PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki daya tarik tersendiri bagi investor sebagai alternatif
investor dapat memilih jenis suatu investasi yang cocok dengan kemampuan
investasi serta membentuk portofolio yang sesuai dengan risiko dan tingkat
keuntungan investasi pada masa yang akan datang (Herlianto, 2013). Dengan
dipilih, walaupun pada dasarnya kondisi suatu investasi tidak dapat diketahui
secara pasti.
juga tidak terlepas dari sifat alami manusia (Pompian, 2006). Dalam dunia
ekonomi ada kaitan erat mengenai perilaku dan sifat manusia dalam
1
2
dalam bidang ekonomi sehingga banyak menarik perhatian bagi para peneliti
Fama (1970) mengatakan bahwa pasar saham yang efisien adalah jika harga
yang menjadi landasan dasar teori pasar yang efisien. Dalam teori Efficient
Market Hypothesis (EMH) dikatakan bahwa harga dari saham akan selalu
tersedia bagi investor akan langsung direspon dalam bentuk pergerakan harga.
dapat menerima konsep pasar efisien. Sebagian investor percaya bahwa pasar
abnormal return. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Octavio dan Lantara
sebagai makhluk yang rasional, akan tetapi pada kenyataannya terdapat anomali
ketidakrasionalan investor.
paradigma baru yaitu teori perilaku keuangan atau behavioral finance (Jones,
2014). Bodie et al., (2008) menjelaskan argumen yang menjadi dasar kritik
berkontribusi satu sama lain dalam situasi tertentu. Kemudian teori ini
De Bondt dan Thaler (1985) Salah satu fenomena yang terjadi pada
yang berlebihan dari investor dalam menanggapi peristiwa atau informasi yang
baru.
melakukan penjualan saham ketika pasar sedang naik dan membeli saham
pasar secara keseluruhan. Apabila terjadi reaksi pelaku pasar yang berlebihan,
Thaler (1985) secara garis besar merupakan saham-saham yang secara relatif
Bondt dan Thaler (1985) secara lebih lanjut menyebutkan dalam penelitiannya
bahwa efek dari winner-loser ini disebabkan oleh adanya perilaku yang
winner dan loser dari saham-saham di New York Stock Exchange pada kurun
Antara Januari 1933 sampai Desember 1980, portofolio saham loser di NYSE
saham winner pada periode yang sama memperoleh return negatif 5.0% di
menjual saham pada saat pasar mengalami kenaikan dan membeli saham pada
panjang. Saham winner bergerak berganti posisi menjadi saham loser namun
tidak signifikan. Saham loser bergerak tetapi tidak berganti posisi sejak periode
Hasil uji statistik mengungkap bahwa market overreaction di BEI terjadi secara
tidak signifikan serta terjadi tidak secara konstan tetapi separatis. Octavio dan
Lantara (2014) meneliti saham yang termasuk dalam Indeks Kompas 100
dua kelompok portofolio, yaitu portofolio winner dan portofolio loser. Hasil
hanya pada portofolio loser dan terjadi pada periode jangka pendek.
tersebut merupakan hal yang menarik bagi penulis, sehingga hal ini mendorong
indeks LQ-45.
7
Dalam studi ini akan diteliti gejala overreaction terutama pada saham
Indonesia?
1. Manfaat Teoritis
bidang pasar modal, dan diharapkan dapat digunakan sebagai referensi pada
2. Manfaat Praktis
dalam konsep pasar efisien, perubahan harga suatu sekuritas saham di waktu
masa yang akan datang. Perubahan harga saham di dalam pasar efisien
mengikuti pola random walk, dimana penaksiran harga saham tidak dapat
tetapi lebih berdasarkan pada semua informasi yang tersedia dan muncul di
pasar (Bodie et al., 2011). Informasi yang masuk ke pasar dan berhubungan
pergeseran harga keseimbangan yang baru. Dalam teori pasar efisien tidak
saham (Kamaludin, 2009). Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat terhadap
suatu informasi yang masuk dan segera membentuk harga keseimbangan yang
baru, maka kondisi pasar yang seperti ini yang disebut dengan pasar efisien
(Hartono, 2013:547).
9
10
dalam harga. Maka dari itu, ide bahwa harga saham telah mencerminkan semua
Efisiensi pasar modal ditandai dengan informasi baru yang masuk dan
harga saham (Elton dan Gruber, 2005). Semakin cepat informasi baru tercermin
pada harga sekuritas, maka pasar tersebut semakin efisien. Keadaan ini
membuat pelaku pasar akan sangat sulit memperoleh tingkat keuntungan di atas
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk yang lemah adalah apabila harga-
harga dari saham atau sekuritas mencerminkan secara penuh (fully reflect)
informasi masa lalu. Informasi dikatakan masa lalu jika informasi tersebut
sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini sangat berkaitan
dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa
data masa lalu tidak dapat dihubungkan dengan nilai yang sekarang. Dengan
harga sekarang.
Pasar dapat dikatakan efisien dalam bentuk yang kuat apabila harga-
efisien dalam bentuk ini memang ada, maka individual investor atau grup
return).
Ketiga bentuk efisiensi pasar tersebut bersifat kumulatif, yang berarti bahwa
bentuk pasar efisiensi kuat adalah juga pasar efisiensi bentuk semi kuat dan
lemah. Akan tetapi hal ini tidak berlaku sebaliknya. Pasar efisiensi bentuk
yang terjadi di pasar modal. Menurut Alteza (2007) anomali pasar merupakan
penyimpangan terhadap model atau konsep pasar efisien. Beberapa hal yang
mendukung konsep anomali pasar efisien ini adalah adanya pola tertentu pada
keuntungan yang abnormal, adanya insider trading dalam pasar modal, adanya
saham yang memiliki P/E tinggi (Jones, 2014). Anomali ini ditemukan
2. Size effect
besar (Jones, 2014). Anomali ini ditemukan oleh Banz dan Reinganum pada
tahun 1981.
3. January effect
saham di bulan Januari cenderung lebih tinggi dibanding bulan yang lalu
5. Reversal effect
kinerja buruk (loser) akan berbalik menjadi saham yang berkinerja baik
Anomali ini merupakan salah satu bentuk anomali pasar modal yang
terlihan lebih jelas dalam horizon waktu yang lebih panjang. Jegadeesh
(1990), dan Lehmann (1990) mendapati efek reversal pada waktu yang
pendek yaitu kurang dari satu bulan. Namun di penelitian Jegadeesh dan
Behavioral Finance pertama kali mulai dikenalkan pada akhir tahun 1970-
an atas kontribusi Dreaman, Shiller, Shefrin, dan Statman, serta Thaller dan De
penurunan harga saham di masa depan karena penurunan harga saat ini,
sehingga ia akan menjual saham tersebut dan harga pun akan menurun.
kinerja yang baik atau tingkat pengembalian positif (winner) atau memiliki
saham-saham yang berkinerja buruk pada masa lalu (kurang diminati) yang
baik pada masa lalu (saham-saham yang diminati), yang dianggap sebagai
saham pemenang.
16
dimasa lalu dan melakukan penjualan terhadap suatu sekuritas yang mempunyai
kinerja baik (winner). Penjualan terhadap sekuritas winner dan pembelian atas
sekuritas loser akan menghasilkan suatu expected return yang positif. Hal ini
sebagai akibat dari adanya korelasi yang negatif antara keduanya, loser akan
menjadi winner di masa datang dan sebaliknya winner akan menjadi loser di
masa datang.
berlawanan dengan pasar dalam membeli dan menjual saham. Berarti, investor
menjual saham pada saat pasar mengalami kenaikan (bullish) dan membeli
saham pada saat harganya turun (bearish), strategi ini juga disebut strategi buy
low sell high atau zero cost. Strategi ini berlawanan dengan kebiasaan setiap
orang yang membeli saham pada saat sedang naik dan menjualnya pada saat
sedang turun.
2.5 Overreaction
dan Thaler (1985) dengan menggunakan data bulanan pasar saham Amerika
New York Stock Exchange (NYSE), telah menemukan suatu anomali baru yang
pengembalian yang rendah (De Bondt dan Thaler, 1985). Ini dapat terjadi
karena secara tidak sadar pasar telah menilai kelompok saham losers secara
(Kamaludin, 2012).
dengan meningkatkan harga terlalu tinggi atas reaksi yang timbul terhadap
suatu berita positif dan menurunkan harga terlalu besar sebagai reaksi atas berita
negatif. Kemudian pada akhirnya akan terjadi koreksi harga sehingga saham-
semakin besar perubahan harga yang terjadi, maka akan diikuti dengan semakin
besar pula koreksi harga yang dicerminkan oleh pembalikan harga, atau
saham segera ketika terjadi perubahan ekspektasi dari return reversal pasar,
informasi yang tersedia (Michayluk dan Neusauer, 2006 dalam Park, 2009).
Thaler (1985) menguji overreaction pada New York Stock Exchange (NYSE)
bernilai negatif, yang disebut portofolio losers. Dari hasil penelitiannya, mereka
Penelitian lain mengenai gejala overreaction ini juga dilakukan oleh Piccoli
meneliti sebanyak 663 events (310 positive and 353 negative) dan menemukan
bukti kuat dukungan yang signifikan secara statistik dan ekonomi untuk
Hipotesis Overreaction. Efek ini lebih jelas terlihat setelah ada negative events.
Ketika strategi kontrarian (long losers, short winners on the event day)
jangka pendek membeli saham loser dan menjual saham winner akan memiliki
20
baik dibanding periode bulanan, maka return saham jangka pendek tidak
apabila harga saham meningkat lebih daripada yang diprediksi model pasar
return yang digunakan dalam penelitian tersebut sama dengan yang digunakan
oleh De Bondt dan Thaller (1985), hanya saja periode replikasi dibagi menjadi
bahwa gejala overreaction lebih terlihat pada penelitian dengan masa observasi
lebih panjang, yaitu 12 bulan. Gejala overreaction yang ditemukan juga tidak
reversal terjadi pada saham winner maupun loser. Pembalikan harga pada hari
peristiwa, baik peristiwa kenaikan maupun penurunan harga terjadi akibat dari
21
reaksi berlebihan investor. Derajat overreaction saham winner yang lebih besar
(2009) terhadap sampel 100 saham. Menggunakan model abnormal return yang
sama seperti yang dipergunakan oleh De Bondt dan Thaller (1985), yaitu market
tersebut adalah 12 bulan, dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan gejala
loser.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Bondt dan Thaler (1985). Metode yang digunakan De Bondt dan Thaler dalam
dan return harian pasar, kemudian menghitung abnormal return (selisih return
waktu tertentu.
Dari data CAR kemudian dilakukan ranking 10% pertama masuk kategori
winner, dan 10% terbawah masuk kategori loser. Selanjutnya dilakukan observasi
atas portofolio winner dan loser. Kemudian dari data CAR masing-masing
portofolio dapat dihitung Average CAR (ACAR) selama periode observasi. Periode
formasi dan observasi adalah satu tahun untuk rentang penelitian tahunan (12
bulan), dan enam bulan untuk rentang penelitian semesteran (6 bulan). Secara total
1. Actual Return
𝑃𝑗,𝑡 − 𝑃𝑗,𝑡−1
𝑅𝑗,𝑡 =
𝑃𝑗,𝑡−1 (3.1)
Dimana:
Rj,t = imbal hasil saham j pada bulan ke-t
Pj,t = harga saham j pada bulan ke-t
Pj,t-1 = harga saham j pada bulan ke-(t-1)
2. Market Return
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
𝑅𝑚,𝑡 =
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 (3.2)
Dimana:
Rm,t = imbal hasil pasar m pada bulan ke-t
IHSGt = IHSG pada bulan ke-t
IHSGt-1 = IHSG pada bulan ke-(t-1)
24
3. Abnormal Return
Dimana:
ARj,t = abnormal return saham j bulan ke-t
Rj,t = return saham j bulan ke-t
Rm,t = return market bulan ke-t
0
𝐶𝐴𝑅𝑗,𝑇 = ∑ 𝐴𝑅𝑗,𝑇 (3.4)
𝑇
Dimana:
CARj,T = cumulative abnormal return saham j pada periode
T.
ARj,T = abnormal return saham j pada periode T.
ini gunakan untuk mencapai batasan atau tujuan tertentu dari penelitian.
1. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang sudah dan masih
penelitian.
Daftar perusahaan yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Data yang digunakan merupakan data sekunder, yakni data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah data saham LQ-45, yaitu data closing price tiap
bulan sebanyak 60 bulan dari 26 saham perusahaan sampel dan indeks harga
kemudian diolah dengan cara yang sama dengan teknik yang digunakan De
Bondt dan Thaler (1985), yaitu membagi replikasi kedalam dua proses, yaitu
observasi portofolio yang diambil dalam penelitian ini adalah 12 dan 6 bulan
berikut:
tertinggi) dan loser (10% dengan imbal hasil abnormal terendah) pada
loser.
winner-ACAR loser).
Berikut ini adalah cara-cara untuk menghitung perhitungan olah data di atas:
𝑃𝑗,𝑡 − 𝑃𝑗,𝑡−1
𝑅𝑗,𝑡 =
𝑃𝑗,𝑡−1 (3.5)
Dimana:
Rj,t = imbal hasil saham j pada bulan ke-t
28
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
𝑅𝑚,𝑡 =
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 (3.6)
Dimana:
Rm,t = imbal hasil pasar m pada bulan ke-t
IHSGt = IHSG pada bulan ke-t
IHSGt-1 = IHSG pada bulan ke-(t-1)
Setelah return saham dan return pasar di hitung, maka dapat dihitung
yang sama dengan penelitian De Bondt dan Thaler (1987), yaitu equally
weighted market return atau return saham tertimbang terhadap return pasar,
Dimana:
ARj,t = abnormal return saham j bulan ke-t
Rj,t = return saham j bulan ke-t
Rm,t = return market bulan ke-t
Abnormal Return) semesteran dan tahunan, hal ini karena adanya indikasi
dalam jangka waktu yang lebih panjang dan intermediate (De Bondt dan
0
𝐶𝐴𝑅𝑗,𝑇 = ∑ 𝐴𝑅𝑗,𝑇 (3.8)
𝑇
Dimana:
CARj,T = cumulative abnormal return saham j pada periode
T.
ARj,T = abnormal return saham j pada periode T.
Nilai CAR diurutkan dari nilai terbesar ke nilai terkecil (descending). Pada
urutan teratas, 10%-nya akan dipilih sebagai kategori winner dan 10%
Dimana:
AARt = average abnormal return pada periode ke-t
AR = abnormal return pada periode ke-t
N = jumlah saham
Dimana:
CAARt = cumulative average abnormal return saham pada
bulan t
AARt = average abnormal return saham pada bulan t
n = jumlah saham
ACAR dapat juga disebut sebagai rata-rata dari CAAR (cumulative average
𝐶𝐴𝐴𝑅
𝐴𝐶𝐴𝑅𝑡 = ∑ (3.11)
𝑍
Dimana:
ACARt = rata-rata CAR portofolio tiap replikasi pada bulan
ke-t
31
portofolio winner setiap periode. Selisih ACAR ini gunakan untuk melihat
Dimana:
∆ACAR = selisih ACAR portofolio winner dan loser tiap
bulan
ACARl,t = nilai ACAR portofolio loser bulan ke-t
ACARw,t = nilai ACAR portofolio winner bulan ke-t
8. Uji signifikansi
untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak
Ha1: Diduga terjadi overreaction pada portofolio winner jika ACARw,t < 0
H02: Diduga tidak terjadi overreaction pada portofolio loser jika ACARl,t
Ha2: Diduga terjadi overreaction pada portofolio loser jika ACARl,t > 0
> 0 (nilai selisih ACAR loser dan winner adalah positif, yang
Left tail t-test: Portofolio winner (abnormal return yang positif) akan
Right tail t-test: Portofolio loser (abnormal return yang negatif) akan
(ACARL,t ≤ 0).
Right tail t-test: selisih abnormal return portofolio loser (AR negatif)
ACARW,t ≤ 0).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Objek penelitian ini adalah berupa data harga saham dari perusahaan yang
masih terdaftar di Indeks LQ-45 dan konsisten terdaftar selama periode 2014-
setiap 6 bulan sekali dilakukan seleksi kembali oleh divisi penelitian dan
kriteria Indeks LQ-45 akan dikeluarkan dan diganti oleh perusahaan yang
merupakan perusahaan yang sudah dan masih terdaftar selama periode 2014-
periode 2014-2018 dan terakhir data perusahaan yang menjadi sampel tersedia
kriteria.
34
35
masing-masing portofolio winner dan loser dalam setiap periode. Dari nilai
CAAR tersebut dibuat gambar yang dibutuhkan untuk proses analisis. Analisis
dilakukan secara terpisah antara portofolio tiap replika. Untuk portofolio winner
dan loser terdapat 5 gambar CAAR terdiri dari 4 replika dan 1 gambar seluruh
replika.
analisis dapat dilakukan secara cermat dari satu periode ke periode berikutnya.
dan gambar CAAR winner semakin turun dari awal hingga akhir periode
pengujian.
dan ACAR, serta dengan melakukan uji hipotesis. Overreaction terjadi jika
diajukan dapat diterima atau tidak. Pengujian ketiga hipotesis ini menggunakan
one-tailed test (hipotesis 1 dengan left-tailed dan hipotesis 2 dan 3 dengan right-
ini menjadi dua tahap yaitu periode pembentukan dan periode pengujian antara
tahun 2014 sampai tahun 2018. Berikut dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah
ini:
gejala overreaction berdasarkan nilai abnormal return yang akan diperoleh, hal
tersebut akan memberikan jawaban atas ada atau tidaknya gejala overreaction
sebanyak 10% teratas dan terbawah untuk memperoleh portofolio winner dan
37
loser dari setiap replikasi. Portofolio yang terbentuk dapat dilihat pada tabel
berikut:
Replikasi pertama observasi tahunan periode tahun 2014 dan 2015, yaitu
tahun 2014 sebagai formasi dan tahun 2015 observasi. Formasi portofolio
38
winner adalah ADHI, ADRO, dan AKRA dan portofolio loser adalah UNVR,
WIKA, dan WSKT (Lampiran 2). Selama periode replikasi pertama saham
24,5%. Pada bulan Februari dan Juli terjadi pembalikan nilai CAAR ke arah
negatif, yaitu pada bulan Februari dari 17,7% menjadi -3,5% dan pada bulan
tertinggi yaitu sebesar 4,07%, sedangkan nilai CAAR terendah sebesar -7,7%.
Terjadi pembalikan arah di bulan April dan Agustus ke arah positif, yaitu pada
bulan April dari -1,4% menjadi 3,4% dan bulan Agustus dari -8,7% menjadi
4,07%.
-0.1
-0.15
Pada gambar 4.1 terlihat terjadi pembalikan arah pada bulan Mei terhadap
ACAR winner dan ACAR loser, tetapi hal ini tidak dapat dianggap sebagai
39
overreaction karena terbukti t-hitung < t-tabel dari masing-masing ACAR dan
Pada awal tahun portofolio saham loser memiliki abnormal return sebesar
22,5% tetapi terjadi pembalikan arah menjadi -2,1% pada bulan Maret.
pada bulan Februari berbalik menjadi positif pada bulan selanjutnya yaitu dari
-2,9% menjadi 9,8%. Kemudian terjadi pembalikan arah yang cukup besar
untuk portofolio saham loser dari bulan Juli hingga September yaitu dari -16%
menjadi 18%. Abnormal return yang dihasilkan jauh melebihi portofolio saham
winner.
Pada Gambar 4.2 terlihat terjadi pembalikan arah tetapi pada Tabel 4.5 hasil
uji statistik tidak menunjukkan adanya bukti yang signifikan terjadi gejala
replikasi kedua.
pembalikan arah yang cukup tinggi atas saham winner yaitu pada bulan April
dan Juli dengan mencatatkan nilai sebesar 16,6% dan 10,2%. Lagi-lagi saham
loser mengalami pembalikan arah pada bulan September yaitu dari 11,3%
-0.1
-0.15
-0.2
Pada Gambar 4.3 terlihat terjadi pembalikan arah pada portofolio saham
winner, tetapi walaupun terjadi pembalikan arah, portofolio saham winner tidak
menunjukkan gejala overreaction yang dapat di lihat pada Tabel 4.4 sehingga
investor yang memegang saham winner tetap mendapat return yang positif pada
pembalikan arah pada masing-masing portofolio winner dan loser yaitu pada
bulan Oktober dan Desember. Portofolio saham winner yang awalnya bernilai
positif 7,2% pada bulan September menjadi -4,9% pada bulan Oktober
sedangkan portofolio saham loser meningkat menjadi 8,9% pada bulan Oktober
0.3
0.2
0.1
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
-0.1
-0.2
-0.3
bernilai negatif pada awal periode observasi menjadi positif di akhir periode
portofolio saham loser tetapi tidak signifikan karena dapat dilihat pada Tabel
pengujian terhadap 3 hipotesis yang sudah dibuat yaitu ACARW,t < 0 (negatif),
ACARL,t > 0 (positif), dan ACARL,t – ACARW,t > 0 (positif), maka perhitungan
uji t-hitung terhadap t-tabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Uji signifikan observasi Tahunan portofolio winner dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
hanya terdapat pada bulan April, Juli, dan Agustus sedangkan nilai t-hitung > t-
43
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa H01 diterima, dengan demikian terbukti
bahwa ACAR winner yang negatif tidak signifikan dan dapat disimpulkan tidak
Uji signifikan observasi Tahunan portofolio loser dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
ACAR loser yang bernilai positif hanya terjadi pada 3 bulan, yaitu Januari, Juni
dan September sedangkan nilai t-hitung < t-tabel, maka dapat disimpulkan
bahwa H02 diterima sehingga tidak terbukti secara signifikan bahwa ACAR
Loser bernilai positif dan dapat disimpulkan tidak terjadi overreaction pada
Uji signifikan observasi Tahunan portofolio winner dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
44
didapat selama 12 bulan di masa pengujian, nilai ACARL,t – ACARW,t tidak ada
bernilai positif dan nilai t-hitung < t-tabel sehingga H03 diterima dan dapat
dan loser seluruh replikasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
0.60000
0.40000
0.20000
0.00000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
-0.20000
-0.40000
-0.60000
-0.80000
Pada Gambar 4.5 terlihat bahwa pergerakan ACAR winner dan loser selama 12
bulan pengujian terdapat 3 bulan ACAR winner bernilai negatif dan sama
seperti ACAR winner, pada ACAR loser hanya terdapat 3 bulan yang bernilai
positif. Tetapi, tidak terdapat pembalikan arah yang signifikan terhadap ACAR
winner dan loser tersebut dan selisih ACAR loser-winner tidak menunjukkan
adanya nilai positif, yang mana pada hipotesis ketiga (ACARL,t – ACARW,t > 0)
overreaction.
4.4.2.1 Replikasi 1
semester I tahun 2014 dan periode observasi semester II tahun 2014. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah ADHI, PTPP, dan ADRO dan
portofolio loser adalah INDF, AKRA, dan ICBP. Selama periode observasi
pada bulan 1 yaitu sebesar 22,2% dan saham loser tidak menunjukkan nilai
negatif yang signifikan, dapat dilihat pada Gambar 4.6 hanya terjadi di bulan ke
-0.1
-0.15
Pada Gambar 4.6 terlihat tidak terjadi gejala overreaction dikarenakan tidak
4.4.2.2 Replikasi 2
semester II tahun 2014 dan periode observasi semester I tahun 2015. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah WSKT, PTPP, dan WIKA dan
portofolio loser adalah PGAS, ADRO, dan UNTR. Selama periode observasi
replikasi ke-2 terjadi pembalikan arah pada saham winner di bulan ke-2 yaitu
saham loser tidak terlihat terjadi pembalikan arah yang signifikan. Cumulative
Average Abnormal Return (CAAR) portofolio winner dan loser dapat dilihat
Pada Gambar 4.7 terlihat terjadi overreaction pada portofolio saham winner
tetapi tidak terbukti signifikan mengarah (Tabel 4.7) ke nilai negatif sehingga
investor yang memegang saham winner tetap mendapat return yang positif.
4.4.2.3 Replikasi 3
semester I tahun 2015 dan periode observasi semester II tahun 2015. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah AKRA, UNTR, dan UNVR dan
portofolio loser adalah ADHI, ADRO, dan PTBA. Selama periode observasi
terlihat terjadi pembalikan arah terhadap portofolio loser pada bulan 3 menjadi
13,07% yang sebelumnya pada bulan 1 -7,5% dan tidak terjadi pada pembalikan
arah yang signifikan terhadap portofolio winner. Grafik CAAR untuk periode
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5 6
-0.05
-0.1
-0.15
-0.2
-0.25
Terjadi pembalikan arah terhadap portofolio loser tetapi hal ini tidak
terbukti signifikan karena t-hitung < t-tabel (Tabel 4.8). Sehingga dapat
semesteran ke-3.
4.4.2.4 Replikasi 4
semester II tahun 2015 dan periode observasi semester I tahun 2016. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah ADHI, AKRA, dan GGRM dan
portofolio loser adalah KLBF, PGAS, dan MNCN. Pada periode replikasi 4 ini
pada bulan ke 2 dan 3. Portofolio loser yang pada awal periode observasi
memberikan abnormal return sebesar 9,4% berbalik ke arah menjadi 0,8% dan
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5 6
-0.05
-0.1
-0.15
portofolio winner dan loser tetapi hal ini tidak menunjukkan gejala overreaction
karena nilai CAAR portofolio saham loser telah bernilai positif pada awal dan
nilai CAAR portofolio saham winner tetap bernilai negatif selama masa periode
observasi replikasi 4.
4.4.2.5 Replikasi 5
semester I tahun 2016 dan periode observasi semester II tahun 2016. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah PTBA, ADRO, dan MNCN dan
portofolio loser adalah UNTR, INTP, dan SMGR. Saham winner pada akhir
abnormal return tertinggi pada bulan 3 yaitu 24,6% sedangkan saham loser
Pada gambar 4.10 terlihat tidak terjadi gejala overreaction baik pada saham
4.4.2.6 Replikasi 6
semester II tahun 2016 dan periode observasi semester I tahun 2017. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah ADRO, UNTR, PTBA dan
portofolio loser adalah JSMR, ADHI, LPKR. Pada periode observasi replikasi
semesteran ke-6 portofolio saham winner tercatat tertinggi pada bulan 3 yaitu
16,03% dan di akhir periode turun menjadi 9,1% sedangkan portofolio saham
loser mencatatkan terendah di bulan 2 yaitu sebesar -9,7% dan di akhir periode
(CAAR) portofolio winner dan loser dapat dilihat pada gambar berikut:
51
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5 6
-0.05
-0.1
-0.15
Pada gambar 4.11 terlihat tidak terjadi gejala overreaction pada saham
winner namun terjadi pembalikan arah pada saham loser di akhir periode namun
4.4.2.7 Replikasi 7
semester I tahun 2017 dan periode observasi semester II tahun 2017. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah JSMR, UNTR, dan PTBA dan
portofolio loser adalah PTPP, WIKA, dan PGAS. Pada periode observasi
replikasi 7 tercatat nilai portofolio saham winner tidak ada yang bernilai positif
sedangkan portofolio saham loser terdapat pembalikan arah pada bulan 3 dan
return sebesar 9,6% dan pada bulan 6 menghasilkan abnormal return sebesar
52
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
Pada gambar 4.12 terlihat tidak terjadi gejala overreaction pada saham
winner namun terjadi pembalikan arah pada saham loser di akhir periode namun
4.4.2.8 Replikasi 8
semester II tahun 2017 dan periode observasi semester I tahun 2018. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah ADRO, PTBA, PGAS dan
portofolio loser adalah MNCN, TLKM, LPKR. Awal periode replikasi CAAR
winner menunjukkan nilai negatif yaitu sebesar -6,1% dan semakin rendah pada
bulan 2 menjadi -18,3% tetapi pada bulan 3 terjadi pembalikan arah menjadi
positif yaitu sebesar 4,4% dan di akhir periode memperoleh abnormal return
sebesar 34,8%. Pada portofolio saham loser tidak terjadi pembalikan yang
53
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6
-0.1
-0.2
-0.3
Pada gambar 4.13 terlihat tidak terjadi gejala overreaction pada saham
winner namun terjadi pembalikan arah pada saham loser di akhir periode namun
4.4.2.9 Replikasi 9
semester I tahun 2018 dan periode observasi semester II tahun 2018. Formasi
yang terbentuk untuk portofolio winner adalah PTBA, BBCA, ICBP dan
portofolio loser adalah LPKR, MNCN, dan PGAS. Pada periode 9 saham
terjadi hanya pada portofolio saham loser di bulan 4 hingga bulan 6. Tercatat
portofolio saham loser terendah sebesar 15,9% dan di akhir periode bulan 6
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5 6
-0.05
-0.1
-0.15
-0.2
Pada gambar 4.13 terlihat tidak terjadi gejala overreaction pada saham
winner namun terjadi pembalikan arah pada saham loser di akhir periode namun
terbukti tidak signifikan jika dilihat dari hasil uji signifikan (Tabel 4.8).
pengujian terhadap 3 hipotesis yang sudah dibuat yaitu ACARW,t < 0 (negatif),
ACARL,t > 0 (positif), dan ACARL,t – ACARW,t > 0 (positif), maka perhitungan
uji t-hitung terhadap t-tabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pada perhitungan Tabel 4.7 di atas, nilai ACAR winner tidak ada yang
bernilai negatif sehingga nilai t-hitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa
Uji signifikan observasi Semesteran portofolio loser dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Pada Tabel 4.8 terlihat terdapat nilai ACAR loser yang positif, hal ini
nilai ACAR loser yang positif tidak terbukti signifikan karena nilai t-hitung <
memiliki nilai positif terbukti tidak signifikan dianggap sebagai bukan gejala
overreaction.
tidak ada yang melebihi nilai t-tabel dan tidak terdapat nilai positif pada ACAR
57
dan Loser Seluruh Replika dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
1.00000
0.50000
0.00000
1 2 3 4 5 6
-0.50000
-1.00000
-1.50000
-2.00000
Pada Gambar 4.15 dari Lampiran 30, terlihat bahwa pergerakan ACAR
pembalikan arah yang signifikan dan nilai ACAR winner tidak menunjukkan
nilai negatif sehingga hasil yang didapat di akhir periode adalah 99,5%. Namun
pada portofolio saham loser terlihat pada akhir periode observasi nilai ACAR
menjadi positif 32,2% namun pembalikan ini tidak dapat dianggap overreaction
karena tidak terbukti signifikan setelah di uji (Tabel 4.8). Kemudian selisih
pada perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
periode observasi tahunan dan observasi semesteran dan untuk mengetahui ada
1. Dari empat periode replikasi yang ada terlihat bahwa semua replikasi
mengalami kenaikan pada bulan Juni, terlihat ACAR winner dan loser
memiliki nilai positif pada bulan Juni. Hal ini disebabkan karena pada
yaitu efek dari overreaction adalah asimetris yang mana efek lebih
terdapat pembalikan arah tetapi portofolio winner juga (Gambar 4.1 dan
Gambar 4.3)
secara signifikan pada uji signifikan (Tabel 4.4 dan 4.5). Hasil yang
loser sebesar -7,3%. Hasil yang diperoleh untuk replikasi kedua adalah
sebesar 6,8% dan saham loser sebesar -20,1%. Hasil yang diperoleh
return di akhir periode sebesar 22,1% dan saham loser sebesar -5,9%.
4. Pada hasil uji signifikansi secara statistik bahwa hasil yang diperoleh
ACARW,t > 0 (positif), hasil yang didapat adalah t-hitung > t-tabel untuk
portofolio winner (Tabel 4.4) dan t-hitung < t-tabel untuk portofolio
loser (Tabel 4.5 dan Tabel 4.6). Walaupun telah terjadi gejala
60
dengan saham winner. Pada replikasi 2, hal tersebut terjadi pada bulan
pada bulan tersebut terjadi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak
signifikan (Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9). Gejala overreaction
32.2%.
61
3. Pada hasil uji signifikansi secara statistik bahwa hasil yang diperoleh
ACARW,t > 0 (positif), hasil yang didapat adalah t-hitung > t-tabel untuk
portofolio winner (Tabel 4.4) dan t-hitung < t-tabel untuk portofolio
loser (Tabel 4.5 dan Tabel 4.6). Walaupun telah terjadi gejala
Observasi gejala overreaction dalam dua rentang waktu yang berbeda (6 dan 12
yang didapat, baik good news maupun bad news. Dari hasil penelitian yang
5.1 Kesimpulan
yang terjadi pembalikan harga dan secara keseluruhan tidak terbukti terjadi
5.2 Saran
Berikut ini beberapa saran yang dapat peneliti berikan untuk menunjang
62
63
hari, sedangkan hal ini terjadi untuk pasar yang terdapat overreaction.
dan untuk faktor anomali efisiensi pasar agar dapat lebih dikontrol dalam
Alteza, Muniya. (2007). Efek Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Suatu
Telaah atas Anomali Pasar Efisien. Jurnal Ilmu Manajemen, 3(1): 31-43.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A.J. (2011). Investments (9th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A.J. (2014). Manajemen Portofolio dan Investasi.
Jakarta: Salemba Empat.
De Bondt, W.F.M., & R.H. Thaler. (1985). Does the Stock Market Overreact?
Journal of Finance, 40(3): 793-805.
De Bondt, W.F.M., & R.H. Thaler. (1987). Further evidence on investor
overreaction and stock market seasonality. The Journal of Finance, 42(3):
557-581.
De Bondt, W.F.M., & R.H. Thaler. (2010). The behavioral revolution in finance.
12th Annual European Conference of the Financial Management Association.
Dinawan, Muhammad Rizkada. (2007). Analisis Overreaction Hypothesis, Dan
Pengaruh Firm Size, Likuiditas & Bid-Ask Spread Terhadap Fenomena Price
Reversal Di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro.
Donald, R.M & Power, D.M. (1992). Persistence in UK Stock Market Returns:
Some Evidence using high-frequency data. Journal of Business Finance and
Accounting, 19(4): 505-514.
Elton, E.J. & Gruber. (2005). Modern Portofolio Theory and Investment Analysis
(6th ed.). Canada: John Willey and Sons Inc.
Fama, Eugene F. (1970). Efficient capital markets: a review of theory and empirical
work. The Journal of Finance, 25(2): 383-417.
Hartono, Jogiyanto. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (ed.8).
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Herlianto, Didit. (2013). Manajemen Investasi Plus Jurus Mendektesi Investasi
Bodong. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Hotma, Herry. (2004). Strategi Kontrarian di Pasar Saham Indonesia: Suatu
Tinjauan Overreaction Hypothesis di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas
Indonesia.
Husnan, Fuad. (2009). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
64
65