Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LATAR BELAKANG

Otak merupakan organ yang besar, kompleks dan sangat penting dalam
kehidupan seseorang. Dalam kranium, refleksidural dan tulang-tulang
memisahkan otak kepada regio-regio tertentu. Herniasi otak merupakan dislokasi
secara mekanik organ otak ke regio yang lain akibat dari adanya massa, trauma,
neoplastik, iskemik atau pun penyebab infeksi.1 Herniasi otak, juga dikenali
sebagai ‘cistern obliteration’, merupakan akibat dari tekanan intrakranial yang
terlalu tinggi. Herniasi ini terjadi apabila otak menggeser ke beberapa struktur
dalam otak. Otak bisa bergeser ke struktur otak seperti falx serebri, tentorium
serebella dan bisa sampai ke dalam foramen magnum pada basis cranii (tempat
lewatnya corda spinalis dan berhubung dengan otak). Herniasi bisa disebabkan
oleh beberapa faktor yang menyebabkan efek massa dan peningkatan tekanan
intrakranial. Hal ini termasuklah trauma otak, stroke, maupun tumor otak. Oleh
karena herniasi itu sendiri menyebabkan tekanan yang tinggi pada struktur otak
tertentu, maka dapat bersifat fatal dan tindakan pertama yang dilakukan adalah
menurunkan tekanan intrakranial. Herniasi juga bisa terjadi tanpa peningkatan
tekanan intrakranial seperti adanya lesi massa yaitu hematoma yang terjadi pada
perbatasan kompartemen otak.2,3

Insidensi terjadinya hernia otak tergantung dari penyebab terjadinya


hernia otak. Di Amerika, sebanyak 42% kasus dilaporkan pada tahun 2000-2003.
Di Asia, insidensi terjadinya hernia otak malah lebih tinggi yaitu 76,3% pada
tahun 2002. Tingginya angka kejadian ini disebabkan oleh tingginya angka
kejadian trauma kapitis dan tumor otak di Asia. Sedangkan dari salah satu sumber
penelitian pada tahun 1999, mendapatkan bahwa tingginya angka kejadian hernia
otak disebabkan oleh penanganan peningkatan tekanan intrakranial yang lambat
dan kurang adekuat.1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Herniasi otak adalah kondisi medis yang sangat berbahaya dimana jaringan
otak menjadi berpindah dalam beberapa cara karena peningkatan tekanan
intrakranial (tekanan di dalam tengkorak). Kenaikan tekanan menyebabkan otak
diperluas, tetapi karena memiliki tempat untuk masuk ke dalam tengkorak,
maka otak menjadi rusak parah. Dalam beberapa kasus herniasi otak dapat
diobati, tetapi dalam kasus lain akan menyebabkan koma dan kematian.
Herniasi otak merupakan pergeseran dari otak normal melalui atau antar
wilayah ke tempat lain karena efek massa. Biasanya ini komplikasi dari efek
massa baik dari trumor, trauma, atau infeksi.1

2. Etiologi
Hernia otak terjadi apabila ada sesuatu di dalam otak yang mendorong
jaringan otak. Termasuklah edema otak akibat dari trauma kapitis. Hernia otak
sering disebabkan adanya tumor dalam otak termasuklah tumor otak yang
bermetastasis dan tumor otak primer. Selain itu, hernia otak juga bisa terjadi
akibat dari abses otak, adanya perdarahan dalam otak dan hidrosefalusdd
(akumulasi cairan dalam otak) serta stroke yang menyebabkan edema otak.
Hernia otak sendiri juga sering menyebabkan stroke masif. Hal ini
menyebabkan suplai darah yang berkurang pada bagian otak tertentu dan
kompresi pada struktur vital yang mengontrol pernapasan dan sirkulasi. Hal ini
akan menyebabkan kematian atau kematian otak. Walau bagaimanapun
penyebab tersering dari hernia otak adalah akibat adanya tekanan massa dalam
otak yang mendorong otak itu sendiri.3

2
3. Epidemiologi
Insidens terjadinya hernia otak berdasarkan dari penyebab hernia itu sendiri.
Di Amerika, sebanyak 42% kasus dilaporkan pada tahun 2000-2003, sedangkan
di Asia indsidensi terjadinya hernia otak yaitu 76,3% pada tahun 2002.
Tingginya angka kejadian ini disebabkan oleh tingginya insidens trauma kapitis
dan tumor otak di Asia. Salah satu sumber penelitian pada tahun 1999,
mendapatkan bahwa tingginya angka kejadian hernia otak disebabkan oleh
penanganan peningkatan tekanan intrakranial yang lambat dan kurang adekuat.1

4. Klasifikasi

Gambar 1. Diagram ini menunjukkan empat tipe herniasi otak.


1. Hernia singulata dimana otak terjepit di bawah falx serebri.
2. Herniasi batang otak ke caudal.
3. Herniasi uncus dangirus hippocampal ke dalam celah tentorium.
4. Herniasi tonsil serebellar kedalam foramen magnum.1

Terdapat 2 kelompok mayor dari hernia otak, yaitu: supratentorial dan


infratentorial. Herniasi supratentorial adalah hernia yang terjadi di atas notch
tentorium dan infratentorial merupakan hernia yang terjadi di bawahnya. Dalam

3
2 kelompok besar ini, hernia otak dinamakan berdasarkan struktur atau lokasi
lewatnya dan bergesernya otak: termasuklah transtentorial, bergeser ke atas,
tonsilar, sentral, singulata, dan herniasi transcalvaria. Herniasi uncal,
transtentorial, singulata, dan transcalvaria termasuk dalam kelompok hernia
supratentorial, sedangkan transtentorium ke atas dan tosillar termasuk dalam
kelompok herniasi infratentorial.5

4.1. Herniasi Sentral

Pada herniasi sentral (juga dikenali sebagai hernia transtentorial),


diensefalon dan lobus temporal pada kedua hemisfer cerebrii ditekan oleh notch
pada tentorium cerebral. Hernia transtentorium bisa terjadi apabila otak
bergeser ke atas maupun ke bawah melewati batas tentorium yang dikenali
sebagai hernia transtentorium asendens dan desendens. Namun hernia ini bisa
menyebabkan robeknya arteri basilar atau nama lainnya arteri paramedian
sehingga berlaku perdarahan yang disebut ‘Duret Hemorrhage’. Herniasi ini
selalu berakhir dengan kematian. Secara gambaran radiografi, hernia yang
mengarah ke bawah berkarakteristik sebagai obliterasi sisterna suprasellar dari
hernia lobus temporal ke dalam hiatus tentorium dengan kompresi pada
pedunkulus cerebral. Hernia yang mengarah ke atas secara radiografi
berkarakteristik sebagai obliterasi sisterna quadrigeminal. Didapatkan bahwa
sindroma hipotensi intrakranial adalah sangat mirip dengan hernia
transtentorium yang mengarah ke bawah.5,6

4.2. Herniasi Uncal

Pada herniasi uncal, yaitu hernia transtentorium yang sering, bagian paling
dalam pada lobus temporal yaitu uncus bisa sangat terhimpit sehingga melewati
tentorium dan menyebabkan tekanan yang tinggi pada batang otak terutama
midbrain. Tentorium merupakan struktur dalam tengkorak kepala yang
terbentuk dari lapisan meningea yaitu dura mater. Jaringan bisa terkelupas dari
korteks cerebral dimana proses ini dinamakan sebagai dekortikasi. Uncus ini
akan menekan nervus kranialis ke-3 yang berfungsi mengontrol input

4
parasimpatis pada organ mata. Keadaan ini akan mengganggu transmisi neural
parasimpatis sehingga menyebabkan pupil pada mata terkait akan berdilatasi
dan gagal untuk berkonstriksi apabila adanya respon cahaya seperti mana
seharusnya. Maka dengan adanya gejala dilatasi pupil yang tidak berespon
dengan cahaya, itu merupakan tanda penting adanya peningkatan tekanan
intracranial. Dilatasi pupil sering diikuti dengan beberapa gejala lain kompresi
nervus kranialis ke-3 yaitu deviasi bola mata kearah atas dan bawah akibat dari
hilangnya innervasi ke semua otot motilitas kecuali otot rektus lateralis yang
diinervasikan oleh nervus kranialis ke-6 dan otot obliqus superior yang
diinervasikan oleh nervus kranialis ke-4. Gejala ini muncul karena fiber esentrik
parasimpatik mengelilingi fiber motorik dari nervus kranialis ke-3 dan makanya
ia pertama yang terkompresi. Arteri kranialis juga akan tertekan semasa
herniasi. Kompresi terhadap arteri serebral posterior akan menyebabkan
gangguan pada fungsi penglihatan kontralateral yang dikenali sebagai
homonimus kontralateral hemianopia. Kemudian diikuti dengan symptom yang
juga penting yaitu ‘false localizing sign’ yang berakibat dari kompresi pada krus
serebral kontralateral yang mengandung fiber kortikospinal dan kortikobulbar
desendens. Ini diikuti dengan hemiparesis ipsilateral. Berhubung traktus
kortikospinalis secara predominan menginnervasi otot flexor, maka kaki akan
terlihat dalam keadaan ekstensi. Dengan peningkatan tekanan intracranial,
postur dekortikasi akan terlihat. Herniasi tipe ini juga akan menyebabkan
kerosakan pada batang otak, yang berefek letargi, bradikardi, kelainan
respiratori dan dilatasi pupil. Herniasi uncal akan berlanjut dengan herniasi
sentral sekiranya tidak ditangani.5,6.

4.3. Herniasi Serebral

Peningkatan tekanan dalam fossa posterior akan menyebabkan serebelum


bergeser ke atas mendorong tentorium kearah atas atau dikenali sebagai herniasi
serebral. Midbrain akan terdorong ke tentorium. Keadaan ini juga akan
menyebabkan midbrain terdorong ke bawah.5,6.

5
4.4. Herniasi Tonsillar

Pada herniasi tonsillar, yang juga dikenali sebagai herniasi serebral ke arah
bawah, tonsil serebral akan bergeser ke bawah masuk ke foramen magnum dan
menyebabkan kompresi pada distal batang otak dan proksimal dari korda
spinalis servikal. Peningkatan tekanan pada batang otak akan menyebabkan
disfungsi dari sistem saraf pusat yang berperan dalam mengontrol fungsi
respiratori dan fungsi jantung.(5)

Herniasi tonsillar juga dikenal sebagai malformasi Chiari atau Malformasi


Arnold Chiari (ACM). Sekurang-kurangnya terdapat tiga tipe malformasi
Chiari yang ditemukan yang mana masing-masing menimbulkan proses
penyakit yang berbeda dengan symptom dan prognosis yang berbeda. Kondisi
ini bisa ditemukan dengan adanya pasien yang bersifat asimptomatik dan ada
pula yang bersifat berat sehingga mengancam nyawa. Makanya hernia ini lebih
sering di diagnosa berdasarkan gambaran radiologi dari pemeriksaan MRI
kepala. Ektopik Serebral merupakan suatu istilah yang digunakan oleh ahli
radiologi untuk mendiskripsikan tonsil serebral namun tidak secara khusus
mendiskripsikan suatu malformasi Chiari. Menurut definisi malformasi Chiari
terdahulu menyatakan bahwa adanya gambaran radiologi tonsillar serebral
dengan penonjolan pada terdorongnya jaringan masuk ke dalam foramen
magnum sekurang-kurangnya 5mm di bawah foramen magnum. Namun
beberapa kasus melaporkan bahwa ada pasien yang datang hanya dengan
symptom. Malformasi Chiari tanpa gambaran radiografi herniasi tonsillar di
diagnosa dengan ‘Chiari type 0’.5

6
Gambar 2. Foto MRI yang menunjukkan cedera otak akibat dari hernia otak.1

Terdapat beberapa penyebab yang dihubungkan dengan kejadian herniasi


tipe ini. Antaranya berupa korda spinalis yang menonjol, filum terminalis yang
menyempit secara mendadak (menarik turun batang otak dan struktur di
sekitarnya), penurunan atau malformasi dari fossa posterior (bagian caudal dan
dorsal dari tengkorak) sehingga tidak memberikan ruang yang cukup untuk
serebelum, hidrosefalus atau volume cairan serebrospinal yang tidak normal
sehingga mendorong tonsil keluar. Kelainan jaringan ikat seperti Sindroma
Ehlers Danlos, juga merupakan antara faktor penyebab.6,7.

Untuk evaluasi herniasi tonsillar yang lebih lanjut, dilakukan pemeriksaan


CINE flow. Pemeriksaan MRI tipe ini memeriksa pengaliran cairan
serebrospinal pada sendi kranio-servikal. Bagi pasien yang datang dengan
symptom hernia dimana dirasakan berkurang pada posisi supine dan memburuk
pada posisi berdiri, maka pemeriksaan MRI ini haruslah dilakukan dalam posisi
berdiri.6,7.

4.5. Herniasi Singulata

Pada herniasi singulata atau subfalcine, yaitu hernia yang paling sering,
bagian paling dalam pada lobus frontalis akan terdorong ke falx serebri.
Hernia singulata bisa terjadi apabila salah satu dari hemisfer membengkak dan
menolak girus singulata kearah falx serebri. Walaupun keadaan ini tidak

7
terlalu menekan batang otak seperti tipe-tipe hernia yang lain, namun bisa
memberikan efek pada pembuluh darah yang berdekatan dengan lobus
frontalis tempat trauma yaitu arteri serebral anterior atau bisa berprogresif ke
hernia sentral. Kesan terhadap pembuluh darah akan menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang berbahaya sehingga bisa memburuk
membentuk herniasi yang lebih berat. Gejala khas pada hernia singulata tidak
jelas. Namun seperti yang terjadi pada hernia uncal, hernia singulata juga akan
menyebabkan kelainan pada postur tubuh dan koma. Hernia singulata
dipercayai sering menjadi prekursor terhadap tipe hernia yang lain.6,7.

4.6. Hernia Transcalvarial

Pada hernia transcalvarial, otak akan tertekan pada daerah fraktur atau
bekas operasi. Hernia ini juga dikenali sebagai hernia eksternal di mana ia
terjadi sewaktu kraniotomi atau pada apa saja operasi yang melibatkan
pengangkatan bagian tertentu tengkorak.5.

5. Patofisiologi
Herniasi Transtentorial
Herniasi Transtentorial merupakan pergeseran otak dari lokasi yang
sebenarnya ke arah bawah maupun atas melewati tentorium pada batas insisura.
Herniasi transtentorial desendens terjadi apabila otak yang terletak
supratentorial berherniasi kearah bawah dari batas insisura. Sedamgkan herniasi
transtentorial asendens terjadi apabila otak yang terletak infratentorial
berherniasi ke atas dari insisura. 8

Hernia transtentorial desendens lebih sering terjadi dibanding dengan


asendens dan termasuk dalam kelompok hernia uncal. Efek massa dalam
serebrum mendorong otak pada supratentorial melewati insisura; dislokasi ini
menyebabkan timbulnya gejala neurologik.8

Hernia transtentorial asendens selalu disebabkan adanya tumor pada fossa


posterior sehingga mendorong otak yang terletak di infratentorial ke arah
insisura. Akibatnya terjadilah distorsi midbrain, penekanan pada lempeng

8
quadrigeminal posterior dan penyempitan sisterna ambient bilateral. Hematoma
ekstra-axial dan intra-axial pada fossa posterior adalah penyebab yang paling
jarang.8

Herniasi Subfalcine/Singulata

Herniasi subfalcine terjadi apabila otak terdorong di bawah falx serebri


akibat dari massa.

Gambar 3. Kejadian hernia tentorial dan singulata.9

Herniasi Foramen Magnum/Tonsillar

Herniasi foramen magnum terjadi apabila otak yang terletak di


infratentorial terdorong ke foramen magnum akibat dari massa.9

Herniasi Sphenoid/Alar

Herniasi Sphenoid atau Alar terjadi akibat dari otak yang terletak
supratentorial tergelincir secara anterior maupun posterior di atas tulang

9
sphenoid. Herniasi anterior terjadi apabila lobus temporal mengalami herniasi
secara anterior maupun superior di atas tulang sphenoid. Sedangkan herniasi
posterior terjadi apabila lobus frontalis berherniasi secara posterior dan
inferior di atas tulang sphenoid.9

Herniasi Ekstrakranial

Herniais ekstrakranial terjadi apabila otak mengalami dislokasi akibat dari


defek pada cranium.8

6. Tanda dan Gejala

Gambar 4. Postur dekortikasi dengan siku, pergelangan tangan dan jari


dalam keadaan flexi serta kaki yang ekstensi dan berotasi kearah medial.1

Tanda yang sering pada hernia otak adalah postur tubuh yang abnormal
dengan karakteristik posisi ekstremitas bawah yang menjadi tanda khas
terjadinya kerusakan otak yang berat. Pasien ini akan mengalami penurunan
kesadaran dengan ‘Glasgow Coma Scale’ antara 3 sampai 5. Satu atau kedua-
dua pupil akan berdilatasi dan reflex cahaya negative atau tidak berespon
terhadap cahaya.1

Pada pemeriksaan neurologi, didapatkan penurunan derajat kesadaran.


Tergantung dari beratnya herniasi, gangguan pada satu atau beberapa refleks
batang otak serta fungsi dari nervus kranialis bisa terjadi. Pasien juga akan
menunjukkan ketidakmampuan untuk bernapas secara konsisten dan didapatkan
denyut jantung yang irreguler.8

10
Herniasi Transtentorial Desendens.

Herniasi transtentorial desendens akan menyebabkan symptom yang


bervariasi. Kompresi terhadap nervus kranialis ke-3 ipsilateral akan
menyebabkan dilatasi pupil ipsilateral dan pergerakan ekstraokuler yang
abnormal. Kompresi traktus kortikospinal ipsilateral pada batang otak akan
menyebabkan hemiparesis kontralateral karena traktus menyilang pada batas
medulla. Hemiparesis ipsilateral juga bisa terjadi apabila terdapat massa yang
cukup besar sehingga menekan pedunkulus serebral kontralateral kearah
insisura.6,7.

Komplikasi lain termasuklah terjadinya infark pada lobus occipitalis baik


unilateral maupun bilateral akibat dari penekanan terhadap arteri serebral
posterior. Perdarahan batang otak juga antara komplikasi lain yang timbul
akibat dari penekanan pada daerah pembuluh darah sehingga menyebabkan
perforasi. Kompresi pada midbrain bisa berkomplikasi ke hidrosefalus.6,7.

Herniasi Trantentorial Asendens.

Herniasi transtentorial asendens akan menyebabkan kompresi pada


batang otak yang akan menimbulkan symptom berupa mual, muntah yang
mana bisa berprogresif sampai koma sekiranya terjadi kerusakan yang
mendadak pada intrakranial. Pertumbuhan massa yang perlahan pada fossa
posterior akan menyebabkan perubahan pada anatomi intrakranial secara
perlahan. Namun ini bukanlah termasuk kasus gawat darurat.6,7.

Herniasi Subfalkin/Singulata

Herniasi subfalkin tidak selalu menunjukkan gejala klinis yang berat. Tipe
herniasi ini akan menimbulkan gejala klinis seperti nyeri kepala, dan bisa
berlanjut menjadi kelemahan pada tungkai bawah yang kontralateral atau gejala
infark pada lobus frontalis akibat dari penekanan pada arteri serebral anterior.6,7.

11
Herniasi Foramen Magnum/Tonsillar

Penekanan yang mendadak pada batang otak akan menyebabkan kecacatan


dan kematian. Walau bagaimanapun pasien yang datang dengan malformasi
Arnold Chiari 1 akan menunjukkan gambaran symptom yang lebih sedikit dan
bisa dengan gambaran disethesia pada ekstremitas dengan fleksi servikal.
Gambaran ini dikenali sebagai fenomena Lhermitte.6,7.

Herniasi Sphenoid/Alar

Gejala klinis dari herniasi ini adalah sangat minimal dan walaupun tipe
hernia ini adalah yang paling sering terjadi, namun pasien sering datang dengan
disertai tipe herniasi yang lain.6,7.

Herniasi Ekstrakranial

Hernia ini sering didapatkan post trauma dan operasi. Region otak yang
mengalami herniasi sering akan menjadi iskemik dan seterusnya infark.6,7.

7. Pemeriksaan Penunjang

Bagi herniasi transtentorial, ‘computed tomography scanning’ (CT scan)


atau ‘magnetic resonance imaging’ (MRI) sangat berperan untuk evaluasi
penyakit. MRI akan memberikan gambaran mengikut potongan aksial, sagital
dan koronal. Bagi herniasi subfalkin/singulata pula, pemeriksaan CT scan
maupun MRI keduanya sangat membantu dalam mengevaluasi penyakit.
Herniasi foramen magnum/tonsillar dilakukan pemeriksaan MRI merupakan
pilihan terbaik oleh karena pemeriksaan ini memberikan gambaran potongan
sagital dan koronal. Namun begitu, oleh karena pasien yang datang
kebanyakannya bersifat akut, maka pemeriksaan CT scan potongan aksial juga
bisa membantu dalam mendiagnosa penyakit. Pada herniasi sphenoid/alar,

12
pemeriksaan MRI bisa memberikan gambaran terbaik tempat kelainan
berdasarkan foto pada potongan parasagital. Namun begitu baik MRI maupun
CT scan bisa menunjukkan gambaran terdorongnya arteri serebral mediana
ipsilateral yang mana merupakan tanda tidak langsung suatu herniasi sphenoid.
Untuk herniasi ekstrakranial, MRI maupun CT scan adalah pilihan terbaik.6,7,8.

Gambaran radiologi pada herniasi transtentorial desendens termasuklah


perluasan sisterna ambient ipsilateral dan sisterna prepontin ipsilateral. Ujung
temporal kontralateral juga mengalami perluasan. Penemuan ini adalah bersifat
ipsilateral, ventrikel lateralis terkompresi dengan dilatasi subsequent pada
ventrikel kontralateral untuk mengekalkan volume yang sama. Perluasan
sisterna ipsilateral terjadi karena letaknya inferior batang otak yang begitu dekat
dengan korda spinalis sehingga menunjukkan struktur yang rigid pada foto CT
scan potongan koronal.6,7,8.

Gambar 5. Perdarahan intraventrikuler bilateral dan dilatasi ventrikel.10

13
Sisterna ipsilateral melebar oleh disebabkan batang otak terletak di inferior
berdekatan dengan korda spinalis membentuk struktur rigid yang panjang
seperti yang digambarkan pada foto CT scan potongan koronal. Massa pada
foto sebelah kanan menyebabkan pelebaran sisterna ipsilateral. Apabila otak
supratentorial terdorong ke kanan, maka semua aspek yang terdapat di superior
otak tengah (midbrain) dan korda spinalis juga akan terdorong ke kanan. Hal
ini akan menyempitkan sisterna kontra-lateral dan menyebabkan pelebaran
sisterna ipsilateral pada antero-lateral batang otak.10

8. Penatalaksanaan
Hernia otak merupakan kasus gawat darurat. Penanganan utama haruslah
menyelamatkan nyawa pasien. Untuk mencegah terjadinya kekambuhan dari
hernia otak, maka penanganan haruslah bertujuan untuk menurunkan
peningkatan tekanan intrakranial dan menurunkan edema otak. Hal ini dapat
ditangani dengan cara berikut:6,7

Penatalaksanaan Awal Sindroma Herniasi


Tujuan dilakukan adalah untuk menjaga TIK <20 mmHg, CPP> 60-70 mmHg,
maka segera lakukan:
 Elevasi kepala di tempat tidur (15-30 derajat, atau 30-45 derajat guna
untuk meningkatkan aliran keluar vena dari intrakranial.
 Cegah hipotensi dengan cairan, normal saline 0,9% dengan kecepatan
80-100cc/jam.
 Intubasi (jika memungkinkan) dan lakukan ventilasi sehingga terjadi
normokarbia (PCO2 : 35-40mmHg) atau kalau bisa PCO2 : 28-32mmHg
guna untuk mencegah vasodilatasi serebri.
 Bila diperlukan berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 >
60mmHg untuk mencegah hypoxic brain injury.
 Berikan Mannitol 20% 1-1,5g/KgBB melalui infus IV secara cepat,
pertahankan tekanan darah >90mmHg dan pemberian diuretik lain.
 Pasang Foley Kateter.

14
 Segera konsul ke bedah saraf.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah:

 Sedasi (“ringan” misalnya dengan codein , hingga “berat” misalnya


dengan fentanyl/MgSO4 untuk dapat mengurangi tonus simpatis dan
hipertensi akibat kontraksi otot).
 Kortikosteroid seperti deksametason digunakan untuk menurunkan
edema otak.
 Drainase pada otak dengan tujuan untuk mengeluarkan cairan
berlebihan dari otak, terutama pada kasus obstruksi mekanikal yang
menyebabkan hernia.
 Pemasangan Intubasi endotrakeal dan pemasangan ventilasi uuntuk
menurunkan kadar karbondioksida dalam darah.
 Operasi dengan mengangkat massa tumor yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial atau drain kateter ventrikuler eksterna
dengan tujuan untuk pengaliran cairan cerebrospinal keluar pada kasus
akut atau dengan cara VP-Shunt.
 Pungsi lumbar adalah suatu kontraindikasi sekiranya curiga adanya
kelainan massa yang menyebabkan peningkatan intrakranial.

9. Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari herniasi otak adalah gangguan neurologi
yang persisten dan kematian otak.

Prognosis
Prognosis hernia otak dapat beragam, apabila terjadi pada daerah lobus
temporalis atau serebelllum maka prognosisnya buruk, yaitu kematian. Namun
pada hernia otak di daerah lain, maka prognosisnya tergantung derajat beratnya
dan penyebab dari hernia otak itu sendiri.10

15
10. Pencegahan
Penanganan segera terhadap peningkatan tekanan intrakranial dan faktor
penyebab lain bisa mengurangi risiko terjadinya hernia otak. Mengenali lebih
awal peningkatan tekanan intrakranial melalui gejala klinis dan gambaran
radiografi sangat penting untuk langkah pencegahan terjadinya herniasi otak.10
Gejala klinis dan tanda-tanda dari peningkatan tekanan intrakranial akut
termasuk nyeri kepala, muntah, distorsi penglihatan, hilangnya refleks sensoris,
disfungsi pupil, hipertensi, bradikardi, postur tubuh yang fleksi atau ekstensi
dan edema papilla tidak terjadi pada peningkatan tekanan intrakranial akut.10

16
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Wilkinson, I., Lennox, G., 2005. Tentorial Herniation. Essential Neurology.


Wilkinson, I., ed. 4th. USA: Blackwell Publishing;42-43.
2. Rohkman, R., 2004. Intracranial Pressure. Color Atlas of Neuroanatomy.
Taub, E., ed. 1st. New York: Stuggart Thime;160-162.
3. Ropper AH, Brown RH. 2005. Adams Victor’s Principles of Neurology.
Edisi ke-8. Newyork: Mc Graw Hill.
4. Kumar, V., Cotran, R., Robbins, S.L. 2007. Herniasi Serebral. Buku Ajar
Patologi. Edisi ke-7 Volume 2. Jakarta: EGC;906-07.
5. Price, S.A., Wilson, L., 2005. Peningkatan Tekanan Intrakranial.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC. 1170-1171.
6. Mardjono, M., Sidharta, P., 2009. Koma Supratentorial Diensefalik.
Neurologi Klinis Dasar. Edisi 1. Jakarta: Dian Rakyat;193-95.
7. Toronto Notes 2008, Neurosurgery, Herniation Syndrome.
8. Merritts Neurology Handbook. Emergency Measures for ICP Reduction in
Ummonitored Patient with Clinical Sign of Herniation.
9. Taufik, M., 2017. Peningkatan Tekanan Intrakranial. Buku Ajar Neurologi.
Edisi 1. Jakarta: Kedokteran Indonesia; 36-44.
10. Mardjono, M., Sidhara, P., 2009. Koma Intratentorial Diensefalik. Neurologi
Klinis Dasar. Edisi 1. Jakarta: Dian Rakyat; 196-197.

17

Anda mungkin juga menyukai