Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“KANKER SERVIKS”

DOSEN MATA KULIAH :

Ns. BASMANELLY, M. Kep, Sp. Kep. J

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II:

1. ADINDA OKTAVIANA (1710105040)

2. SRI RAHMI AMERISA ( 1710105071)

3. SHONIA PUJI ANDIKA (1710105069)

4. SINTA GUSMI DAHLIA (1710105070)

5. SILVIA ANGGRAINI ( 17101050

6. SENTIA WIDIA ( 17101050109)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGG ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2019


1. DEFINISI KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah penyakit yang banyak menyerang wanita. Saat ini
kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang
perempuan.
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel – sel kanker di leher rahim atau
serviks yang abnormal. Di sana sel-sel kanker tersebut mengalami perubahan
kearah dipslasia atau keganasan. Biasanya kanker rahim menyerang perempuan
yang berumur 35-55 tahun yaitu dimana kedaan seorang wanita dalam masa
sexually active. Tetapi bukan berarti bahwa perempuan yang masih muda tidak
bisa mengalaminya. Perempuan yang muda pun dapat menderita kanker rahim
asalkan memiliki faktor resikonya ( Supriyanto, 2014 ).
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu jenis keganasan
atau neoplasma yang lokasinya terletak didaerah serviks. Serangan kanker ini
pada tahap awal tidak menimbulkan gejala apapun. Tetapi ketika kanker sudah
masuk stadium lanjut atau saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan
disekitarnya, kanker ini baru bisa terlihat. Itulah sebabnya mengapa kanker
jenis ini masuk dalam kategori killer silent ( Tilong,2014 ).
2. FAKTOR RESIKO
a. Pola Hubungan Seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker
serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan, aktifitas
seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun, juga
dapat dijadikan sebagai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Hal ini
diduga ada hubungannya dengan belum matangnya daerah transformas
pada usia tersebut bila sering terekspos. Frekuensi hubungan seksual
juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko usia tersebut, tetapi tidak
pada kelompok usia lebih tua.
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering melahirkan.
Semakin sering melahirkan, maka semakin besar resiko terjangkitnya
kanker serviks. Penelitian di Amerika latin menunjukan hubungan
antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi
HPV.
c. Merokok
Beberapa penelitian menemukan hubungan yang kuat antara merokok
dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel
konfounding seperti pola hubungan seksual. Penemuan lain
memperhatikan ditemukannya nikotin pada cairan serviks wanita
perokok bahkan ini bersifat sebagai kokasinogen dan bersama – sama
dengan kasinogen yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan
ke arah kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan mendapatkan bahwa
peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian
kontrasepsi oral. Penelitian tertsebut juga mendapatkan bahwa semua
kejadian kaker serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi
oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10
tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna
kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang confounding yang erat
kaitannya dengan hal tersebut.
e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukan bahwa defisiensi zat gizi tertentu
seperti Betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungan
dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan dan sedang.
Namun sampai saat ini tidak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi
gizi tersebut akan menurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskriptif maupun analtik menunjukkan hubungan yang
kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat sosial ekonomi
yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukan
bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat
pendidikan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi,
multilarisasi dan kebersihan genetalia juga diduga berhubungan
dengan masalah tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi
bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondong yang
frejuensi ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya
kanker serviks. Rendahnya keberhasilan genetalia yang dikaitkan
dengan sirkumsisijuga menjadi pembahasan panjang terhadap
terjadinya kanker serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga
merupakan faktor resiko yang lain.
3. TANDA DAN GEJALA KANKER SERVIKS
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat. Perdarahan spontan yaitu perdarahan yang
timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan semakin lam semakin sering
terjadi.
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada
perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih
banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).
c. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.
Terkadang bercampur darah.
d. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
e. Perdarahan pada wanita menopause
f. Anemia
g. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
h. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.
4. KLASIFIKASI

Tingkat Kriteria

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri

Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat
didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.

Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada


pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi Ia

II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian
atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul

II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat


tumor

II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai


dinding panggul

III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak


dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.

III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah


infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan


mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar
panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau
sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi

IV b Telah terjadi metastasi jauh.

5. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
(KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun. Proses perkembangan
kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang
perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau
kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon.
Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya
proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi kekanalis serviks. Lesi
dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria.
Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner &
Sudart, 2010) Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo -
columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi
perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel
endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak
SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita
muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita
berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu
pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan
terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut.
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum
karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin. Pada masa kehidupan
wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel kolumnar akan
digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut
proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah.
Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli
dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru
dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi. Penelitian
akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor penyebab
yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat
virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia
berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma
invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat
pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).
6. PATHWAY
7. RENCANA ASUHAN KANKER SERVIKS

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1.Nyeri b.d - Setelah dilakukan - Kaji tingkat nyeri. - Untuk


infiltrasi saraf tindakan mengkaji data
- Berikan rasa
akibat infiltrasi keperawatan dasar.
nyaman pada pasien
metastase pasien akan
dengan pengaturan - Mengalihkan
neoplasma. mampu
posisi dan aktivitas fokus
mengurangi rasa
hiburan (musik). perhatian.
nyeri dengan
kriteria hasil: - Ajarkan teknik - Meningkatkan
manajemen nyeri relaksasi untuk
- Pasien merasa
(relaksasi, mengurangi
nyaman.
visualisasi, nyeri.
- Nyeri berkuran distraksi).
-
- Mampu - Kolaborasi Memungkinka
mendemonstrasik pemberian analgetik. n pasien
an keterampilam berpartisipasi
relaksasi, aktif dalam
kontrol nyeri.

- Kontrol nyeri
maksimum.

2.Gangguan - Setelah dilakukan - Pantau intake dan - Identifikasi


perubahan tindakan output makanan tiap defisiensi
nutrisi kurang keperawatan hari. nutrisi.
dari kebutuhan diharapkan
- Ukur BB tiap hari. - Memantau
b.d anoreksia kebutuhan nutrisi
peningkatan
pasca tindakan dapat tercukupi - Dorong pasien
BB.
kemoterapi. dengan kriteria untuk diet tinggi
hasil: protein. - Kebutuhan
- Pasien jaringan
mengungkapkan metabolik
pentingnya adekuat oleh
nutrisi. nutrisi.

- Peningkatan BB
progresif.

3.Ketakutan/ - Setelah dilakukan- Dorong pasien - Memberikan


cemas tindakan untuk kesempatan
berhubungan keperawatan mengungkapkan untuk
dengan ketakutan/ pikiran dan perasaan. mengungkapka
ancaman kecemasan n
- Berikan lingkungan
perubahan berkurang sampai ketakutannya.
yang aman dan
status kesehatan menghilang
nyaman. - Membantu
serta ancaman dengan kriteria
mengurangi
kematian hasil: - Komunikasi
kecemasan.
terapeutik dan
- Pasien
kontak sering dengan - Meningkatkan
mendemonstrasik
pasien. kepercayaan
an koping efektif
pasien.
dalam - Bantu
pengobatan. mengembang-kan - Meningkatkan
koping menghadapi kemampuan
- Pasien tampak
rasa takutnya. kontrol cemas.
rileks dan
melaporkan
cemas berkurang.

4.Ganguan body - Setelah dilakukan - Diskusikan dengan - Membantu


image tindakan pasien bagaimana mengidentifika
berhubungan keperawatan pengobatan si masalah
dengan diharapkan mempengaruhi untuk
perubahan gangguan body kehidupan pasien. menemukan
struktur tubuh image dapat - Jelaskan bahwa pemecahannya.
sekunder teratasi dengan tidak samping terjadi
- Membantu
terhadap kriteria hasil: pada pasien.
pasien untuk
kemoterapi
- Pasien mampu - Berikan dukungan menyiapkan
mengembangkan emosi. diri
mekanisme beradaptasi.
- Gunakan sentuhan
koping.
selama interaksi dan - Membantu
- Pasien mampu pertahankan kontak klien untuk
memahami mata. percaya diri.
tentang perubahan
- Meningkatkan
struktur tubuh.
kepercayaan
diri pasien.

5.Gangguan - Setelah dilakukan - Kaji kulit terhadap - Efek


integritas kulit tindakan efek samping terapi kemerahan
berhubungan keperawatan kanker, observasi dapat terjadi
dengan efek diharapkan adanya pada terapi
radiasi dan integritas kulit kerusakan/perlambat radiasi.
kemoterapi dapat terjaga an penyembuhan
-
dengan kriteria luka.
Mempertahank
hasil:
- Mandikan dengan an kebersihan
- Pasien air hangat dan sabun kulit tanpa
berpartisipasi ringan. mengiritasi
dalam mencegah kulit.
- Dorong pasien
komplikasi.
untuk menghindari - Membantu
- Tidak terjadi menggaruk kulit. menghindari
kerusakan kulit. trauma kulit.
- Ubah posisi tubuh
dengan sering. - Meningkatkan
sirkulasi dan
mencegah
tekanan pada
kulit.

DAFTAR PUSTAKA
Reefani, NK., 2014, Herbal Ajaib Tumpas Penyakit Wanita, Yogyakarta:
Imperium

Supriyanto, W., 2014, Kanker: Deteksi Dini, Pengobatan dan Penyembuhannya,


Yogyakarta: Parama Ilmu.

Tilong, AD.,2014, Waspada Penyakit – Penyakit Mematikan tanpa Gejala


Menyolok, Yogyakarta: Buku Biru.

Wiliams, L.& Wilknis, 2011, Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi


Keperawatan, edk, trans. Dwi Widiarti, Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai