Anda di halaman 1dari 6

A .

KONSEP LEGAL ETIK


1 . PENGERTIAN
Etika Keperawatan (Nursing Ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat
seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan lewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral
dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut
mengatasi maslaah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi
perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Profesional, Ethical and Legsal Practice,
bidang Care Provision and Management dan bidang Profesional Development “Setiap profesi
pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang bermakna dalam
melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi
Sampuma, Pakar Hukum Kesehatan UI 2006)
Praktik Keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang
ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang
implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kritis perawat. Perawat perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
2 . ISI DARI PRINSIP-PRINSIP LEGAL DAN ETIS
A. Autonomi (OTONOMI)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dioandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

B. Beneficience (Berbuat Baik)


Beneficiencie berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dari
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
C. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusian. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktekdan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.

D. Nonmal Eficience (Tidak merugikan)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

E. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelyanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran.

F. Fidellity (Menepati janji)


Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat serta pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia pasien.

G. Confidentiality (Kerahasiaan)
Aturan dalam perinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.

H. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

I. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berari telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent”yang berarti persetujuan atau
memberi izin. Jadi “Informed Consent” mengandung pengertian suatu persetujuan
yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian “Infomed
Consent”dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap deirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

3 . MASALAH LEGAL DALAM KEPERAWATAN


Hukum dikeluarkan oleh Badan Pemerintah dan harus dipatuhui oleh warga negara.
Setiap orang yang tidak mematuhi hukum akan terikat secara hukum untuk menanggung
denda atau hukuman penjara. Beberapa situai yang perlu dihindari seorang perawat.
A. Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencendarai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas
dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.

B. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri.
Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga
sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.

C. Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut,
anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara
verbal atau tertulis.

D. Fabe Imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran
hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam
akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam flase
imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah
dokter.

E. Penyerangan dan Pemukulan


Penyerangan artinya dengan sengaja berusah untuk menyentuh tubuh orang lain atau
bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh
orang lain tanpa izin. Perawatan yang kita berikan selalu atas izin pasien atau
informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita
rencanakan dan kita lakukan.

F. Pelanggaran Privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran
terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang
melawan hukum.

G. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi
hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau
keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit
dimengerti mengapa seseorang menganiaya orang lain yang lemah atau rapuh, tetapi
hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi
hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai
seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
4 . LANDASAN ASPEK LEGAL KEPERAWATAN
Aspek Legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Izin
Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Iizn Praktik Perawat (SIPP) bila
bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun,
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang
didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus peraat dalam bidang
tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan
hanhya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan
sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu,
kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu
diserahkan kepada profesi masing-masing.

5 . APLIKASI ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN


Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang
melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan
kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan
(Praptianigsi, s.,2006).
Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi :
“Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”.
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi : “ Pelaksanaan
pengobatan dan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenagan untuk itu”. Yang
mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga kesehatan yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit, meliputi : proses pemberian asuhan
keperawatan, penelitian dan pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian
asuhan keperawatan sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan
pelaksanaan penelitian-penelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan
dimana hal ini semua bertujuan untuk keamanan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan
dan jua pasien selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan
Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan
dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiata yang secara langsung dapat berhubungan
dengan aspek legalisasi keperawatan :
1) Proses Keperawatan
2) Tindakan Keperawatan
3) Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan
dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan
dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga
perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956

6 . KASUS
Seorang perawat salah menulis diagnosa medis yang seharusnya Abnormal Uteri
Bleeiding (AUB) menjadi Abortion (AB), pasien dan keluarga tersinggung karna ternyata
pasien masih Nona. Bagaimana tanggapan anda terkait kondisi tersebut ditinjau dari legal
etik.
ANALISA KASUS DIATAS
Menurut kelompok kami dari kasus tersebut tentang teori legal etik, bahwa legal etik
adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tsnggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan. Dilihat dari kasus tersebut
bahwa perawat menyalahi aturan atau lalai, yang pertama dalam melakukan tindakan
keperawatan, perawat lupa untuk melakukan informed consent dulu kepadsa pasien tindakan
keperawatan apa yang akan dilakukan kepda pasien tersebut, sedangkan dari etika
keperawatan, perawat bukan hanya memahami definisi, tetapi juga memahami masalah-
masalah yang ada dipelayanan kesehatan saat ini, sehingga diharapkan mampu memahami
maslaah yang menjadi kenyataan. Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk
pasien dan dirinya didalam menghadapi masalah yang menyangkut etika. Perawat harus
berfikir secara rasional untuk melakukan pengkajian sampai mendapatkan hasil yang tepat
dan benar. Didalam menetukan diagnosa, perawat juga tidak hanya melihat dari hasil
pengkajian/anamnesa saja, tetapi penentuan diagnosa harus melihat hasil pemeriksaan
penunjang atau laborat,supaya kesalahan diagnosa tersebut tidak terjadi pasda pasien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/mobile/nslutfi90/tugas-legal-etik-kelompok-4-sp-ikd-1

Anda mungkin juga menyukai