PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah harapan bangsa di masa depan yaitu generasi muda yang diharapkan
tumbuh sehat, cerdas, kreatif kompetitif dan produktif. Namun pada kenyataannya di
masa ini, masalah gizi masih saja ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Salah
satu masalah gizi yang dihadapi banyak bangsa yaitu stunting (Sulistyawati, 2018).
Stunting sering disebut sebagai Retardasi Pertumbuhan Linier (RPL) yang muncul
pada dua sampai tiga tahun awal kehidupan dan merupakan refleksi dari akibat atau
pengaruh dari asupan energi dan zat gizi yang kurang maupun pengaruh dari penyakit
infeksi sebab apabila dalam keadaan normal, berat badan seseorang akan berbanding
lurus atau linier dengan tinggi badannya (Uliyanti dan Gunawan, 2010). Stunting atau
pendek terjadi akibat dari kekurangan gizi yang kronis selama 1000 hari pertama
kehidupan. Balita yang mengalami stuinting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak
maksimal, menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat
dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (Illahi, 2017)ngat pendek dan
sebanyak 1,6 % dari kejadian stunting pada tahun 2010 sebesar 35,6 % dan tahun
2007 sebesar 36,8 % (Trihono dkk., 2015). Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun
2018 menunjukkan kejadian stunting mencapai 21,9 % di Provinsi Bali. Prevalensi
kejadian stunting tertinggi di Provinsi Bali terjadi pada Kabupaten Bangli yang
mencapai 43,2 % sesuai data dari Profil Kesehatan Provinsi Bali, sehingga Kabupaten
masyarakat baik perawat, bidan, gigi, analis kesehatan, keperawatan gigi, dan
kesehatan lingkungan telah berlangsung sejak lama. Semua tenaga kesehatan tersebut
Hubungan ini tentunya harus ditandai dengan perkembangan ke arah hubungan yang
lebih professional.
Kerja sama beberapa profesi tersebut memerlukan suatu kerja sama tim
(Interprofessional Practice) yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Maka
dari pada itu Interprofessional Education merupakan salah satu bentuk pembelajaran
suatu masalah. Salah satu wujud nyata dalam memberikan pelatihan IPE kepada
mahasiswa adalah dengan melakukan program kegiatan kuliah kerja nyata (KKN).
Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli yang merupakan satu daerah binaan Puskesmas
Bangli.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana cara mahasiswa saat KKN IPE dengan lintas profesi yang berbeda
mengarah pada kejadian stunting di Desa Tamanbali dan Desa Bunutin Kecamatan
Bangli ?
C. Tujuan
Denpasar yaitu :
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
wilayah Desa Tamanbali dan Desa Bunutin Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.
masyarakat Desa Tamanbali dan Desa Bunutin Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
masyarakat Desa Tamanbali dan Desa Bunutin Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
masyarakat Desa Tamanbali dan Desa Bunutin Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
masyarakat Desa Tamanbali dan Desa Bunutin Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
yaitu :
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa
c. Bagi masyarakat
keluarga dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang sehat terbebas dari
persembahan dari Raja Gelgel I, yang bernama Dewi Njung Hasti/Dewa Ayu Mas
Gegelang. Yang merupakan anak dari Sang Pandia Wawau Rauh/Sang Hyang Subali,
kakak dari Sang Jaya Rembat. Raja Wengker dan Dewi Njung Hasti mempunyai
anak yang diberi nama Sang Angga Tirta. Tatkala Raja Wengker kembali ke
Majapahit, Sang Angga Tirtadi Dharma Putra diangkat oleh Sang Jaya Rembat, pada
Sang Angga Tirta Menurunkan Dinasti WMGTH (Warga Maha Gotra Tirta
yaitu I Gede Putu/Sang Anom, Sang Telabah/I Gusti (Kyai) Telabah diangkat
menjadi Anglurah Kuta Badung, Sang Rurung dan Sang Anjingan. Tahun 1524 Sang
Anom, putra sulung Sang Angga Tirta, diangkat menjadi Mance di Tamanbali oleh
dalem Batur Enggong (Raja Gelgel) dan mendapat gelar I Dewa Manca Tamanbali.
Beliau menurunkan 5 orang anak, yaitu I Dewa Gede Perasi, I Dewa Pindi, I Dewa
I Dewa Gede Pering menjadi Mance di nyalian. I Dewa Gede Perasi diangkat
menjadi Mance di Bangli dan diberi gelar I Dewa Ngurah Denbencingah. I Dewa
Pindi di tempatkan di Puri Gaga, selanjutnya dipindahkan ke Puri Sidan. I Dewa
kaler yang bergelar Nayakan saat itu membawa Panjaknya yang berjumlah 100
Dikisahkan Ida Dalem Sang Hyang Subali dari Pura Dalem Karangasem
membuat taman yang sama keberadaannya seperti yang ada di Majapahit yang diberi
nama Tamanbali. Sang Hyang Aji mempunyai seorang anak I Dewa Ayu Mas
Manca), dikisahkan Raja Dewa Angga Tirta sakit dan berobat ke Tamanbali karena
Tamanbali termasyur akan pengobatannya. Terjadi jalinan asmara antara I Dewa Ayu
Peristiwa ini didengarlah oleh Ida Sang Hyang Subali dan beliau turun untuk
Hyang Subali kemudian menikahkan Dewa Gede Angga dengan I Dewa Ayu Mas
dikaruniai anak. Pada tahun 1936 dikatakan Desa Tamanbali sudah ada.
Desa Tamanbali merupakan salah satu dari 5 Desa yang ada di kecamatan Bangli,
yang terletak 5 km kearah selatan kota Kecamatan. Desa Tamanbali mempunyai luas
wilayah seluas 657 hektar dengan batas di sebelah utara Kelurahan Bebalang
Kabupaten Bangli.
Desa Tamanbali mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Musim kemarau berkisar antara Bulan April sampai dengan Bulan Oktober
sedangkan musim hujan berkisar antara Bulan November sampai dengan Bulan
faktor. Musim dingin puncaknya terjadi pada Bulan Juli s/d Agustus yaitu saat
musim kemarau.
maka seperti halnya daerah lain di Kecamatan Bangli, Desa Tamanbali meliputi tipe
kawulu (sistem penanggalan tradisional Bali) yaitu kira-kira di bulan Februari. Pada
musim seperti ini biasanya masyarakat sudah waspada, sehingga korban jiwa dapat
dihindari dari bencana ini. Secara umum kondisi Desa Tamanbali tidak rentan
terhadap bencana.
Hidrologi dalam arti luas adalah meliputi ketersediaan sumber air terutama air
permukaan dan air dalam tanah. Wilayah Binaan (Wilbin) Desa Tamanbali
Daerah Air Minum (PDAM) dalam pemenuhan kebutuhan air sehari-hari, sedangkan
pemenuhan kebutuhan air untuk lahan pertanian berasal dari aliran irigasi di Subak
Gede Tamanbali dan Subak Tampa Deha. Debit air semakin mengecil akibat
3360 jiwa, total 6569 jiwa, jumlah kepala keluarga 1.850 kepala keluarga, jumlah
misikin.
b. Desa Bunutin
Tahun 1580 masehi ada suatu daerah yang sangat subur bernama alas bun (hutan
memerintahkan rakyatnya untuk membuka alas bun itu menjadi daerah pertanian.
Oleh karena tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian maka banyak diantara
rakyat Dalem Gelgel ingin menetap di desa Alas Bun, yang pada saat itu dipimpin
langsung oleh I Dewa Agung Mas Wilis putra Raja Blangbangan yang telah lama
menjadi putra angkat di kerajaan Gelgel. Saat memegang tampuk pemerintahan desa
Alas Bun keadaan ekonomi masyarakatnya menjadi meningkat. Demikian pula segala
Setiap mengadakan rapat, kata - kata dari I Dewa Agung Mas Wilis selalu diikuti
oleh masyarakat, kata dalam bahasa Bali = bawos (bun), diikuti bahasa Bali = Inutin.
Lama kelamaan desa ini disebut Bun-Inutin dan sekarang lasim disebut BUNUTIN.
Tahun 1952 baru ada sekolah yang atapnya terbuat dari ilalang bertempat di kantor
desa yang sekarang (Sekolah SR), merupakan swadaya masyarakat. Setelah tamat SR
sekolah terbuat dari anyaman daun kelapa (klabang). Tahun 1963 Balai Masyarakat
Desa Bunutin menjadi yang terbaik di Bangli, karena style ada ekor burungnya. Pada
saat itu belum ada gedung SD maka balai masyarakat dipinjam untuk sekolah SD,
1 Bunutin, (belum ada gedung dan kekurangan kelas dan meminjam di depan Pura
Desa Bunutin merupakan miniatur Klungkung. Pusar Jagat dan Dalem Macepak
ada di Desa Bunutin. Sebelum jadi Raja di Klungkung sebelumnya jadi Raja di
Bunutin, penduduk Bunutin dibagi 2, setengah ikut Raja dan sebagian di Bunutin
(Sejarah Balah Pane). Dahulu Bunutin dan Tamanbali menjadi satu. Tahun 1960 baru
disebut Dukuh Siladri tempat bagi penduduk untuk menempa ilmu (Sejarah Dukuh
Visi adalah suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan
melihat potensi dan kebutuhan desa. Berikut merupakan visi dari desa Tamanbali dan
Bunutin.
dan sehat
yang berbasis pada pertanian, jasa pariwisata dan industri rumah tangga
6) Mengembangkan tata ruang desa yang terencana sesuai dengan Tri Hita
Karana
G. Misi
Berdasarkan Visi Pembangunan Desa Tamanbali dan Bunutin tersebut diatas, maka
masyarakat
2) Meningkatkan Srada dan Bhakti berlandaskan Tri Hita Karana
3) Meningkatkan rasa nasionalisme untuk membentuk kepribadian yang
berkarakter
b. Misi Desa Bunutin
1) Meningkatkan ketakwaan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, dengan
memanfaatkan potensi yang ada baik dari Sumber Daya Alam maupun
Sumber Daya Manusia itu sendiri, yang dilandasi sikap terbuka, jujur dan adil.
3) Mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau
Desa Tamanbali merupakan salah satu dari 5 Desa di Wilayah Kecamatan Bangli,
mempunyai luas wilayah seluas 657,00 Ha/M2. Iklim Desa Tamanbali, sebagaimana
desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim Kemarau dan Penghujan, hal
tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa
b. Desa Bunutin
I. Sumber Daya Manusia
a. Desa Tamanbali
3516 Jiwa, jumlah kepala keluarga (KK): 1850, yang terbesar dalam 10 Banjar Dinas.
SD
340 981 759 1307 164 14
b. Desa Bunutin