Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan menurut WHO,
obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau psikis. Sedangkan menurut kebijakan
obat nasional (KONAS) obat adalah bahan atau kesediaan yang digunakan untuk mempengaruhi
system fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan dari sakit untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.

Seperti hal nya peran perawat yang dapat menyembuhkan pasien, maka pemberian obat
menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam
peroses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang akan bertanggung jawab bahwa obat yang
diberikan dan akan memastikan bahwa obat itu benar diminum.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian dari Farmakologi?

1.2.2 Apa Pengertian dari Farmakokinetik dan Farmakodinamik?

1.2.3 Bagaimana Cara Penggolongan Obat?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui Pengertian Dari Farmakologi.

1.3.2 Mengetahui Pengertian dari Farmakinetik dan Farmakodinamik.

1.3.3 Mengetahui Bagaimana cara Penggolongan Obat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FARMAKOLOGI

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara bagaimana fungsi sistem hidup di pengaruhi
obat. Salah satu prinsip farmakologi adalah molekul obat harus berusaha mempengaruhi secara
kimia pada satu atau lebih isi sel agar dapat menghasilkan respon farmakologik. (UGM Press,
UGM, Gadjah Mada University press)

2.2 Menjelaskan Dan Menguraikan Farmakokinetik

a. Farmakokinetik

Adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang perjalanan obat mulai sejak
diminum hingga keluar melalui organ ekskresi. Oleh karena itu obat harus di absosorbsi masuk
ke darah kemudian di distribusi ke tempat bekerja, setelah menembus permeasi sebagai barrier
yang memisahkan kompartemen tubuh. Kemudian obat juga harus dieliminasi dengan kecepatan
tertentu melalui proses inaktivasi metabolik. ( Katzung, G.Bertram.(ED).2007.Basic And Clinical
Pharmacologi.Jakarta:Buku Kedokteran.)

1. Absorbsi

Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinal ke


dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsiaktif atau pinositosis. Absorbsi pasif
umumnya terjadi melalui difusi. Absorbsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk
bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Pinositosis berarti membawa obat menembus
membran dengan proses menelan. Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui
kerja permukaan vili mukosa yang luas. Jika sebagian dari vili ini berkurang, karena
pengangkatan sebagian dari usus halus, maka absorpsi jugaberkurang. Obat-obat yang
mempunyai dasar protein, seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus
halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi obat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
aliran darah,rasa nyeri, stres, kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok,
obat-obat vasokonstriktor, penyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan

2
makanan yang padat, pedas, dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan
lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi
aliran darah dengan mengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan
sirkulasi ke saluran gastrointestinal.

Contoh : Uap air yang di serap oleh CaCl₂ anhidrat. Air masuk ke dalam molekul CaCl₂ dan
sukar untuk di pisahkan kembali.

2. Distribusi

Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan jaringan
tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan penggabungan)
terhadap jaringan, dan efek pengikatan dengan protein. Ketika obat didistribusi di dalam
plasma, kebanyakan berikatan dengan protein (terutama albumin) dalam derajat
(persentase) yang berbeda-beda. Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi dengan
protein adalah diazepam. Hanya obat-obat yang bebas atau yang tidak berikatan dengan
protein yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons farmakologik. Perawat harus
memeriksa kadar protein plasma dan albumin plasma, karena penurunan protein atau
albumin menurunkan pengikatan sehingga memungkinkan lebih banyak obat bebas dalam
sirkulasi. Tergantung dari obat yang diberikan.

Contoh : Obat yang berikatan tinggi dengan protein adalah diazepam (valium) yaitu 98%
berikatan dengan protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk obat yang
berikatan sedang dengan protein. bagaian obat yang berikatan bersifat inaktif dan bagian
obat selebihnya yang tidak berikatan dapat bekerja bebas.

3. Metabolisme atau Biotransformasi

Merupakan tempat utama untuk metabolisme. Kebanyakan obat diinaktifkan oleh


enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau ditransformasikan oleh enzim-enzim hati
menjadi metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air untuk diekskresikan. Tetapi, beberapa
obat ditransformasikan menjadi metabolit aktif, menyebabkan peningkatan respons
farmakologik. Penyakit-penyakit hati, seperti sirosis , hepatitis, mempengaruhi metabolisme
obat.

3
Contoh : Penggunaan Aspergillus parasiticus mengubah senyawa Monohidroksi bifenil (II)
yang bersifat beracun menjadi Dihidroksil bifenil (III) yang tidak beracun.

4. Ekskresi atau Eliminasi

Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu,
feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang
larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal. Obat-obat yang
berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskan ikatannya
dengan protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan diekskresikan melalui urin. pH
urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8. Urin yang asam
meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Aspirin, suatu asam
lemah,dieksresi dengan cepat dalam urin yang basa. Contoh : Jika seseorang meminum
aspirin dalam dosis berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin
menjadi basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak dapat menurunkan pH urin,
sehinggaterbentuk urin yang asam.

B. Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah efek obat pada fisiologi sel dan mekanisme yang dapat
menyebabkan reaksi farmasetik. Ada dua jenis efek yang di timbulkan oleh obat, yaitu efek
primer dan efek skunder. Efek primer adalah efek yang sesuai dengan tujuan pengobatan
sedangkan efek skunder adalah efek samping yang mungkin atau mungkin tidak di inginkan. (
mary kamienski,Dr.,dan james Keogh.2006.Farmachologi.Yogyakarta: raphe publishing.)

1. Efek terapeutik

Efek terapeutik dari suatu obat disebut juga efek yang diinginkan, adalah efek yang
utama yang dimaksudkan yakni alasan obat diresepkan. Efek terapeutik obat didefinisikan
juga sebagai sebuah konsekuensi dari suatu penanganan medis, di mana hasilnya dapat
dikatakan bermanfaat atau malah tidak diharapkan. Hasil yang tidak diharapkan ini disebut
efek samping. Paliative ; Mengurangi gejala penyakit tetapi tidak berpengaruh terhadap

4
penyakit itu sendiri. Contoh: Morphin sulfat atau Aspirin untuk rasa nyeri. Curative
;Menyembuhkan kondisi atau suatu penyakit. Contoh: Penicilline untuk infeksi. Supportive
;Mendukung fungsi tubuh sampai penatalaksaan lain atau respon tubuh ditangani. Contoh:
Norepinephrine bitartrate untuk tekanan darah rendah & aspirin untuk suhu tubuh tinggi.
Substitutive ;Menggantikan cairan atau substansi yang ada dalam tubuh. Contoh: Thyroxine
untuk hypothryroidism, insulin untuk diabetes mellitus. Chemoterapeutik ; Merusak sel-sel
maligna. Contoh: Busulfan untuk leukemia. Restorative ; Mengembalikan kesehatan tubuh.
Contoh: vitamin & suplement mineral.

2. Efek Samping

Efek Samping dapat timbul akibat menaiknya dosis obat yang biasanya tidak bereaksi,
mengganti cara pemberian obat, atau memakai obat dengan merek dagang lain Efek samping
biasanya dapat diprediksikan dan mungkin berbahaya atau kemungkinan berbahaya.
( Jan tamyong,dr.2001.Farmakologi untuk keperawatan.Jakarta:Widya Medika.)

3. Efek toksis

Hal ini terjadi akibat ketika obat yang di berikan melebihi rantang terapeutik dapat
terjadi karena overdosis atau akumulasi obat dalam tubuh pasien. . ( mary kamienski,Dr.,dan
james Keogh.2006.Farmachologi.Yogyakarta: raphe publishing.)

4. Reaksi Idiosentrik

Digunakan untuk menunjukkan suatu kejadian efek samping yang tidak lazim, tidak di
harapkan atau aneh, yang tidak dapat di terangkan atau di perkirakan mengapa bisa terjadi.
(blogspot.com)

5. Reaksi Alergi

Jika pasien sebelumnya sensitive terhadap obat maka obat dapat memicu mekanisme
kekebalan pasien yang menimbulkan gejala alergi. Antibodi di hasilkan saat obat di berikan
pertama kali kepada pasien sehingga menciptakan sensitivitas terhadap obat. Ada empat
jenis reaksi alergi :

5
1. Anafilaksi, merupakan reaksi alergi yang langsung terjadi tidak lama setelah obat di
berikan.

2. Reaksi sitotoksik, merupakan respons autoimun yang menyebabkan anemia


hemolitik,trombositopenia, lupus dan beberapa kasus lainnya.

3. Reaksi kekebalan kompleks, merupakan reaksi alergi yang di sebut sebagai penyakit serum
yang dapat menyebabkan angioedema, arthralgia (nyeri sendi) demam, pembengkakan
kelenjar getah bening, dan splenomegaly (pembesaran limpa).

4. Mediasi sel, merupakan reaksi implamasi kulit yang juga di kenal sebagai hipersensitivitas
tertunda. Istilah tertunda untuk membedakan respon seluler skunder yang muncul 48-72 jam
setelah paparan anti gen dari respon hipersensitivitas seger, yang umumnya muncul dalam
waktu 12 menit dari sebuah paparan anti gen. (mary kamienski,Dr.,dan james
Keogh.2006.Farmachologi.Yogyakarta: raphe publishing.)

C. Penggolongan Obat

A. Berdasarkan jenis obat

Penggolongan obat berdasarkan jenis obat tertuang dalam pemenkes RI Nomor


917/Menkes/X/1993 yang kini telah di perbaharui oleh pemenkes RI Nomor
949/Menkes/per/VI/2000. Penggolongan obat bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta keamanan distribusi.

a. Obat Bebas

Yaitu obat yang di jual bebas di pasaran dan dapat di beli tanpa resep dokter. Obat ini
tergolong aman biasanya di gunakan untuk mengobati dan meringankan gejala penyakit. Tanda
khusus untuk obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh: rivanol, tablet paracetamol,multivitamin, dan lain-lain.

6
b. Obat Bebas terbatas

Segolongan obat yang dalam jumlah tertentu aman di konsumsi, namun jika terlalu
banyak akan menimbulkan efek yang berbahaya. Di simbolkan dengan lingkaran biru dengan
tepi hitam. Contoh: antimo, obat anti flu seperti noza, decolgen, dan lain-lain.

c. Obat wajib apotek

Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker pengelola apotek tanpa resep
dokter. Obat ini di buat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menolong dirinya sehingga tercipta budaya pengobatan sendiri yang tepat,aman,dan rasional

d. Obat keras

Obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di bawah pengawasan dokter


dan obat yang dapat di peroleh dari apotek,puskesmas,dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Obat ini memiliki efek yang keras sehingga jika di gunakan sembarangan dapat dapat
memperparah penyakit dan dapat menyebabkan kematian. Obat keras di tandai dengan
lingkaran merah tepi hitam yang di tengahnya terdapat huruf “K” berwarna hitam. Contoh:
amoxicylin, obat jantung, obat hipertensi (S.far.Nuryati.2017.Farmakologi.cetakanpertama)

e. Psikotropika dan narkotika

Merupakan zat atau obat yang secara alamiah ataupun buatan yang berkhasiat untuk
memberikan pengaruh secara selektif pada siste syaraf pusat dan menyebabkan perubahan
pada aktivitas mental dan prilaku. Obat golongan psikotropika masih di golongkan obat keras
sehingga di simbolkan dengan lingkaran merah bertuliskan huruf “K” ditengahnya. Sedangkan
narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis
maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran dari mulai penurunan
sampai hilangnya kesadaran, menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika di simbolkan dengan lingkaran merah yang di tengahnya terdapat
simbol palang (+). (S.far.Nuryati.2017.Farmakologi.cetakanpertama).

7
B. Berdasarkan mekanisme kerja obat

1. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba.
Contoh : Antibiotic.

2. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patogis dari penyakit

Contoh : Vaksin, dan serum.

3. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala , seperti meredakan nyeri.

Contoh : Anal gesik.

4. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang kurang.

Contoh : Vitamin dan hormon.

5. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandumg zat aktif, khususnya pada
pasien normal yang menganggap dirinnya dalam keadaan sakit. Contoh: Aqua prainjeksi dan
tablet placebo .

(S.far.Nuryati.2017.Farmakologi.cetakanpertama)

C. Berdasarkan tempat Atau Lokasi Pemakaian

1. Obat dalam, yaitu obat-obatan yang di konsumsi peroral (melalui mulut).

Contoh : tablet antibiotic dan paracetamol.

2. Obat luar yaitu obat-obatan yang di pakai secara topical/tubuh bagian luar.

Contoh: sulfur salep, dan caladine. (S.far.Nuryati.2017.Farmakologi.cetakanpertama)

D. Berdasarkan cara pemakaian

a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau
bukal) seperti tablet ISDN. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
menyebabkan muntah (misalnya garam besi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat

8
dipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di
lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan
obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien
diberitahu untuk tidak minum antasida atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum
obat.

b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus,
jadi parenteral berarti diluar usus atau tidak melalui saluran cerna. Obat dapat diberikan
melalui intracutan, subcutan, intramusculer dan intravena. Perawat harus memberikan
perhatian pendekatan khusus pada anak-anak yang akan mendapat terapi injeksi dikarenakan
adanya rasa takut.

c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
krim, spray, tetes mata.

d. Rektal, yaitu obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulcolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar/kejang (stesolid supp).
Pemberian obat melalui rektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.

e. Secara langsung ke Organ. Contohnya: intrakardial

f. Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada
salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen. (lestari,siti.2016.farmakologi dalam
keperawatan.Jakarta:PusdikSDMKesehatan)

E. Berdasarkan efek yang di timbulkan

a. Sistemik, obat atau zat aktif yang masuk ke dalam peredaran darah digitalis

b. Local, obat atau zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu
tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata,kulit,dan lain-lain.
(S.far.Nuryati.2017.Farmakologi.cetakanpertama)

9
F. Berdasarkan daya kerja

a. Farmakodinak, obat yang bekerja mempengaruhi fisiologi.

Contoh : hormone dan vitamin

b. Kemoterapi, obat-obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasite/bibit

penyakit yang mempunyai daya kerja kombinasi. (ilmu-keperawatan.blogspot.com)

G. Berdasarkan asal obat

a. Alamiah, obat-obatan yang berasal dari alam ( tumbuhan,hewan,dan mineral).

Contoh : jamur (antibiotic), kina (kinin), digitalis (g;ikosida jantung), dari hewan ( plasenta,
otak menghasilkan serum rabies,kolagen).

b. Sintetik, merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia.

Contoh : minyak gandapura di hasilkan dengan mereaksikan metanolndan asam salisilat.


(S.far.Nuryati.2017.Farmakologi.cetakanpertama)

D. Bentuk Kemasan Obat

A. Sediaan Padat

a. Tablet

Adalah sedian padat kompak di buat secara kempa cetak, dalam bentuk pipih kedua
permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa
zat tambahan.

Contoh : Tablet bersalut , tablet effervescent , tablet kunyah , tablet hisap , kapsul , dan vulvis.

10
B. Kapsul

Sediaan obat yang bahan aktif nya dapat berbentuk padat atau setengah padat dan
terbungkus cangkang yang umumnya terbuat dari glatin.

Contoh : 1. capsul lunak, berupa larutan obat dalam minyak

2. capsul keras, berupa bahan obat yang kering

C. Sediaan Cair

a. Sirup

Adalah sediaan cair yang di gunakan sebagai obat dalam (diminum)

Contoh : Larutan obat luar, larutan yang di gunakan hanya untuk penggunaan luar (tidak
diminum). Seperti : cairan tetes hidung, tetes mata, tetes telinga, dan obat kumur.

b. Guttae

Sediaan cair yang pemakaiannya dengan cara meneteskan. Seperti : tetes oral, tetes mata tetes
telinga.

c. Solutio

Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Seperti : Enkasari 120 ml
solution, betadin gargle.

D. Inhalasi

Sediaan obat luar yang digunakan dengan cara di hisap melalui hidung.

E. Sediaan setengah padat

a. Salep

Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit atau mata.

11
b. Krim

Sediaan setengah padat yang di gunakan untuk kulit dan kosmetik.

c. Gel

Sediaan setengah padat yang di gunakan untuk kulit, anus,dan vagina.

d. Aerosol

Sediaan setengah padat yang di gunakan dengan cara semprot pada hidung atau mulut.

e. Suppositoria

Sediaan setengah padat yang berbentuk peluru digunakan untuk anus.

f. Ovula

Sediaan setengah padat yang berbentuk bulat telur yang digunakan untuk vagina.

(murine,tri.2013.Bentuk sediaan obat (BSO) dalam preskripsi. Yogyakarta:UGM-Press.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Obat merupakan zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan menurut WHO, obat
adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau psikis. Sedangkan menurut kebijakan
obat nasional (KONAS) obat adalah bahan atau kesediaan yang digunakan untuk mempengaruhi
system fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dari sakit untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara bagaimana fungsi sistem hidup di pengaruhi obat.
Salah satu prinsip farmakologi adalah molekul obat harus berusaha mempengaruhi secara kimia
pada satu atau lebih isi sel agar dapat menghasilkan respon farmakologik.

3.2 Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

UGM Press, UGM, Gadjah Mada University press.

Katzung, G.Bertram.(ED).2007.Basic And Clinical Pharmacologi.Jakarta:Buku Kedokteran.

mary kamienski,Dr.,dan james Keogh.2006.Farmachologi.Yogyakarta: raphe publishing.

Jan tamyong,dr.2001.Farmakologi untuk keperawatan.Jakarta:Widya Medika.

S.far.Nuryati.2017.Farmakologi.cetakanpertama.

lestari,siti.2016.farmakologi dalam keperawatan.Jakarta:PusdikSDMKesehatan.

murine,tri.2013.Bentuk sediaan obat (BSO) dalam preskripsi. Yogyakarta:UGM-Press.

blogspot.com

14

Anda mungkin juga menyukai