Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal memiliki daya tarik tersendiri bagi investor sebagai alternatif

melakukan investasi dananya kepada perbankan. Menurut Husnan (2009)

dibandingkan dengan perbankan, di pasar modal terdapat berbagai pilihan

investasi dengan tingkat risiko dan keuntungan masing-masing, sehingga

investor dapat memilih jenis suatu investasi yang cocok dengan kemampuan

mereka. Pasar modal memungkinkan investor untuk melakukan diversifikasi

investasi serta membentuk portofolio yang sesuai dengan risiko dan tingkat

pengembalian yang diharapkan. Salah satu alternatif pilihan investor untuk

berinvestasi adalah melalui perdagangan saham.

Investor melakukan investasi dengan tujuan untuk mendapatkan

keuntungan investasi pada masa yang akan datang (Herlianto, 2013). Dengan

melakukan investasi, berarti investor mengalihkan dana yang dimiliki sekarang

dan mengalihkan dana tersebut untuk berinvestasi. Dalam melakukan investasi,

investor seharusnya memperhatikan prospek di masa depan dari investasi yang

dipilih, walaupun pada dasarnya kondisi suatu investasi tidak dapat diketahui

secara pasti.

Perlu dipahami pula bahwa investor merupakan sekumpulan manusia yang

juga tidak terlepas dari sifat alami manusia (Pompian, 2006). Dalam dunia

ekonomi ada kaitan erat mengenai perilaku dan sifat manusia dalam

1
2

pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan hal yang penting

dalam bidang ekonomi sehingga banyak menarik perhatian bagi para peneliti

untuk melakukan penelitian mengenai adanya hubungan perilaku investor

dalam pengambilan keputusan.

Fama (1970) mengatakan bahwa pasar saham yang efisien adalah jika harga

yang terbentuk mencerminkan informasi-informasi yang tersedia bagi investor,

yang menjadi landasan dasar teori pasar yang efisien. Dalam teori Efficient

Market Hypothesis (EMH) dikatakan bahwa harga dari saham akan selalu

mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. Setiap informasi relevan yang

tersedia bagi investor akan langsung direspon dalam bentuk pergerakan harga.

Wiksuana (2008) menyatakan bahwa belum semua praktisi pasar modal

dapat menerima konsep pasar efisien. Sebagian investor percaya bahwa pasar

tidak efisien (inefisiensi), sehingga masih ada celah untuk mendapatkan

abnormal return. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Octavio dan Lantara

(2014), disebutkan bahwa meskipun teori pasar efisien mengasumsikan investor

sebagai makhluk yang rasional, akan tetapi pada kenyataannya terdapat anomali

yang terjadi. Anomali-anomali tersebut dihipotesiskan terjadi akibat dari

ketidakrasionalan investor.

Sebagai alternatif untuk menjelaskan ketidakrasionalan investor, muncul

paradigma baru yaitu teori perilaku keuangan atau behavioral finance (Jones,

2014). Bodie et al., (2008) menjelaskan argumen yang menjadi dasar kritik

behavioral finance. Teori perilaku keuangan menunjukkan bahwa investor


3

seringkali berperilaku menyimpang, misalnya investor hanya menggunakan

sebagian informasi dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya perilaku

ketidakrasionalan dari investor bukan saling mengkompensasi tetapi

berkontribusi satu sama lain dalam situasi tertentu. Kemudian teori ini

menyatakan bahwa kegiatan arbitrase tidak dapat dilakukan karena adanya

keterbatasan atau biaya yang besar dan risiko yang tinggi.

De Bondt dan Thaler (1985) Salah satu fenomena yang terjadi pada

investasi yang berkaitan dengan perilaku investor dalam menanggapi informasi

adalah stock market overreaction. Hipotesis mengenai stock market

overreaction mengatakan bahwa harga saham tidak benar-benar

menggambarkan atau merefleksikan harga saham yang sebenarnya karena

diakibatkan oleh adanya reaksi optimisme atau pesimisme dari investor

mengenai suatu peristiwa atau informasi. Dalam beberapa penelitian yang

dilakukan oleh berbagai peneliti, secara konsisten ditemukan adanya reaksi

yang berlebihan dari investor dalam menanggapi peristiwa atau informasi yang

baru.

Perilaku investor dalam menanggapi informasi ini dimanfaatkan oleh

investor lain dengan menerapkan strategi investasi kontrarian, yaitu strategi

yang kebalikan dari umum gunakan. Strategi kontrarian menyarankan untuk

melakukan penjualan saham ketika pasar sedang naik dan membeli saham

ketika harga menurun (Manurung, 2008). Keadaan dimana pelaku pasar

bereaksi secara berlebihan ini dapat bermanfaat bagi investor untuk

menghasilkan keuntungan secara abnormal atau di atas rata-rata keuntungan


4

pasar secara keseluruhan. Apabila terjadi reaksi pelaku pasar yang berlebihan,

munculnya keuntungan yang abnormal ini kemudian dapat digunakan sebagai

indikator yang dapat menunjukkan tingkat efisiensi pasar saham di Indonesia.

De Bondt dan Thaler (1985) mengemukakan bahwa hipotesis overreaction

akan menyebabkan anomali winner-loser. Market overreaction hypothesis

menyatakan bahwa saham-saham yang memiliki abnormal return rendah

(saham loser) pada periode waktu selanjutnya akan mengalami pembalikan

return (reversal), dan saham-saham yang memiliki abnormal return tinggi

(saham winner) cenderung memburuk pada periode berikutnya.

Saham-saham loser pada penelitian yang dilakukan oleh De Bondt dan

Thaler (1985) secara garis besar merupakan saham-saham yang secara relatif

merupakan saham-saham yang lebih murah daripada saham-saham winner. De

Bondt dan Thaler (1985) secara lebih lanjut menyebutkan dalam penelitiannya

bahwa efek dari winner-loser ini disebabkan oleh adanya perilaku yang

irrational yang ditunjukkan para investor dalam pasar modal.

Penelitian overreaction De Bondt dan Thaler (1985) menemukan bahwa

winner dan loser dari saham-saham di New York Stock Exchange pada kurun

36 bulan cenderung mengalami pembalikan arah pada 36 bulan berikutnya.

Antara Januari 1933 sampai Desember 1980, portofolio saham loser di NYSE

mengungguli return pasar rata-rata sebesar 19.6%, dan sebaliknya portofolio

saham winner pada periode yang sama memperoleh return negatif 5.0% di

bawah pasar. Sehingga dengan demikian, jika investor melakukan strategi


5

investasi kontrarian pada periode ini, abnormal return kumulatif yang

didapatkan adalah 24.6%. Strategi kontrarian sendiri merupakan suatu strategi

yang cocok digunakan ketika terjadi overreaction. Investor cenderung untuk

menjual saham pada saat pasar mengalami kenaikan dan membeli saham pada

saat harganya turun.

Pasaribu (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan data saham

perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung dalam LQ-45

periode 2003-2007. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi

gejala anomali overreaction di BEI pada seluruh periode penelitian, sehingga

strategi kontrarian secara teoritis menghasilkan pertimbangan risiko yang perlu

dicermati bagi investor dalam berinvestasi. Penelitian oleh Najmudin (2012)

pada Jakarta Islamic Index (JII) periode Januari 2004-Desember 2006

mengungkapkan bahwa tidak terdapat anomali winner loser dalam jangka

panjang. Saham winner bergerak berganti posisi menjadi saham loser namun

tidak signifikan. Saham loser bergerak tetapi tidak berganti posisi sejak periode

pembentukan sampai dengan periode pengujian.

Penelitian Maharani dan Witiastuti (2015) pada seluruh perusahaan yang

terdaftar di BEI periode 2009-2013 menunjukkan terjadinya market

overreaction, baik pada periode triwulan, semester, maupun periode tahunan.

Hasil uji statistik mengungkap bahwa market overreaction di BEI terjadi secara

tidak signifikan serta terjadi tidak secara konstan tetapi separatis. Octavio dan

Lantara (2014) meneliti saham yang termasuk dalam Indeks Kompas 100

periode Januari 2010-Juli 2010 dengan membagi saham-saham tersebut dalam


6

dua kelompok portofolio, yaitu portofolio winner dan portofolio loser. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat gejala market overreaction tetapi

hanya pada portofolio loser dan terjadi pada periode jangka pendek.

Adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa

tersebut merupakan hal yang menarik bagi penulis, sehingga hal ini mendorong

penulis untuk meneliti apakah terjadi fenomena market overreaction di Pasar

Modal Indonesia khususnya pada saham-saham LQ-45 pada periode Januari

2014 hingga Desember 2018. Data menunjukkan Indeks LQ-45 memiliki

pergerakan kenaikan dan penurunan harga yang cukup signifikan.

Gambar 1.1 Pergerakan Harga Indeks LQ-45 Tahun 2014-2018


Sumber: www.investing.com

Pergerakan naik-turun harga indeks LQ-45 yang cukup signifikan dapat

mengindikasikan terjadi abnormal return pada saham-saham yang ada di LQ-

45 sehingga terdapat kemungkinan terjadinya gejala anomali overreaction di

indeks LQ-45.
7

1.2 Rumusan Masalah

Dalam studi ini akan diteliti gejala overreaction terutama pada saham

perusahaan LQ-45 selama 2014-2018, yang akan memberikan gambaran

tentang efisiensi pasar saham di Indonesia. Dengan demikian dapat diteliti

berbagai permasalahan yang timbul, yaitu:

1. Apakah terdapat anomali overreaction di pasar saham LQ-45 di Bursa Efek

Indonesia?

2. Jika ditemukan gejala overreaction, apakah strategi investasi kontrarian

dapat diterapkan pada saham-saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tulisan ini dibuat untuk tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah terdapat anomali overreaction di pasar saham LQ-45 di

Bursa Efek Indonesia.

2. Mengetahui apakah strategi kontrarian dapat diterapkan pada saham-saham

LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya dalam

bidang pasar modal, dan diharapkan dapat digunakan sebagai referensi pada

penelitian berikutnya dengan tema yang relevan.


8

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada investor apabila

terjadi overreaction di pasar modal, maka terdapat kesempatan bagi para

investor untuk melakukan strategi investasi kontrarian sebagai upaya dalam

memperoleh abnormal return.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hipotesis Pasar Efisien

Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan oleh Fama (1970). Di

dalam konsep pasar efisien, perubahan harga suatu sekuritas saham di waktu

yang lalu tidak dapat digunakan dalam memperkirakan perubahan harga di

masa yang akan datang. Perubahan harga saham di dalam pasar efisien

mengikuti pola random walk, dimana penaksiran harga saham tidak dapat

dilakukan dengan melihat kepada harga-harga historis dari saham tersebut,

tetapi lebih berdasarkan pada semua informasi yang tersedia dan muncul di

pasar (Bodie et al., 2011). Informasi yang masuk ke pasar dan berhubungan

dengan suatu sekuritas saham akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya

pergeseran harga keseimbangan yang baru. Dalam teori pasar efisien tidak

terlepas terhadap masuknya informasi baru yang akan merefleksikan harga

saham (Kamaludin, 2009). Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat terhadap

suatu informasi yang masuk dan segera membentuk harga keseimbangan yang

baru, maka kondisi pasar yang seperti ini yang disebut dengan pasar efisien

(Hartono, 2013:547).

Sebaliknya, jika pergerakan saham dapat diprediksi, hal ini berarti

menunjukkan inefisiensi, karena kemampuan untuk memprediksi harga

merupakan indikasi bahwa seluruh informasi belum sepenuhnya terefleksikan

9
10

dalam harga. Maka dari itu, ide bahwa harga saham telah mencerminkan semua

informasi yang tersedia disebut Efficient Market Hypothesis (Fama, 1970).

Efisiensi pasar modal ditandai dengan informasi baru yang masuk dan

kecepatan serta ketepatan respon yang langsung tercermin pada pergerakan

harga saham (Elton dan Gruber, 2005). Semakin cepat informasi baru tercermin

pada harga sekuritas, maka pasar tersebut semakin efisien. Keadaan ini

membuat pelaku pasar akan sangat sulit memperoleh tingkat keuntungan di atas

normal secara konsisten.

Hasil penelitian Fama (1970) mengklafikasikan bentuk pasar yang efisien

ke dalam tiga konsep Efficient Market Hypothesis (EMH), yaitu:

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk yang lemah adalah apabila harga-

harga dari saham atau sekuritas mencerminkan secara penuh (fully reflect)

informasi masa lalu. Informasi dikatakan masa lalu jika informasi tersebut

sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini sangat berkaitan

dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa

data masa lalu tidak dapat dihubungkan dengan nilai yang sekarang. Dengan

begini nilai-nilai di masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi

harga sekarang.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi-strong form)

Pasar dapat dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas

saham secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan

(all publicly available information) termasuk informasi yang berada di


11

laporan-laporan keuangan. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat,

maka tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang

dipublikasikan untuk mendapat keuntungan tidak normal dalam jangka

waktu yang lama.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

Pasar dapat dikatakan efisien dalam bentuk yang kuat apabila harga-

harga sekuritas saham secara penuh mencerminkan seluruh informasi yang

tersedia termasuk informasi yang sangat rahasia sekalipun. Jika pasar

efisien dalam bentuk ini memang ada, maka individual investor atau grup

dari investor yang mendapatkan keuntungan yang tidak normal (abnormal

return).

Ketiga bentuk efisiensi pasar tersebut bersifat kumulatif, yang berarti bahwa

bentuk pasar efisiensi kuat adalah juga pasar efisiensi bentuk semi kuat dan

lemah. Akan tetapi hal ini tidak berlaku sebaliknya. Pasar efisiensi bentuk

lemah bukan merupakan pasar semi kuat dan kuat.

2.2 Anomali Pasar

Jones (1996) mendefinisikan anomali pasar sebagai bentuk strategi atau

teknik dikarenakan hasil yang ditimbulkan oleh anomali pasar ini

memungkinkan para investor untuk mendapatkan kesempatan memperoleh

keuntungan yang abnormal dengan mengandalkan berbagai peristiwa (event)

yang terjadi di pasar modal. Menurut Alteza (2007) anomali pasar merupakan

“an exception of rule or model”, maksudnya adalah anomali merupakan


12

penyimpangan terhadap model atau konsep pasar efisien. Beberapa hal yang

mendukung konsep anomali pasar efisien ini adalah adanya pola tertentu pada

hari perdagangan saham, adanya kesempatan investor untuk memperoleh

keuntungan yang abnormal, adanya insider trading dalam pasar modal, adanya

asimetri informasi, dan sebagainya. Beberapa anomali yang terdapat di pasar

antara lain, yaitu:

1. Price earnings (P/E) effect

Price earnings effect adalah anomali dimana saham P/E rendah

menunjukkan risk adjusted return yang lebih tinggi dibandingkan dengan

saham yang memiliki P/E tinggi (Jones, 2014). Anomali ini ditemukan

pertama kali oleh Basu pada tahun 1977.

2. Size effect

Size effect merupakan anomali dimana risk adjusted return dari

perusahaan ukuran kecil lebih tinggi daripada perusahaan dengan ukuran

besar (Jones, 2014). Anomali ini ditemukan oleh Banz dan Reinganum pada

tahun 1981.

3. January effect

January effect merupakan anomali yang menyatakan bahwa return

saham di bulan Januari cenderung lebih tinggi dibanding bulan yang lalu

(Kleim, 1986 dalam Jones, 2014). Sejalan dengan penelitian Kamaludin

(2012) menemukan terdapat kebiasaan investor cenderung untuk membeli

saham pada awal tahun. Kecenderungan ini terjadi karena adanya

kecenderungan peningkatan pembelian oleh investor setelah mereka


13

melakukan penjualan pada Desember, yang bertujuan untuk mengurangi

pajak atau realizing gain.

4. Neglected firm effect

Neglected firm effect adalah suatu kecenderungan bahwa investasi pasar

saham pada perusahaan yang kurang dikenal dapat memberi abnormal

return, karena perusahaan kecil cenderung diabaikan oleh investor besar

maka informasi mengenai perusahaan ini cenderung tidak tersedia.

Kurangnya informasi tersebut membuat perusahaan kecil menjadi lebih

berisiko sehingga menimbulkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.

Anomali ini ditemukan oleh Avner Arbel pada tahun 1982.

5. Reversal effect

De Bondt dan Thaler (1985) menyatakan bahwa penyebab anomali

reversal effect adalah overreaction hypothesis. Reversal effect adalah efek

pembalikan rata-rata return yang merupakan sebutan lain untuk anomali

winner-loser. Anomali ini merupakan kecenderungan saham yang memiliki

kinerja buruk (loser) akan berbalik menjadi saham yang berkinerja baik

(winner) pada periode berikutnya, begitu pula sebaliknya.

Anomali ini merupakan salah satu bentuk anomali pasar modal yang

bertentangan dengan konsep hipotesis pasar efisien. Hipotesis ini

menyatakan bahwa pasar telah bereaksi berlebihan terhadap suatu

informasi. Pelaku pasar cenderung menetapkan harga saham terlalu tinggi

terhadap informasi baik dan menetapkan harga terlalu rendah terhadap

informasi buruk. Saham- saham yang pada awalnya memberikan tingkat


14

keuntungan sangat positif atau sangat negatif akan mengalami pembalikan

pada periode berikutnya.

De Bondt dan Thaller (1985) mendapati bahwa efek reversal akan

terlihan lebih jelas dalam horizon waktu yang lebih panjang. Jegadeesh

(1990), dan Lehmann (1990) mendapati efek reversal pada waktu yang

pendek yaitu kurang dari satu bulan. Namun di penelitian Jegadeesh dan

Titman lainnya juga mendapati bahwa saham juga menunjukan

kecenderungan merespon terhadap efek baik positif maupun negative secara

terus-menerus, ini tentu saja bertentangan dengan efek reversal.

2.3 Behavioral Finance

Behavioral Finance pertama kali mulai dikenalkan pada akhir tahun 1970-

an atas kontribusi Dreaman, Shiller, Shefrin, dan Statman, serta Thaller dan De

Bondt. Penelitian membuktikan bahwa kebanyakan keputusan portofolio dalam

berinvetasi di pengaruhi oleh hal-hal yang tidak rasional seperti kepercayaan,

sentimen, sehingga menimbulkan perubahan harga yang mendadak (De Bondt

dan Thaler, 2010).

Barberis dan Thaler (2003) dalam Bodie et al., (2008) menjelaskan

behavioral finance sebagai sebuah model pasar keuangan yang menekankan

implikasi potensial dari faktor psikologis yang memengaruhi perilaku investor.

Dalam melakukan investasi, pertimbangan pelaku pasar tidak hanya

berdasarkan estimasi instrumen investasi, tetapi juga melibatkan faktor

psikologis. Adanya faktor psikologis tersebut memengaruhi proses dan hasil


15

investasi. Behavioral finance merupakan studi yang mempelajari bagaimana

fenomena psikologi memengaruhi tingkah laku keuangan (Shefrin, 2000).

Tversky dan Kahneman (1974) mengajukan teori berdasarkan behavioral

finance yang menjelaskan anomali winner-loser. Mereka menyatakan teori bias

kognitif, yaitu illusion of validity dimana investor sering memprediksi

penurunan harga saham di masa depan karena penurunan harga saat ini,

sehingga ia akan menjual saham tersebut dan harga pun akan menurun.

Kebanyakan keputusan dalam berinvestasi dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak

rasional seperti sentimen dan kepercayaan, sehingga menimbulkan perubahan

harga yang mendadak (De Bondt dan Thaler, 2010).

2.4 Strategi Kontrarian

Strategi kontrarian pertama kali dicetuskan oleh De Bondt dan Thaler

(1985) yang dalam penelitiannya menggunakan data pasar modal di Amerika

Serikat. Mereka menemukan bahwa saham-saham yang pada mulanya memiliki

kinerja yang baik atau tingkat pengembalian positif (winner) atau memiliki

kinerja yang buruk (loser) akan mengalami pembalikan (reversal) pada

periode-periode berikutnya. Pada strategi kontrarian, investor akan membeli

saham-saham yang berkinerja buruk pada masa lalu (kurang diminati) yang

dianggap sebagai saham pecundang dan menjual saham-saham yang berkinerja

baik pada masa lalu (saham-saham yang diminati), yang dianggap sebagai

saham pemenang.
16

Menurut Lo dan McKinlay (1990) konsekuensi dari adanya overreaction

adalah keuntungan yang akan didapat dari strategi kontrarian dengan

melakukan pembelian terhadap suatu sekuritas yang berkinerja buruk (loser)

dimasa lalu dan melakukan penjualan terhadap suatu sekuritas yang mempunyai

kinerja baik (winner). Penjualan terhadap sekuritas winner dan pembelian atas

sekuritas loser akan menghasilkan suatu expected return yang positif. Hal ini

sebagai akibat dari adanya korelasi yang negatif antara keduanya, loser akan

menjadi winner di masa datang dan sebaliknya winner akan menjadi loser di

masa datang.

Definisi lain mengatakan strategi kontrarian merupakan suatu strategi yang

berlawanan dengan pasar dalam membeli dan menjual saham. Berarti, investor

menjual saham pada saat pasar mengalami kenaikan (bullish) dan membeli

saham pada saat harganya turun (bearish), strategi ini juga disebut strategi buy

low sell high atau zero cost. Strategi ini berlawanan dengan kebiasaan setiap

orang yang membeli saham pada saat sedang naik dan menjualnya pada saat

sedang turun.

2.5 Overreaction

Penelitian mengenai Overreaction pertama kali dilakukan oleh De Bondt

dan Thaler (1985) dengan menggunakan data bulanan pasar saham Amerika

New York Stock Exchange (NYSE), telah menemukan suatu anomali baru yang

bertentangan dengan teori pasar efisiensi yang dikenal dengan overreaction

anomaly atau winner-loser anomaly. Hipotesis market overreaction


17

menyatakan bahwa saham-saham yang pada awalnya memberikan tingkat

pengembalian yang rendah (losers), di periode berikutnya akan memberikan

pengembalian yang tinggi dan saham-saham yang awalnya memberikan tingkat

pengembalian yang tinggi (winners), di periode berikutnya akan memberikan

pengembalian yang rendah (De Bondt dan Thaler, 1985). Ini dapat terjadi

karena secara tidak sadar pasar telah menilai kelompok saham losers secara

terlalu rendah (undervaluation) dan menilai kelompok saham winners terlalu

tinggi (overvaluation). Sehingga, perilaku reaksi yang berlebihan

(overreaction) ini akan mendorong harga saham melampaui tingkat kewajaran

(Kamaludin, 2012).

Secara khusus investor atau pelaku pasar secara sistematis berperilaku

berlebihan terhadap implikasi ekonomi atas suatu peristiwa-peristiwa besar

dengan meningkatkan harga terlalu tinggi atas reaksi yang timbul terhadap

suatu berita positif dan menurunkan harga terlalu besar sebagai reaksi atas berita

negatif. Kemudian pada akhirnya akan terjadi koreksi harga sehingga saham-

saham losers akan memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi.

Sebagai tambahan, hipotesis market overreaction ini menyatakan bahwa

semakin besar perubahan harga yang terjadi, maka akan diikuti dengan semakin

besar pula koreksi harga yang dicerminkan oleh pembalikan harga, atau

seringkali disebut magnitude effect. Kondisi ini menyebabkan harga di pasar

saham menjadi tidak berada di keadaan ekuilibrium, khususnya jika terdapat

informasi baru atau kejadian ekstrem (Hotma, 2004).


18

Contoh perilaku overreaction yang dimaksud adalah membeli atau menjual

saham segera ketika terjadi perubahan ekspektasi dari return reversal pasar,

sehingga terjadi perubahan harga mendadak, hal ini menyebabkan

pembentukan harga menjadi tidak dapat dipakai untuk mencerminkan seluruh

informasi yang tersedia (Michayluk dan Neusauer, 2006 dalam Park, 2009).

2.6 Penelitian Terdahulu

Dilatar belakangi oleh penilaian terhadap faktor psikologis manusia yang

secara kognitif dalam merespon informasi secara berlebihan, De Bondt dan

Thaler (1985) menguji overreaction pada New York Stock Exchange (NYSE)

dengan membentuk 2 formasi portofolio. Pertama, yakni portofolio yang terdiri

dari saham-saham yang mempunyai pengembalian abnormal yang bernilai

positif, yang disebut portofolio winners. Kemudian, kedua portofolio yang

terdiri dari saham-saham yang mempunyai pengembalian abnormal yang

bernilai negatif, yang disebut portofolio losers. Dari hasil penelitiannya, mereka

menemukan bahwa saham yang pada awal periodenya memberikan tingkat

pengembalian yang positif (winners) maupun yang negatif (losers) akan

mengalami pembalikan harga (price reversal) pada periode selanjutnya.

Dengan menggunakan periode pembentukan portofolio losers dan winners

selama 3 tahun dengan pengujian selama 3 tahun berikutnya, hasil pengujiannya

konsisten dengan hipotesis market overreaction. Yakni portofolio loser yang

sejumlah 35 saham, mempunyai tingkat pengembalian yang secara rata-rata

19,6% lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengembalian pasar, 36 bulan


19

setelah pembentukan portofolio. Portofolio winners, sebaliknya, mempunyai

tingkat pengembalian sekitar 5% lebih rendah dibandingkan dengan tingkat

pengembalian pasar, sehingga perbedaan tingkat pengembalian kedua

portofolio tersebut adalah sebesar 24,6%.

Penelitian lain mengenai gejala overreaction ini juga dilakukan oleh Piccoli

et al., (2017) pada penelitiannya Stock overreaction to extreme market events

meneliti sebanyak 663 events (310 positive and 353 negative) dan menemukan

bukti kuat dukungan yang signifikan secara statistik dan ekonomi untuk

Hipotesis Overreaction. Efek ini lebih jelas terlihat setelah ada negative events.

Ketika strategi kontrarian (long losers, short winners on the event day)

menghasilkan return tahunan sebesar 50%.

Studi lain oleh Zarowin (1990) menggunakan return bulanan dalam

menjelaskan pergerakan jangka pendek harga saham di Amerika. Ia menguji

apakah portfolio saham yang dengan kriteria winner-loser (mengacu kepada

diatas atau dibawa nilai rata-rata risk-adjusted return) mengalami pembalikan

harga saham pada 1 bulan mendatang. Hasil penelitiannya mengindikasikan

bahwa strategi kontrarian jangka pendek menghasilkan rata-rata abnormal

return yang secara statistik signifikan sebesar 2%-5% perbulan. Kemudian,

Donald dan Power (1993) juga mengemukakan kesimpulan yang skeptis

mengenai pengaruh overreaction jangka pendek dalam return saham mingguan

atas 40 perusahaan publik di Inggris periode Januari 1982-Juni 1990. Strategi

jangka pendek membeli saham loser dan menjual saham winner akan memiliki
20

kinerja underperformed daripada pasar dalam periode 12 minggu yang akan

datang setelah pembentukan portfolio saham winner dan loser.

Berdasarkan hasil tersebut mereka menyarankan bahwa apabila pada suatu

tingkatan tertentu investor mempertimbangkan bahwa return mingguan lebih

baik dibanding periode bulanan, maka return saham jangka pendek tidak

mengandung komponen transitory pembalikan rata-rata. Dengan kata lain

apabila harga saham meningkat lebih daripada yang diprediksi model pasar

dalam 1 minggu, kenaikan harga tersebut akan mengalami penguatan oleh

kenaikan harga berikutnya.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Manurung (2005) menggunakan

sampel saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ-45. Model abnormal

return yang digunakan dalam penelitian tersebut sama dengan yang digunakan

oleh De Bondt dan Thaller (1985), hanya saja periode replikasi dibagi menjadi

tiga kategori, yaitu 3, 6, dan 12 bulan. Pada penelitian tersebut ditemukan

bahwa gejala overreaction lebih terlihat pada penelitian dengan masa observasi

lebih panjang, yaitu 12 bulan. Gejala overreaction yang ditemukan juga tidak

signifikan secara statistik. Di samping itu gejala overreaction menunjukkan

asimetris yaitu lebih sering terjadi pada portofolio winner.

Dinawan (2007) juga menguji adanya overreaction di Bursa Efek Indonesia

pada periode 2007-2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa price

reversal terjadi pada saham winner maupun loser. Pembalikan harga pada hari

peristiwa, baik peristiwa kenaikan maupun penurunan harga terjadi akibat dari
21

reaksi berlebihan investor. Derajat overreaction saham winner yang lebih besar

dibandingkan dengan loser menyebabkan periode pembalikan harga saham

winner lebih lama dibandingkan dengan saham loser.

Berbeda dengan Manurung (2005) penelitian yang dilakukan Phangwijaya

(2009) terhadap sampel 100 saham. Menggunakan model abnormal return yang

sama seperti yang dipergunakan oleh De Bondt dan Thaller (1985), yaitu market

adjusted abnormal return. Periode observasi yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah 12 bulan, dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan gejala

overreaction yang muncul tidak signifikan. Serta gejala overreaction yang

ditemukan justru berbeda dengan temuan Manurung (2005), yaitu asimetris

loser.
22

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian analisis

deskriptif dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini berada pada

ruang lingkup pasar modal dengan menganalisis hipotesis overreaction

menggunakan metode dan cara perhitungan yang sama dipergunakan oleh De

Bondt dan Thaler (1985). Metode yang digunakan De Bondt dan Thaler dalam

melakukan analisis overreaction adalah dengan menghitung return harian saham

dan return harian pasar, kemudian menghitung abnormal return (selisih return

saham harian terhadap return pasar). Setelah diperoleh abnormal return,

selanjutnya dihitung CAR (cumulative abnormal return) periode tunggal selama

waktu tertentu.

Dari data CAR kemudian dilakukan ranking 10% pertama masuk kategori

winner, dan 10% terbawah masuk kategori loser. Selanjutnya dilakukan observasi

atas portofolio winner dan loser. Kemudian dari data CAR masing-masing

portofolio dapat dihitung Average CAR (ACAR) selama periode observasi. Periode

formasi dan observasi adalah satu tahun untuk rentang penelitian tahunan (12

bulan), dan enam bulan untuk rentang penelitian semesteran (6 bulan). Secara total

periode penelitian adalah selama lima tahun, yaitu periode 2014-2018.


23

3.2 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel yang dianalisis adalah sebagai berikut.

1. Actual Return

Actual Return merupakan return yang telah terjadi dan dihitung

berdasarkan data historis. Actual Return digunakan sebagai salah satu

pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return di

masa mendatang (Jogiyanto, 2010). Actual Return dihitung dengan rumus:

𝑃𝑗,𝑡 − 𝑃𝑗,𝑡−1
𝑅𝑗,𝑡 =
𝑃𝑗,𝑡−1 (3.1)

Dimana:
Rj,t = imbal hasil saham j pada bulan ke-t
Pj,t = harga saham j pada bulan ke-t
Pj,t-1 = harga saham j pada bulan ke-(t-1)

2. Market Return

Market Return digunakan untuk mengestimasikan return suatu indeks

harga pasar. Untuk menghitung market return di pasar modal Indonesia

menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Market Return

dapat dihitung dengan rumus:

𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
𝑅𝑚,𝑡 =
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 (3.2)

Dimana:
Rm,t = imbal hasil pasar m pada bulan ke-t
IHSGt = IHSG pada bulan ke-t
IHSGt-1 = IHSG pada bulan ke-(t-1)
24

3. Abnormal Return

Abnormal Return (AR) merupakan selisih antara return sesungguhnya

dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2010). Keuntungan tidak normal dapat

diperoleh ketika ada peristiwa tertentu yang mempengaruhi pergerakan

harga saham. Rumus untuk Abnormal Return adalah:

𝐴𝑅𝑗,𝑡 = 𝑅𝑗,𝑡 − 𝑅𝑚,𝑡 (3.3)

Dimana:
ARj,t = abnormal return saham j bulan ke-t
Rj,t = return saham j bulan ke-t
Rm,t = return market bulan ke-t

4. Cumulative Abnormal Return (CAR)

Cumulative Abnormal Return (CAR) merupakan akumulasi dari nilai

Abnormal Return saham yang masuk dalam sampel penelitian. CAR

dihitung dengan menjumlahkan AR saham selama periode pengujian (setiap

6 bulan). Rumus untuk menghitung CAR yaitu:

0
𝐶𝐴𝑅𝑗,𝑇 = ∑ 𝐴𝑅𝑗,𝑇 (3.4)
𝑇

Dimana:
CARj,T = cumulative abnormal return saham j pada periode
T.
ARj,T = abnormal return saham j pada periode T.

3.3 Populasi dan Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di

LQ-45 selama periode penelitian yaitu 2014-2018. Kemudian dari populasi


25

tersebut diambil beberapa sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan metode purposive sampling, teknik pengambilan sampel

ini gunakan untuk mencapai batasan atau tujuan tertentu dari penelitian.

Ketentuan kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang sudah dan masih

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2014-2018.

2. Saham perusahaan yang terdaftar di indeks LQ-45 dan konsisten terdaftar

secara terus-menerus selama periode yang diteliti.

3. Data saham perusahaan yang tersedia secara lengkap selama periode

penelitian.

Daftar perusahaan yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan LQ-45


No Nama Kode No Nama Kode
1 Adhi Karya (Persero)Tbk ADHI 14 Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR
2 Adaro Energy Tbk ADRO 15 Kalbe Farma Tbk KLBF
3 AKR Corporindo Tbk AKRA 16 Lippo Karawaci Tbk LPKR
4 Astra International Tbk ASII 17 Media Nusantara Citra Tbk MNCN
Perusahaan Gas Negara (Persero)
5 Bank Central Asia Tbk BBCA 18 PGAS
Tbk
Bank Negara Indonesia Tambang Batubara Bukit Asam
6 BBNI 19 PTBA
(Persero) Tbk (Persero) Tbk
Bank Rakyat Indonesia
7 BBRI 20 PP (Persero) Tbk PTPP
(Persero) Tbk
8 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 21 Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR
Telekomunikasi Indonesia
9 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE 22 TLKM
(Persero) Tbk
10 Gudang Garam Tbk GGRM 23 United Tractors Tbk UNTR
Indofood CBP Sukses Makmur
11 ICBP 24 Unilever IndonesiaTbk UNVR
Tbk
12 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 25 Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA
Indocement Tunggal Prakasa
13 INTP 26 Waskita Karya (Persero) Tbk WSKT
Tbk
Sumber: idx.co.id
26

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder, yakni data yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah data saham LQ-45, yaitu data closing price tiap

bulan sebanyak 60 bulan dari 26 saham perusahaan sampel dan indeks harga

saham gabungan periode Januari 2014-Desember 2018 yang diperoleh dari

Bursa Efek Indonesia dan website finance.yahoo.com.

3.5 Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul akan dilakukan sinkronisasi tanggal data,

kemudian diolah dengan cara yang sama dengan teknik yang digunakan De

Bondt dan Thaler (1985), yaitu membagi replikasi kedalam dua proses, yaitu

periode formasi portofolio, dan periode observasi. Periode formasi dan

observasi portofolio yang diambil dalam penelitian ini adalah 12 dan 6 bulan

sebelum periode observasi, secara bergantian dan kontinyu tanpa terputus,

diantaranya tahun 2014-2018.

Langkah-langkah penelitian dan cara perhitungan dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Tahap pembentukan/ formasi portofolio

a. Menghitung imbal hasil saham (actual return/ Ri,t).

b. Menghitung imbal hasil pasar (actual return/ Rm,t).

c. Menghitung imbal hasil abnormal saham (AR).

d. Menghitung cumulative abnormal return (CAR).


27

e. Melakukan klasifikasi winner (10% dengan imbal hasil abnormal

tertinggi) dan loser (10% dengan imbal hasil abnormal terendah) pada

tiap periode replikasi (kuartal, semester, dan tahunan) secara berulang

tanpa overlap atau jeda.

2. Tahap observasi portofolio

a. Menghitung average abnormal return (AAR) portofolio winner dan

loser.

b. Menghitung cumulative average abnormal return (CAAR) portofolio

winner dan loser.

c. Menghitung average cumulative abnormal return (ACAR) portofolio

winner dan loser tiap replikasi.

d. Menghitung selisih ACAR antara winner dan loser.

e. Menghitung t-statistik untuk menguji signifikansi hipotesis 1 (ACAR

winner) dan hipotesis 2 (ACAR loser).

f. Menghitung t-statistik untuk menguji signifikansi hipotesis 3 (ACAR

winner-ACAR loser).

3.6 Teknik Analisis Data

Berikut ini adalah cara-cara untuk menghitung perhitungan olah data di atas:

1. Mencari return aktual saham (Rj,t) selama periode penelitian.

𝑃𝑗,𝑡 − 𝑃𝑗,𝑡−1
𝑅𝑗,𝑡 =
𝑃𝑗,𝑡−1 (3.5)

Dimana:
Rj,t = imbal hasil saham j pada bulan ke-t
28

Pj,t = harga saham j pada bulan ke-t


Pj,t-1 = harga saham j pada bulan ke-(t-1)

2. Mencari return harian pasar (Rm,t) selama periode penelitia.

𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
𝑅𝑚,𝑡 =
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 (3.6)

Dimana:
Rm,t = imbal hasil pasar m pada bulan ke-t
IHSGt = IHSG pada bulan ke-t
IHSGt-1 = IHSG pada bulan ke-(t-1)

3. Abnormal return dan CAR

Setelah return saham dan return pasar di hitung, maka dapat dihitung

abnormal return. Abnormal return dihitung dengan menggunakan metode

yang sama dengan penelitian De Bondt dan Thaler (1987), yaitu equally

weighted market return atau return saham tertimbang terhadap return pasar,

perhitungan menggunakan meode ini cukup sederhana untuk dilakukan.

Secara matematis, formula ini dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐴𝑅𝑗,𝑡 = 𝑅𝑗,𝑡 − 𝑅𝑚,𝑡 (3.7)

Dimana:
ARj,t = abnormal return saham j bulan ke-t
Rj,t = return saham j bulan ke-t
Rm,t = return market bulan ke-t

Pada penelitian ini periode formasi membentuk CAR (Cumulative

Abnormal Return) semesteran dan tahunan, hal ini karena adanya indikasi

penampakan overreaction yang lebih jelas apabila penelitian dilakukan


29

dalam jangka waktu yang lebih panjang dan intermediate (De Bondt dan

Thaler, 1985). Dengan membagi rentang waktu penelitian menjadi waktu

semesteran dan tahunan maka diharapkan akan memperlihatkan pada hasil

tahunan gejala overreaction akan semakin terlihat.

CAR dihitung dengan rumus sebagai berikut:

0
𝐶𝐴𝑅𝑗,𝑇 = ∑ 𝐴𝑅𝑗,𝑇 (3.8)
𝑇

Dimana:
CARj,T = cumulative abnormal return saham j pada periode
T.
ARj,T = abnormal return saham j pada periode T.

Selanjutnya dari data CAR (Cumulative Abnormal Return) ini akan

dilakukan pemeringkatan, dan akan diperoleh portofolio winner dan loser.

Kemudian formasi portofolio ini digunakan sebagai informasi observasi.

4. Formasi portofolio winner dan loser.

Selanjutnya dilakukan pemeringkatan atau ranking nilai CAR saham.

Nilai CAR diurutkan dari nilai terbesar ke nilai terkecil (descending). Pada

urutan teratas, 10%-nya akan dipilih sebagai kategori winner dan 10%

urutan terbawahnya di pilih sebagai loser.

5. Perhitungan AAR (average abnormal return) dan CAAR (cumulative

average abnormal return)

Setelah terbentuk portofolio winner dan loser, selanjutnya dilakukan

perhitungan average abnormal return (AAR). AAR merupakan rata-rata dari


30

abnormal return per portofolio di setiap bulan dihitung dengan rumus:


𝑛
𝐴𝑅𝑖𝑡
𝐴𝐴𝑅𝑡 = ∑
𝑛 (3.9)
𝑖=1

Dimana:
AARt = average abnormal return pada periode ke-t
AR = abnormal return pada periode ke-t
N = jumlah saham

Selanjutnya dari nilai AAR ini dihitung nilai cumulative average

abnormal return (CAAR). Perhitungan CAAR ini menggunakan formula:


𝑛
𝐴𝐴𝑅𝑡
𝐶𝐴𝐴𝑅𝑡 = ∑
𝑛 (3.10)
𝑡=1

Dimana:
CAARt = cumulative average abnormal return saham pada
bulan t
AARt = average abnormal return saham pada bulan t
n = jumlah saham

6. Perhitungan ACAR (average cumulative abnormal return)

ACAR dapat juga disebut sebagai rata-rata dari CAAR (cumulative average

abnormal return) dari semua replikasi masing-masing formasi. Perhitungan

ACAR ini menggunakan formula:

𝐶𝐴𝐴𝑅
𝐴𝐶𝐴𝑅𝑡 = ∑ (3.11)
𝑍

Dimana:
ACARt = rata-rata CAR portofolio tiap replikasi pada bulan
ke-t
31

CAAR = nilai CAAR portofolio tiap replikasi pada bulan


ke-t (dijumlahkan)
Z = jumlah replikasi

7. Perhitungan selisih ACAR winner dan loser

Selanjutnya dilakukan perhitungan selisih ACAR portofolio loser dengan

portofolio winner setiap periode. Selisih ACAR ini gunakan untuk melihat

apakah kinerja portofolio loser dapat melampaui kinerja portofolio winner.

Formula perhitungan ini adalah:

∆𝐴𝐶𝐴𝑅 = 𝐴𝐶𝐴𝑅𝑙,𝑡 − 𝐴𝐶𝐴𝑅𝑤,𝑡 (3.12)

Dimana:
∆ACAR = selisih ACAR portofolio winner dan loser tiap
bulan
ACARl,t = nilai ACAR portofolio loser bulan ke-t
ACARw,t = nilai ACAR portofolio winner bulan ke-t

8. Uji signifikansi

Pengujian signifikansi diperlukan untuk mengklarifikasi suatu gejala

reversal yang menjadi dasar overreaction. Apabila teruji signifikan secara

statistik maka gejala overreaction dapat dikonfirmasi sebagai suatu

overreaction. Pengujian dilakukan pada setiap hipotesis dengan

menggunakan uji t. Menurut Trihendradi (2013) Teknik uji t ini digunakan

untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak

dengan rata-rata sebuah sampel. Overreaction dikatakan terbukti jika ketiga


32

hipotesis dibawah ini terpenuhi dan hasil perhitungan yang diperoleh

signifikan secara statistik:

H01: Diduga tidak terjadi overreaction pada portofolio winner jika

ACARw,t ≥ 0 (nilai ACAR adalah tidak negatif)

Ha1: Diduga terjadi overreaction pada portofolio winner jika ACARw,t < 0

(nilai ACAR adalah negatif)

H02: Diduga tidak terjadi overreaction pada portofolio loser jika ACARl,t

≤ 0 (nilai ACAR adalah tidak positif)

Ha2: Diduga terjadi overreaction pada portofolio loser jika ACARl,t > 0

(nilai ACAR adalah positif)

H03: Diduga terjadi overreaction di Indeks LQ-45 jika ACARl,t – ACARw,t

≤ 0 (nilai selisih ACAR loser dan winner adalah tidak positif)

Ha3: Diduga terjadi overreaction di Indeks LQ-45 jika ACARl,t – ACARw,t

> 0 (nilai selisih ACAR loser dan winner adalah positif, yang

mengindikasikan adanya overreaction)

Pengujian statistik akan dilakukan terhadap tiap hipotesis. Terhadap

hipotesis 1 (ACAR winner) dan hipotesis 2 (ACAR loser), digunakan one

tailed t-test dengan tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%).

Berikut ini adalah kaidah penarikan kesimpulan statistik:

1. Hipotesis 1: terhadap portofolio winner

Left tail t-test: Portofolio winner (abnormal return yang positif) akan

mengalami pembalikan menjadi loser (abnormal return yang negatif)


33

pada suatu overreaction. Akan tetapi overreaction tersebut tidak

signifikan apabila t-hitung ≥ t-tabel dan H01 diterima (ACARW,t ≥ 0).

2. Hipotesis 2: terhadap portofolio loser

Right tail t-test: Portofolio loser (abnormal return yang negatif) akan

mengalami pembalikan menjadi winner (abnormal return yang positif)

pada suatu overreaction. Akan tetapi pembalikan (menjadi positif)

tersebut tidak signifikan apabila t-hitung ≤ t-tabel dan H02 diterima

(ACARL,t ≤ 0).

3. Hipotesis 3: terhadap selisih portofolio loser dan winner

Right tail t-test: selisih abnormal return portofolio loser (AR negatif)

terhadap winner (AR positif) akan menjadi positif pada suatu

overreaction. Akan tetapi pembalikan (menjadi positif) tersebut tidak

signifikan apabila jika t-hitung ≤ t-tabel dan H03 diterima (ACARL,t –

ACARW,t ≤ 0).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah berupa data harga saham dari perusahaan yang

masih terdaftar di Indeks LQ-45 dan konsisten terdaftar selama periode 2014-

2018. Perusahaan yang berada di Indeks LQ-45 berjumlah 45 perusahaan dan

setiap 6 bulan sekali dilakukan seleksi kembali oleh divisi penelitian dan

pengembangan Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang sudah tidak memenuhi

kriteria Indeks LQ-45 akan dikeluarkan dan diganti oleh perusahaan yang

memenuhi kriteria. Kemudian dari 45 perusahaan Indeks LQ-45 pada Desember

2018, hanya 26 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dapat dijadikan

sampel pada penelitian, yakni keberadaannya harus konsisten.

Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah pertama haruslah

merupakan perusahaan yang sudah dan masih terdaftar selama periode 2014-

2018, kedua adalah perusahaan konsisten berada di Indeks LQ-45 selama

periode 2014-2018 dan terakhir data perusahaan yang menjadi sampel tersedia

secara lengkap. Berikut ini merupakan perincian pemilihan sampel berdasarkan

kriteria.

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel


Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan Indeks LQ-45 (Desember 2018) 45
Perusahaan konsisten terdaftar secara terus-menerus di 26
indeks LQ-45
Data perusahaan tidak lengkap -
Jumlah perusahaan Sampel 26
Sumber: Data diolah (2019)

34
35

4.2 Prosedur Analisis

Pengolahan data saham menghasilkan output berupa nilai CAAR untuk

masing-masing portofolio winner dan loser dalam setiap periode. Dari nilai

CAAR tersebut dibuat gambar yang dibutuhkan untuk proses analisis. Analisis

dilakukan secara terpisah antara portofolio tiap replika. Untuk portofolio winner

dan loser terdapat 5 gambar CAAR terdiri dari 4 replika dan 1 gambar seluruh

replika.

Langkah pertama, dilakukan analisis terhadap gambar CAAR yang

dilakukan terhadap tiap replikasi. Pembahasan dilakukan per replikasi sehingga

analisis dapat dilakukan secara cermat dari satu periode ke periode berikutnya.

Sesuai dengan hipotesis overreaction, gambar CAAR loser semakin meningkat

dan gambar CAAR winner semakin turun dari awal hingga akhir periode

pengujian.

Kesimpulan keberadaan overreaction ditentukan dengan melihat CAAR,

dan ACAR, serta dengan melakukan uji hipotesis. Overreaction terjadi jika

pada periode pengujian, hipotesis di bawah ini terpenuhi:

1. ACARW,t < 0 (negatif)

2. ACARL,t > 0 (positif)

3. ACARL,t – ACARW,t > 0 (positif)

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji apakah hipotesis yang

diajukan dapat diterima atau tidak. Pengujian ketiga hipotesis ini menggunakan

one-tailed test (hipotesis 1 dengan left-tailed dan hipotesis 2 dan 3 dengan right-

tailed). Pengujian menggunakan tingkat signifikansi α = 0.05. Hipotesis


36

overreaction diterima jika nilai t-hitung dari masing-masing periode berada

diluar nilai t-tabel.

4.3 Gambaran Periode Penelitian

Setelah sampel diperoleh, selanjutnya dilakukan pembagian periode penelitian

ini menjadi dua tahap yaitu periode pembentukan dan periode pengujian antara

tahun 2014 sampai tahun 2018. Berikut dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah

ini:

Tabel 4.2 Replikasi Portofolio Semesteran dan Tahunan


Tahunan Semesteran
Replikasi Formasi Observasi Replikasi Formasi Observasi
1 Tahun Tahun 1 Semester 1 2014 Semester 2 2014
2014 2015 2 Semester 2 2014 Semester 1 2015
2 Tahun Tahun 3 Semester 1 2015 Semester 2 2015
2015 2016 4 Semester 2 2015 Semester 1 2016
3 Tahun Tahun 5 Semester 1 2016 Semester 2 2016
2016 2017 6 Semester 2 2016 Semester 1 2017
4 Tahun Tahun 7 Semester 1 2017 Semester 2 2017
2017 2018 8 Semester 2 2017 Semester 1 2018
9 Semester 1 2018 Semester 2 2018
Sumber: Data diolah (2019)

Selanjutnya berdasarkan periode penelitian di atas dapat ditentukan analisis

gejala overreaction berdasarkan nilai abnormal return yang akan diperoleh, hal

tersebut akan memberikan jawaban atas ada atau tidaknya gejala overreaction

di Bursa Efek Indonesia.

4.4 Analisis Hasil Penelitian

Formasi dibentuk dengan mengurutkan Cumulative Abnormal Return

(CAR) sampel dari urutan terbesar hingga terkecil. Selanjutnya diambil

sebanyak 10% teratas dan terbawah untuk memperoleh portofolio winner dan
37

loser dari setiap replikasi. Portofolio yang terbentuk dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.3 Formasi Portofolio Winner dan Loser


Tahunan Semesteran
Winner Loser Winner Loser
Kode CAR 2014 Kode CAR 2014 Kode CAR S1 2014 Kode CAR S1 2014
ADHI 0.670278 UNVR 0.053786 ADHI 0.50246 INDF -0.12619
ADRO 0.149864 WIKA 0.536974 PTPP 0.43298 AKRA -0.12991
AKRA -0.064216 WSKT 1.126175 ADRO 0.34099 ICBP -0.18857
Kode CAR S2 2014 Kode CAR S2 2014
WSKT 0.81329 PGAS -0.17973
PTPP 0.57408 ADRO -0.19113
WIKA 0.34256 UNTR -0.27419
Kode CAR 2015 Kode CAR 2015 Kode CAR S1 2015 Kode CAR S1 2015
AKRA 0.5945691 PGAS -0.5037496 AKRA 0.30025 ADHI -0.33445
TLKM 0.3117874 MNCN -0.591212 UNTR 0.22561 ADRO -0.39604
WSKT 0.1878562 PTBA -0.6475869 UNVR 0.20297 PTBA -0.47426
Kode CAR S2 2015 Kode CAR S2 2015
ADHI 0.34796 KLBF -0.2133
AKRA 0.29432 PGAS -0.38035
GGRM 0.22338 MNCN -0.39232
Kode CAR 2016 Kode CAR 2016 Kode CAR S1 2016 Kode CAR S1 2016
ADRO 1.1216777 INTP -0.3953337 PTBA 0.76684 UNTR -0.21364
PTBA 0.9423397 JSMR -0.4349978 ADRO 0.62378 INTP -0.2539
MNCN 0.377741 LPKR -0.4595377 MNCN 0.60667 SMGR -0.28098
Kode CAR S2 2016 Kode CAR S2 2016
ADRO 0.4979 JSMR -0.23714
UNTR 0.35029 ADHI -0.28792
PTBA 0.1755 LPKR -0.42813
Kode CAR 2017 Kode CAR 2017 Kode CAR S1 2017 Kode CAR S1 2017
UNTR 0.378101 PTPP -0.2941062 JSMR 0.24814 PTPP -0.26572
BBNI 0.3132326 WIKA -0.3593951 UNTR 0.23626 WIKA -0.30674
PTBA 0.2747483 LPKR -0.4525986 BBNI 0.18153 PGAS -0.33713
Kode CAR S2 2017 Kode CAR S2 2017
ADRO 0.23903 MNCN -0.2285
PTBA 0.21682 TLKM -0.26892
PGAS 0.17195 LPKR -0.34394
Kode CAR S1 2018 Kode CAR S2 2018
PTBA 0.41143 LPKR -0.27541
BBCA 0.13425 MNCN -0.2887
ICBP 0.10854 PGAS -0.29028
Sumber: Data diolah (2019)

4.4.1 Observasi Tahunan


4.4.1.1 Replikasi Pertama (Tahun 2014-2015)

Replikasi pertama observasi tahunan periode tahun 2014 dan 2015, yaitu

tahun 2014 sebagai formasi dan tahun 2015 observasi. Formasi portofolio
38

winner adalah ADHI, ADRO, dan AKRA dan portofolio loser adalah UNVR,

WIKA, dan WSKT (Lampiran 2). Selama periode replikasi pertama saham

winner menghasilkan nilai CAAR tertinggi pada bulan November sebesar

24,5%. Pada bulan Februari dan Juli terjadi pembalikan nilai CAAR ke arah

negatif, yaitu pada bulan Februari dari 17,7% menjadi -3,5% dan pada bulan

Juli dari 4,6% menjadi -10,1%.

Pada portofolio saham loser, bulan September menghasilkan nilai CAAR

tertinggi yaitu sebesar 4,07%, sedangkan nilai CAAR terendah sebesar -7,7%.

Terjadi pembalikan arah di bulan April dan Agustus ke arah positif, yaitu pada

bulan April dari -1,4% menjadi 3,4% dan bulan Agustus dari -8,7% menjadi

4,07%.

Grafik CAAR Replikasi 1


0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

-0.1
-0.15

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.1 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi Pertama


Tahunan
Sumber: Data diolah (2019)

Pada gambar 4.1 terlihat terjadi pembalikan arah pada bulan Mei terhadap

ACAR winner dan ACAR loser, tetapi hal ini tidak dapat dianggap sebagai
39

overreaction karena terbukti t-hitung < t-tabel dari masing-masing ACAR dan

t-hitung bernilai positif.

4.4.1.2 Replikasi Kedua (Tahun 2015-2016)

Pada awal tahun portofolio saham loser memiliki abnormal return sebesar

22,5% tetapi terjadi pembalikan arah menjadi -2,1% pada bulan Maret.

Sedangkan portofolio saham winner yang memiliki abnormal return negatif

pada bulan Februari berbalik menjadi positif pada bulan selanjutnya yaitu dari

-2,9% menjadi 9,8%. Kemudian terjadi pembalikan arah yang cukup besar

untuk portofolio saham loser dari bulan Juli hingga September yaitu dari -16%

menjadi 18%. Abnormal return yang dihasilkan jauh melebihi portofolio saham

winner.

Grafik CAAR Replikasi 2


0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
-0.1
-0.15
-0.2
-0.25

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.2 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi Kedua


Tahunan
Sumber: Data diolah (2019)
40

Pada Gambar 4.2 terlihat terjadi pembalikan arah tetapi pada Tabel 4.5 hasil

uji statistik tidak menunjukkan adanya bukti yang signifikan terjadi gejala

overreaction, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala overreaction pada

replikasi kedua.

4.4.1.3 Replikasi Ketiga (Tahun 2016-2017)

Selama periode replikasi ketiga observasi tahunan 2016-2017 terjadi 2 kali

pembalikan arah yang cukup tinggi atas saham winner yaitu pada bulan April

dan Juli dengan mencatatkan nilai sebesar 16,6% dan 10,2%. Lagi-lagi saham

loser mengalami pembalikan arah pada bulan September yaitu dari 11,3%

menjadi 2,05%. Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) portofolio

winner dan loser dapat dilihat pada gambar berikut:

Grafik CAAR Replikas 3


0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

-0.1
-0.15
-0.2

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.3 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi Ketiga


Tahunan
Sumber: Data diolah (2019)
41

Pada Gambar 4.3 terlihat terjadi pembalikan arah pada portofolio saham

winner, tetapi walaupun terjadi pembalikan arah, portofolio saham winner tidak

menunjukkan gejala overreaction yang dapat di lihat pada Tabel 4.4 sehingga

investor yang memegang saham winner tetap mendapat return yang positif pada

akhir periode yaitu sebesar 22,1%.

4.4.1.4 Replikasi Keempat (Tahun 2017-2018)

Pada periode observasi replikasi keempat tahun 2017-2018 terjadi 2 kali

pembalikan arah pada masing-masing portofolio winner dan loser yaitu pada

bulan Oktober dan Desember. Portofolio saham winner yang awalnya bernilai

positif 7,2% pada bulan September menjadi -4,9% pada bulan Oktober

sedangkan portofolio saham loser meningkat menjadi 8,9% pada bulan Oktober

dan pada bulan Desember menjadi 30,5%.

Grafik CAAR Replikasi 4


0.4

0.3

0.2

0.1

0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
-0.1

-0.2

-0.3

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.4 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi Keempat


Tahunan
Sumber: Data diolah (2019)
42

Terjadi pembalikan arah pada portofolio saham loser yang sebelumnya

bernilai negatif pada awal periode observasi menjadi positif di akhir periode

observasi. Hal ini menunjukkan kriteria adanya gejala overreaction pada

portofolio saham loser tetapi tidak signifikan karena dapat dilihat pada Tabel

4.5 bahwa t-hitung < t-tabel sehingga H02 diterima.

4.4.1.5 Uji Signifikansi Observasi Tahunan

Berdasarkan nilai CAAR maka dilakukan uji signifikan. Dalam melakukan

pengujian terhadap 3 hipotesis yang sudah dibuat yaitu ACARW,t < 0 (negatif),

ACARL,t > 0 (positif), dan ACARL,t – ACARW,t > 0 (positif), maka perhitungan

uji t-hitung terhadap t-tabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

4.4.1.5.1 Uji Signifikansi Observasi Tahunan Portofolio Winner

Uji signifikan observasi Tahunan portofolio winner dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.4 Uji Signifikan Portofolio Winner


CAAR Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Winner
Pertama 0.104 0.178 -0.035 -0.005 -0.059 0.090 0.046 -0.102 0.146 0.060 0.246 0.084
Kedua 0.028 -0.029 0.099 0.051 0.051 0.099 -0.015 0.013 -0.014 0.026 0.017 0.069
Ketiga 0.215 0.218 0.089 -0.167 0.124 0.186 -0.103 -0.069 0.200 -0.015 -0.010 0.221
Keempat 0.007 0.032 0.029 0.050 -0.028 0.179 -0.060 -0.039 0.072 -0.050 0.067 0.041
ACAR 0.354 0.398 0.181 -0.071 0.087 0.555 -0.132 -0.196 0.403 0.021 0.319 0.415
Winner
Std Dev 0.094 0.118 0.062 0.103 0.082 0.051 0.064 0.049 0.093 0.048 0.115 0.080
t-hitung 1.883 1.694 1.465 -0.344 0.525 5.428 -1.035 -2.002 2.171 0.223 1.386 2.585
t-tabel -2.353 -2.353 -2.353 -2.353 -2.353 -2.353 -2.353 -2.353 -2.353 -2.353 -2.353 -2.353
(5%,4)
Sumber: Data diolah (2019)
Pada perhitungan Tabel 4.4 di atas, nilai ACAR winner yang bernilai negatif

hanya terdapat pada bulan April, Juli, dan Agustus sedangkan nilai t-hitung > t-
43

tabel, maka dapat disimpulkan bahwa H01 diterima, dengan demikian terbukti

bahwa ACAR winner yang negatif tidak signifikan dan dapat disimpulkan tidak

terjadi overreaction pada observasi tahunan portofolio winner.

4.4.1.5.2 Uji Signifikansi Observasi Tahunan Portofolio Loser

Uji signifikan observasi Tahunan portofolio loser dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.5 Uji Signifikan Portofolio Loser


CAAR
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Loser
Pertama -0.077 -0.001 -0.055 -0.015 0.035 -0.020 -0.046 -0.088 0.041 -0.013 -0.039 -0.073
Kedua 0.225 0.052 -0.021 -0.091 0.013 0.102 -0.167 -0.030 0.181 -0.142 -0.020 -0.201
Ketiga -0.034 -0.025 0.012 -0.048 -0.003 0.004 0.011 -0.114 0.021 -0.151 -0.085 -0.060
Keempat -0.085 -0.122 -0.044 -0.083 -0.183 0.067 -0.063 -0.234 -0.068 0.089 -0.167 0.305
ACAR
Loser 0.029 -0.097 -0.108 -0.236 -0.139 0.153 -0.264 -0.465 0.175 -0.216 -0.311 -0.029
Std Dev 0.147 0.073 0.030 0.035 0.100 0.056 0.074 0.086 0.103 0.115 0.066 0.218
t-hitung 0.099 -0.665 -1.818 -3.368 -0.692 1.36 -1.781 -2.705 0.849 -0.943 -2.364 -0.067
t-tabel
(5%,4) 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353
Sumber: Data diolah (2019)
Sama seperti portofolio winner pada perhitungan Tabel 4.5 di atas, nilai

ACAR loser yang bernilai positif hanya terjadi pada 3 bulan, yaitu Januari, Juni

dan September sedangkan nilai t-hitung < t-tabel, maka dapat disimpulkan

bahwa H02 diterima sehingga tidak terbukti secara signifikan bahwa ACAR

Loser bernilai positif dan dapat disimpulkan tidak terjadi overreaction pada

observasi tahunan portofolio loser.

4.4.1.5.3 Uji Signifikansi Observasi Tahunan Portofolio Loser-Winner

Uji signifikan observasi Tahunan portofolio winner dapat dilihat pada tabel

berikut ini:
44

Tabel 4.6 Uji Signifikan Portofolio Loser-Winner


CAAR
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
(L-W)
Pertama -0.182 -0.179 -0.020 -0.009 0.094 -0.111 -0.092 0.014 -0.105 -0.072 -0.285 -0.157
Kedua 0.198 0.081 -0.120 -0.142 -0.038 0.002 -0.152 -0.043 0.196 -0.169 -0.037 -0.270
Ketiga -0.249 -0.244 -0.077 0.119 -0.127 -0.182 0.114 -0.045 -0.179 -0.136 -0.074 -0.281
Keempat -0.092 -0.154 -0.073 -0.133 -0.155 -0.112 -0.002 -0.195 -0.140 0.139 -0.234 0.265
ACAR
(L-W) -0.325 -0.495 -0.289 -0.166 -0.226 -0.403 -0.132 -0.269 -0.228 -0.238 -0.630 -0.444
Std Dev 0.197 0.142 0.041 0.123 0.112 0.076 0.116 0.090 0.171 0.138 0.121 0.257
t-hitung -0.826 -1.744 -3.544 -0.673 -1.006 -2.635 -0.570 -1.500 -0.667 -0.859 -2.612 -0.866
t-tabel
(5%,4) 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353 2.353
Sumber: Data diolah (2019)
Berdasarkan perhitungan Tabel 4.6, hasil perhitungan dimaksudkan untuk

menjawab hipotesis 3 yaitu ACARL,t – ACARW,t > 0 (positif). Hasil yang

didapat selama 12 bulan di masa pengujian, nilai ACARL,t – ACARW,t tidak ada

bernilai positif dan nilai t-hitung < t-tabel sehingga H03 diterima dan dapat

disimpulkan tidak terjadi gejala overreaction.

Gambar Average Cumulative Abnormal Return (ACAR) portofolio winner

dan loser seluruh replikasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Grafik ACAR Seluruh Replikasi Tahunan


0.80000

0.60000

0.40000

0.20000

0.00000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
-0.20000

-0.40000

-0.60000

-0.80000

ACAR Winner ACAR Loser ACAR (L-W)

Gambar 4.5 Grafik ACAR Seluruh Replikasi


Sumber: Data diolah (2019)
45

Pada Gambar 4.5 terlihat bahwa pergerakan ACAR winner dan loser selama 12

bulan pengujian terdapat 3 bulan ACAR winner bernilai negatif dan sama

seperti ACAR winner, pada ACAR loser hanya terdapat 3 bulan yang bernilai

positif. Tetapi, tidak terdapat pembalikan arah yang signifikan terhadap ACAR

winner dan loser tersebut dan selisih ACAR loser-winner tidak menunjukkan

adanya nilai positif, yang mana pada hipotesis ketiga (ACARL,t – ACARW,t > 0)

harus bernilai positif. Hal ini bertentangan dengan konsep overreaction,

sehingga untuk keseluruhan observasi tahunan dapat disimpulkan tidak terjadi

overreaction.

4.4.2 Observasi Semesteran

4.4.2.1 Replikasi 1

Replikasi 1 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester I tahun 2014 dan periode observasi semester II tahun 2014. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah ADHI, PTPP, dan ADRO dan

portofolio loser adalah INDF, AKRA, dan ICBP. Selama periode observasi

replikasi 1 semesteran portofolio saham winner memiliki nilai CAAR tertinggi

pada bulan 1 yaitu sebesar 22,2% dan saham loser tidak menunjukkan nilai

negatif yang signifikan, dapat dilihat pada Gambar 4.6 hanya terjadi di bulan ke

3 dan 4 yang menunjukkan portofolio saham loser bernilai negatif.


46

Grafik CAAR Replikasi 1 Semesteran


0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 1 2 3 4 5 6

-0.1
-0.15

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.6 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 1 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Pada Gambar 4.6 terlihat tidak terjadi gejala overreaction dikarenakan tidak

terjadi pembalikan arah pada saham winner maupun saham loser.

4.4.2.2 Replikasi 2

Replikasi 2 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester II tahun 2014 dan periode observasi semester I tahun 2015. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah WSKT, PTPP, dan WIKA dan

portofolio loser adalah PGAS, ADRO, dan UNTR. Selama periode observasi

replikasi ke-2 terjadi pembalikan arah pada saham winner di bulan ke-2 yaitu

dari 8,1% menjadi -15,5% di bulan selanjutnya. Sedangkan untuk portofolio

saham loser tidak terlihat terjadi pembalikan arah yang signifikan. Cumulative

Average Abnormal Return (CAAR) portofolio winner dan loser dapat dilihat

pada gambar berikut:


47

Grafik CAAR Replikasi 2 Semesteran


0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 1 2 3 4 5 6
-0.1
-0.15
-0.2

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.7 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 2 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Pada Gambar 4.7 terlihat terjadi overreaction pada portofolio saham winner

tetapi tidak terbukti signifikan mengarah (Tabel 4.7) ke nilai negatif sehingga

investor yang memegang saham winner tetap mendapat return yang positif.

4.4.2.3 Replikasi 3

Replikasi 3 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester I tahun 2015 dan periode observasi semester II tahun 2015. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah AKRA, UNTR, dan UNVR dan

portofolio loser adalah ADHI, ADRO, dan PTBA. Selama periode observasi

terlihat terjadi pembalikan arah terhadap portofolio loser pada bulan 3 menjadi

13,07% yang sebelumnya pada bulan 1 -7,5% dan tidak terjadi pada pembalikan

arah yang signifikan terhadap portofolio winner. Grafik CAAR untuk periode

observasi replikasi ke-3 ini dapat dilihat pada gambar berikut:


48

Grafik CAAR Replikasi 3 Semesteran


0.15

0.1

0.05

0
1 2 3 4 5 6
-0.05

-0.1

-0.15

-0.2

-0.25

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.8 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 3 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Terjadi pembalikan arah terhadap portofolio loser tetapi hal ini tidak

terbukti signifikan karena t-hitung < t-tabel (Tabel 4.8). Sehingga dapat

disimpulkan tidak terjadi gejala overreaction yang signifikan pada replikasi

semesteran ke-3.

4.4.2.4 Replikasi 4

Replikasi 4 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester II tahun 2015 dan periode observasi semester I tahun 2016. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah ADHI, AKRA, dan GGRM dan

portofolio loser adalah KLBF, PGAS, dan MNCN. Pada periode replikasi 4 ini

terjadi pembalikan arah terhadap masing-masing portofolio winner dan loser

pada bulan ke 2 dan 3. Portofolio loser yang pada awal periode observasi

memberikan abnormal return sebesar 9,4% berbalik ke arah menjadi 0,8% dan

portofolio winner dari 0,5% menjadi 6%.


49

Grafik CAAR Replikasi 4 Semesteran


0.15

0.1

0.05

0
1 2 3 4 5 6
-0.05

-0.1

-0.15

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.9 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 4 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Gambar 4.9 menunjukkan terjadi pembalikan arah pada masing-masing

portofolio winner dan loser tetapi hal ini tidak menunjukkan gejala overreaction

karena nilai CAAR portofolio saham loser telah bernilai positif pada awal dan

nilai CAAR portofolio saham winner tetap bernilai negatif selama masa periode

observasi replikasi 4.

4.4.2.5 Replikasi 5

Replikasi 5 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester I tahun 2016 dan periode observasi semester II tahun 2016. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah PTBA, ADRO, dan MNCN dan

portofolio loser adalah UNTR, INTP, dan SMGR. Saham winner pada akhir

periode hanya mencatatkan nilai sebesar 22,1% dan mencatatkan nilai

abnormal return tertinggi pada bulan 3 yaitu 24,6% sedangkan saham loser

mencatatkan abnormal return terendah pada bulan 4 yaitu sebesar -9,3%.


50

Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) portofolio winner dan loser

dapat dilihat pada gambar berikut:

Grafik CAAR Replikasi 5 Semesteran


0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 1 2 3 4 5 6
-0.1
-0.15

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.10 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 5 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Pada gambar 4.10 terlihat tidak terjadi gejala overreaction baik pada saham

winner maupun saham loser.

4.4.2.6 Replikasi 6

Replikasi 6 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester II tahun 2016 dan periode observasi semester I tahun 2017. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah ADRO, UNTR, PTBA dan

portofolio loser adalah JSMR, ADHI, LPKR. Pada periode observasi replikasi

semesteran ke-6 portofolio saham winner tercatat tertinggi pada bulan 3 yaitu

16,03% dan di akhir periode turun menjadi 9,1% sedangkan portofolio saham

loser mencatatkan terendah di bulan 2 yaitu sebesar -9,7% dan di akhir periode

terjadi pembalikan arah menjadi 5%. Cumulative Average Abnormal Return

(CAAR) portofolio winner dan loser dapat dilihat pada gambar berikut:
51

Grafik CAAR Replikasi 6 Semesteran


0.2

0.15

0.1

0.05

0
1 2 3 4 5 6
-0.05

-0.1

-0.15

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.11 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 6 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Pada gambar 4.11 terlihat tidak terjadi gejala overreaction pada saham

winner namun terjadi pembalikan arah pada saham loser di akhir periode namun

terbukti tidak signifikan.

4.4.2.7 Replikasi 7

Replikasi 7 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester I tahun 2017 dan periode observasi semester II tahun 2017. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah JSMR, UNTR, dan PTBA dan

portofolio loser adalah PTPP, WIKA, dan PGAS. Pada periode observasi

replikasi 7 tercatat nilai portofolio saham winner tidak ada yang bernilai positif

sedangkan portofolio saham loser terdapat pembalikan arah pada bulan 3 dan

bulan 6. Pada bulan 3 portofolio saham loser tercatat menghasilkan abnormal

return sebesar 9,6% dan pada bulan 6 menghasilkan abnormal return sebesar
52

26,7%. Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) portofolio winner dan

loser dapat dilihat pada gambar berikut:

Grafik CAAR Replikasi 7 Semesteran


0.3

0.2

0.1

0
1 2 3 4 5 6
-0.1

-0.2

-0.3

-0.4

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.12 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 7 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Pada gambar 4.12 terlihat tidak terjadi gejala overreaction pada saham

winner namun terjadi pembalikan arah pada saham loser di akhir periode namun

terbukti tidak signifikan karena t-hitung < t-tabel (Tabel 4.8).

4.4.2.8 Replikasi 8

Replikasi 8 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester II tahun 2017 dan periode observasi semester I tahun 2018. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah ADRO, PTBA, PGAS dan

portofolio loser adalah MNCN, TLKM, LPKR. Awal periode replikasi CAAR

winner menunjukkan nilai negatif yaitu sebesar -6,1% dan semakin rendah pada

bulan 2 menjadi -18,3% tetapi pada bulan 3 terjadi pembalikan arah menjadi

positif yaitu sebesar 4,4% dan di akhir periode memperoleh abnormal return

sebesar 34,8%. Pada portofolio saham loser tidak terjadi pembalikan yang
53

signifikan tetapi di akhir periode observasi portofolio saham loser mencatatkan

nilai CAAR yang positif yaitu sebesar 4,08%.

Grafik CAAR Replikasi 8 Semesteran


0.4

0.3

0.2

0.1

0
1 2 3 4 5 6
-0.1

-0.2

-0.3

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.13 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 8 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Pada gambar 4.13 terlihat tidak terjadi gejala overreaction pada saham

winner namun terjadi pembalikan arah pada saham loser di akhir periode namun

terbukti tidak signifikan.

4.4.2.9 Replikasi 9

Replikasi 9 pada observasi semesteran mempunyai periode formasi

semester I tahun 2018 dan periode observasi semester II tahun 2018. Formasi

yang terbentuk untuk portofolio winner adalah PTBA, BBCA, ICBP dan

portofolio loser adalah LPKR, MNCN, dan PGAS. Pada periode 9 saham

winner tidak mengalami pembalikan arah yang signifikan, pembalikan arah

terjadi hanya pada portofolio saham loser di bulan 4 hingga bulan 6. Tercatat

portofolio saham loser terendah sebesar 15,9% dan di akhir periode bulan 6

tercatat portofolio saham loser menunjukkan pembalikan ke arah positif yaitu


54

sebesar 10,1%. Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) portofolio

winner dan loser dapat dilihat pada gambar berikut:

Grafik CAAR Replikasi 9 Semesteran


0.15

0.1

0.05

0
1 2 3 4 5 6
-0.05

-0.1

-0.15

-0.2

CAAR Winner CAAR Loser

Gambar 4.14 CAAR Portofolio Winner Dan Loser Replikasi 9 Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Pada gambar 4.13 terlihat tidak terjadi gejala overreaction pada saham

winner namun terjadi pembalikan arah pada saham loser di akhir periode namun

terbukti tidak signifikan jika dilihat dari hasil uji signifikan (Tabel 4.8).

4.4.2.10 Uji Signifikansi Observasi Semesteran

Berdasarkan nilai CAAR maka dilakukan uji signifikan. Dalam melakukan

pengujian terhadap 3 hipotesis yang sudah dibuat yaitu ACARW,t < 0 (negatif),

ACARL,t > 0 (positif), dan ACARL,t – ACARW,t > 0 (positif), maka perhitungan

uji t-hitung terhadap t-tabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

4.4.2.10.1 Uji Signifikan Observasi Semesteran Portofolio Winner

Uji signifikan observasi Semesteran portofolio winner dapat dilihat pada

tabel berikut ini:


55

Tabel 4.7 Uji Signifikan Portofolio Winner


CAAR Winner Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6
1 0.2223 0.0787 0.0954 0.0576 0.0550 0.1001
2 0.0814 -0.1551 0.2002 0.0813 0.1696 0.2198
3 0.0787 0.0830 0.0531 -0.0417 0.1082 0.0110
4 0.0056 0.0696 0.0092 0.0377 0.0361 0.0676
5 0.2211 0.1698 0.2469 -0.0451 0.1359 0.0854
6 0.0817 0.0537 0.1603 -0.0133 0.0564 0.0915
7 0.0940 -0.0060 0.0529 0.0677 0.0155 0.0447
8 -0.0614 -0.1835 0.0446 0.0370 0.0213 0.3489
9 -0.0310 0.0397 0.0801 0.0813 0.0535 0.0268
ACAR Winner 0.6923 0.1499 0.9427 0.2624 0.6517 0.9956
Std Dev 0.099 0.115 0.080 0.050 0.053 0.108
t-hitung 2.335 0.433 3.928 1.740 4.066 3.079
t-tabel (5%,4) -1.860 -1.860 -1.860 -1.860 -1.860 -1.860
Sumber: Data diolah (2019)

Pada perhitungan Tabel 4.7 di atas, nilai ACAR winner tidak ada yang

bernilai negatif sehingga nilai t-hitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa

H01 diterima, dengan demikian tidak terdapat bukti signifikan gejala

overreaction terjadi di ACAR winner.

4.4.2.10.2 Uji Signifikan Observasi Semesteran Portofolio Loser

Uji signifikan observasi Semesteran portofolio loser dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.8 Uji Signifikan Portofolio Loser


CAAR Loser Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6
1 0.0285 0.0074 -0.0742 -0.0907 0.0114 0.1057
2 0.0298 -0.0464 -0.0492 -0.0808 -0.0196 -0.1467
3 -0.0760 0.0120 0.1308 -0.1704 -0.2203 -0.0416
4 0.0947 0.0085 0.0619 -0.1197 -0.0037 -0.0422
5 -0.0266 -0.0424 0.0235 -0.0932 -0.0397 -0.0172
6 -0.0593 -0.0977 -0.0624 -0.0798 -0.0375 0.0550
7 -0.1052 -0.2813 0.0969 -0.1070 -0.1434 0.2671
8 -0.0457 -0.0907 -0.0117 -0.1698 -0.1895 0.0409
9 0.0262 -0.0570 -0.1116 -0.1592 -0.1421 0.1012
ACAR Loser -0.1335 -0.5876 0.0040 -1.0707 -0.7844 0.3222
Std Dev 0.064 0.091 0.083 0.038 0.087 0.118
t-hitung -0.698 -2.156 0.016 -9.439 -3.011 0.911
t-tabel (5%,4) 1.860 1.860 1.860 1.860 1.860 1.860
Sumber: Data diolah (2019)
56

Pada Tabel 4.8 terlihat terdapat nilai ACAR loser yang positif, hal ini

menunjukkan adanya indikasi gejala overreaction pada portofolio loser, tetapi

nilai ACAR loser yang positif tidak terbukti signifikan karena nilai t-hitung <

t-tabel sehingga H02 diterima, bukti menunjukkan ACAR portofolio yang

memiliki nilai positif terbukti tidak signifikan dianggap sebagai bukan gejala

overreaction.

4.4.2.10.3 Uji Signifikan Observasi Semesteran Portofolio Loser-Winner

Uji signifikan observasi Semesteran portofolio loser-winner dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9 Uji Signifikan Portofolio Loser-Winner


CAAR (L-W) Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6
1 -0.1938 -0.0713 -0.1696 -0.1483 -0.0436 0.0056
2 -0.0516 0.1087 -0.2494 -0.1621 -0.1892 -0.3665
3 -0.1547 -0.0710 0.0777 -0.1287 -0.3285 -0.0526
4 0.0891 -0.0611 0.0527 -0.1574 -0.0398 -0.1098
5 -0.2476 -0.2122 -0.2235 -0.0481 -0.1757 -0.1025
6 -0.1410 -0.1514 -0.2227 -0.0665 -0.0939 -0.0365
7 -0.1992 -0.2753 0.0440 -0.1747 -0.1589 0.2225
8 0.0158 0.0929 -0.0563 -0.2068 -0.2109 -0.3080
9 0.0572 -0.0967 -0.1917 -0.2405 -0.1956 0.0744
ACAR (L-W) -0.8258 -0.7375 -0.9388 -1.3331 -1.4361 -0.6734
Std Dev 0.123 0.126 0.134 0.061 0.091 0.180
t-hitung -2.241 -1.951 -2.339 -7.255 -5.283 -1.244
t-tabel (5%,4) 1.860 1.860 1.860 1.860 1.860 1.860
Sumber: Data diolah (2019)

Berdasarkan perhitungan Tabel 4.6, hasil perhitungan dimaksudkan untuk

menjawab hipotesis 3 yaitu ACARL,t – ACARW,t > 0 (positif). Hasil yang

didapat selama 12 bulan di masa pengujian, nilai t-hitung ACARL,t – ACARW,t

tidak ada yang melebihi nilai t-tabel dan tidak terdapat nilai positif pada ACAR
57

loser-winner sehingga H03 diterima dan dapat disimpulkan overreaction juga

tidak terjadi pada portofolio loser-winner.

Gambar Average Cumulative Abnormal Return (ACAR) Portofolio Winner

dan Loser Seluruh Replika dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Grafik ACAR Seluruh Replikasi Semesteran


1.50000

1.00000

0.50000

0.00000
1 2 3 4 5 6
-0.50000

-1.00000

-1.50000

-2.00000

ACAR Winner ACAR Loser ACAR (L-W)

Gambar 4.15 ACAR Seluruh Replikasi Semesteran


Sumber: Data diolah (2019)

Pada Gambar 4.15 dari Lampiran 30, terlihat bahwa pergerakan ACAR

winner bertentangan dengan konsep overreaction karena tidak terjadi

pembalikan arah yang signifikan dan nilai ACAR winner tidak menunjukkan

nilai negatif sehingga hasil yang didapat di akhir periode adalah 99,5%. Namun

pada portofolio saham loser terlihat pada akhir periode observasi nilai ACAR

menjadi positif 32,2% namun pembalikan ini tidak dapat dianggap overreaction

karena tidak terbukti signifikan setelah di uji (Tabel 4.8). Kemudian selisih

ACAR portofolio loser-winner tidak terdapat nilai positif sehingga tidak

memenuhi hipotesis 3 yaitu nilai selisih ACAR portofolio loser-winner bernilai


58

positif (ACARL,t – ACARW,t > 0) sehingga dapat disimpulkan gejala

overreaction juga tidak terjadi pada observasi semesteran.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menguji gejala overreaction

pada perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia

pada periode 2014-2018. Pengujian dilakukan menjadi 2 periode waktu yaitu

periode observasi tahunan dan observasi semesteran dan untuk mengetahui ada

tidaknya gejala overreaction dapat dilihat melalui nilai ACAR portofolio

winner dan loser pada seluruh periode replikasi.

4.5.1 Observasi Tahunan

Berdasarkan pembahasan terhadap setiap replikasi dan hasil perhitungan

yang diperoleh maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Dari empat periode replikasi yang ada terlihat bahwa semua replikasi

mengalami kenaikan pada bulan Juni, terlihat ACAR winner dan loser

memiliki nilai positif pada bulan Juni. Hal ini disebabkan karena pada

bulan April-Juni adalah saat dimana perusahaan mengeluarkan laporan

keuangan sepanjang tahun sebelumnya dan hal ini secara umum

dianggap positif oleh investor sehingga mempunyai prospek yang

menjanjikan (Jemmy, 2012).

2. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Phangwijaya (2009)

yaitu efek dari overreaction adalah asimetris yang mana efek lebih

berpengaruh terhadap portofolio loser daripada portofolio winner. Pada


59

penelitian ini ditemukan ternyata bukan hanya portofolio loser yang

terdapat pembalikan arah tetapi portofolio winner juga (Gambar 4.1 dan

Gambar 4.3)

3. Dari empat periode replikasi yang terbentuk masing-masing replikasi

menunjukkan adanya gejala overreaction tetapi hal ini tidak terbukti

secara signifikan pada uji signifikan (Tabel 4.4 dan 4.5). Hasil yang

diperoleh untuk replikasi pertama adalah saham winner memiliki jumlah

abnormal return di akhir periode sebesar 8,3% sedangkan untuk saham

loser sebesar -7,3%. Hasil yang diperoleh untuk replikasi kedua adalah

saham winner memiliki jumlah abnormal return di akhir periode

sebesar 6,8% dan saham loser sebesar -20,1%. Hasil yang diperoleh

untuk replikasi ketiga adalah saham winner memiliki jumlah abnormal

return di akhir periode sebesar 22,1% dan saham loser sebesar -5,9%.

Hasil yang diperoleh untuk replikasi keempat adalah saham winner

memiliki jumlah abnormal return di akhir periode sebesar 4,09% dan

saham loser sebesar -30,5%.

4. Pada hasil uji signifikansi secara statistik bahwa hasil yang diperoleh

untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3 adalah tidak signifikan sehingga H0

diterima karena pada hipotesis 1 yaitu ACARW,t < 0 (negatif), hipotesis

2 yaitu ACARL,t > 0 (positif), dan hipotesis 3 adalah ACARL,t –

ACARW,t > 0 (positif), hasil yang didapat adalah t-hitung > t-tabel untuk

portofolio winner (Tabel 4.4) dan t-hitung < t-tabel untuk portofolio

loser (Tabel 4.5 dan Tabel 4.6). Walaupun telah terjadi gejala
60

overreaction di replikasi yang ada, berdasarkan hasil uji statistik secara

keseluruhan bahwa hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini tidak

terpenuhi sehingga gejala overreaction tidak terjadi.

4.5.2 Observasi Semesteran

Berdasarkan pembahasan terhadap setiap replikasi dan hasil perhitungan

yang diperoleh maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Pada replikasi 2, 3 ,4 dan 7 terlihat terjadi gejala overreaction yaitu

saham loser memiliki abnormal return yang lebih tinggi dibandingkan

dengan saham winner. Pada replikasi 2, hal tersebut terjadi pada bulan

2 observasi, dan pada replikasi 3 terjadi pada bulan 3, pada replikasi 4

hal tersebut terjadi di bulan 1 dan 3 observasi, sedangkan pada replikasi

7 terjadi pada bulan 3 dan 6 observasi. Terjadinya gejala overreaction

pada bulan tersebut terjadi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak

signifikan (Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9). Gejala overreaction

tersebut dapat dikatakan tidak signifikan secara statistik.

2. Berbeda dengan observasi periode waktu tahunan, pada observasi

semesteran terlihat bahwa gejala overreaction ini cenderung

berpengaruh terhadap portofolio loser. Terlihat pada Gambar 4.15

portofolio loser mengalami lonjakan tinggi pada bulan 6 observasi

sehingga ACAR loser yang sebelumnya negatif menjadi positif sebesar

32.2%.
61

3. Pada hasil uji signifikansi secara statistik bahwa hasil yang diperoleh

untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3 adalah tidak signifikan sehingga H0

diterima karena pada hipotesis 1 yaitu ACARW,t < 0 (negatif), hipotesis

2 yaitu ACARL,t > 0 (positif), dan hipotesis 3 adalah ACARL,t –

ACARW,t > 0 (positif), hasil yang didapat adalah t-hitung > t-tabel untuk

portofolio winner (Tabel 4.4) dan t-hitung < t-tabel untuk portofolio

loser (Tabel 4.5 dan Tabel 4.6). Walaupun telah terjadi gejala

overreaction di replikasi yang ada, berdasarkan hasil uji statistik secara

keseluruhan bahwa hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini tidak

terpenuhi sehingga gejala overreaction tidak terjadi.

Observasi gejala overreaction dalam dua rentang waktu yang berbeda (6 dan 12

bulan) ternyata memberikan kesimpulan yang relatif sama, walaupun terdapat

gejala overreaction pada beberapa replikasi ternyata secara statistik terbukti

tidak signifikan. Tidak terdapat anomali overreaction di Indeks LQ-45

menunjukkan bahwa investor bertindak tidak berlebihan terhadap informasi

yang didapat, baik good news maupun bad news. Dari hasil penelitian yang

menunjukkan tidak terdapat anomali overreaction, maka dapat disimpulkan

penerapan strategi kontrarian dapat dikatakan cukup berisiko karena terbukti

portofolio saham loser tidak dapat mengungguli portofolio saham winner

walaupun untuk beberapa periode observasi hal tersebut terjadi.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak terdapat anomali

overreaction pada saham di Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia

khususnya periode tahun 2014-2018, walaupun pada portofolio winner

maupun loser sempat beberapa kali mengalami gejala pembalikan

(reversal) namun secara statistik tidak terbukti signifikan.

2. Strategi investasi kontrarian tidak dapat digunakan pada Indeks LQ-45,

karena berdasarkan hasil penelitian hanya terdapat beberapa bulan observasi

yang terjadi pembalikan harga dan secara keseluruhan tidak terbukti terjadi

overreaction, sehingga investor dapat mengalami kerugian apabila

menggunakan strategi kontrarian secara intensif.

5.2 Saran

Berikut ini beberapa saran yang dapat peneliti berikan untuk menunjang

penelitian dimasa yang akan datang:

1. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi overreaction, sehingga dapat

disarankan kepada investor di Bursa Efek Indonesia untuk tidak

menggunakan strategi kontrarian pada saham-saham indeks LQ-45 karena

62
63

dapat mengakibatkan investor mengalami kerugian. Investor akan

mendapatkan keuntungan dari strategi kontrarian apabila terjadi pembalikan

harga saham, saham yang sebelumnya loser menjadi winner di kemudian

hari, sedangkan hal ini terjadi untuk pasar yang terdapat overreaction.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan dapat mencoba menggunakan metode

perhitungan abnormal return menggunakan mean adjusted mode dan

market model yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Kemudian disarankan

untuk melakukan penelitian pada Indeks lainnya di Bursa Efek Indonesia

dan untuk faktor anomali efisiensi pasar agar dapat lebih dikontrol dalam

penelitian selanjutnya terutama dalam pemilihan sampel, agar hasil

penelitian yang di peroleh lebih baik dan valid.


DAFTAR PUSTAKA

Alteza, Muniya. (2007). Efek Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Suatu
Telaah atas Anomali Pasar Efisien. Jurnal Ilmu Manajemen, 3(1): 31-43.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A.J. (2011). Investments (9th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A.J. (2014). Manajemen Portofolio dan Investasi.
Jakarta: Salemba Empat.
De Bondt, W.F.M., & R.H. Thaler. (1985). Does the Stock Market Overreact?
Journal of Finance, 40(3): 793-805.
De Bondt, W.F.M., & R.H. Thaler. (1987). Further evidence on investor
overreaction and stock market seasonality. The Journal of Finance, 42(3):
557-581.
De Bondt, W.F.M., & R.H. Thaler. (2010). The behavioral revolution in finance.
12th Annual European Conference of the Financial Management Association.
Dinawan, Muhammad Rizkada. (2007). Analisis Overreaction Hypothesis, Dan
Pengaruh Firm Size, Likuiditas & Bid-Ask Spread Terhadap Fenomena Price
Reversal Di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro.
Donald, R.M & Power, D.M. (1992). Persistence in UK Stock Market Returns:
Some Evidence using high-frequency data. Journal of Business Finance and
Accounting, 19(4): 505-514.
Elton, E.J. & Gruber. (2005). Modern Portofolio Theory and Investment Analysis
(6th ed.). Canada: John Willey and Sons Inc.
Fama, Eugene F. (1970). Efficient capital markets: a review of theory and empirical
work. The Journal of Finance, 25(2): 383-417.
Hartono, Jogiyanto. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (ed.8).
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Herlianto, Didit. (2013). Manajemen Investasi Plus Jurus Mendektesi Investasi
Bodong. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Hotma, Herry. (2004). Strategi Kontrarian di Pasar Saham Indonesia: Suatu
Tinjauan Overreaction Hypothesis di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas
Indonesia.
Husnan, Fuad. (2009). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

64
65

Jegadeesh, Narasimhan, & Titman, Sheridan. (1995). Overreaction, delayed


reaction, and contrarian profits. The Review of Financial Studies, 8(4): 973-
993.
Jemmy, Haensri. (2012). Analisis Overreaction Saham Sektor Industri Dasar dan
Kimia Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2011. Tesis. Magister
Manajemen: Universitas Indonesia.
Jogiyanto. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (5th ed). Yogyakarta:
BPFE.
Jones. (2014). Investments: Principles and Concept (12th ed.). New York: John
Willey and Son.
Kaestner, Michael. (2006). Anomalous Price Behavior Following Earnings
Suprises: Does Representativeness Cause Overreaction? Reveu Finance,
27(2): 1-28.
Kamaludin. (2009). Anomalies Pada Pasar Modal Asia. Jurnal Maksi, 9(1): 16-29.
Kamaludin. (2012). Reaksi Pemain Saham: Implikasi Libur Nasional di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmiah STIE MDP, 1(2): 93-98.
Lo, Andrew W., & MacKinlay, A. Craig. (1990). When are contrarian profits due
to stock market overreaction? The Review of Financial Studies, 3(2): 175-205.
Maharani, Santi & Witiastuti, Rini. (2015). Fenomena Market Overreaction di
Bursa Efek Indonesia. Management Analysis Journal, 4(1): 30-38.
Manurung, A.H. (2008). Strategi Memenangkan Transaksi Saham di Bursa.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Manurung, A.H. (2005). Gejala Overreaction pada Saham dalam Perhitungan
Indeks LQ-45. Usahawan No.09 Th XXXIV, Sept 2005.
Michaely, Roni, R.H. Thaler, & Womack, Kent. (1995). Price reactions to dividend
initiations and omissions: overreaction or drift? The Journal of Finance, 1(2):
573-608.
Najmudin. (2012). Eksistensi Anomali Winner-Loser Pada Saham Jakarta Islamic
Index. Solusi ISSN 1412-5331, 10(3).
Octavio, Danes & Lantara, I Wayan Nuka. (2014). Market Overreaction, Size
Effect atau Liquidity Effect? Studi Pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan, 8(1): 11-17.
Park, Sojung Carol. (2007). Investor’s overreaction to an extreme event: evidence
from the world trade center terrorist attack. Tesis. Mihaylo College of
California State University.
Pasaribu, Rowland B.F. (2011). Anomali Overreaction di Bursa Efek Indonesia:
Penelitian Saham LQ-45. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 5(2): 87-115.
66

Phangwijaya, Johan (2009). Gejala Overreaction Di Bursa Efek Indonesia. Tesis.


Universitas Indonesia.
Piccoli, Pedro, Mo Chaudhury, Alceu Souza, & Wesley Vieira da Silva. (2017).
Stock Overreaction to Extreme Market Events. North American Journal of
Economics and Finance, 41(1): 97-111.
Pompian, Michael M. (2006). Behavioral Finance and Wealth Management: How
to Build Optimal Portfolios That Account for Investor Biases. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
Shefrin, Hersh & Statman, Meir. (2000). Behavioral Portofolio Theory. The
Journal of financial and Quantitative Analysis, 35(2): 127-151.
Trihendradi, C. (2013). Langkah Mudah Menguasai SPSS 21. Yogyakarta: Andi
Offset.
Tversky, Amos & Kahneman, Daniel. (1974). Judgment under Uncertainty:
Heuristics and Biases. Science. 185(4157): 1124-1131.
Wiksuana, I Gst. Bgs. (2008). Eksistensi Anomali Winner-Loser Saham Individual
dan Saham Industri di Pasar Modal Indonesia. Finance and Banking Journal,
10(1): 1-16.
Zarowin, Paul. (1990). Size, Seasonality, and stock market overreaction. Journal of
Financial and Quantitative Analysis. 25(1): 113-125.

Anda mungkin juga menyukai