2732 - BAB 1 Pendahuluan
2732 - BAB 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan
yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik tersebut sehingga dapat
memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada
arus lalu lintas, tikungan serta kelandaian jalan. Jadi tujuan dari perencanaan
geometrik jalan adalah menghasilkan struktur yang aman, efisien pelayanan arus lalu
lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan ruang,
bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pemakai jalan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik jalan adalah sifat gerakan dan
ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya dan
karakteristik arus lalu lintas. Standar geometrik jalan desain mencakup standar yang
diperlukan untuk setiap kelas jalan yang disusun dengan memperhatikan faktor
utama teknik lalu lintas, sehingga dalam perencanaan ini perlu berpedoman pada
“Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.13 Tahun 1970” yang dikeluarkan
Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
12) Jarak Pandang (Jr) adalah, jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur dari
mata pengemudi ke suatu titik di muka pada garis yang sama yang dapat
dilihat oleh pengemudi.
13) Jarak Pandang Mendahului (Jd) adalah jarak pandang yang dibutuhkan
untuk dengan aman melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal.
14) Jarak Pandang Henti (JP) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti
dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada dalam keadaan
biasa.
15) Jarak Pencapaian Kemiringan adalah panjang jalan yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan kemiringan melintang normal sampai dengan
kemiringan penuh.
16) Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan
bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
17) Jalur Lalu lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan
khusus untuk lintasan kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih).
18) KAJI adakah singkatan dari Kapasitas Jalan Indonesia.
19) Kapasitas Jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan
pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil
penumpang per jam.
20) Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan
dapat dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika
kondisi yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh
keistimewaan perencanaan jalan.
21) Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih, dalam satu jurusan.
22) Lajur Pendakian adalah lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai
kelandaian dan panjang tertentu untuk menampung kendaraan dengan
kecepatan rendah terutama kendaraan berat.
23) Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang
berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitas tempat duduk 4
sampai 6.
24) Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang
digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu
lintas dan pengawasan yang berlaku.
25) Strip Tepian adalah bagian datar median, yang perkerasannya dipasang
dengan cara yang sama seperti pada jalur lalu lintas dan diadakan untuk
menjamin ruang bebas samping pada jalur.
26) Tingkat Arus Pelayanan (TAP) adalah kecepatan arus maksimum yang
layak diperkirakan bagi arus kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas
yang seragam pada suatu jalur atau daerah manfaat jalan selama jangka waktu
yang ditetapkan dalam kondisi daerah manfaat jalan, lalu lintas, pengawasan,
dan lingkungan yang berlaku dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per
jam.
27) Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam
pada jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung
dari perkalian VLHR dengan faktor K.
28) Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) adalah volume total yang
melintasi suatu titik atau ruas pada fasilitas jalan untuk kedua jurusan, selama
satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
29) Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR) adalah taksiran atau
prakiraan volume lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian
jalan tertentu.
2. KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
a. Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
efisien
b. Jalan Kolektor : Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi
c. Jalan Lokal : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
Klasifikasi menurut kelas jalan yaitu :
a. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan
kasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 11.1 (Pasal 11, PP.
No.43/1993).
Tabel 2.1 Klasifikasi menurut keras jalan
3. KRITERIA PERENCANAAN
Kendaraan Rencana
a. Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya
dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik.
b. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori diantaranya
kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang; Kendaraan Sedang, diwakili
oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as; Kendaraan Besar, diwakili oleh
truk-semi-trailer.
Gambar berikut dimensi kendaraan kecil, kendaraan sedang, dan kendaraaan besar
Tabel 2.5 Hubungan faktor-K dan faktor-F yang sesuai dengan VLHR-nya.
Kecepatan Rencana
a. Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-
kendaraan bergerakdengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah,
lalu lintas yang lengang,dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
b. VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel II.6.
c. Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan
dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
5. PENAMPANG MELINTANG
Komposisi Penampang Melintang
Penampang melintang jalan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
a. Jalur lalu lintas;
b. Median dan jalur tepian (kalau ada);
c. Bahu;
d. Jalur pejalan kaki;
e. Selokan;
f. Lereng.
Gambar berikut penampang melintang jalan
5) Separator.
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur.
1) 1 jalur-2 lajur-2 arah (2/2 TB)
2) 1 jalur-2 lajur-l arah (2/1 TB)
3) 2 jalur-4 1ajur-2 arah (4/2 B)
4) 2 jalur-n lajur-2 arah (n12 B), di mana n = jumlah lajur.
Keterangan:
TB = tidak terbagi.
B = terbagi
Lebar Jalur
Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya. Lebar
jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling
berpapasan. Papasan dua kendaraan besar yang terjadi sewaktu-waktu dapat
menggunakan bahu jalan.
Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka
lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor
sesuai kendaraan rencana. Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan
rencana, yang dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan seperti
ditetapkan dalam Tabel 2.8.
Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat
kinerja yang direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai
rasio antara volume terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80. Untuk
kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pads alinemen lurus memerlukan
kemiringan melintang normal sebagai berikut (lihat Gambar 11.14):
(1) 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton;
(2) 4-5% untuk perkerasan kerikil
Bahu jalan
Bahu Jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas dan harus
diperkeras (lihat Gambar 11.15).
Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut:
1) lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau tempat parkir
darurat;
2) ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan
3) penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.
Kemiringan bahu jalan normal antara 3 - 5%.
lebar bahu jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.7.
Median
Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalu lintas yang berlawanan arah.
Fungsi median adalah untuk:
1. memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah;
2. uang lapak tunggu penyeberang jalan;
3. penempatan fasilitas jalan;
4. tempat prasarana kerja sementara;
5. penghijauan;
6. tempat berhenti darurat (jika cukup luas);
7. cadangan lajur (jika cukup luas); dan
8. mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan.
Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi median. Median dapat
dibedakan atas (lihat Gambar 11.16) yaitu :
a. Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur yang
direndahkan.
b. Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur yang
ditinggikan.
c. Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian selebar 0,25-0,50 meter dan
bangunan pemisah jalur, ditetapkan dapat dilihat dalam Tabel 2.9.
d. Perencanaan median yang lebih rinci mengacu pada Standar Perencanaan
Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga,Maret 1992.
Tabel 2.9 Lebar Minimum Median
F
asilitas pejalan kaki berfungsi memisahkan pejalan kaki dari jalur lalu lintas
kendaraan guna menjamin keselamatan pejalan kaki dan kelancaran lalu lintas.
Jika fasilitas pejalan kaki diperlukan maka perencanaannya mengacu kepada
6. JARAK PANDANG
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi
pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk
menghidari bahaya tersebut dengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu
Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd).
.........................................................................................……………………………(2
)
keterangan :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55.
Tabel 2.10 berisi Jh minimum yang dihitung berdasarkan persamaan (2)
dengan pembulatan-pembulatan untuk berbagai VR.
7. ALINYEMEN HORIZONTAL
Pengertian secara umum
Alinyemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (disebut juga
tikungan). Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk
mengimbangi gaya entrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada
kecepatan VR. Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas
samping jalan harus diperhitungkan.
Tikungan
Tikungan merupakan bentuk bagian lengkung yang dapat berupa:
(1) Spiral-Circle-Spiral (SCS);
(2) full Circle (fC); dan
(3) Spiral-Spiral (SS).
Superelevasi
Jari-Jari Tikungan
Jari - jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut:
………………………………………………………………………………………(4)
keterangan :
Rmin
= Jari jari tikungan minimum (m),
VR
= Kecepatan Rencana (km/j),
Emax
= Superelevasi maximum (%),
F
= Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f=0,14-0,24
Lengkung peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus
jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap R; berfungsi mengantisipasi
perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung
jalan berjari jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat
berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan
mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan.
Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral (clothoid). Dalam
tata cara ini digunakan bentuk spiral.
Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan bahwa:
Perhitungan Ls
Ls ditentukan dari tiga rumus di bawah ini dan diambil nilai yang paling besar
a. Berdasarkan waktu tempuh
…………………………………………………………………………………….(5)
Keterangan :
T = waktu tempuh lengkung peralihan, biasanya ditentukan 3 detik
VR = kecepatan rencana (km/jam)
b. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal
……………………………………………………………………………….(6
)
……………………………………………………………………………….(7
)
Keterangan :
Em = superelevasi maksimum
En = seperelevasi normal (2%)
Re = Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan (mm/detik)
Vr = Kecepatan Rencana (km/jam)
Pencapaian superelevasi
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada
bagian jalan yang lurus sampai ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian
lengkung.
Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear, diawali
dari bentuk normal sampai awal lengkung peralihan (TS) yang berbentuk pada bagian
lurus jalan, 'lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada akhir bagian lengkung
peralihan (SC).
Pada tikungan fC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear diawali dari
bagian lurus sepanjang 213 LS sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 113
bagian panjang LS.
Pada tikungan S-S, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian
spiral.
Jarak Pandangan Pada Lengkung Horizontal
Jarak pandangan pengemudi kendaraan yang bergeralc pada lajur tepi sebelah
dalam seringkali dihalangi oleh gedung-gedung dan hutan-hutan kayu, tebing galian
dan lain sebagainya. Demi menjaga keamanan pemakai jalaq panjang sepanjang jarak
pandangan henti minimum seperti yang telah dibahas pada Bab III harus terpenuhi di
sepanjang lengkung horizontal. Dengan demikian terdapat batas minimum jarak antara
sumbu lajur sebelah dalam dengan penghalang(m).
Banyaknya penghalang-penghalang yang mungkin terjadi dan sifat-sifat yang
berbeda dari masing-masing penghalang mengakibatlan sebaiknya setiap faktor yang
menimbulkan halangan tersebut ditinjau sendiri sendiri. Penentuan batas minimum
jarak antara sumbu lajur sebelatr dalam ke penghalang ditentukan berdasarkan kondisi
dimana jarak pandangan berada di dalam lengkung (ganrbar 4.35), atau jarak
pandangan < panjang lengkung horizontal.
kendaraan berat, jenis kendaraan semi trailer merupakan kendaraan yang cocok dipilih
untuk kendaraan rencana. Tentu saja pemilihan jenis kendaraan rencana ini sangat
mempengaruhi kebutuhan akan pelebaran perkerasan dan biaya pelaksanaan jalan
tersebut.
Elemen- elemen dari pelebaran perkerasan tikungan terdiridari :
1. Offtracking (U)
Untuk perencanaan geometrik jalan antar kota, Bina Marga
memperhitungkan lebar B dengan mengambil posisi kritis kendaraan yaitu
pada saat roda depan kendaraan pertama kali dibelokan dan tinjauan dilakukan
untuk lajur sebelah dalam.
Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.34 yang berdasarkan
kendaraan rencana truk tunggal.
2. Kesukaran dalam mengemudi di tikungan (Z)
Tambahan lebar perkerasan akibat kesukaran dalam mengemudi di tikungin
diberikan oletr AASHTO sebagai fungsi dari kecepatan dan radius lajur sebdah
dalam. Semakin tingg kocepatan kendaraan dan senrakin tajanr tikungan
tersebu! senrakin besar tambahan pelebar.an akibat kesukaran dalam
mengemudi. Hal ini disebabkan oleh kecendenrngan terlemparnya kendaraan
kearah luar dalam gerakan menikung tersebut.
Kebebasan samping di kiri dan kanan jalan tetap harus dipertahankan demi
keamanan dan tingkat pelayanan jalan. Kebebasan samping (C) sebesar 0,5 m,
I rq dan 1,25 m cukup memadai untuk jalan dengan lebar lajur 6 m,7 m, dan
7,50 m.
Pencapaian Pelebaran Pada Lengkung Horizontal
Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan perlahanJahan dari awal
lengkung ke bentuk lengkung penuh dan sebaliknya, hal ini bertujuan untuk
memberikan bentuk lintasan yang baik bagr kendaraan yang hendak memasuki
lengkung atau meninggalkannya. Pada lengkungJengkung lingkaran sederhana, tanpa
8. ALINYEMEN VERTIKAL
Pengertian secara umum
Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian lengkung
vertikal. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa
landai positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan), atau landai nol (datar) Bagian
lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau lengkung cembung.
Landai Maksimum
- Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan
bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
- Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh
yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh
kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
- Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat dalam
Tabel 2.21.
Panjang Kritis
Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan agar
kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga penurunan
kecepatan tidak lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak lebih
dari satu menit. Panjang kritis dapat ditetapkan dari Tabel 2.22.
Tabel 2.22 Panjang Kritis
Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami perubahan
kelandaian dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian;
2. Menyediakan jarak pandang henti.
Lengkung vertikal dalam tata cara ini ditetapkan berbentuk parabola sederhana,
a. Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal cembung,
panjangnya ditetapkan dengan rumus:
……………………………………………………………………………………..(7)
b. Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung,
panjangnya ditetapkan dengan rumus:
…………………………………………………………………………………….(8)
……………………………………………………………………………………(9)
keterangan :
L = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan grade (m),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi obyek 10 cm dan tinggi
mata 120 cm.
Nilai Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari, kenyamanan, dan penampilan.
Y ditentukan sesuai dengn tabel 2.23.
Tabel 2.23 Penentuan Faktor Penampilan Kenyamanan,Y
Gambar berikut merupakan gambar lengkung cekung dan lengkung cembung vertical
Ruang Lingkup
Tata Cara ini meliputi persyaratan-persyaratan, kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan serta dimensi, kemiringan, jenis bahan, tipe, selokan
samping jalan dan gorong-gorong.
Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1. Drainase permukaan adalah sistim drainase yang berkaitan dengan pengendalian
air permukaan.
2. Intensitas hujan (I) adalah besarnya curah hujan maksimum yang akan
diperhitungkan dalam desain drainase.
3. Waktu konsentrasi (T.C) adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk
bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan.
4. Debit (Q) adalah volume air yang mengalir melewati suatu penampang
melintang saluran atau jalur air persatuan waktu.
5. Koefisien pengaliran (C) adalah suatu koefisien yan menunjukkan perbandingan
antara besarnya jumlah air yang dialirkan oleh suatu jenis permukaan terhadap
jumlah air yang ada.
Ketentuan-ketentuan perencanaan
Sistim drainase permukaan jalan terdiri dari kemiringan melintang perkerasan
dan bahu jalan, selokan samping, gorong-gorong dan saluran penangkap (lihat
Gambar 1).
Solusi :
Luas tampang Saluran Fs = B.H = 0,75 H.H = 0,75H2
Keliling basah Ps = B + 2 H = 0,75 H + 2 H = 2,75 H
Radius hidrolik Rs = Fs/Ps = (0,75 H2) / (2,75 H) = 0,273H
Formula Manning:
v
= 1/n. Rs2/3. I1/2
= (1/0,010)(0273)2/3(0,015)1/2
= 100. 0,2732/3. 0,0151/2. H2/3
= 5,156 H2/3
B = 0,75 H
B = 0,75 . 0,60
B = 0,45 meter
Rs = Fs/Ps
(𝐵+𝑚𝐻)
𝑅𝑠 =
𝐵+2𝐻 √1+𝑚2
Untuk B = H dan m = 1
Fs = (B + mH) B = (H + 1.H) H = 2H2
Ps = B + 2H √1 + 𝑚2 = H + 2H √1 + 12
= 3,8284 H
Rs = Fs/Ps = 2 H2/3,8284 H = 0,5224 H
Selanjutnya kecepatan saluran dapat dihitung, apakah berdasarkan tabel (i/v),
berdasarkan formula Manning atau Chezy.
Berdasarkan debit aliran (Q) dan kecepatan saluran, dimensi saluran dapat
ditentukan,
Debit aliran (Q) = Luas tampang saluran (Fs) x kecepatan atiran (v)
Q = Fs . v sehingga. Fs = Q/v
dan dimensi saluran B dan H didapatkan, dibulatkan ke atas dalam dua desimal.
aliran
(
Tabel 3).
4) Tipe dan jenis bahan selokan samping didasarkan atas kondisi tanah
dasar, kedudukan muka air tanah dan ke.cepatan abrasi air (lihat Gambar
5)