PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terdiri dari dua lobus dan terdapat di
dalam leher yang dihubungkan oleh isthmus yang sempit. Letak kelenjar ini di
sebelah kanan dan kiri trakea.1
Benjolan pada kelenjar tiroid merupakan gejala yang sering ditemukan pada
kelainan kelenjar tiroid , secara klinis mudah dikenal, dan sebagian besar penderira
datang di poloklinik dengan keluhan benjolan di leher bagian depan . Pada dasarnya
pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang tidk
memerlukan tindakan pembedahan. Pembesaran kelenjar tiroid secara umum dikenal
sebagai goiter.1
Pertengahan abad ke-19 terjadi revolusi dalam bedah dan teknik pembedahan.
Sebelumnya pembedahan tiroid dilakukan terbatas pada kasus yang mengancam jiwa.
Dilaporkan angka mortalitas lebih dari 20%, suatu angka keberhasilan tindakan bedah
yang buruk. Theodor Kocher dan Theodor Billroth mengembangkan teknik yang
diterima sebagai standar dalam bedah tiroid antara tahun 1873-1883. Teknik ini
mampu menurunkan angka kematian karena pembedahan dari 50% menjadi kurang
dari 4,5%.5 Sejak 1920 prinsip keamanan serta efisiensi bedah tiroid telah dibentuk
cukup mapan.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup
cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada
fasiapretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan
terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk
menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid
atau tidak.3
Gambar 2.2 Vaskularisasi kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium
nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid.
Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang
sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian
akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian
akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang
kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh
protein yaitu globulin pengikat tiroid (thyroid binding globulin, TBG) atau
prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding prealbumine, TBPA).6
Pengukuran TSH menjadi hasil test yang jelas dari fungsi tiroid pada banyak
keadaan. Nilai TSH berkisar antara rentang luar mayor dari kasus primer penyakit
tiroid. Jika TSH tidak normal, lihat nilai dari T4 bebas/ free T4 (fT4). Ketika ada
faktor resiko, lihat free T3 (fT3) ketika fT4 normal dan diduga ada tirotoksikosis.4
Gambar 2.3 Diagram pengaturan sekresi tiroid
3. Hipotiroid bila produksi hormon tiroksin kurang . Pada struma yang tanpa
tanda-tanda hipertiroid, kita sebut sebagai struma nontoksika.
Dari aspek histopatologi kelenjar tiroid, maka timbulnya struma bisa kita
jumpai akibat proses hiperplasia, keradangan /inflamasi, neoplasma jinak,
neoplasma ganas. Pembesaran kelenjar tiroid (struma) dapat disebabkan oleh:9
1. Hiperplasi dan hipertrofi dari kelenjar tiroid, setiap organ apabila dipacu untuk
bekerja lebih berat maka akan kompensasi dengan jalan hipertrofi dan
hiperplasi. Demikian juga halnya pada kelenjar tiroid pada saat masa
pertumbuhan atau pada kondisi dimana membutuhkan hormon tiroksin lebih
banyak maka akan diikuti dengan pembesaran kelenjar tiroid, misalnya pada
saat pubertas, gravid, sembuh dari sakit parah.
2. Inflamasi atau infeksi kelenjar tiroid, ada 3 bentuk yaitu:
- Tiroiditis akut
- Tiroiditis sub-akut (de Quervain)
- Tiroiditis kronis ( Hashimoto's disease dan Riedel's struma)
3. Neoplasma, ada 2 bentuk, yaitu:
- Neoplasma jinak (adenoma), dimana bentuk adenoma papiliferum sering
dianggap ganas dan dimasukkan dalam karsinoma tiroid tipe papiler.
- Neoplasma ganas (adenocarcinoma).9
E. Indikasi Tiroidektomi
6. Sebuah gondok besar yang tidak dapat bereaksi dengan obat anti-tiroid,
memerlukan operasi kelenjar tiroid, untuk menghindari tekanan pada trakea dan
esofagus, yang kemudian dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan menelan
7. Efek samping dari terapi obat atau kepatuhan terhadap obat yang rendah
persistent atau tidak respon terhadap terapi yodium radioaktif, hingga berulangnya
terjadi hipertiroid yang memerlukan eksisi kelenjar tiroid
11. Hal ini juga dianjurkan dalam kasus manifestasi klinis seperti pesatnya
pertumbuhan kelenjar tiroid, sakit parah, dan limfadenopati servikal, atau ketika
sudah ada sebelum iradiasi leher. Sebuah jarum halus aspirasi sitologi (FNAC)
perlu preformed untuk memastikan diagnosis dan menentukan jenis operasi.8
F. Klasifikasi Tiroidektomi
1. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien
yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang
besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia,
pekerjaan, dan aktifitas.
2. Tiroidektomi Sub Total
Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid.
Lobus kiri atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan
kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
hormone-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian
hormon.7
H. Penatalaksanaan
Pre-operatif
Pengobatan yang tepat dapat dilakukan pada pasian pre-oprerasi pada tiroidektomi
adalah :
4). Kondisi nutrisi harus optimal, diet tinggi protein dan karbohidrat.
5). Latih klien cara batuk yang efektif dan latih napas dalam.
6). Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan
batuk dengan menahan di bawah, insisi dengan kedua tangan.
7). Beri tahu pasien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi jelaskan
bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti semula.8
Pasca operasi
Perawatan yang dapat dilakukan pada pasien pasca operasi pada tiroidektomi
adalah :
1). Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian lanjutkan
setiap 30 menit selama 6 jam.
2). Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap
ekstensi sampai klien sadar penuh.
3). Bila sadar, berikan posisi semi fowler, apabila memindahkan klien hindarkan
penekanan pada daerah insisi.
1). Istirahat
Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat.
Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu
pikiran balk di rmah atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat dianjurkan bed
rest total di Rumah Sakit.7
2). Diet
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara lain
karena : terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif
dan keseimbangan kalsium yang negatif.7
Pengobatan khusus
Efek samping ringan berupa kelainan kulit misalnya gatal-gatal, skin rash
dapat ditanggulangi dengan pemberian anti histamin tanpa perlu penghentian
pengobatan. Dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan hilangnya indera
pengecap, cholestatic jaundice dan kadang-kadang agranulositosis (0,2 - 0,7%),
kemungkinan ini lebih besar pada penderita umur di atas 40 tahun yang
menggunakan dosis besar.13 20 21 22 23 Efek samping lain yang jarang terjadi
berupa : arthralgia, demam rhinitis, conjunctivitis, alopecia, sakit kepala, edema,
limfadeno-pati, hipoprotombinemia, trombositopenia, gangguan gastro-intestinal.7
2). Yodium
Pemberian yodium akan menghambat sintesa hormon secara akut tetapi dalam
masa 3 minggu efeknya akan menghilang karena adanya escape mechanism dari
kelenjar yang bersangkut-an, sehingga meski sekresi terhambat sintesa tetap ada.
Akibat-nya terjadi penimbunan hormon dan pada saat yodium dihenti-kan timbul
sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi meng- hebat. Pengobatan dengan yodium
(MJ) digunakan untuk mem-peroleh efek yang cepat seperti pada krisis tiroid atau
untuk ersiapan operasi. Sebagai persiapan operasi, biasanya diguna-kan dalam
bentuk kombinasi. Dosis yang diberikan biasanya 15 mg per hari dengan dosis
terbagi yang diberikan 2 minggu sebelum dilakukan pembedahan.9 Marigold
dalam penelitian- nya menggunakan cairan Lugol dengan dosis 1/2 ml (10 tetes) 3
kali perhari yang diberikan '10 hari sebelum dan sesudah operasi.7
Penilaian kelenjar tiroid saat operasi pada penderita ini menunjukkan massa
yang berukuran cukup besar dengan multi nodul. Ahli bedah memutuskan untuk
melakukan tindakan tiroidektomi near total dengan pertimbangan mencegah
terjadinya rekurensi.4
Ukuran goiter merupakan salah satu faktor resiko dari komplikasi operasi
tiroidektomi. Hipertiroidism dan ukuran tumor merupakan dua faktor yang akan
saling menguatkan resiko komplikasi. Goiter nontoksik mempunyai resiko yang
lebih sedikit dibandingkan goiter toksik atau karsinoma tiroid.9Komplikasi
tiroidektomi total pada goiter multi nodul berkisar 1%.9 Resiko komplikasi tidak
menghalangi ahli bedah untuk melakukan tindakan tiroidektomi total bilamana
diperlukan.4
Komplikasi tersering terjadi pada operasi tiroid adalah paralisis nervus rekuren
laringeus, hipoparatiroidism dan perdarahan pasca operasi. Studi terhadap
tiroidektomi total pada tumor jinak akhir-akhir ini melaporkan kejadian paralisis
nervus rekuren laringeus berkisar antara 0,3-1,7% dan hipoparatiroidism permanen
berkisar 0,7-3%. Kegagalan identifikasi nervus rekuren laringeus meningkatkan
resiko terjadi kerusakan terhadapnya.4
BAB III
KESIMPULAN
1. Sudoyo, dkk. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta
:Interna Publishing
2. Grace., PA & Borley., N.R. (2007). Surgery at a glance. Edisi 3. Alih bahasa
dr.Vidhia Umami. Jakarta : Erlangga Medical Series.
3. Roy, H. (2011). Short textbook of surgery : with focus on clinical skills. New
Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers
4. Widodo agus, Surarso bakri.2015. Komplikasi tiroidektomi. Jurnal THT-KL
vol.02,no.23. Departement Ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorokan, bedah
kepala dan leher Fakultas kedokteran universitas Airlangga. Surabaya
5. Albar Za, Tjiandarbumi D, Ramli M, dkk. Protokol penatalaksanaan
tumor/kanker tiroid. Protokol PERABOL 2014
6. Baloch NM, Aslam T, Maher M. Completion thyroidectomy: Relation of timing
with complications. Pakistan Journalof Surgery 2007; 23(4):245-7
7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Penatalaksanaan
Penyakitpenyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.
8. Pasaribu Taris Emir. 2006. Pembedahan Kelnjar Tiroid. Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 39, No. 3. Divisi Onkologi Departemen Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RS H. Adam Malik. Medan
9. Alexander kam, Decroli Eva. 2017. Dampak Klinis Thyroid-Stimulating
Hormone. Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(1). Bagian Penyakit Dalam
Universitas Andalas Padang/ RSUP Dr. M. Djamil. Padang
10. Crosby Henry, Pontoh Victor, Merung A.Marselus. 2016. Pola kelainan tiroid di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013 - Desember 2015.
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016. Bagian Bedah
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
REFERAT DESEMBER 2019
DISUSUN OLEH :
NAMA : Sary Oktivia Aswaty
STAMBUK : N 111 17 154
PEMBIMBING : dr. Roberthy D.M, Sp.B
Disusun oleh: