Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terdiri dari dua lobus dan terdapat di
dalam leher yang dihubungkan oleh isthmus yang sempit. Letak kelenjar ini di
sebelah kanan dan kiri trakea.1

Benjolan pada kelenjar tiroid merupakan gejala yang sering ditemukan pada
kelainan kelenjar tiroid , secara klinis mudah dikenal, dan sebagian besar penderira
datang di poloklinik dengan keluhan benjolan di leher bagian depan . Pada dasarnya
pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang tidk
memerlukan tindakan pembedahan. Pembesaran kelenjar tiroid secara umum dikenal
sebagai goiter.1

Tindakan bedah terutama dilakukan pada kanker tiroid, dapat juga


diindikasikan pada pembesaran jinak kelejar tiroid bila sudah menyebabkan
penekanan pada trakea, esophagus dengan keluhan sesak nafas, rasa tercekik dan
gangguan menelan.2

Pertengahan abad ke-19 terjadi revolusi dalam bedah dan teknik pembedahan.
Sebelumnya pembedahan tiroid dilakukan terbatas pada kasus yang mengancam jiwa.
Dilaporkan angka mortalitas lebih dari 20%, suatu angka keberhasilan tindakan bedah
yang buruk. Theodor Kocher dan Theodor Billroth mengembangkan teknik yang
diterima sebagai standar dalam bedah tiroid antara tahun 1873-1883. Teknik ini
mampu menurunkan angka kematian karena pembedahan dari 50% menjadi kurang
dari 4,5%.5 Sejak 1920 prinsip keamanan serta efisiensi bedah tiroid telah dibentuk
cukup mapan.2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Tiroidektomi adalah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. prosedur bedah


tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua
atau sebagian dari kelejar tiroid kelenjar yang terletak di depan leher bagian
bawah, tepat di atas trakea. kelenjar ini dibentuk oleh dua kerucut seperti cuping
atau sayap yaitu lobus dexter (lobus kanan) dan lobus sinister (kiri lobus), dan
dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).1

Tiroidektomi memerlukan intervensi bedah yang berbeda, tergantung


pada jenis serta posisi nodul pada kelenjar tiroid. Dokter bedah akan selalu
mencoba untuk mempertahankan sebagian dari kelenjar tiroid setiap
kali itu mungkin untuk memfasilitasi produksi berkelanjutan dari hormon tiroid,
dan dengan harapan hal itu bisa mencegah keadaan sulit pada hipotiroidisme
pascaoperasi. Selama operasi, sangat penting untuk melindungi kelenjar paratiroid
dari kerusakan atau penghapusan selama prosedur bedah, dan juga mencegah
kerusakan saraf laring berulang.2

B. Anatomi, Fisiologi, dan Topografi dari Kelenjar Tiroid

Thyroidea (Yunani thyreos, pelindung) suatu kelenjar endokrin sangat


vaskular, merah kecoklatan yang terdiri dari lobus dextra dan sinistra yang
dihubungkan oleh isthmus pada garis tengah. Tiap lobus mencapai superior sejauh
linea oblique cartilago thyroidea, isthmus terletak di atas cincin trachea kedua dan
ketiga, sedangkan bagian terbawah lobus biasanya terletak di atas cincin trachea
keempat atau kelima. Kelenjar ini dibungkus oleh selubung yang berasal dari
lapisan pretrachealis fascia cervicalis profunda. Beratnya sekitar 25 gram biasanya
membesar secara fisiologis pada masa pubertas, menstruasi dan kehamilan.3
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media
danfascia pre vertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakhea, esofagus,
pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil
melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar
paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tyroid.3

Gambar 2.1 Anatomi kelenjar tiroid

Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup
cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada
fasiapretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan
terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk
menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid
atau tidak.3
Gambar 2.2 Vaskularisasi kelenjar tiroid

Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari Arteri Tiroidea Superior (cabang


dari a.Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Setiap
folikel lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan
sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Nodus Lymfatikus tyroid
berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis yang kemudian ke arah nodus
prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nodus lymphoid Pretrakhealis dan
nodus lymphoid Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nodus lymphoid
Brakhiosefalika dan ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini
penting untuk menduga penyebaran keganasan.3

Pada fisiologi dari kelenjar tiroid, dimana Kelenjar tiroid berperan


mempertahankan derajat metabolisme dalam jaringan pada titik optimal. Hormon
tiroid merangsang penggunaan O2 pada kebanyakan sel tubuh, membantu
mengatur metabolisme lemak dan hidrat arang, dan sangat diperlukan untuk
pertumbuhan serta maturasi normal. Apabila tidak terdapat kelenjar tiroid, orang
tidak akan tahan dingin, akan timbul kelambanan mental dan fisik, dan pada anak-
anak terjadi retardasi mental dan dwarfisme. Sebaliknya, sekresi tiroid yang
berlebihan meninbulkan penyusutan tubuh, gugup, takikardi, tremor, dan terjadi
produksi panas yang berlebihan.4

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium
nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid.
Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang
sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian
akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian
akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang
kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh
protein yaitu globulin pengikat tiroid (thyroid binding globulin, TBG) atau
prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding prealbumine, TBPA).6

Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang


peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan
oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative
feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.
Dengan demikian, sekresi tiroid dapat mengadakan penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan di dalam maupun di luar tubuh. Juga dijumpai adanya sel
parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur
metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang.4

Pengukuran TSH menjadi hasil test yang jelas dari fungsi tiroid pada banyak
keadaan. Nilai TSH berkisar antara rentang luar mayor dari kasus primer penyakit
tiroid. Jika TSH tidak normal, lihat nilai dari T4 bebas/ free T4 (fT4). Ketika ada
faktor resiko, lihat free T3 (fT3) ketika fT4 normal dan diduga ada tirotoksikosis.4
Gambar 2.3 Diagram pengaturan sekresi tiroid

Pada topografi kelenjar tiroid adalah sebagai berikut:

1. Disebelah anterior terdapat m. infrahyoideus, yaitu m.sternohyoideus,


m.sternothyroideus, m.thyrohyoideus dan m.omohyoideus.5

2. Disebelah medial terdapat larynx, pharynx, trachea dan oesophagus, lebih ke


bagian profunda terdapat nervus laryngeus superior ramus externus dan di antara
oesophagus dan trachea berjalan nervus laryngeus recurrens. Nervus laryngeus
superior dan nervus laryngeus recurrens merupakan percabangan dari nervus
vagus. Pada regio colli, nervus vagus mempercabangkan ramus meningealis,
ramus auricularis, ramus pharyngealis, nervus laryngeus superior, ramus cardiacus
superior, ramus cardiacus inferior, nervus laryngeus reccurens dan ramus untuk
sinus caroticus dan carotid body.5

3. Disebelah postero-lateral terletak carotid sheath yang membungkus a.caroticus


communis, a.caroticus internus, vena jugularis interna dan nervus vagus. Carotid
sheath terbentuk dari fascia colli media, berbentuk lembaran pada sisi arteri dan
menjadi tipis pada sisi vena jugularis interna. Carotid sheath mengadakan
perlekatan pada tepi foramen caroticum, meluas ke caudal mencapai arcus aortae.
Fascia colli media juga membentuk fascia pretrachealis yang berada di bagian
profunda otot-otot infrahyoideus. Pada tepi kelenjar thyroid, fascia itu terbelah dua
dan membungkus kelenjar thyroid tetapi tidak melekat pada kelenjar tersebut,
kecuali pada bagian di antara isthmus dan cincin trachea 2, 3 dan 4.8.5

D. Patofisiologi Pembesaran Kelenjar Tiroid

Mekanisme kerja hormon thyroid ada yang bersifat genomik melalui


pengaturan ekspresi gen, dan non genomik melalui efek langsung pada sitosol sel,
membran dan mitokondria. Mekanisme kerja yang bersifat genomik dapat
dijelaskan sebagai berikut, hormon thyroid yang tidak terikat melewati membran
sel, kemudian masuk ke dalam inti sel dan berikatan dengan reseptor thyroid (TR).
T3 dan T4 masing-masing berikatan dengan reseptor tersebut, tetapi ikatannya
tidak sama erat. T3 terikat lebih erat daripada T4. Kompleks hormon-reseptor
kemudian berikatan dengan DNA melalui jari-jari “zinc” dan meningkatkan atau
pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi berbagai gen yang mengkode enzim
yang mengatur fungsi sel. Ada dua gen TR manusia, yaitu gen reseptor α pada
kromosom 17 dan gen reseptor β pada kromosom 3. Dengan ikatan alternatif,
setiap gen membentuk paling tidak dua mRNA yang berbeda, sehingga akan
terbentuk dua protein reseptor yang berbeda. TRβ2 hanya ditemukan diotak,
sedangkan TRα1, TRα2 dan TRβ1 tersebar secara luas. TRα2 berbeda dari ketiga
reseptor yang lain, yaitu tidak mengikat T3 dan fungsinya belum diketahui.
Reseptor thyroid (TR) berikatan dengan DNA sebagai monomer, homodimer dan
heterodimer bersama dengan reseptor inti yang lain. Dalam hampir semua
kerjanya, T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat daripada T4. Hal ini
disebabkan karena ikatan T3 dengan protein plasma kurang erat, tetapi terikat lebih
erat pada reseptor hormon thyroid.4
Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid Biasanya yang
dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari ukuran normal. Struma diffusa
adalah pembesaran yang merata dengan konsistensi lunak pada seluruh kelenjar
tiroid. Struma nodusa jika pembesaran kelenjar tiroid terjadi akibat nodul, apabila
nodulnya hanya satu maka disebut uninodusa, dan bila lebih dari satu baik terletak
pada hanya satu sisi lobus saja maupun pada kedua lobus maka disebut
multinodusa.8
Dari aspek fungsi kelenjar tiroid, yang tugasnya memproduksi hormon
tiroksin maka bisa kita bagi menjadi :10

1. Hipertiroid sering juga disebut sebagai toksika (walaupun pada kenyataannya


pada penderita ini tidak dijumpai adanya toksin ), bila produksi hormon tiroksin
berlebihan.

2. Eutiroid bila produksi hormon tiroksin dalam batas normal.

3. Hipotiroid bila produksi hormon tiroksin kurang . Pada struma yang tanpa
tanda-tanda hipertiroid, kita sebut sebagai struma nontoksika.

Dari aspek histopatologi kelenjar tiroid, maka timbulnya struma bisa kita
jumpai akibat proses hiperplasia, keradangan /inflamasi, neoplasma jinak,
neoplasma ganas. Pembesaran kelenjar tiroid (struma) dapat disebabkan oleh:9

1. Hiperplasi dan hipertrofi dari kelenjar tiroid, setiap organ apabila dipacu untuk
bekerja lebih berat maka akan kompensasi dengan jalan hipertrofi dan
hiperplasi. Demikian juga halnya pada kelenjar tiroid pada saat masa
pertumbuhan atau pada kondisi dimana membutuhkan hormon tiroksin lebih
banyak maka akan diikuti dengan pembesaran kelenjar tiroid, misalnya pada
saat pubertas, gravid, sembuh dari sakit parah.
2. Inflamasi atau infeksi kelenjar tiroid, ada 3 bentuk yaitu:
- Tiroiditis akut
- Tiroiditis sub-akut (de Quervain)
- Tiroiditis kronis ( Hashimoto's disease dan Riedel's struma)
3. Neoplasma, ada 2 bentuk, yaitu:
- Neoplasma jinak (adenoma), dimana bentuk adenoma papiliferum sering
dianggap ganas dan dimasukkan dalam karsinoma tiroid tipe papiler.
- Neoplasma ganas (adenocarcinoma).9

E. Indikasi Tiroidektomi

Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :8

1. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi


medikamentosa atau yang kambuh

2. Tumor jinak dan tumor ganas

3. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor

4. Tonjolan tiroid yang menggangu penampilan seseorang

5. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang

6. Sebuah gondok besar yang tidak dapat bereaksi dengan obat anti-tiroid,
memerlukan operasi kelenjar tiroid, untuk menghindari tekanan pada trakea dan
esofagus, yang kemudian dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan menelan

7. Efek samping dari terapi obat atau kepatuhan terhadap obat yang rendah
persistent atau tidak respon terhadap terapi yodium radioaktif, hingga berulangnya
terjadi hipertiroid yang memerlukan eksisi kelenjar tiroid

8. Tiroidektomi digunakan untuk meniadakan kebutuhan untuk terapi yodium


radioaktif, terutama pada anak-anak
9. Pada wanita hamil, ketika terapi obat gagal untuk mengontrol hipertiroidisme,
operasi pengangkatan kelenjar tiroid diperlukan

10. Kekerasan dan tumor kelenjar tiroid memerlukan eksisi bedah

11. Hal ini juga dianjurkan dalam kasus manifestasi klinis seperti pesatnya
pertumbuhan kelenjar tiroid, sakit parah, dan limfadenopati servikal, atau ketika
sudah ada sebelum iradiasi leher. Sebuah jarum halus aspirasi sitologi (FNAC)
perlu preformed untuk memastikan diagnosis dan menentukan jenis operasi.8

F. Klasifikasi Tiroidektomi

Tiroidektomi terbagi atas 2 yaitu sebagai berikut :

1. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien
yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang
besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia,
pekerjaan, dan aktifitas.
2. Tiroidektomi Sub Total
Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid.
Lobus kiri atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan
kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
hormone-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian
hormon.7

G. Prosedur Bedah Tirodektomi

Operasi tiroid ( tiroidektomi ) merupakan operasi bersih, dan tergolong


operasi besar. Berapa luas kelenjar tiroid yang akan diambil tergantung
patologinya serta ada tidaknya penyebaran dari penyakitnya karsinoma. Ada 5
macam operasi, yaitu : 8
1. Lobektomi subtotal, pengangkatan sebagian lobus tiroid yang mengandung
jaringan patologis.

2. Lobektomi total (= hemitiroidektomi = ismolobektomi), pengangkatan satu sisi


lobus tiroid)

3.Strumektomi(tiroidektomi)subtotal, pengangkatan sebagian kelenjar tiroid yang


mengandung jaringan patologis, meliputi kedua lobus tiroid.

4. Tiroidektomi near total, pengangkatan seluruh lobus tiroid yang patologis


berikut sebagian besar lobus tiroid kontralateralnya.

5. Tiroidektomi total, pengangkatan seluruh kelenjar tiroid.

Gambar 2.5 Prosedur Bedah Tiroidektomi.8

H. Penatalaksanaan

Pre-operatif

Pengobatan yang tepat dapat dilakukan pada pasian pre-oprerasi pada tiroidektomi
adalah :

1). Kadar hormon tiroid harus diupayakan dalam keadaan normal.


2). Pemberian obat anti tiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan
kadar hormon darah.

3). Masalah jantung juga sudah harus teratasi.

4). Kondisi nutrisi harus optimal, diet tinggi protein dan karbohidrat.

5). Latih klien cara batuk yang efektif dan latih napas dalam.

6). Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan
batuk dengan menahan di bawah, insisi dengan kedua tangan.

7). Beri tahu pasien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi jelaskan
bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti semula.8

Pasca operasi

Perawatan yang dapat dilakukan pada pasien pasca operasi pada tiroidektomi
adalah :

1). Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian lanjutkan
setiap 30 menit selama 6 jam.

2). Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap
ekstensi sampai klien sadar penuh.

3). Bila sadar, berikan posisi semi fowler, apabila memindahkan klien hindarkan
penekanan pada daerah insisi.

4). Berikan obat analgesic sesuai program terapi.

5). Bantu klien batuk dan napas dalam setiap 30 menit.

6). Gunakan penghisap oral atau trachea sesuai kebutuhan.

7). Monitor komplikasi yang terjadi pada pasca operasi tiroidektomi.8


Pengobatan umum

1). Istirahat

Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat.
Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu
pikiran balk di rmah atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat dianjurkan bed
rest total di Rumah Sakit.7

2). Diet

Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara lain
karena : terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif
dan keseimbangan kalsium yang negatif.7

Pengobatan khusus

1). Obat antitiroid.

Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide, yodium, lithium,


perchlorat dan thiocyanat. Obat yang sering dipakai dari golongan thionamide
adalah propylthiouracyl (PTU), 1 - methyl - 2 mercaptoimidazole (methimazole,
tapazole, MMI), carbimazole. Obat ini bekerja menghambat sintesis hormon tetapi
tidak menghambat sekresi- nya, yaitu dengan menghambat terbentuknya
monoiodotyrosine (MIT) dan diiodotyrosine (DIT), serta menghambat coupling
diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU juga menghambat
perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta harganya lebih murah sehingga
pada saat ini PTU dianggap sebagai obat pilihan.7
Obat antitiroid diakumulasi dan dimetabolisme di kelenjar gondok sehingga
pengaruh pengobatan lebih tergantung pada konsentrasi obat dalam kelenjar dari
pada di plasma. MMI dan carbimazole sepuluh kali lebih kuat daripada PTU
sehingga dosis yang diperlukan hanya satu persepuluhnya.7

Secara farmakologi terdapat perbedaan antara PTU dengan MMI/CBZ, antara


lain adalah : 1.MMI mempunyai waktu paruh dan akumulasi obat yang lebih lama
dibanding PTU di clalam kelenjar tiroid. Waktu paruh MMI ± 6 jam sedangkan
PTU + 11/2 jam.132.Penelitian lain menunjukkan MMI lebih efektif dan kurang
toksik dibanding PTU (dikutip dari 13). 3.MMI tidak terikat albumin serum
sedangkan PTU hampir 80% terikat pada albumin serum, sehingga MMI lebih
bebas menembus barier plasenta dan air susu,13 sehingga untuk ibu hamil dan
menyusui PTU lebih dianjurkan. Jangka waktu pemberian tergantung masing-
masing pen-derita (6 - 24 bulan) dan dikatakan sepertiga sampai setengahnya (50 -
70%) akan mengalami perbaikan yang bertahan cukup lama. Apabila dalam waktu
3 bulan tidak atau hanya sedikit memberikan perbaikan, maka harus dipikirkan
beberapa ke-mungkinan yang dapat menggagalkan pengobatan (tidak teratur
minum obat, struma yang besar, pernah mendapat pengobatan yodium sebelumnya
atau dosis kurang).7

Efek samping ringan berupa kelainan kulit misalnya gatal-gatal, skin rash
dapat ditanggulangi dengan pemberian anti histamin tanpa perlu penghentian
pengobatan. Dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan hilangnya indera
pengecap, cholestatic jaundice dan kadang-kadang agranulositosis (0,2 - 0,7%),
kemungkinan ini lebih besar pada penderita umur di atas 40 tahun yang
menggunakan dosis besar.13 20 21 22 23 Efek samping lain yang jarang terjadi
berupa : arthralgia, demam rhinitis, conjunctivitis, alopecia, sakit kepala, edema,
limfadeno-pati, hipoprotombinemia, trombositopenia, gangguan gastro-intestinal.7

2). Yodium
Pemberian yodium akan menghambat sintesa hormon secara akut tetapi dalam
masa 3 minggu efeknya akan menghilang karena adanya escape mechanism dari
kelenjar yang bersangkut-an, sehingga meski sekresi terhambat sintesa tetap ada.
Akibat-nya terjadi penimbunan hormon dan pada saat yodium dihenti-kan timbul
sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi meng- hebat. Pengobatan dengan yodium
(MJ) digunakan untuk mem-peroleh efek yang cepat seperti pada krisis tiroid atau
untuk ersiapan operasi. Sebagai persiapan operasi, biasanya diguna-kan dalam
bentuk kombinasi. Dosis yang diberikan biasanya 15 mg per hari dengan dosis
terbagi yang diberikan 2 minggu sebelum dilakukan pembedahan.9 Marigold
dalam penelitian- nya menggunakan cairan Lugol dengan dosis 1/2 ml (10 tetes) 3
kali perhari yang diberikan '10 hari sebelum dan sesudah operasi.7

Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroidi diakibatkan oleh adanya


hipersensitivitas pada sistim simpatis. Meningkatnya rangsangan sistem simpatis
ini diduga akibat meningkatnya ke-pekaan reseptor terhadap katekolamin.
Penggunaan obat-obatan golongan simpatolitik diperkirakan akan menghambat
pengaruh hati.Reserpin, guanetidin dan pe-nyekat beta (propranolol) merupakan
obat yang masih diguna-kan.16 Berbeda dengan reserpin/guanetidin, propranolol
lebih efektif terutama dalam kasus-kasus yang berat.24 Biasanya dalam 24 - 36
jam setelah pemberian akan tampak penurunan gejala. Khasiat propranolol:7

- penurunan denyut jantung permenit


- penurunan cardiac output
- perpanjangan waktu refleks Achilles
- pengurangan nervositas
- pengurangan produksi keringat
- pengurangan tremor

3). Ablasi kelenjar gondok

Pelaksanaan ablasi dengan pembedahan atau pemberian I131:


a). Tindakan pembedahan Indikasi utaina untuk melakukan tindakan pembedahan
adalah mereka yang berusia muda dan gagal atau alergi terhadap obat-obat
antitiroid. Tindakan pembedahan berupa tiroidektomi subtotal juga dianjurkan
pada penderita dengan keadaan yang tidak mungkin diberi pengobatan dengan
I131(wanita hamil atau yang merencanakan kehamilan dalam waktu dekat).
Indikasi lain adalah mereka yang sulit dievaluasi pengobatan-nya, penderita
yang keteraturannya minum obat tidak teijamin atau mereka dengan struma yang
sangat besar dan mereka yang ingin cepat eutiroid atau bila strumanya diduga
mengalami keganasan, dan alasan kosmetik.
Untuk persiapan pembedahan dapat diberikan kombinasi antara thionamid,
yodium atau propanolol guna mencapai ke-adaan eutiroid. Thionamid biasanya
diberikan 6 - 8 minggu sebelum operasi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian
larut-an Lugol selama 10 - 14 hari sebelum operasi. Propranolol dapat diberikan
beberapa minggu sebelum operasi, kombinasi obat ini dengan Yodium dapat
diberikan 10 hari sebelum ope-rasi.
Tujuan pembedahan yaitu untuk mencapai keadaan eutiroid yang permanen.
Dengan penanganan yang baik, maka angka kematian dapat diturunkan sampai 0.7
b). Ablasi dengan I131.
Sejak ditemukannya I131 terjadi perubahan dalam bidang pengobatan
hipertiroidi. Walaupun dijumpai banyak komplikasi yang timbul setelah
pengobatan, namun karena harganya murah dan pemberiannya mudah, cara ini
banyak digunakan.
Tujuan pemberian I131 adalah untuk merusak sel-sel kelenjar yang hiperfungsi.
Sayangnya I131 ini temyata menaikan angka kejadian hipofungsi kelenjar gondok
(30 — 70% dalam jollow up 10 — 20 tahun) tanpa ada kaitannya dengan besarnya
dosis obat yang diberikan. Di samping itu terdapat pula peningkatan gejala pada
mata sebanyak 1 — 5% dan menimbulkan kekhawatir-an akan terjadinya
perubahan gen dan keganasan akibat peng-obatan cara ini, walaupun belum
terbukti.
Penetapan dosis I131 didasarkan atas derajat hiperfungsi serta besar dan
beratnya kelenjar gondok. Dosis yang dianjurkan ± 140 — 160 micro Ci/gram atau
dengan dosis rendah ± 80 micro Ci/gram.
Dalam pelaksanaannya perlu dipertimbangkan antara lain : dosis optimum
yang diperlukan kelenjar tiroid, besar/ukuran dari kelenjar yang akan diradiasi,
efektivitas I131 di dalam jaring-an dan sensitivitas jaringan tiroid terhadap I131.7

I. Komplikasi Operasi Tiroid

Tiroidektomi mempunyai resiko komplikasi pasca operasi lebih tinggi,


sedangkan tindakan tiroidektomi subtotal akan meningkatkan resiko rekurensi dari
goiter multi nodul. Tiroidektomi subtotal lebih aman dibandingkan tiroidektomi
total ulangan. Tindakan tiroidektomi total berpotensi timbul komplikasi, tetapi
teknik dan operator yang baik akan meminimalkannya. Teknik diseksi kapsular
dapat mengurangi kerusakan paratiroid dan menjamin keamananan nervus rekuren
laringeus sertamenurunkan komplikasi.4

Penilaian kelenjar tiroid saat operasi pada penderita ini menunjukkan massa
yang berukuran cukup besar dengan multi nodul. Ahli bedah memutuskan untuk
melakukan tindakan tiroidektomi near total dengan pertimbangan mencegah
terjadinya rekurensi.4

Ukuran goiter merupakan salah satu faktor resiko dari komplikasi operasi
tiroidektomi. Hipertiroidism dan ukuran tumor merupakan dua faktor yang akan
saling menguatkan resiko komplikasi. Goiter nontoksik mempunyai resiko yang
lebih sedikit dibandingkan goiter toksik atau karsinoma tiroid.9Komplikasi
tiroidektomi total pada goiter multi nodul berkisar 1%.9 Resiko komplikasi tidak
menghalangi ahli bedah untuk melakukan tindakan tiroidektomi total bilamana
diperlukan.4
Komplikasi tersering terjadi pada operasi tiroid adalah paralisis nervus rekuren
laringeus, hipoparatiroidism dan perdarahan pasca operasi. Studi terhadap
tiroidektomi total pada tumor jinak akhir-akhir ini melaporkan kejadian paralisis
nervus rekuren laringeus berkisar antara 0,3-1,7% dan hipoparatiroidism permanen
berkisar 0,7-3%. Kegagalan identifikasi nervus rekuren laringeus meningkatkan
resiko terjadi kerusakan terhadapnya.4
BAB III

KESIMPULAN

Indikasi dilakukan tindakan tiroidektomi adalah gondok, hipertiroidisme, kanker


tiroid, hiperparatiroidisme. Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah membuat
sayatan dileher bagian depan atau bagian kelenjar tiroid dihilangkan. Dalam
membuat sayatan harus berhati-hati untuk menghindari kerusakan saraf di
sekitarnya atau pembuluh darah dileher. Apabila terjadi kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan udem laryngeal yang akan meningkatkan
terjadinya resiko tinggi penurunan curah jantung. Selain itu pernafasan menjadi
stidor, obstruksi jalan nafas yang akhirnya mambuat pembersihan jalan napas tidak
efektif. Nyeri dapat terjadi dari edema jaringan yang disebabkan karena
terputusnya saraf simpatis dari kerusakan jaringan yang terjadi akibat tindakan
tiroidektomi. Dari insisi yang dilakukan pada tindakan ini akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga dapat
terjadi karena kurangnya informasi dalam perawatan luka setelah tindakan
pembedahan dilakukan. Seseorang yang telah melakukan tiroidektomi akan
mengalami hambatan dalam berkomunukasi karena terjadi kerusakan pada
langireal yang menyebabkan perubahan tekanan atau penyaringan suara, suara
menjadi lemah, ketidak mampuan untuk berbicara. Resiko cedera dapat terjadi
akibat gangguan produksi hormon yang menurun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, dkk. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta
:Interna Publishing
2. Grace., PA & Borley., N.R. (2007). Surgery at a glance. Edisi 3. Alih bahasa
dr.Vidhia Umami. Jakarta : Erlangga Medical Series.
3. Roy, H. (2011). Short textbook of surgery : with focus on clinical skills. New
Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers
4. Widodo agus, Surarso bakri.2015. Komplikasi tiroidektomi. Jurnal THT-KL
vol.02,no.23. Departement Ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorokan, bedah
kepala dan leher Fakultas kedokteran universitas Airlangga. Surabaya
5. Albar Za, Tjiandarbumi D, Ramli M, dkk. Protokol penatalaksanaan
tumor/kanker tiroid. Protokol PERABOL 2014
6. Baloch NM, Aslam T, Maher M. Completion thyroidectomy: Relation of timing
with complications. Pakistan Journalof Surgery 2007; 23(4):245-7
7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Penatalaksanaan
Penyakitpenyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.
8. Pasaribu Taris Emir. 2006. Pembedahan Kelnjar Tiroid. Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 39, No. 3. Divisi Onkologi Departemen Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RS H. Adam Malik. Medan
9. Alexander kam, Decroli Eva. 2017. Dampak Klinis Thyroid-Stimulating
Hormone. Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(1). Bagian Penyakit Dalam
Universitas Andalas Padang/ RSUP Dr. M. Djamil. Padang
10. Crosby Henry, Pontoh Victor, Merung A.Marselus. 2016. Pola kelainan tiroid di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013 - Desember 2015.
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016. Bagian Bedah
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
REFERAT DESEMBER 2019

PERSIAPAN OPERASI TIROID

DISUSUN OLEH :
NAMA : Sary Oktivia Aswaty
STAMBUK : N 111 17 154
PEMBIMBING : dr. Roberthy D.M, Sp.B

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
REFERAT Desember 2019

PERSIAPAN OPERASI TIROID

Disusun oleh:

Nama : Sary Oktivia Aswaty


No. Stambuk : N 111 17 154
Pembimbing : dr. Roberthy D.M, Sp.B

DI BUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

Anda mungkin juga menyukai