Herniasi Otak
Herniasi Otak
LATAR BELAKANG
Otak merupakan organ yang besar, kompleks dan sangat penting dalam
kehidupan seseorang. Dalam kranium, refleksidural dan tulang-tulang
memisahkan otak kepada regio-regio tertentu. Herniasi otak merupakan dislokasi
secara mekanik organ otak ke regio yang lain akibat dari adanya massa, trauma,
neoplastik, iskemik atau pun penyebab infeksi.1 Herniasi otak, juga dikenali
sebagai ‘cistern obliteration’, merupakan akibat dari tekanan intrakranial yang
terlalu tinggi. Herniasi ini terjadi apabila otak menggeser ke beberapa struktur
dalam otak. Otak bisa bergeser ke struktur otak seperti falx serebri, tentorium
serebella dan bisa sampai ke dalam foramen magnum pada basis cranii (tempat
lewatnya corda spinalis dan berhubung dengan otak). Herniasi bisa disebabkan
oleh beberapa faktor yang menyebabkan efek massa dan peningkatan tekanan
intrakranial. Hal ini termasuklah trauma otak, stroke, maupun tumor otak. Oleh
karena herniasi itu sendiri menyebabkan tekanan yang tinggi pada struktur otak
tertentu, maka dapat bersifat fatal dan tindakan pertama yang dilakukan adalah
menurunkan tekanan intrakranial. Herniasi juga bisa terjadi tanpa peningkatan
tekanan intrakranial seperti adanya lesi massa yaitu hematoma yang terjadi pada
perbatasan kompartemen otak.2,3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Herniasi otak adalah kondisi medis yang sangat berbahaya dimana jaringan
otak menjadi berpindah dalam beberapa cara karena peningkatan tekanan
intrakranial (tekanan di dalam tengkorak). Kenaikan tekanan menyebabkan otak
diperluas, tetapi karena memiliki tempat untuk masuk ke dalam tengkorak,
maka otak menjadi rusak parah. Dalam beberapa kasus herniasi otak dapat
diobati, tetapi dalam kasus lain akan menyebabkan koma dan kematian.
Herniasi otak merupakan pergeseran dari otak normal melalui atau antar
wilayah ke tempat lain karena efek massa. Biasanya ini komplikasi dari efek
massa baik dari trumor, trauma, atau infeksi.1
2. Etiologi
Hernia otak terjadi apabila ada sesuatu di dalam otak yang mendorong
jaringan otak. Termasuklah edema otak akibat dari trauma kapitis. Hernia otak
sering disebabkan adanya tumor dalam otak termasuklah tumor otak yang
bermetastasis dan tumor otak primer. Selain itu, hernia otak juga bisa terjadi
akibat dari abses otak, adanya perdarahan dalam otak dan hidrosefalusdd
(akumulasi cairan dalam otak) serta stroke yang menyebabkan edema otak.
Hernia otak sendiri juga sering menyebabkan stroke masif. Hal ini
menyebabkan suplai darah yang berkurang pada bagian otak tertentu dan
kompresi pada struktur vital yang mengontrol pernapasan dan sirkulasi. Hal ini
akan menyebabkan kematian atau kematian otak. Walau bagaimanapun
penyebab tersering dari hernia otak adalah akibat adanya tekanan massa dalam
otak yang mendorong otak itu sendiri.3
2
3. Epidemiologi
Insidens terjadinya hernia otak berdasarkan dari penyebab hernia itu sendiri.
Di Amerika, sebanyak 42% kasus dilaporkan pada tahun 2000-2003, sedangkan
di Asia indsidensi terjadinya hernia otak yaitu 76,3% pada tahun 2002.
Tingginya angka kejadian ini disebabkan oleh tingginya insidens trauma kapitis
dan tumor otak di Asia. Salah satu sumber penelitian pada tahun 1999,
mendapatkan bahwa tingginya angka kejadian hernia otak disebabkan oleh
penanganan peningkatan tekanan intrakranial yang lambat dan kurang adekuat.1
4. Klasifikasi
3
2 kelompok besar ini, hernia otak dinamakan berdasarkan struktur atau lokasi
lewatnya dan bergesernya otak: termasuklah transtentorial, bergeser ke atas,
tonsilar, sentral, singulata, dan herniasi transcalvaria. Herniasi uncal,
transtentorial, singulata, dan transcalvaria termasuk dalam kelompok hernia
supratentorial, sedangkan transtentorium ke atas dan tosillar termasuk dalam
kelompok herniasi infratentorial.5
Pada herniasi uncal, yaitu hernia transtentorium yang sering, bagian paling
dalam pada lobus temporal yaitu uncus bisa sangat terhimpit sehingga melewati
tentorium dan menyebabkan tekanan yang tinggi pada batang otak terutama
midbrain. Tentorium merupakan struktur dalam tengkorak kepala yang
terbentuk dari lapisan meningea yaitu dura mater. Jaringan bisa terkelupas dari
korteks cerebral dimana proses ini dinamakan sebagai dekortikasi. Uncus ini
akan menekan nervus kranialis ke-3 yang berfungsi mengontrol input
4
parasimpatis pada organ mata. Keadaan ini akan mengganggu transmisi neural
parasimpatis sehingga menyebabkan pupil pada mata terkait akan berdilatasi
dan gagal untuk berkonstriksi apabila adanya respon cahaya seperti mana
seharusnya. Maka dengan adanya gejala dilatasi pupil yang tidak berespon
dengan cahaya, itu merupakan tanda penting adanya peningkatan tekanan
intracranial. Dilatasi pupil sering diikuti dengan beberapa gejala lain kompresi
nervus kranialis ke-3 yaitu deviasi bola mata kearah atas dan bawah akibat dari
hilangnya innervasi ke semua otot motilitas kecuali otot rektus lateralis yang
diinervasikan oleh nervus kranialis ke-6 dan otot obliqus superior yang
diinervasikan oleh nervus kranialis ke-4. Gejala ini muncul karena fiber esentrik
parasimpatik mengelilingi fiber motorik dari nervus kranialis ke-3 dan makanya
ia pertama yang terkompresi. Arteri kranialis juga akan tertekan semasa
herniasi. Kompresi terhadap arteri serebral posterior akan menyebabkan
gangguan pada fungsi penglihatan kontralateral yang dikenali sebagai
homonimus kontralateral hemianopia. Kemudian diikuti dengan symptom yang
juga penting yaitu ‘false localizing sign’ yang berakibat dari kompresi pada krus
serebral kontralateral yang mengandung fiber kortikospinal dan kortikobulbar
desendens. Ini diikuti dengan hemiparesis ipsilateral. Berhubung traktus
kortikospinalis secara predominan menginnervasi otot flexor, maka kaki akan
terlihat dalam keadaan ekstensi. Dengan peningkatan tekanan intracranial,
postur dekortikasi akan terlihat. Herniasi tipe ini juga akan menyebabkan
kerosakan pada batang otak, yang berefek letargi, bradikardi, kelainan
respiratori dan dilatasi pupil. Herniasi uncal akan berlanjut dengan herniasi
sentral sekiranya tidak ditangani.5,6.
5
4.4. Herniasi Tonsillar
Pada herniasi tonsillar, yang juga dikenali sebagai herniasi serebral ke arah
bawah, tonsil serebral akan bergeser ke bawah masuk ke foramen magnum dan
menyebabkan kompresi pada distal batang otak dan proksimal dari korda
spinalis servikal. Peningkatan tekanan pada batang otak akan menyebabkan
disfungsi dari sistem saraf pusat yang berperan dalam mengontrol fungsi
respiratori dan fungsi jantung.(5)
6
Gambar 2. Foto MRI yang menunjukkan cedera otak akibat dari hernia otak.1
Pada herniasi singulata atau subfalcine, yaitu hernia yang paling sering,
bagian paling dalam pada lobus frontalis akan terdorong ke falx serebri.
Hernia singulata bisa terjadi apabila salah satu dari hemisfer membengkak dan
menolak girus singulata kearah falx serebri. Walaupun keadaan ini tidak
7
terlalu menekan batang otak seperti tipe-tipe hernia yang lain, namun bisa
memberikan efek pada pembuluh darah yang berdekatan dengan lobus
frontalis tempat trauma yaitu arteri serebral anterior atau bisa berprogresif ke
hernia sentral. Kesan terhadap pembuluh darah akan menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang berbahaya sehingga bisa memburuk
membentuk herniasi yang lebih berat. Gejala khas pada hernia singulata tidak
jelas. Namun seperti yang terjadi pada hernia uncal, hernia singulata juga akan
menyebabkan kelainan pada postur tubuh dan koma. Hernia singulata
dipercayai sering menjadi prekursor terhadap tipe hernia yang lain.6,7.
Pada hernia transcalvarial, otak akan tertekan pada daerah fraktur atau
bekas operasi. Hernia ini juga dikenali sebagai hernia eksternal di mana ia
terjadi sewaktu kraniotomi atau pada apa saja operasi yang melibatkan
pengangkatan bagian tertentu tengkorak.5.
5. Patofisiologi
Herniasi Transtentorial
Herniasi Transtentorial merupakan pergeseran otak dari lokasi yang
sebenarnya ke arah bawah maupun atas melewati tentorium pada batas insisura.
Herniasi transtentorial desendens terjadi apabila otak yang terletak
supratentorial berherniasi kearah bawah dari batas insisura. Sedamgkan herniasi
transtentorial asendens terjadi apabila otak yang terletak infratentorial
berherniasi ke atas dari insisura. 8
8
quadrigeminal posterior dan penyempitan sisterna ambient bilateral. Hematoma
ekstra-axial dan intra-axial pada fossa posterior adalah penyebab yang paling
jarang.8
Herniasi Subfalcine/Singulata
Herniasi Sphenoid/Alar
Herniasi Sphenoid atau Alar terjadi akibat dari otak yang terletak
supratentorial tergelincir secara anterior maupun posterior di atas tulang
9
sphenoid. Herniasi anterior terjadi apabila lobus temporal mengalami herniasi
secara anterior maupun superior di atas tulang sphenoid. Sedangkan herniasi
posterior terjadi apabila lobus frontalis berherniasi secara posterior dan
inferior di atas tulang sphenoid.9
Herniasi Ekstrakranial
Tanda yang sering pada hernia otak adalah postur tubuh yang abnormal
dengan karakteristik posisi ekstremitas bawah yang menjadi tanda khas
terjadinya kerusakan otak yang berat. Pasien ini akan mengalami penurunan
kesadaran dengan ‘Glasgow Coma Scale’ antara 3 sampai 5. Satu atau kedua-
dua pupil akan berdilatasi dan reflex cahaya negative atau tidak berespon
terhadap cahaya.1
10
Herniasi Transtentorial Desendens.
Herniasi Subfalkin/Singulata
Herniasi subfalkin tidak selalu menunjukkan gejala klinis yang berat. Tipe
herniasi ini akan menimbulkan gejala klinis seperti nyeri kepala, dan bisa
berlanjut menjadi kelemahan pada tungkai bawah yang kontralateral atau gejala
infark pada lobus frontalis akibat dari penekanan pada arteri serebral anterior.6,7.
11
Herniasi Foramen Magnum/Tonsillar
Herniasi Sphenoid/Alar
Gejala klinis dari herniasi ini adalah sangat minimal dan walaupun tipe
hernia ini adalah yang paling sering terjadi, namun pasien sering datang dengan
disertai tipe herniasi yang lain.6,7.
Herniasi Ekstrakranial
Hernia ini sering didapatkan post trauma dan operasi. Region otak yang
mengalami herniasi sering akan menjadi iskemik dan seterusnya infark.6,7.
7. Pemeriksaan Penunjang
12
pemeriksaan MRI bisa memberikan gambaran terbaik tempat kelainan
berdasarkan foto pada potongan parasagital. Namun begitu baik MRI maupun
CT scan bisa menunjukkan gambaran terdorongnya arteri serebral mediana
ipsilateral yang mana merupakan tanda tidak langsung suatu herniasi sphenoid.
Untuk herniasi ekstrakranial, MRI maupun CT scan adalah pilihan terbaik.6,7,8.
13
Sisterna ipsilateral melebar oleh disebabkan batang otak terletak di inferior
berdekatan dengan korda spinalis membentuk struktur rigid yang panjang
seperti yang digambarkan pada foto CT scan potongan koronal. Massa pada
foto sebelah kanan menyebabkan pelebaran sisterna ipsilateral. Apabila otak
supratentorial terdorong ke kanan, maka semua aspek yang terdapat di superior
otak tengah (midbrain) dan korda spinalis juga akan terdorong ke kanan. Hal
ini akan menyempitkan sisterna kontra-lateral dan menyebabkan pelebaran
sisterna ipsilateral pada antero-lateral batang otak.10
8. Penatalaksanaan
Hernia otak merupakan kasus gawat darurat. Penanganan utama haruslah
menyelamatkan nyawa pasien. Untuk mencegah terjadinya kekambuhan dari
hernia otak, maka penanganan haruslah bertujuan untuk menurunkan
peningkatan tekanan intrakranial dan menurunkan edema otak. Hal ini dapat
ditangani dengan cara berikut:6,7
14
Segera konsul ke bedah saraf.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari herniasi otak adalah gangguan neurologi
yang persisten dan kematian otak.
Prognosis
Prognosis hernia otak dapat beragam, apabila terjadi pada daerah lobus
temporalis atau serebelllum maka prognosisnya buruk, yaitu kematian. Namun
pada hernia otak di daerah lain, maka prognosisnya tergantung derajat beratnya
dan penyebab dari hernia otak itu sendiri.10
15
10. Pencegahan
Penanganan segera terhadap peningkatan tekanan intrakranial dan faktor
penyebab lain bisa mengurangi risiko terjadinya hernia otak. Mengenali lebih
awal peningkatan tekanan intrakranial melalui gejala klinis dan gambaran
radiografi sangat penting untuk langkah pencegahan terjadinya herniasi otak.10
Gejala klinis dan tanda-tanda dari peningkatan tekanan intrakranial akut
termasuk nyeri kepala, muntah, distorsi penglihatan, hilangnya refleks sensoris,
disfungsi pupil, hipertensi, bradikardi, postur tubuh yang fleksi atau ekstensi
dan edema papilla tidak terjadi pada peningkatan tekanan intrakranial akut.10
16
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
17