Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Geologi merupakan suatu ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan
suatu permasalahan yang terjadi dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat
yang berkaitan dengan aspek kebumian seperti material konstruksi, minyak dan
gas bumi, air tanah, tata kelola lingkungan, pengembangan potensi daerah, dan
sebagainya. Geologi mempelajari hal mengenai kebumian melalui analisis dan
interpretasi sebagai dasar untuk eksplorasi dan eksploitasi yang berkaitan dengan
sumber daya alam. Untuk mencapai hal tersebut maka yang harus dilakukan
adalah pengumpulan data – data yang dianggap perlu sebagai aspek solusi suatu
permasalahan baik itu melalui analisis langsung di lapangan ataupun
menggunakan data yang sudah pernah diambil sebelumnya.
Adapun permasalahan mengenai hidrogeologi berada di daerah Kecamatan
Pancoran, Jakarta Selatan, DKI Jakarta yang akan menjadi target utama daerah
penelitian. Daerah Jakarta sendiri merupakan daerah ibukota yang merupakan
pusat dari bisnis dan industri di Indonesia. Peran Jakarta sebagai Ibukota tidak
terlepas dari kebutuhannya terhadap air. Pada wilayah kecamatan Pancoran
sendiri memiliki muka air tanah yang selalu meningkat setiap tahunnya, jika hal
ini dibiarkan maka dapat mengakibatkan luapan air dari tanah hingga banjir.
Untuk itu diperlukan kajian-kajian lebih lanjut agar dapat dilakukan pencegahan
terhadap resiko yang mungkin terjadi di masa depan.
Berdasarkan penelitian – penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
masih banyak hal yang belum terungkap secara terperinci seperti data jumlah
penduduk, data jumlah air bersih. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis
aproksimasi menggunakan persamaan regresi linear yang menyatakan nilai
konstan untuk setiap periode, dimana periode direpresentasikan sebagai nilai
absis dari suatu persamaan menggunakan data yang ada. Sehingga, dapat
ditentukan suatu data yang “kosong” dengan mengasumsikan nilai perkiraan dari
garis persamaan.

1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
kebutuhan air yang digunakan pada daerah tersebut dan kondisi air tanah di
daerah kajian.
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah melakukan suatu analisis
hidrogeologi permukaan dengan menerapkan konsep dasar geologi terhadap data
sekunder yang memerhatikan aspek.

1.3 LOKASI PENGAMATAN


Lokasi pengamatan daerah penelitian ini hanya meliputi wilayah
Kecamatan Pancoran. Kecamatan Pancoran merupakan salah satu kecamatan di
wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dengan letak koordinatnya yaitu 06o 15’
40,8” LS dan 106o 45’ 00,0” BT. Luas wilayah Kecamatan ini sebesar 8,53 Km2
dimana letak diatas permukaan laut setinggi 26,2 m. Kecamatan Pancoran
memiliki batas-batas wilayah, yaitu :
- Batas Utara : Jl. Haryono.MT, Gatot Subroto, Kecamatan Tebet
- Batas Timur : Sungai Ciliwung, Kodya Jakarta Timur
- Batas Barat : Jl. Buncit Raya, Kecamatan Mampang Prapatan
- Batas Selatan : Kecamatan Pasar Minggu

1.4 PERMASALAHAN
Kebutuhan air tanah yang sangat besar akibat kebutuhan sehari-hari
manusia, terutama di kota besar, menyebabkan tidak terkontrolnya pengambilan
air tanah dan menimbulkan resiko penurunan muka air tanah didampingi dengan
resiko kekeringan di masa mendatang. Namun disisi lain, adapun permasalahan
yaitu berupa kenaikan muka air tanah yang terus terjadi secara berkala yang
menjadi topik utama penelitian ini.
Permasalahan lain yang menjadi kendala ialah keterbatasan data yang
didapatkan untuk diolah. Sulitnya mendapatkan data dapat menyebabkan
ketidakakuratan dalam perhitungan untuk analisis

2
1.5 PEMECAHAN MASALAH
Dilakukan beberapa solusi untuk menyetabilkan muka air tanah terhadap
faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi seperti faktor jumlah penduduk,
kebutuhan air bersih, curah hujan, daerah serapan, sumur bor dan lain-lain. Solusi
yang dilakukan adalah dengan pengambilan air tanah untuk menyeimbangkan
muka air tanah agar tetap stabil.

1.6 DATA SEKUNDER


Adapun data-data sekunder yang digunakan yaitu data kebutuhan air
bersih, curah hujan, data jumlah penduduk, data muka air tanah.

3
BAB II
KONDISI FISIK KECAMATAN

2.1 PETA GEOLOGI DAERAH PENELITIAN


Daerah kecamatan Pancoran berada di wilayah DKI Jakarta dimana
menurut Turkandi dkk. (1992) pada peta Geologi Regional Jakarta dan
Kepulauan Seribu bahwa kecamatan pancoran terdiri dari formasi Qav (Kipas
Aluvium) berumur kuarter, artinya litologi di wilayah tersebut belum
terkompaksi sempurna, dengan litologinya yaitu tuf halus berlapis, tuf pasiran
berselingan tuf konglomerat. Dengan litologinya tersebut, diasumsikan bahwa
daerah kecamatan Pancoran seluruhnya ialah akuifer. Artinya keseluruhan daerah
tersebut dapat menyimpan dan meloloskan air sebesar 100% dengan kondisi
tidak mempertimbangkan bangunan beton yang terdapat di daerah tersebut
(terserap sempurna).

Gambar 2.1 Peta Geologi Daerah Penelitian (Turkandi, dkk.,1992)

4
2.2 PERKEMBANGAN PENDUDUK
Menurut data Badan Pusat Statistik Jakarta, jumlah penduduk dari tahun
2000 sampai 2018 didapatkan sehingga seperti pada grafik dan tabel dibawah.
Kemudian didapatkan suatu persamaan garis linear untuk mengestimasi data
untuk tahun 2019 hingga 2025.

Gambar 2.2 Grafik jumlah penduduk tiap tahun (modifikasi dari Faishal Iqbal,
2019)

5
Tabel 2.1 Jumlah penduduk tiap tahun (modifikasi dari Faishal Iqbal, 2019)

Tahun Jumlah Penduduk (Orang)


2000 20875
2001 20875
2002 20875
2003 21009
2004 20179
2005 21322
2006 22150
2007 21595
2008 22037
2009 21810
2010 21973
2011 22947
2012 20687
2013 20645
2014 20897
2015 20950
2016 20950
2017 22432
2018 22317
2019 21830
2020 21873
2021 21916
2022 21960
2023 22003
2024 22047
2025 22090

6
2.3 KEBUTUHAN AIR BERSIH
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum jika dimasak terlebih dahulu, sehingga apabila dikonsumsi
tidak akan menimbulkan efek samping. Yang dimaksud dengan kebutuhan air
bersih adalah banyaknya air bersih yang harus tersedia untuk keperluan domestik
maupun non-domestik.
Kebutuhan air bersih memiliki nilai yang berbanding lurus terhadap jumlah
penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk data penelitian maka jumlah kebutuhan
air bersih adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Grafik Kebutuhan Air Bersih (modifikasi dari Faishal Iqbal, 2019)

7
Tabel 2.2 Kebutuhan Air Bersih (modifikasi dari Faishal Iqbal, 2019)

Tahun Kebutuhan Air Bersih (Liter/hari)


2000 2505000
2001 2505000
2002 2505000
2003 2521080
2004 2421480
2005 2558640
2006 2658000
2007 2591400
2008 2644440
2009 2617200
2010 2636760
2011 2753640
2012 2482440
2013 2477400
2014 2507640
2015 2514000
2016 2514000
2017 2691840
2018 2678040
2019 2619952
2020 2625160
2021 2630368
2022 2635576
2023 2640784
2024 2645992
2025 2651200

8
2.4 CURAH HUJAN
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi runoff dan infiltrasi.
Berikut adalah data curah hujan yang terjadi selama beberapa periode,
kemudian dilakukan estimasi untuk mendapatkan nilai-nilai di tahun yang
kosong.

Gambar 2.4 Grafik Curah Hujan (modifikasi dari Faishal Iqbal, 2019)

9
Tabel 2.3 Curah Hujan (modifikasi dari Faishal Iqbal, 2019)

Tahun Curah Hujan (mm)


2000 2163.3
2001 1969.2
2002 1978.0
2003 2163.3
2004 1995.6
2005 2394.6
2006 2394.6
2007 1765.4
2008 265.7
2009 1765.4
2010 2122.0
2011 2928.5
2012 1079.9
2013 2739.3
2014 2676.7
2015 2092.4
2016 2676.7
2017 1460.1
2018 2118.8
2019 2127.6
2020 2136.4
2021 2145.2
2022 2154.0
2023 2162.8
2024 2171.6
2025 2180.4

10
2.5 MUKA AIR TANAH
Muka air tanah adalah batas antara tanah jenuh air dengan tanah tidak jenuh
air. Kondisi ini dipengaruhi oleh curah hujan, salju, irigasi kekeringan dan sumur
aktif di daerah tersebut.
Data penelitian ini memuat data muka air tahun dari periode yang sudah
ditentukan sebagai berikut :

Gambar 2.5 Muka Air Tanah (modifikasi dari Faishal Iqbal, 2019)

11
Tabel 2.4 Muka Air Tanah (modifikasi dari Faishal Iqbal, 2019)
Tahun Muka Air Tanah (mm)
2000 36500
2001 37500
2002 36700
2003 39700
2004 47700
2005 50000
2006 57400
2007 59800
2008 67200
2009 69800
2010 78800
2011 80200
2012 82200
2013 89300
2014 96400
2015 103500
2016 110600
2017 117700
2018 124800
2019 124264
2020 129288
2021 134312
2022 139337
2023 144361
2024 149386
2025 154410

12
BAB III
DATA DAN ANALISIS

3.1 ANALISIS PERKEMBANGAN PENDUDUK


Perkembangan penduduk memiliki pengaruh terhadap tingkat air pada
suatu daerah. Semakin tinggi nilai perkembangan penduduk maka penggunaan
air akan semakin besar. Untuk memantau perkembangan penduduk digunakan
data BPS Jakarta Selatan tahun 2000 sampai 2018. Terlihat dari grafik yang
tertera bahwa tiap tahunnya terjadi peningkatan dan pengurangan jumlah
penduduk. Dari tahun 2000 sampai 2018 peningkatan dan pengurangan jumlah
penduduk terjadi dengan nilainya yang tidak terpaut terlalu jauh, namun untuk
tahun 2019 sampai 2025 data yang digunakan adalah data perkiraan yang berasal
dari grafik linear. Grafik linear tersebut menyatakan perubahan dari tahun ke
tahun memiliki gradien positif yang artinya perkembangan penduduk terus
meningkat sehingga diperoleh data untuk tahun 2019 sampai 2025. Namun data
perkiraan tersebut sangat tidak tepat, mengingat data-data dari tahun 2000 sampai
2018 tidak memiliki pola linear.

3.2 ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH


Kebutuhan air tanah memiliki nilai yang berbanding lurus dengan jumlah
penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk maka kebutuhan akan air bersih
pun akan meningkat. Oleh karena itu, anomali di data perkembangan penduduk
akan memengaruhi nilai dari analisis kebutuhan air bersih. Sama seperti analisis
perkembangan penduduk, data yang digunakan adalah data perkiraan
berdasarkan grafik linear. Grafik linear juga menyatakan hubungan yang sama
seperti analisis perkembangan penduduk, yaitu memiliki gradien garis positif
yang artinya terjadi peningkatan kebutuhan air bersih tiap tahunnya. Seperti
analisis perkembangan penduduk, data perkiraan yang didapat pada tahun 2019
sampai 2025 sangat tidak akurat karena data-data pada tahun 2000 sampai 2018
tidak memiliki pola linear.

13
3.3 ANALISIS CURAH HUJAN
Curah hujan memiliki pengaruh terhadap ketersediannya air, sebab salah
satu sumber air menurut siklus hidrologi berasal dari presipitasi atmosfer. Data
hasil penelitian menunjukkan banyak sekali kekosongan data, seperti pada tahun
2001, 2002, 2004, 2015, dan 2018 sehingga untuk mencari persamaan grafik akan
mendapatkan hasil yang kurang tepat dikarenakan kurangnya sampel untuk
penelitian. Hal ini menyebabkan perkiraan data menjadi sangat tidak akurat
kebenarannya. Sehingga kekosongan data tersebut dilengkapi dengan grafik
linear dengan data seadanya. Maka data pada tahun 2019 sampai 2025 didapatkan
dengan menggunakan persamaan pada grafik tersebut.

3.4 ANALISIS MUKA AIR TANAH


Kondisi muka air tanah memiliki hubungan denga pertambahan penduduk,
kebutuhan air bersih, dan intensitas curah hujan. Hasilnya tersebut
direpresentasikan dengan data yang sudah disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik. Muka air tanah tiap tahunnya mengalami peningkatan, berarti untuk
kecamatan pancoran tidak perlu khawatir soal krisis air tanah. Namun
peningkatan muka air tanah yang sangat drastis pada tabel memunculkan
kekhawatiran lain yaitu seperti banjir. Untuk mengatasi peningkatan berlebihan
muka air tanah tersebut, maka perlu dilakukan pengambilan yang lebih. Sekaligus
untuk meningkatkan perekonomian kecamatan dan membantu kecamatan
Cilandak yang memiliki muka air tanah yang menurun tiap tahunnya, maka
pengambilan air tanah di kecamatan Pancoran perlu dijual ke kecamatan Cilandak
untuk menjaga kestabilan muka air tanah pada kecamatan Pancoran.
Untuk itu, diperlukan adanya perhitungan matematis untuk mengetahui
berapa volume dari air yang dapat diambil dari kecamatan Pancoran untuk dijual
dan pada periode kapan air tersebut bisa diambil dan dijual. Untuk itu diperlukan
adanya perhitungan distribusi kelebihan air.

14
Adapun distribusi kelebihan air dinyatakan sebagai berikut :

Grafik Muka Air


Tanah Stabil

Gambar 3.1 Grafik Distribusi Kelebihan Air

Dari grafik tersebut terlihat bahwa garis terbentuk secara linear dengan
gradien positif. Pada tahun 2002 itulah yang menjadi target, bahwa kelebihan air
yang tadinya terus menaik akan menjadi stabil, tidak menaik dan menurun. Target
tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan pengambilan air dengan jumlah
tertentu. Jumlah tertentu tersebutlah yang akan dihitung dengan perhitungan
sebagai berikut :
Volume Air [liter] = (Selisih MAT tahun x dengan MAT tahun 2002) x (Volume
Wilayah) [km2] x 1000000

Tabel 3.1 Perhitungan air yang berlebih


Tahun Selisih thd tahun 2022 (mm) Volume wilayah (km2) Volume air (liter)
2023 5024.4 8.53 42858132000
2024 10048.8 8.53 85716264000
2025 15073.2 8.53 1.28574E+11
Total 2.57149E+11

15
3.5 PEMECAHAN MASALAH
Negosiasi merupakan suatu proses yang penting dimana pihak-pihak yang
bernegosiasi saling diuntungkan. Dalam persoalan ini, kelebihan air dari
kecamatan Pancoran akan diperdagangkan dengan kecamatan lain yang sedang
membutuhkan air. Kecamatan yang telah bekerja sama sejauh ini ialah kecamatan
Cilandak, dimana kecamatan tersebut memiliki muka air tanah yang selalu
menurun setiap tahunnya. Berikut adalah surat perjanjian yang telah dibuat
Bersama dengan kecamatan Cilandak.

Gambar 3.2 Surat Perjanjian Pembelian Air

16
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Muka Air


Tanah (MAT) daerah kecamatan Pancoran memiliki nilai yang selalu naik dari
tahun 2000 sampai 2018 dimana nilai-nilai tersebut dipengaruhi oleh nilai
perkembangan penduduk, kebutuhan air bersih, dan curah hujan setempat. Hal ini
akan berpengaruh di masa mendatang, seperti bencana banjir, jika tidak ditindak
lanjuti. Maka dari itu diperlukan adanya perhitungan distribusi kelebihan air
dengan data – data sekunder yang telah diperoleh. Data – data yang diperoleh
tersebut kemudian diolah untuk didapatkan nilai perkiraan di tahun 2019 hingga
tahun 2025.
Hal yang dilakukan untuk menyetabilkan MAT yang selalu naik pada
kecamatan Pancoran ialah dengan pengambilan air tanah. Kemudian dengan
menyangkut pautkan secara ekonomi dan kebutuhan kecamatan sekitar akan air,
diadakan suatu perjanjian perdagangan air. Kecamatan yang bekerja sama untuk
negosiasi air ialah Kecamatan Cilandak dengan problema wilayahnya yang
memiliki muka air tanah yang cenderung turun setiap tahunnya. Jumlah air yang
akan terjual sebesar 257 miliar liter air yang akan disediakan sepanjang 3 tahun
dari tahun 2023 hingga 2025. Harga jual air yang diperoleh untuk penjualan air
ialah Rp.900.000.000.000,00 (Sembilan ratus miliar rupiah) dengan harga satuan
per 1000 liter air ialah Rp.3500,00.

17
LAMPIRAN

18
Nomor : X – XX / XXXXXX
Sifat : Resmi
Lampiran : -
Hal : Pembelian Air untuk Kebutuhan Air Bersih kepada Kecamatan Cilandak

Kepada Yth,
Bpk. Ahmad Riduan,
Kepala Pimpinan Kecamatan Cilandak,

Dengan ini menyatakan bahwa kedua pihak telah setuju atas transaksi jual/beli air bersih yang
akan dilakukan pada tahun 2023 - 2025 dengan rincian sebagai berikut :

Dari : Kecamatan Pancoran


Untuk : Kecamatan Cilandak
Perihal : Pembelian Air Bersih
Jumlah Volume : (terlampir di bawah)

Air yang Didistribusikan Harga Air Harga Jual


Tahun (liter) (Rupiah/1000 liter) (Rupiah)
2023 42858132000 3500 150003000000
2024 85716264000 3500 300007000000
2025 128574000000 3500 450010000000
Total 257149000000 - 900021000000

Demikianlah surat pernyataan pembelian air ini dibuat sebenar-benarnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Pimpinan Kecamatan Pancoran Pimpinan Kecamatan Cilandak


(Pemberi) (Pemohon)

Jan William Ahmad Riduan

19
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Faishal. “HIDROGEOLOGI LANJUT KECAMATAN PANCORAN”.


Jakarta : 2019.
Turkandi, S., D.A. Agustiyanto dan M.M Purbo Hadiwijoyo. 1992. Peta
Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa, Skala 1:100000.
Pusat Penelutuan dan Pengembangan Geologi : Bandung
https://www.academia.edu/8435150/Curah_Hujan
https://jakselkota.bps.go.id/

20

Anda mungkin juga menyukai