Anda di halaman 1dari 7

PERUBAHAN SOSIAL KONTEMPORER (ALAIN TOURAINE)

Perubahan Sosial

Lahirnya ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi manandai bahwa masyarakat sebagai kenyataan
kini dipahami seperti sebuah benda yang bisa “diutak-atik”. Begitu pula tentang perubahan
sosial, terlepas dari berbagai definisi perubahan sosial, pada hakikatnya telah mampu
mengungkap hukum-hukum dan antisipasi proses-proses sehingga mampu memberikan
kontribusi terhadap peradaban manusia. Apabila perubahan sosial dipahami sebagai suatu bentuk
peradaban manusia akibat adanya ekskalasi perubahan alam, biologis maupun kondisi fisik maka
pada dasarnya perubahan sosial merupakan sebuah keniscayaan yang terjadi sepanjang hidup.

Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil seperti
keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan kekuatan kelembagaan
dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada
definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana
perubahan memengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya
perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya
perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan.

Perubahan sosial dan pembangunan merupakan salah satu bidang kajian yang sangat penting
dalam ilmu pengetahuan. Apabila dikaitkan dengan perkembangan pemerintahan, maka studi ini
merupakan salah satu aspek integral atau produk dari perkembangan kehidupan masyarakat yang
disebut perubahan sosial. Perubahan ini mencakup dua unsur utama yaitu, perubahan yang terjadi
kepada birokrasi dan kepada masyarakat umum sebagai kelompok sasaran program sosial dalam
periode tertentu.

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagian, yaitu meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan
lainnya. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak memengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun
demikian, dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk
dipisahkan.
Perubahan sosial dialami oleh setiap masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan
dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi
semua segi kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan interaksi sesama
warga menjadi semakin rasional; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi
menjadi makin komersial; perubahan tata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan
pembagian kerja pada spesialisasi kegiatan yang makin tajam; Perubahan dalam kelembagaan
dan kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis; perubahan dalam tata cara dan alat-alat
kegiatan yang makin modern dan efisien, dan lain-lainnya Dari beberapa pendapat ahli ilmu
sosial yang dikutip, dapat disinkronkan pendapat mereka tentang perubahan sosial, yaitu suatu
proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup
masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-
hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek
kehidupan material maupun nonmateri.

Dalam kelompok teori-teori perubahan sosial klasik telah dibahas empat pandangan dari tokoh-
tokoh terkenal yakni August Comte, Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber. August
Comte menyatakan bahwa perubahan sosial berlangsung secara evolusi melalui suatu tahapan-
tahapan perubahan dalam alam pemikiran manusia, yang oleh Comte disebut dengan Evolusi
Intelektual. Tahapan-tahapan pemikiran tersebut mencakup tiga tahap, dimulai dari tahap
Theologis Primitif; tahap Metafisik transisional, dan terakhir tahap positif rasional. setiap
perubahan tahap pemikiran manusia tersebut mempengaruhi unsur kehidupan masyarakat
lainnya, dan secara keseluruhan juga mendorong perubahan sosial.

Karl Marx pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-perubahan
yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan
yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok
pekerja. Di lain pihak Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-
faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional
yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh
solidaritas organistik.

Sementara itu, Max Weber pada dasarnya melihat perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini dicontohkan masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh nilai
Katolikisme Ortodox, kemudian berkembang pesat kehidupan sosial ekonominya atas dorongan
dari nilai Protestanisme yang dirasakan lebih rasional dan lebih sesuai dengan tuntutan
kehidupan modern.

Sekilas Tentang Alain Turaine

Foto: http://www.lefigaro.fr

Sosiolog, Direktur Studi di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales Paris.Alain Touraine
lahir pada 1925 di Hermanville-sur-Mer (Perancis) dan menerima History “agregation” dari
Ecole Normale Superieure di Paris pada tahun 1950. Dia adalah seorang Fellow Rockefeller pada
tahun 1952 dan 1953 di Harvard, Columbia dan universitas Chicago adalah seorang peneliti di
CNRS (Prancis Dewan Riset Nasional) sampai tahun 1958.

Pada tahun 1956 Touraine mendirikan Pusat Penelitian untuk Sosiologi Perburuhan di
Universitas Chile dan pada tahun 1958 mendirikan Industri Sosiologi Lokakarya Paris, yang
menjadi Pusat Studi Gerakan Sosial pada tahun 1970. Pada tahun 1960 ia menjadi peneliti senior
di Ecole pratique des Hautes Etudes (sekarang Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales)
dan, setelah menerima nya D. Lit., Ia mengajar di Departemen Sastra dari Universitas Paris-
Nanterre dari 1966 sampai 1969. Pada tahun 1981, ia mendirikan Pusat Analisis Sosiologis dan
Intervensi (Centre d’Analyse et d’Intervensi Sociologiques, Cadis), arah yang diserahkan kepada
Michel Wieviorka pada tahun 1993.

Tubuh karya Alain Touraine merupakan “sosiologi tindakan” – sebagai judul salah satu bukunya,
yang diterbitkan pada tahun 1965, menempatkan itu – dan dapat dibagi menjadi tiga periode.
Yang pertama dikhususkan untuk sosiologi kesadaran tenaga kerja dan pekerja, terutama
didasarkan pada studi lapangan di Amerika Latin. Yang kedua prihatin dengan gerakan sosial:
dimulai dengan studi tentang peristiwa Mei 1968, kudeta militer di Amerika Latin dan kelahiran
Solidarnosc di Polandia, ia kemudian memberikan pertimbangan yang lebih umum untuk
masalah yang diajukan oleh pembangunan. Periode ketiga dan sekarang ini terutama berkaitan
dengan subjek sebagai agen dasar gerakan sosial, sebuah daerah di mana Touraine bermaksud
untuk terus bekerja di tahun-tahun mendatang.
Touraine telah menulis beberapa puluh buku, sekitar separuh dari yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris. Ini termasuk “Pekerja Gerakan” (Cambridge University Press, 1987), “The
Return of the Aktor” (University of Minnesota Press, 1988) dan “Kritik Modernitas” (Blackwell,
1996). Penerima gelar kehormatan dari tujuh universitas Eropa dan Amerika, Touraine adalah
anggota akademi Perancis dan beberapa internasional dan komite berurusan dengan isu-isu
seperti bioetika, mengajar imigrasi, dan penelitian, dan Bank Dunia Komisi pembangunan
berkelanjutan. Dia adalah seorang perwira dari Legio d’Honneur dan dari Ordre National du
Mérite.

Alain Touraine dan metode intervensi sosiologis Yang pertama muncul dalam sosiologi Perancis,
intervensi sosiologis digambarkan oleh penulisnya “sebagai proses yang intensif dan mendalam
selama sosiolog memimpin aktor dari perjuangan mereka harus melakukan pada diri mereka
sendiri untuk analisis dari tindakan mereka sendiri. Proses ini melibatkan serangkaian tahapan
yang merupakan sejarah penelitian “(Touraine, Dubet & Wieviorka, 1982: 280).

Intervensi sosiologis demikian analisis-diri yang membutuhkan partisipasi aktif dari aktor-aktor
sosial yang terlibat dalam perjuangan kolektif tentang isu-isu politik dan sosial. Perjuangan
perempuan, mahasiswa, ekologi, pekerja, Solidarnosc di Polandia adalah semua berhak untuk
mengklaim judul dan tujuan intervensi sosiolog dalam perjuangan ini adalah untuk mengubahnya
menjadi sebuah gerakan sosial. Menurut Touraine, gerakan itu adalah “upaya seorang aktor
kolektif untuk mengambil alih” nilai “, orientasi budaya masyarakat dengan menentang tindakan
musuh kepada siapa dia dihubungkan oleh hubungan kekuasaan” (Touraine, 1995: 239).

Dengan demikian, intervensi sosiologis menyangkut suatu tindakan militan dan bertujuan untuk
melakukan analisis sosiologis tindakan yang bekerjasama dengan aktor-aktor utamanya.
Penekanan ditempatkan pada “pencarian masalah, analisis kontradiksi tindakan dan jarak antara
perjuangan, wacana dan gerakan pendapat” (Touraine, 1978: 66) kemungkinan menggembleng
perjuangan dan mengubahnya menjadi sebuah gerakan sosial . Tetapi intervensi sosiologis tidak
hanya fokus pada analisis wacana politik dan organisasi militan: juga prihatin dengan perjuangan
yang diwakili oleh tindakan yang telah membawa ini tentang.

Dengan definisi, metode ini memerlukan partisipasi pelaku dalam perjuangan ini, setidaknya
tokoh kuncinya, yang diundang untuk serangkaian pertemuan yang mungkin berlangsung selama
satu tahun. Pada pertemuan-pertemuan mereka akan dihadapkan oleh sebuah tim kadang-kadang
sebanyak tujuh sosiolog. Dua dari mengasumsikan peran terkemuka sekretaris dan moderator.
Yang terakhir adalah orang yang akan memimpin rapat – dia memperkenalkan peserta, panduan
diskusi, memberikan orang lantai, dll – sementara mantan bertanggung jawab untuk mencatat
berbeda pendapat menyatakan selama diskusi dan mengusulkan interpretasi sosiologis dari
mereka. Jika peran-peran ini berada di luar kemampuan mereka, anggota tim lainnya mengambil
alih.

Selama pertemuan dan diskusi, peserta diajak untuk menelusuri sejarah perjuangan mereka,
berbagai peristiwa yang telah menandai aksi kolektif mereka. Ketika saling percaya didirikan
dan aktor menyadari kebutuhan untuk analisis, mereka kemudian dihadapkan dengan lawan
bicara yang baik menentang atau mendukung aksi mereka. aktivis Antinuclear, misalnya,
dihadapkan oleh EDF (… lectricité de France) administrator yang mengelola pembangkit listrik
tenaga nuklir. Ini lawan bicara mengungkapkan sudut pandang yang menentang bahwa dari
militan, tetapi bersama-sama, mereka menawarkan gambaran menyeluruh dari pertanyaan nuklir
di Perancis. Aktor seperti ini sehingga dibawa ke dalam kelompok dalam rangka untuk menyorot
aksi militan, pegang dan seluk beluk dan menetralisir tekanan ideologis dan gambits politik yang
mau tidak mau terlibat dalam, atau disebabkan oleh suatu perjuangan kolektif alam ini.

Kedua belah pihak kemudian cenderung melihat perjuangan mereka sebagai bagian dari gerakan
sosial, teori gerakan sosial pembuangan mereka untuk mengenali arti dalam tindakan mereka
sendiri. Dengan menafsirkan komentar aktor ‘dalam terang teori ini, muncul hipotesis yang
menjelaskan aksi kolektif mereka dalam arti di mana tindakan yang secara meyakinkan dapat
menunjukkan sebuah gerakan sosial. Jika diakui dan diterima oleh kedua belah pihak, arti
diungkapkan oleh analisis-diri kemudian dapat mendukung aksi mereka dan membantu mencapai
“tingkat tertinggi bisa mencapai” (Touraine, 1981b: 213).

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial

Aspek-aspek perubahan sosial dapat dibahas dalam dua dimensi. Pertama, aspek yang dikaitkan
dengan lapisan-lapisan kebudayaan yang terdiri dari aspek material, aspek norma-norma (norms)
dan aspek nilai-nilai (values). Kedua, aspek yang dikaitkan dengan bidang-bidang kehidupan
sosial masyarakat, yang dalam kegiatan belajar ini dikemukakan bidang kehidupan ekonomi,
bidang kehidupan keluarga, dan lembaga-lembaga masyarakat.

Aspek kebudayaan material (artifacts) adalah aspek-aspek yang sifatnya material dan dapat
diraba atau dilihat secara nyata, seperti pakaian, alat-alat kerja, dan sebagainya. Karena sifatnya
material, maka aspek kebudayaan ini relatif cepat berubah

Adapun aspek norma (norms), menyangkut kaidah-kaidah atau norma-norma sosial yang
mengatur interaksi antara semua warga masyarakat. Aspek ini relatif lebih lambat berubah
dibandingkan dengan aspek kebudayaan material.

Aspek lain adalah nilai-nilai budaya (values), yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur yang
menjadi pandangan atau falsafah hidup masyarakat. Nilai-nilai inilah yang mendasari norma-
norma sosial yang menjadi kaidah interaksi antar warga masyarakat. Aspek nilai inilah paling
lambat berubah dibandingkan dengan kedua aspek kebudayaan yang disebut terdahulu.

Perubahan sosial dalam bidang ekonomi pada dasarnya menyangkut perubahan-perubahan yang
terjadi pada kehidupan masyarakat dalam upaya mereka untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhan hidupnya, baik perubahan dalam nilai-nilai ekonomi, sikap, hubungan ekonomi
dengan warga lainnya, maupun dalam cara atau alat-alat yang dipergunakan. Salah satu kunci
dalam perubahan bidang ekonomi ini adalah proses “diferensiasi” dan spesialisasi”.

Dalam aspek kehidupan keluarga, yang menjadi fokus perhatian adalah perubahan fungsi dan
peranan keluarga dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Perubahan
dalam struktur dan jumlah anggota keluarga mendorong terjadinya perubahan fungsi dan peranan
keluarga. Salah satu aspek kehidupan keluarga yang paling jelas perubahannya adalah peranan
kaum ibu. Adapun dalam aspek lembaga-lembaga masyarakat, perubahan sosial pada dasarnya
berkembang, dari suasana kehidupan masyarakat tradisional dengan lembaga-lembaga
masyarakat yang jumlah dan sifatnya masih sedikit dan terbatas, serta umumnya berdasarkan
kegotongroyongan dan kekeluargaan. Berkembang menuju masyarakat modern dengan lembaga-
lembaga masyarakat yang lebih bervariasi yang pada umumnya dibentuk atas dasar kepentingan
warganya, baik dalam bidang ekonomi .kebudayaan pendidikan serta dalam bidang hukum
politik dan pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai