Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PRE-EKLAMSIA

A. PENGERTIAN

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-
tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Prawirohardjo, 2008).

Pre eklamasi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal.(Bobak Lowdermilk,Jensen.2004)

Pre eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006).
Sebelumnya, edema termasuk ke dalam salah satu kriteria diagnosis preeklampsia, namun
sekarang tidak lagi dimasukkan ke dalam kriteria diagnosis, karena pada wanita hamil
umum ditemukan adanya edema, terutama di tungkai, karena adanya stasis pembuluh
darah.

B. ETIOLOGI

Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga
penyakit ini disebut dengan “The Diseases of Theories”.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :

1. Faktor Trofoblast

Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkinan terjadinya


Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa. Teori ini
didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik
setelah plasenta lahir.

2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan “Blocking Antibodies” terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak menguntungkan terhadap
Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan “Blocking
Antibodies” akan lebih banyak akibat respos imunitas pada kehamilan
sebelumnya, seperti respons imunisasi.

Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem


imun pada penderita Preeklampsia-Eklampsia :

a. Beberapa wanita dengan Preeklampsia-Eklampsia mempunyai komplek imun


dalam serum.
b. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada
Preeklampsia-Eklampsia diikuti dengan proteinuri.

Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan


bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada Preeklampsia,
tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan Preeklampsia.

3. Faktor Hormonal

Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron antagonis,


sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang menyebabkan retensi
air dan natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan Edema.

4. Faktor Genetik

Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia bersifat


diturunkan melalui gen resesif tunggal.2 Beberapa bukti yang menunjukkan peran
faktor genetic pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain:

a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.


b. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia
pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-Eklampsia.
c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anak
dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan bukan pada
ipar mereka.
5. Faktor Gizi

Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung asam
lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis
Prostaglandin akan menyebabkan “Loss Angiotensin Refraktoriness” yang
memicu terjadinya preeklampsia.

6. Jumlah primigravida, terutama primigravida muda


7. Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa
8. Penyakit yang menyertai hamil : diabetes melitus, kegemukan,penyakit
ginjal,penyakit pembuluh darah kolagen
9. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun

( Ida Bagus. 1998).

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi pre eklamasia :
a. Pre-eklamasia Ringan
Timbulnya hipertensi yaitu 140/110 mmHg yang disertai proteinuria dan atau
edema umur kehamilan 20 minggu
b. Pre-eklamasia berat
Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥160/110
disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan ≥20
minggu.(Prawirohardjo.2002)

D. PATOFISIOLOGI

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

Preeklamsia berat dihubungkan dengan kerusakan endotelial vaskuler yang


disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirlulasi arteri terganggu
olehadanya area konstriksi dan dilatasi yang bergantian. Kerusakan endoterial
menyebabkan kebocoran plasma kedalam ruang ekstravaskuler dan memungkinkan
terjadinya agregasi trombosit. Tekanan osmotik koloid menurun saat protein masuk
keruang ekstravaskuler, dan wanita beresiko mengalami hipovolemia dan perubahan
perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema paru dapat terjadi paru non kardiogenik atau
kardiogenik. Edema paru non kardiogenik terjadi karena kapiler pulmonari menjadi
lebih permeabel dan rentang terhadap kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik
terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan
ini terjadi karena penumpukan cairan dalam bantalan pulmonari. Vasospasmen arteri
dan kerusakan endotelial juga mengurangi perfusi keginjal. Penurunan perfusi
keginjal menyebabkan penurunan GFR dan oliguria. Kerusakan endotelial kapiler
glomerulus memungkinkan protein menembus membran kapiler dan masuk kedalam
urine, yang menyebabkan proteinuria, peningkatan nitrogen urea darah dan
peningkatan kreatinin serum. Hati juga terpengaruh oleh vasospasme multisistem dan
kerusakan endotelial. Penurunan perfusi kehati menyebabkan iskemik dan nekrosis.
(Patricia dkk,2013)

E. CLINICAL PATHWAY

F. TANDA dan GEJALA

Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan :

1. Pertambahan berat badan yang berlebihan

2. Diikuti edema

3. Hipertensi

4. Akhirnya proteinuria.
Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif.

Pada pre eklampsia berat didapatkan :

1. Sakit kepala terutama di daerah frontal

2. Gangguan mata, penglihatan kabur

3. Rasa nyeri di daerah epigastrium

4. Mual atau muntah

5. Gangguan pernapasan sampai sianosis

6. Terjadinya gangguan kesadaran.

Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul.

Perbedaan Pre-Eklamasia Berat dan Ringan


No Pre-Eklamasia Ringan Pre-Eklamasia Berat

(1) (2) (3) (4)

1. Efek dari ibu tekanan Peningkatan tekanan Peningkatan menjadi ≥160


darah darah sistolik sebesar – 220mmHg pada dua kali
30mmHg/lebih pemeriksaan dengan jarak 6
peningkatan tekanan jam pada ibu hamil yang
darah sebsar beristirahat ditempat tidur
140/90mmHg dua kali
dengan jarak 6 jam
2. MAP(Mean Arterial 140/90=107 160/110=127
Pressure)
3. Peningkatan berat Peningkatan BB >0.5 Sama seperti pre-eklamasia
badan kg/minggu selama ringan
trimester kedua dan
ketiga atau
peningkatan BB yang
tiba-tiba sebesar 2kg
setiap bulan
4. Proteinuria dipstik Proteinuria sebesar Proteinuria 5-10 g/liter
kualitatif analisa 300mg/liter dalam24 dalam 24 jam atau ≥+2
kuantitatif 24 jam jam atau lebih dari 1 protein dengn dipstik
g/liter secara random
urn siang hari yang
dikumpulkan pada dua
watu dengan jarak 6
jam karena kehilangan
protein adalah
bervariasi dengan
dipstik ,nilai
bervariasi dari sedikit
sampai +1
5. edema Edema Edema umum,bengkak
dependen,bengak di semakin
mata,wajah jari jelas,dimata,wajah,jari,bunyi
paru bisa terdengar

6. Releks Hiperreleks +3,tidak Hipereleks+3 atau lebih


ada klonus di klonus di pergelangan kaki
pergelangan kaki
7. Haluaran Urine Keluaran masukan Oliguria <30ml/jam atau
≥30 ml/jam 120 ml/24jam

8. Nyeri kepala sementara Berat

9. Nyeri ulu hati Tidak ada Ada

10. Kreatinin Normal Meningkat

11. Hematokrit Meningkat Meningkat


12. Efek pada janin Menurun Perfusi menurundinyatakan
perfusi plasenta sebagai IUGR pada
fetus,DJJ=deselarasi lambat.

13. Premature plasenta Tidak jelas Pada waktu lahir plasenta


aging terlihat lebih kecil daripada
plasenta yang normal untuk
usia kehamilan premature
aging kehamilan terliat jelas
dengan berbagai
daerah,banyak terdapat
nekrosis

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Tes kimia darah
b. Radiologi
1. Ultrasonografi
2. Kardiotografi

H. PENCEGAHAN
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti,mengenali tanda-
tanda sedini mungkin (pre-eklamasi ringan),lalu diberikan pengobatan yang cukup
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklamasi kalau ada
faktor-faktor presdiposisi.
c. Berikan penerangan tentang manaat istirahat dan tidur,ketenangan,serta
pentingnya mengatur diit rendah garamlemak,serta karbohidrat dan tinggi protein
juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
I. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan pre-eklamasis:
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah.
b. Mencegah progesiitas penyakit menjadi eklamsia.
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,pertumbuhan janin
terlambat,hipoksia sampai kematian janin).
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat segera mungkin setelah
matur,atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.

1) Penatalaksanaan medis
Pada penderita yang sudah masuk ke rumah sakit dengan tanda-tanda dan gejala-
gejala preeklamsi berat segera harus di beri sedativa yang kuat untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang.

Sebagai tindakan pengobatan untuk mencegah kejang-kejang dapat di berikan:


1. Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikan
intramuskulus bokonh kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat di
ulang 4 gr tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus hanya
diberikan bila diuresis baik, reflek patella positif, dan kecepatan pernafasan
lebih dari 16 per menit. Obat tersebut selain menenangkan, juga menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan diuresis.
2. Klopromazin 50 mg intramuskulus.
3. Diazepam 20 mg intramuskulus

Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian MgSO4 tidak
dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml, max. 120 mg/24 jam. Jika
dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat di ruang ICU.

Sebagai tindakan pengobatan untuk menurunkan tekanan darah:

1. Anti hipertensi
a. Tekanan darah sistolis > 180 mmHg, diastolis > 110 mmHg. Sasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis < 105 mmHg (bukan kurang 90
mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.
Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah.
d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual atau oral. Obat pilihan adalah nifedipin
yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam.

2. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.

Penggunaan obat hipotensif pada pre-eklamsia berat diperlukan karena dengan


menurunnya tekanan darah kemungkinan kejang dan apolpeksia serebri
menjadi lebih kecil. Apabila terdapat oliguria, sebaiknya penderita diberi
glukosa 20% secara intravena. Obat diuretika tidak si berikan secar rutin

2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
1.Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2.Mencegah progresifitas penyakit menjadi eclampsia
3.Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4.Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin
setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih
berat jika persalinan ditunda lebih lama.

b) Penatalaksanaan preeklamasi Ringan


1. Kehamilan kurang dari 37 minggu. (Saifuddin et al. 2002)

Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :


a. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi
janin.
b. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
preeklampsia dan eklampsia.
c. Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan tekanan pada
vena cava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan
menambah curah jnatung.
d. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
e. Tidak perlu diberi obat-obatan.
f. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
 Diet biasa
 Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria)
sekali sehari.
 Tidak perlu diberi obat-obatan.
 Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut.
 Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan :
- Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia berat.
- Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat;
g. Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.Jika tidak ada tanda-
tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan dan observasi
kesehatan janin.
h. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan. Jika tidak rawat sampai aterm.
i. Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai PE berat.

2. Kehamilan lebih dari 37 minggu


a. Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter Foley atau lakukan seksio sesarea.
c) Penatalaksanaan Preeklampsia Berat

Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan,


pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat
untuk persalinan. (Angsar MD, 2009; Saifuddin et al. 2002):

- Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).


- Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
- Pemberian obat antikejang.
- Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,
payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
- Pemberian antihipertensi

Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan darah,
untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan cut off yang
dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo
Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan
sistolik ≥ 180 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.

d) Pemberian glukokortikoid

Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu.


Diberikan pada kehamilan 32 – 34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan
pada sindrom HELLP.

J. KOMPLIKASI
a. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim
b. Hemolisis
Gejala kliniknya berupa iterik.Diduga terkait nekrosis periportal hati pada
penderita pre-eklamsia.
c. Perdarahan otak
Merupakan penyebab utama kemaian maternal penderita ekamsia
d. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi.Perdarahan pada penderita dapat
ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukan adanya apopleksia
serebri.
e. Edema paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi.Kadang-kadang ditemukan abses paru-
paru
f. Nekrosis hati
Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum.Diketahui dengan
pemeriksaan fungsi hati,terutama dengan enzim.
g. Sindrom HELLP(hemofisis,elevated liver enzymes dan low platelet)
h. Kelainan ginjal
Berupa endoteliosis glumerolus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial
tubulus ginjal tanpa kelinan struktur lainnya.Bisa juga terjadi anuria atau gagal
ginjal
i. DIC(Disseminated Intravascular Coagulation)
DIC adalah gangguan serius yang terjadi pada mekanisme pembekuan darah pada
tubuh
j. Komplikasi pada janin berhubngan dengan akut atau kronisnya insufisiensi
uteroplasental,misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :

1) Data Subjektif
a) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun
atau > 35 tahun
b) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi,
oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur
c) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
d) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
e) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
f) Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.

2) Data Objektif
a) Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress
4. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM ( jika refleks + )
b) Pemeriksaan penunjang
1. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,
diukur 2 kali dengan interval 6 jam
2. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream
( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada
skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
3. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
4. USG : untuk mengetahui keadaan janin
5. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
kardiak output sekunder terhadap vasopasme pembuluh darah.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penimbunan cairan pada
paru: oedem paru.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran balik
vena, payah jantung.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glomerolus skunder terhadap penurunan kardiak output.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis: penumpukkan ion
Hidrogen
7. Risiko cedera pada ibu berhubungan dengan diplopia

C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
kardiak output sekunder terhadap vasopasme pembuluh darah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan elama 1x24 jam


diharapkan perfusi jaringan serebral klien adekuat

Intervensi :

a) Monitor tekanan darah tiap 4 jam


R/: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
b) Catat tingkat kesadaran pasien
R/: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
d) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/: Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi
R/: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penimbunan cairan pada


paru: oedem paru.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pertukaran gas adekuat.

Intervensi:

a) Auskultasi bunyi jantung dan paru


R/: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b) Kaji adanya hipertensi
R/ : Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-
renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala
0-10)
R/: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d) Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
e) R/: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran balik


vena, payah jantung.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan curah jantung dapat adekuat.
Intervensi:

a) Observasi EKG atau telematri untuk perubahan irama.


R/: Perubahan pada fungsi eletromekanis dapat menjadi bukti pada
respon terhadap berlanjutnya gagal ginjal/akumulasi toksin dan
ketidakseimbangan elektrolit.
b) Selidiki laporan kram otot kebas/kesemutan pada jari, dengan kejang
otot, hiperlefleksia.
R/ :Neuromuskular indikator hipokalemia, yang dapat juga
mempengaruhi kontraktilitas dan fungsi jantung.
c) Pertahankan tirah baring atau dorong istirahat adekuat
R/ :Menurunkan konsumsi oksigen/kerja jantung.

Kolaborasi:
d) Awasi pemeriksaan laboratorium: kalium, kalsium, magnesium.
R/: Selama fase oliguria, hiperkalemia dapat terjadi tetapi menjadi
hipokalemia pada fase diuretik atau perbaikan.
e) Berikan/batasi cairan sesuai indikasi.
R/: Curah jantung tergantung pada volume sirkulasi (dipengaruhi oleh
kelebihan dan kekurangan cairan) dan fungsi otot miokardial.
f) Berikan tambahan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi.
R/: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardial
untuk menurunkan kerja jantung dan hipoksia seluler.

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi


glomerolus skunder terhadap penurunan cardiac output.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak
terjadi kelebihan volume cairan
dengan kriteria hasil: klien menunjukkan haluaran urin tepat dengan berat
jenis/hasil laboratorium mendekati normal, berat badan stabil, tanda vital
dalam batas normal, tak ada edema.

Intervensi:

a. Awasi denyut jantung, TD, dan CVP.


R/: Takikardia dan hipertensi terjadi karena a) kegagalan ginjal untuk
mengeluarkan urin, b) pembatasan cairan berlebihan selama mengobati
hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguria gagal ginjal dan
perubahan pada sisten renin-angiotensin.

b) Catat pemasukan dan pengeluaran akurat.


R/: Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, penggantian cairan dan
penurunan resiko kelebihan cairan dan penurunan resiko kelebihan
cairan.

c) Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema. evaluasi derajat edema
(pada skala +1 sampai +4).
R/: Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh
contoh tangan, kaki, area lumbosakral. BB pasien dapat meningkat
sampai 4,5 kg cairan sebelum edema pitting terdeteksi. Edema
periorbital dapat menunjukkan tanda perpindahan cairan ini karena
jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh akumulasi cairan walaupun
minimal.

d) Kaji tingkat kesadaran , selidiki perubahan mental, adanya gelisah.


R/ Dapat menunjukkan perpindahan cairan, akumulasi toksin asidosis,
ketidakseimbangan elektrolit atau terjadinya hipoksia.
Kolaborasi

e) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh: BUN, kreatinin, natrium dan


kretinin urin, natrium serum, kalium serum, Hb/Ht, foto dada.
R/ Mengkaji berlanjutnya dan penanganan disfungsi/gagal ginjal.

f) Siapkan untuk dialisis sesuai indikasi.


R/ Dilakukan untuk memperbaiki kelebihan volume, ketidak
seimbangan elektrolit, asam/basa dan untuk menghilangkan toksin.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 12x24 jam
diharapkan klien menunjukkan toleransi aktivitas.
Intervensi :
a) Tingkatkan tirah baring /duduk, berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung sesuai keperluan.
b) R/: Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang
digunakan untuk penyembuihan.
c) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
d) R/: Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada
area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
e) Lakukan tugas dengan cepat sesuai toleransi
f) R/: Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
g) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang
jarak sendi pasif /aktif.
h) R/: Tirah baring lama menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi
karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : penumpukkan ion


Hidrogen
Tujuan : setelah dilakukan tindakn keperaeatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri klien berkurang.
Intervensi :
a) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/: Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya
b) Jelaskan penyebab nyerinya
R/: Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
c) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/: Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan
02 pada jaringan terpenuhi
d) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/: untuk mengalihkan perhatian pasien

7. Risiko cedera pada ibu berhubungan dengan diplopia


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan resiko cidera tidak terjadi.
Intervensi :
a) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
b) Catat tingkat kesadaran pasien
R/: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
d) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/: Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi
R/: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah
DAFTAR PUSTAKA

http://dheaferdrina.blogspot.com/2015/01/askep-ibu-hamil-dengan-pre-
eklamsi.html?m=1

http://wakedspeed.blogspot.com/2014/12/makalah-asuhan-keperawatan-
pre_22.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai