :
40
Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka jendela
tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan rumah. Lantai hendaknya diplester atau diganti dengan ubin agar
mudah dibersihkan.
4. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :
Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan
memperoleh pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat kemampuan
wanita untuk membina keluarganya, sehingga diharapkan pada masa yang
akan datang dapat terlepas dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan
pendapatan memungkinkan untuk dapat membeli makanan yang lebih baik,
kondisi pemukiman yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih
baik.
1. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua, Cetakan Pertama.
EGC : Jakarta. 2005.
2. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2006. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta. 2008
3. WHO. Guide to Eliminate Leprosy as A Public Health Problem. First Edition. World
Health Organization : USA. 2000. Accessed on February 20, 2013. Available at :
http://www.who.int/lep/resources/Guide_Int_E.pdf
4. Djuanda, S. Hamzah, M. Aisah, S. editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Keenam, Cetakan Kedua. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Jakarta. 2011
5. ILEP. How to Diagnose and Treat Leprosy. The International Federation of Anti-Leprosy
Association : London. 2002. Accessed on February 20, 2013. Available at :
http://www.ilep.org.uk/fileadmin/uploads/Documents/Learning_Guides/lg1eng.pdf
41
6. Wolff, K. Goldsmith, L.A. Katz, S.I. Gilchrest, B.A. Paller, A.S. Leffel, D.J. editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-Hill : New
York. 2008.
42