Anda di halaman 1dari 9

TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU

TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU

A. Lay, R. Barlina dan Patrik M. Pasang


BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN

PENDAHULUAN

Pengolahan kelapa di Indonesia pada tingkat petani atau skala pedesaan


sebagian besar tertuju pada penanganan daging buah dengan produk yang dihasilkan
terbatas pada minyak klentik, kopra atau kelapa butiran. Komponen hasil lain yang
bernilai ekonomi seperti sabut, tempurung, dan air kelapa kurang mendapat
perhatian. Pemanfaatan kelapa yang demikian kurang memberi nilai tambah bagi
komoditas kelapa dan pendapatan petani.
Pengolahan pada skala industri dewasa ini telah mengolah seluruh komponen
buah kelapa untuk mengasilkan berbagai produk yang bernilai ekonomi cukup tinggi
dan mempunyai pasaran luas antara lain minyak kelapa, kelapa parut kering, tepung
tempurung, arang aktif dan serat sabut. Namun pengembangan skala industri ini
tidak berpengaruh terhadap perbaikan pendapatan petani. Hasil ini disebabkan posisi
petani hanya sebagai pemasok bahan baku bagi industri pengolahan (Allorerung dan
Lay, 1998).
Industri kelapa terpadu adalah industri yang menerapkan metode pengolahan
kelapa dengan mendayagunakan seluruh komponen hasil berupa sabut, daging,
tempurung dan air kelapa dalam satu industri (Grimwood, 1975). Menurut Gonzales
(1986) industri kelapa terpadu dapat menerapkan proses pengolahan dengan cara
kering atau cara basah, tergantung pada produk yang akan dihasilkan dan nilai
manfaatnya.
Pengembangang industri kelapa terpadu lingkup pabrik skala besar dapat
menghasilkan berbagai produk yang bernilai ekonomi cukup tinggi antara lain kelapa
parut kering, serat, arang aktif dan protein kelapa. Sistem industri kelapa terpadu
selain meningkatkan nilai tambah komoditas dan keuntungan bagi industri, juga
dapat memberikan peluang bagi peningkatan pendapatan petani (Nambiar, 1984).
Pengolahan kelapa pada tingkat petani atau skala pedesaan sebagian besar
tertuju pada penanganan daging buah dengan produk yang dihasilkan terbatas pada
minyak klentik, kopra dan kelapa butiran sehingga kurang memberi nilai tambah bagi
komoditas kelapa dan pendapatan petani. Petani dengan keterbatasannya sulit
menginovasi teknologi pengolahan kelapa skala besar yang membutuhkan biaya besar
dan kemampuan teknis serta manajerial yang profesional. Untuk itu perlu
dikembangkan pengolahan kelapa terpadu skala pedesaan yang mana petani, selain
sebagai penyedia bahan baku, juga berperan sebagai pengolah dan pengusaha,
sehingga petani ikut menikmati nilai tambah yang tercipta (Allorerung dan Lay, 1998).
Berbagai teknologi pengolahan kelapa telah dikembangkan dan diaplikasikan,
tergantung tingkat teknologi, investasi dan produk yang dihasilkan. Pada industri
kelapa skala menengah-besar status petani hanya sebagai penyedia bahan baku dan
nilai tambah yang dihasilkan hanya dinikmati oleh industri kelapa yang
bersangkutan.

MONOGRAF PASCA PANEN KELAPA 1


A. Lay, R. Barlina, dan Patrik M. Pasang

Sistem pengolahan kelapa terpadu akan memberi kemudahan di dalam


menyediakan bahan baku secara kontinu dan biaya angkutan relatif murah. Di
samping itu akan membantu petani mengembangkan usaha pengolahan yang lebih
efisien. Sesuai ketersediaan teknologi saat ini, dengan mempertimbangkan (a) tidak
memerlukan persyaratan ketat baik teknologi maupun mutu produk, dan (b)
penanganannya relatif praktis. Produk yang memungkinkan dikembangkan pada
pengolahan kelapa terpadu skala pedesaan untuk tahap awal adalah minyak kelapa,
bungkil, serat sabut, sari kelapa dan arang tempurung.

KONSTRUKSI ALAT DAN CARA KERJA

1. Konstruksi dan prinsip peralatan

Konstruksi alat pengolahan kelapa terpadu terdiri dari empat unit proses yakni:
(1) unit pengolahan minyak kelapa, (2) pengarangan tempurung, (3) penyeratan serat
sabut dan (4) pengolahan sari kelapa. Konstruksi unit proses yang terkait dalam satu
sistem proses adalah pengolahan minyak kelapa dan pengarangan tempurung,
sedangkan penyeratan sabut dan pengolahan sari kelapa (nata de coco) terpisah satu
sama lain.
Pengolahan minyak kelapa didasarkan pada sistem pengolahan minyak cara
basah. Penyeratan serat sabut menggunakan sistem proses kering, sedangkan
pengolahan sari kelapa didasarkan pada sistem pengolahan skala pabrik yang
dimodifikasi, dengan menyederhanakan konstruksi dan sistem proses dari masing-
masing unit proses. Unit pengarangan tempurung menggunakan alat pengarangan
tempurung tipe drum rancangan Balitka. Sistem proses antar komponen peralatan
dalam satu unit berlangsung secara kontinu.
Pengolahan minyak didasarkan pada sistem pengolahan minyak dan bungkil
cara basah. Unit proses ini terdiri atas 6 unit operasi, yakni pemarut daging kelapa,
tungku pembakaran tempurung (thermopac), pengendali oli panas, pemasakan,
pengepres, dan penyaringan. Pemarut (grinder) berkapasitas 500 butir/jam.
Thermopack dilengkapi alat pengarangan tipe drum rancangan Balitka, memuat 2
drum berkapasitas 300 belahan tempurung/periode pembakaran, sedangkan tangki
pemasakan berkapasitas 400 butir kelapa/periode proses. Bagian ini dilengkapi
pengaduk mekanis berpenggerak 1 Hp. Pengendalian oli panas menggunakan pompa
dengan motor penggerak 1 Hp. Pengepresan menggunakan alat pengepres tipe H-54.
Pengolahan sari kelapa didasarkan pada sistem pengolahan skala pabrik namun
dengan konstruksi dan sistem proses yang dimodifikasi lebih ringkas. Pada unit ini
terdapat 6 unit operasi, yakni penampung air kelapa, penampung bahan penambah,
unit pencampur, wadah fermentasi, dan pemotongan sari kelapa.

2. Spesifik peralatan berdasarkan unit proses

Konstruksi dan sistem proses unit pengolahan kelapa terpadu skala pedesaan
tipe Balitka berdasarkan unit proses, spesifikasinya sebagai berikut.

2 TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU


TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU

Unit proses pengolahan minyak kelapa dan bungkil

(a) Grinder; Penghancur/pemarut daging kelapa menggunakan daya 5,5 Hp;1450 rpm
(b) Tanur pembakaran (thermopac); Olie turalith pada spiral baja dipompa dari
sumbernya dan dipanaskan dengan menggunakan bahan bakar tempurung
kelapa. Olie panas akan dialirkan dari thermopac ke heat exchanger untuk
pemasakan kelapa parut secara konveksi paksa.
(c) Pengendali olie panas; Olie turalith yang terdapat di dalam drum pada menara
dialirkan dan dipompa dengan gear pump 1 Hp ke arah thermopac, diteruskan ke
spiral pada heat exchanger. Selanjutnya olie panas yang suhunya telah menurun
pada heat exchanger akan diisap melalui gear pump, didorong dan dipanaskan
lagi pada thermopac, demikian proses ini berlangsung secara kontinu.
(d) Tangki pemasakan (heat exchanger); Pada tangki pemasakan kelapa parut
ditambahkan minyak proses yang dipompa dari tangki penampung minyak
proses dengan gear pump daya 1 Hp. Perbandingan kelapa parut dan minyak
adalah 1:2 (100 kg kelapa parut dan 200 kg minyak), pada unit ini dilengkapi
dengan komponen alat pengaduk yang digerakkan oleh dinamo 1 Hp; 1450 rpm
diperlambat dengan menggunakan speed reduser sehingga diperoleh kecepatan
putaran pengaduk 25-30 rpm. Pemasakan kelapa parut dengan suhu 80º - 124ºC
berlangsung selama 2.0-2.5 jam per periode proses.
(e) Saringan statis; Kelapa parut yang telah matang pada heat exchanger dikeluarkan
melalui lubang pengeluaran dan dialirkan ke unit saringan statis. Pada unit
penyaring, akan terpisah kelapa parut matang dan minyak proses.
(f) Minyak proses akan mengalir ke tangki minyak proses, sedangkan kelapa parut
matang diangkut ke tempat pengepresan.
(g) Pengepres; Pengepres terdiri atas dua unit yakni pengepres basah dan pengepres
kering. Pengepres basah yang mengepres kelapa parut matang yang berasal dari
saringan statis.
(h) Pada pengepresan basah, minyak yang tertinggal dalam bahan sisa pengepresan
berkisar 20%. Minyak hasil pengepresan mengalir melalui pipa dan ditampung
pada tangki penampungan minyak konsumsi. Pengepresan kering berfungsi
untuk mengepres kelapa parut sisa pengepresan. Pada pengepresan ini diperoleh
minyak dan bungkil.
(i) Penyaringan minyak konsumsi atau filter; Minyak yang terdapat dalam tangki
minyak konsumsi dipompa dengan gear pump 1 Hp ke unit filter, pada unit filter
terdapat saringan yang terdiri atas tiga tingkatan, yakni saringan kasar (diameter
lubang 2,0 mm), agak halus (50 mesh) dan halus (200 mesh). Minyak hasil
penyaringan ini akan mengalir dan ditampung pada drum penampung minyak
siap dikonsumsi.

MONOGRAF PASCA PANEN KELAPA 3


A. Lay, R. Barlina, dan Patrik M. Pasang

Unit proses pengolahan sari kelapa:

(a) Penampung air kelapa, Air kelapa dari butiran kelapa ditampung dan disaring.
(b) Penampung bahan tambahan, Bahan tambahan terdiri atas gula putih konsentrasi
6.5%, asam cuka 25% dengan konsentrasi 3.5% dan ditambahkan starter
(Acetobacter xylinum) dengan perbandingan 1 ltr air kelapa : 0.15 l starter. Dengan
demikian dari 100 l air kelapa dibutuhkan gula putih 6.5 kg; asam cuka 25%
sebanyak 3.5 ltr dan starter 15 ltr.
(c) Wadah fermentasi, Wadah fermentasi menggunakan wadah plastik dengan
ketinggian cairan fermentasi 3 cm.
(d) Fermentasi nata, Selama proses fermentasi wadah ditutup dengan kertas untuk
menghindari kontaminasi dengan mikroba di udara dan mencegah masuknya
semut-semut ke bahan yang difermentasi. Proses fermentasi berlangsung selama
7 - 10 hari, pada proses fermentasi ini akan terbentuk lapisan nata dengan
ketebalan 1.0 - 1.2 cm.
(e) Panen nata, Pelaksanaan panen nata dilakukan dengan cara memisahkan lapisan
nata dari cairan yang tersisa, nata direndam dalam air selama 3 hari, setiap hari air
diganti, untuk menghilangkan rasa asam. Selanjutnya nata dipotong-potong
dengan ukuran 1x1 dan ketebalannya menyesuaikan dengan ketebalan nata yang
terbentuk.
(f) Pembuatan sirop nata dan pengepakan; Pembuatan jus nata dibuat sirop dengan
komposisi 1 ltr air ditambahkan gula 1 kg, kemudian dimasak sampai mendidih
dan didinginkan. Nata yang telah dipotong-potong dimasak selama 1 jam
(keadaan mendidih), pemasakan ini untuk menghilangkan sisa asam yang ada dan
membuat nata agak lembut, air rebusan ditiriskan, selanjutnya air sirop
dituangkan pada wadah dimana nata dimasak dan ditambahkan aroma (essens
Vanili).
(g) Campuran nata, sirop, dan essens vanili direndam selama 10 - 12 jam, agar sirop
dan essens meresap ke dalam nata. Hasil campuran ini dikemas atau dibotolkan
dan siap dikonsumsi. Pembotolan dapat menggunakan botol selai yang
volumenya 500 ml atau kemasan kantung plastik.

Unit proses pengarangan tempurung kelapa:

(a) Pengarangan tempurung berlangsung pada unit thermopac, dengan


memanfaatkan panas pembakaran tempurung untuk pemanasan pipa spiral yang
berisi olie turalith.
(b) Pembakaran tempurung dalam ruang thermopac berlangsung sekitar 1 jam setiap
drum pengarangan, yang dimaksudkan ke dalam ruang pengarangan secara
bergantian dan sinambung.
(c) Proses pengarangan; Drum berisi tempurung yang telah terbakar didorong ke
dalam ruang pembakaran, apabila tempurung terbakar sempurna yang ditandai
api berwarna biru dan adanya percikan api, drum tempurung dikeluarkan dan
ditutup untuk menghindari terjadi kontak udara luar dengan arang yang sedang
terbakar, pendinginan arang membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam.

4 TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU


TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU

Unit proses penyeratan sabut:

(a) Konstruksi alat penyerat sabut kelapa menggunakan single drum yang dilengkapi
dengan saringan sentrifugal.
(b) Drum penyerat dibagi menjadi dua belahan yakni belahan atas dan belahan
bawah, belahan atas dipasang sirip yang berfungsi untuk mengantar bahan olah.
Belahan bagian bawah dipasang sirip di antara lubang-lubang tempat keluarnya
debu sabut yang berfungsi untuk memperlambat gerak bahan olah dalam drum,
sirip diperlambat gerak bahan olah.
(c) Pemasangan sirip-sirip itu dilakukan agar pelumatan dan penyeratan sabut kelapa
berjalan efektif. Pada poros penyerat dipasang palu yang berfungsi melumat
sekaligus menyerat sabut kelapa. Kipas besi yang terdapat pada poros penyerat
berfungsi membantu keluarnya serat dari drum melalui corong pengeluaran.
(d) Poros drum penyeratan digerakkan oleh motor penggerak dengan daya 20 Hp
atau lebih, tenaga gerak dari motor penggerak ditransfer ke poros drum
penyeratan melalui tali kipas (v-belt) sebanyak tiga buah.
(e) Saringan sentrifugal untuk memisahkan serat sabut dan debu sabut terletak pada
ujung corong pengeluaran hasil olah. Komponen utama dari saringan sentrifugal
terdiri dari motor penggerak 0.5 Hp yang berfungsi memutar silinder, speed reduser
yang berfungsi memperlambat putaran silinder dan silinder yang dibalut dengan
kawas kasa uluran 1 x 1 cm yang digandakan dengan kawat kasa 5 x 5 cm, yang
berfungsi memisahkan debu sabut dan serat halus dengan serat berukuran
panjang.

KINERJA ALAT DAN KARAKTERISTIK PRODUK

1. Kinerja Alat

Pengolahan Minyak Kelapa

(a) Grinder, Kapasitas olah 200 kg daging kelapa atau setara dengan 500 butir kelapa
per jam.
(b) Thermopac, Kapasitas tampung untuk pembakaran dua drum, pada pemasakan
minyak membutuhkan 4 drum setiap satu periode proses.
(c) Heat exchanger, Kapasitas tampung (volume) optimal 300 kg, terdiri atas 200 kg
minyak dan 100 kg bahan olah (daging kelapa parut).
(d) Expeller, Kapasitas pengepresan 60 kg daging matang/jam, dengan frekuensi
pengepresan 2 kali.
(e) Tangki penampungan minyak konsumsi, Kapasitas tangki penampungan minyak
250 - 300 ltr. Pendiaman minyak kelapa sebelum dipompa ke tangki
penampungan minyak konsumsi sekitar 2 hari untuk mengendapkan blondo dan
ampas halus agar memudahkan di dalam penyaringan minyak kelapa.

MONOGRAF PASCA PANEN KELAPA 5


A. Lay, R. Barlina, dan Patrik M. Pasang

Pengarangan tempurung:

(a) Pengarangan tempurung dilakukan dengan pembakaran sebanyak dua drum


sekali pembakaran, dengan waktu sekitar satu jam dan dilanjutkan dengan
pengarangan berikutnya, proses pengarangan ini berlangsung secara kontinu
sampai kelapa parut menjadi matang.
(b) Kapasitas drum tampung pembakaran berkisar 250 belahan tempurung atau 125
butir (beratnya 25 kg). Untuk setiap satu periode pemasakkan minyak,
pembakaran tempurung membutuhkan empat drum dengan berat tempurung
sekitar 100 kg, yang akan menghasilkan arang sekitar 25 kg atau rendeman arang
tempurung 25%.

Pengolahan Sari Kelapa

(a) Unit proses yang digunakan pada pengolahan sari kelapa dalam bentuk lembaran
dengan 6 buah rak fermentasi dapat ditempati sebanyak 360 buah wadah
fermentasi. Setiap wadah fermentasi berkapasitas 1.0 kg.
(b) Produksi sari kelapa dalam bentuk lembaran, mengikuti ukuran wadah
fermentasi.
(c) Produksi nata yang dihasilkan berdasarkan volume larutan per wadah fermentasi
rata-rata 600 g atau rendeman 60%.
(d) Apabila pengolahan nata dilakukan secara kontinu diperlukan wadah fermentasi
sebanyak 2520 wadah dan rak fermentasi sebanyak 42 buah.

Penyeratan Serat sabut

(a) Kapasitas olah 400 buah sabut kelapa/jam atau 240 kg sabut kelapa/jam. Dari
bahan baku tersebut diperoleh serat kering 47.6 kg dan debu sabut 106.1 kg.
(b) Serat sabut yang dihasilkan berwarna kuning emas, dengan ukuran beragam dan
bercampur sedikit debu sabut. Debu sabut akan terpisah pada saat pengeringan
serat sabut (tertinggal pada lantai jemur).

Unit pengolahan kelapa yang beroperasi secara penuh akan membutuhkan


tenaga kerja sebanyak 20 orang, terdiri atas : pengolahan minyak 6 orang, sabut 3
orang, sari kelapa 4 orang, pengupasan 3 orang, pencukilan daging buah 2 orang,
manajer dan administrasi 2 orang. Produksi rata-rata harian : 266 kg minyak goreng,
150 kg bungkil, 135 kg arang, 144 kg sari kelapa, 288 kg serat sabut kering, dan 534 kg
debu sabut kering.

2. Karakteristik Produk

Produk kelapa yang dihasilkan pada unit pengolahan terpadu terdiri dari
minyak kelapa, bungkil, arang tempurung, serat sabut dan sari kelapa dengan
karakteristik sebagai berikut.

6 TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU


TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU

(a) Minyak kelapa


- Kadar air : 0.10 – 0.11%
- Kadar FFA : 0.48 – 0.49%
- Warna : Kuning muda
(b) Bungkil
- Kadar air : 10.08 – 11.25%
- Kadar minyak : 12.57 – 13.60%
(c) Arang tempurung
- Kadar air : 8.17 – 8.93%
- Kadar bahan menguap : 27.61 – 28.70%
- Kadar fixed carbon : 62.36 – 64.22%
(d) Sari kelapa
- Kadar air : 96.73 – 96.83%
- Kadar serat kasar : 2.57 – 2.65%
(e) Serat sabut
- Kadar air : 12.0 – 14.0%
- Panjang serat
Pendek (10-15 cm) : 35.0%
Panjang (16-27 cm) : 65.0%
- Warna serat : Kuning emas

Berdasarkan standar mutu produk kelapa yang berlaku (Standar Industri


Indonesia atau SNI), ternyata produk minyak kelapa, arang tempurung dan serat
sabut memenuhi syarat mutu.

SISTEM PENGOLAHAN

Dilaporkan Lay (2002) bahwa sistem pengolahan pada unit pengolahan kelapa
terpadu sebagai berikut:

1. Penyiapan bahan baku dilakukan dengan mengupas buah kelapa matang,


membelah, pemisahan air kelapa dan pencungkilan daging buah. Pada persiapan
bahan baku ini diperoleh sabut, air kelapa, daging dan tempurung.
2. Sabut kelapa diangkut ke unit penyeratan, dekortikator akan memisahkan serat
dan serbuk dengan cara sentrifugal, dan akan diperoleh serat dan debu sabut
basah, selanjutnya dikeringkan diperoleh serat kering berwarna kuning muda
dan debu sabut kering. Serat dan serbuk basah yang dijemur dibawah sinar
matahari selama 1-2 hari.
3. Daging kelapa diangkut ke unit pengolahan minyak kelapa. Daging digiling, lalu
dimasak dalam heat axchanger menggunakan panas hasil pembakaran tempurung.
Setelah matang hancuran daging di keluarkan dari heat axchanger untuk dipres dan
disaring. Hasilnya berupa minyak segar, bungkil, dan blondo. Blondo dapat
digunakan sebagai strater pada pengarangan tempurung.
4. Pembakaran tempurung dilakukan pada ruang thermopac, panas yang dihasilkan
digunakan untuk pemasakan minyak. Apabila telah tercapai pembakaran
sempurna, drum dikeluarkan dari thermopac, drum ditutup, didinginkan selama
12-18 jam, diperoleh arang tempurung.

MONOGRAF PASCA PANEN KELAPA 7


A. Lay, R. Barlina, dan Patrik M. Pasang

5. Air kelapa ditampung dalam ember plastik, disaring ditambahkan gula, asam
cuka dan starter Acetobacter xylinum serta difermentasi selama 7-10 hari akan
dihasilkan lapisan nata, diproses lanjut akan diperoleh sari kelapa.

Sistem pengolahan kelapa secara terpadu skala pedesaan akan memberikan


kemudahan didalam menyediakan bahan baku secara kontinu untuk pengolahan
berbagai produk dan biaya angkutan relatif murah, di samping itu akan membantu
petani mengembangkan usaha pengolahan yang relatif efisien (Lay, 1993). Pengolahan
kelapa terpadu skala pedesaan akan memberi manfaat bagi peningkatan harga
komoditas kelapa ditingkat petani, pendapatan petani, karena petani mempunyai
daya tawar yang cukup tinggi dan peningkatan daya guna kelapa (Sanchez, et al,
1990).
Pengembangan produk kelapa ke arah komersial dengan teknologi yang
senantiasa berkembang, seperti pengolahan kelapa terpadu skala pedesaan tidak
memungkinkan dilakukan sendiri oleh petani/kelompok tani atau industri kecil.
Melainkan sangat diperlukan dukungan dari industri menengah besar serta instansi
teknis bersama pemerintah daerah yang terprogram, dengan operasionalnya
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Lay dan Pasang, 2002).

PENUTUP

Sistem pengolahan kelapa terpadu akan memberi kemudahan di dalam


menyediakan bahan baku secara kontinu dan biaya angkutan relatif murah, dan akan
membantu petani mengembangkan usaha pengolahan yang lebih efisien. Produk
utama yang dihasilkan pada pengolahan kelapa terpadu skala pedesaan adalah
minyak kelapa, bungkil, serat sabut, debu sabut, sari kelapa dan arang tempurung.
Konstruksi alat pengolahan kelapa terpadu terdiri dari empat unit proses yakni
unit pengolahan minyak kelapa, pengarangan tempurung, penyeratan serat sabut dan
pengolahan sari kelapa. Pengolahan minyak kelapa didasarkan pada sistem
pengolahan minyak cara basah, pengarangan tempurung menggunakan alat
pengarangan tempurung tipe drum rancangan Balitka, penyeratan serat sabut
menggunakan sistem proses kering, sedangkan pengolahan sari kelapa didasarkan
pada sistem pengolahan skala pabrik yang dimodifikasi, dengan menyederhanakan
konstruksi dan sistem proses dari masing-masing unit proses. Sistem proses antar
komponen peralatan dalam satu unit berlangsung secara kontinu. Unit pengolahan
kelapa terpadu secara teknis praktis dioperasikan dengan kinerja cukup memadai dan
produk yang dihasilkan memenuhi syarat mutu.
Sistem pengolahan kelapa terpadu akan memberi kemudahan di dalam
menyediakan bahan baku secara kontinu dan biaya angkutan relatif murah, yang
dapat membantu petani mengembangkan usaha pengolahan yang lebih efisien.
Pengembangan pengolahan kelapa terpadu skala pedesaan tidak memungkinkan
dilakukan sendiri oleh petani/kelompok tani atau industri kecil. Pengadaan unit
pengolahan kelapa terpadu seyogianya dilakukan oleh pemerintah daerah/instansi
terkait dan penanganannya oleh kelompok tani dengan bimbingan teknis manajemen
usaha dan pemasaran produk oleh instansi terkait.

8 TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU


TEKNOLOGI PROSES UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU

DAFTAR PUSTAKA

Allolerung, D. dan A. Lay. 1998. Kemungkinan pengembangan pengolahan kelapa


secara terpadu skala pedesaan. Makalah KNK IV, tanggal 21-23 April di Bandar
Lampung.
Grimdwood, B. E. 1975. Coconut Palm Product. Roma : FAO.
Gonzales, O. N. 1986. Coconut Food, Coconut Today. Manilla, Philiphines 4 (1) : 35-52.
Lay, A. 1993. Strategi Pengembangan Industri Kelapa Terintegrasi. Tesis Pascasarjana
IPB, Bogor.
Lay, A. 2000. Alat pengolahan kelapa terpadu skala pedesaan. Laporan Tahunan
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Manado, Tahun 2000.
Lay, A. dan P.M. Pasang. 2002. Teknologi dan Strategi Pengembangan Unit
Pengolahan Kelapa Komersial di Tingkat Pedesaan. Makalah yang disampaikan
pada KNK V, 22-24 Oktober 2002 di Tembilahan, Riau.
Nambiar, T. V. P. 1984. Maximizing the Utility of Coconuts by an Integrated Process
for Large Scale Production of Proteins, Flour, Coconut Honey, and Oil From
Fresh Coconut Kernel and by Products such as Fibre, Shell Chemicals, Cooking
gas, etc, From Shell. CRD. Wiley Eastern Limited. New Delhi, India,p. 245 -249.
Sanchez, P. C, Losada, F. E. Luseno. 1990. Potential Rural-Based for Coconut Product.
APCC/05/90.

MONOGRAF PASCA PANEN KELAPA 9

Anda mungkin juga menyukai