Ca Mamae
Ca Mamae
2. Etiologi
Sebab-sebab keganasan belum diketahui secara pasti (Price & Wilson, 1995), namun ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya ca mamae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mamae (smeltzer
& Bare, 2002;1589)
b. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya masa abnormal
pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
c. Genetik
- Ca mamae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic”
autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997)
- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder,
Martin, 1997).
- Mutasi ge BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mamae dan ovarium (Robbin & Kumar, 1995) serta mutasi gen
supresor tumor p53 (Murray, 2002).
d. Defisiensi imun
Defisiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang
berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor.
Beberapa faktor resiko pada pasien yang diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara yaitu:
a. Tinggi melebihi 170 cm.
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Faktor genetik.
d. Ca payudara terdahulu.
e. Keluarga/ keturunan.
f. Makanan, berat badan.
g. Faktor endokrin dan reproduksi.
h. Obat anti kenseptiva oral.
3. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
a. Fase inisiasi
Pada tahap ini terjadi suatu perubahan dalam bentuk genetik yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
Oleh karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari
sel yang peka dan suatu karsinogen)
4. Manifestasi Klinis
Gejala umum ca mamae adalah:
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara.
b. Payudara tidak simetris/ mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan.
c. Adanya perubahan kulit: penebalan, cekungan, pucat disekitar puting susu, mengerut
seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara.
d. Ada perubahan suhu pada kulit, hangat, kemerhan, panas.
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada prubahan pada puting susu, gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi
retraksi.
g. Penyebaran ketulang sehingga tulang menjadi rapuh.
h. Pembengkakan didaerah lengan.
i. Nyeri pada payudara.
j. Benjolan semakin membesar.
k. Timbul luka/ ulkus pada payudara.
l. Benjolan menyerupai kubis dan mudah berdarah.
m. Metastase, menyebar ke kelenjar getah bening sekitar dan organ tubuh lain.
5. Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita ca mamae antra lain:
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/ plasma, pemeriksaan sitologis.
b. Tes diagnostik lain:
Non invasive: mamaografi, Ro thorak, USG, MRI, PET.
Invasif: Biopsi, Aspirasi biopsi (FANB), True cut/ care biopsi, insisi biopsi, eksisi
biopsi.
6. Penatalaksanaan
a. Pembedahan.
- Mastektomi radikal yang dimodifikasi.
- Mastektomi total.
- Lumpectomy.
- Wide excision/ mastektomi parsial.
- Ouadranectomy.
b. Raditheraphy
c. Chemotheraphy
d. Manipulasi hormonal
f. Pemeriksaan diagnostik.
1) Scan (mis: MRI, CT, Gallium) dan Ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik,
identifikasi metastatik dan avaluasi.
2) Biopsi: untuk mendiagnosis adanya BRCA 1 dan BRCA 2.
3) Penanda tumor.
4) Mamografi.
5) Sinar X dada.
g. Pathway
Ca Mamae
Harga diri rendah
(Apendicitis)
Stimulasi nociseptor
Nyeri
G3 rasa nyaman
nyeri
MASTEKTOMI Insisi/ perlukaan
(Apendicitis)
kurang pengetahuan
Port dientere kuman
cemas
Pajanan Lingkungan, alat,
tehnik aseptik
Pajanan alat/instrumen, yang tidak tepat
alat-alat elektro
surgical
Resti infeksi
resti cidera
ANASTESI
GA spinal
Penurunan fungsi
sal. Pernapasan Imobilitas ekstremitas
bawah
resti aspirasi
intoleransi aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
a. PREOPERASI
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi dan
peradangan tumor; proses pembedahan.
2) Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan dan prognosis.
3) Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
dan disfungsi tubuh.
b. INTRA OPERASI
1) Resti cidera berhubungan dengan pajanan alat, penggunaan electro surgical.
2) Resti cidera berhubungan dengan pajanan lingkungan, peralatan, penggunaaan
tehnik aseptik yang kurang tepat.
c. POST OPERASI
1) Resiko bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penurunan fungsi
saluran pernapasan.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anastesi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Preoperasi
1. Kaji dan catat kualitas, lokasi, dan durasi Sebagai data dasar dalam menentukan
nyeri. intervensi penangan nyeri yang sesuai
2. Kaji dan pantau vital sign Data dasar pembanding terhadap repon
nyeri.
3. Ajarkan terhnik distraksi dan relaksasi Tehnik distraksi diharapkan dapat
mengalihkan perhatian dari
konsentrasiterhadap nyeri dan relaksasi
diharapkan dapat mengontrol nyeri.
4. Ajarkan tehnik mobilisasi efektif. Mengurangi nyeri akibat kompresi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik maupun Analgetik igunakan sebagai anti nyeri dan
sedatif yang sesuai. sedasi digunakan untuk merelaksasi dan
meningkatkan kenyamanan klien.
b. Intra operasi
Resti infeksi b.d. tindakan aseptik yang tidak tepat/ kesterilan alat yang tidak dijaga.
Tujuan: klien akan menunjukan bebas dari resiko infeksi setelah dilakukan tindakan selama
30 menit dengan kriteria:
a. Memastikan indikator steril sudah sesuai.
b. Malakukan tehnik aseptik.
c. Penutupan luka secara steril.
1. Perhatikan indikator yang ditempel pada Indikator akan berubah warna pada proses
packing instrumen sebelum membuka atau pensterilan alat. Memastikan kesterilan
menggunakan. alat.
2. Pastikan urutan dan tata cara scrubing, Menjaga keadaan aseptik dan mencegah
gawning dan glowing secara tepat. terjadinya infeksi silang pada pasien.
3. Buka packing dengan posisi steril setelah Menjaga kesterilan alat tetap terjaga.
mengenakan gaun dan sarung tangan steril.
4. Pastikan meja instrumen telah dialas Menjaga kesterilan alat.
dengan linen steril sekurang2nya dua lapis
5. Perhatikan agar alat tidak terkontaminasi Menjaga kesterilan alat.
atau tersentuh benda lain yang tidak steril,
tutup instrumen yang telah ditata dengan
linen steril.
6. Kolaborasi pemberian antibiotika yang Antibiotika sebagai anti kuman yang
sesuai. mencegah infeksi.
c. Setelah operasi
1. Kaji dan catat kualitas, lokasi, dan durasi Sebagai data dasar dalam menentukan
nyeri. intervensi penangan nyeri yang sesuai
2. Kaji dan pantau vital sign Data dasar pembanding terhadap repon
nyeri.
3. Ajarkan terhnik distraksi dan relaksasi Tehnik distraksi diharapkan dapat
mengalihkan perhatian dari
konsentrasiterhadap nyeri dan relaksasi
diharapkan dapat mengontrol nyeri.
4. Ajarkan tehnik mobilisasi efektif. Mengurangi nyeri akibat kompresi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik maupun Analgetik igunakan sebagai anti nyeri dan
sedatif yang sesuai. sedasi digunakan untuk merelaksasi dan
meningkatkan kenyamanan klien.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (integritas
kulit yang tidak utuh)
Tujuan: klien akan menunjukan pertahanan tubuh adekuat dengan kriteria:
a. Suhu tubuh normal
b. Tidak ada pus atau nanah pada luka
c. Luka kering
d. Leukosit normal
1. Kaji dan pantau bentuk dan karakteristik Membantudalam menentukan tehnik dan
luka proses penanganan luka yang sesuai.
2. Lakukan perawatan luka secara aseptik Meminimalisir dan mencegah masuknya
mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi.
3. Ganti pembalut/perban sesuai indikasi Menjaga kebersihan dan kesterilan luka
4. Anjurkan klien untuk makan makanan Protein dan albumin dianjurkan dalam
bergizi. proses penyembuhan luka.
5. Pantau vital sign Memntau perubahan dan tanda infeksi
sedini mungkin.
6. Kolaborasi pemberia antibiotika Antbiotika sebagai anti kuman yang dapat
mencegah perkembangan kuman endogen
dan eksogen yang dapat menyebabkan
infeksi pada luka.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Brunner & Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC