2849 6238 1 SM PDF
2849 6238 1 SM PDF
Helmizar
Abstract
The fact maternal mortality rate increased progressively although the system has been
established of universal delivery coverage (Jampersal) policy, so that the purpose of this
study was analyze evaluation of the policy implementation of universal delivery coverage
(Jampersal) in health maternal pregnancy and implication supporting from government
and other stakeholders in city-district level. Evaluation analysis of the implementation of
Jampersal policy used prospective observational method and used qualitative and quantita-
tive analysis. The results of the analysis showed that some aspects of the policy include mak-
ing or policy-makers, policy implementers, policy environment, recipient policies, and the
impact of policies. The result of analysis can be concluded that the policy Jampersal not been
able to achieve the expected results in decrease mother mortality rate (MMR) and infant
mortality rate, even the current reality was showed the negative results from objectives to
be achieved. The needed for increased legal protection in the form of policy Jampersal such
as Presidential Instruction (INPRES) , so it will be binding on the relevant stakeholders in
districts and cities.
198
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205
199
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205
adalah sebuah kebijakan pemerintah, yaitu daerahnya, termasuk hal-hal yang secara teknis
Kementerian Kesehatan yang bertujuan untuk tercantum dalam PMK No 2562/Menkes/ Per/
kepentingan orang banyak (publik), seperti XII/201.
yang didefinisikan oleh banyak pakar kebija-
kan publik, khususnya kebijakan untuk menu- (2) Pelaksana Kebijakan Jampersal
runkan angka kematian ibu dan angka kema- Pelaksana kebijakan Jampersal adalah
tian anak. Unit-Unit Pelayanan kesehatan, mulai yang ter-
Menurut pakar Kebijakan Publik, penger- bawah (pelayanan kesehatan primer) Polindes,
tian kebijakan publik adalah “segala sesuatu Puskesmas, Rumah sakit pemerintah/swasta,
yang dikerjakan oleh pemerintah, mengapa Praktek dokter/bidan swasta dll (Poned dan
mereka melakukan agar hasilnya membuat se- :Ponek), seperti bidan/ perawat , dokter umum,
buah kehidupan yang lebih baik”. Sesuai dengan dokter spesialis kebidanan yang terikat kepada
pandangan pakar tersebut maka analisis kebija- aturan yang dibuat oleh Pemda kab-kota, seba-
kan publik, dalam hal ini Kebijakan Jampersal gai tindak lanjut dari kewenangan yang dimi-
dapat dilakukan melalui analisis beberapa as- likinya sesuai dengan UU No 32/2007 tentang
pek dari kebijakan itu, yaitu: 1) Pengambil atau Pemerintah daerah.
pembuat keputusan, 2) Pelaksana Kebijakan, 3)
Lingkungan kebijakan, 4) Penerima Kebijakan (3) Lingkungan Kebijakan Jampersal
, 5) Dampak Kebijakan terhadap isu strategis Lingkungan kebijakan adalah daerah
yang menyebabkan dibuatnya kebijakan terse- kabupaten-kota di seluruh Indonesia dengan
but (Elgar, 2005; Baggot, 2010) kewenangan yang telah dimiliki oleh pemerin-
Latar belakang dikeluarkannya Kebi- tah daerah kabupaten- kota sesuai dengan UU
jakan Jampersal seperti terlihat pada bagan No 32/2007 tentang Pemerintah daerah yang
gambar 1. Upaya untuk menurunkan angka harus tunduk kepada peraturan per- UU an
kematian ibu dan kematian bayi yang sangat yang berlaku atau diberlakukan sebagai tindak
tinggi itu dikeluarkan dalam bentuk Kebijakan lanjut dengan UU tersebut.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keseha- Berkaitan dengan UU No 32/2007 itu,
tan nomor 2562/ Menkes/Per/XII/2011 Ten- kabupaten-kota telah menyusun RPJMD, Ren-
tang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Ke- stra dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
bijakan Jampersal itu memberi jaminan pada (RKPD) tiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah
seluruh ibu hamil dengan pelayanan antenatal (SKPD), khususnya tentang kesehatan, seperti
care (ANC), partus dan post partus dengan gra- Perda berobat gratis untuk warga Kab-kota),
tis, termasuk pemakaian alat kontrasepsi pasca Perda tentang Pengelolaan Keuangan daerah,
partus. dll. Dengan demikian maka SKPD Kesehatan
seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
(1) Pembuat Kebijakan Jampersal dan Dinas Kesehatan Daerah dengan jajaran-
Pembuat Kebijakan adalah Menteri nya sampai ke Puskesmas dan Polindes , Prak-
Kesehatan dengan payung Hukum Peraturan tek Bidan dan Rumah Bersalin Swasta harus
Menteri Kesehatan (PMK) No 2562/Menkes/ tunduk kepada Perda-Perda yang ada di dae-
Per/XII/2011, yang isinya berupa petunjuk rah kerjanya, sehingga PMK No 2562 tentang
teknis bagi pelaksana kebijakan Jampersal di Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jampersal lebih
lapangan Pada hal dalam UU No 32/2004 ten- banyak diabaikan oleh para pelaksana pelayanan
tang pemerintah daerah, pada pasal 14 huruf kesehatan di lapangan
e, yang berbunyi “Urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah untuk ka- (4) Penerima Manfaat dari Kebijakan Jamper-
bupaten/kota merupakan urusan yang berskala sal (Kelompok sasaran)
kabupaten/kota meliputi (c) penanganan bi- Penerima manfaat dari kebijakan Jamper-
dang kesehatan . Pasal 22 huruf (c), tentang pe- sal adalah masyarakat banyak (publik), khu-
nyediaan fasilitas kesehatan. Dengan demikian susnya wanita hamil, yang sangat sedikit
maka pemerintah kabupaten-kota mempunyai sekali mendapat informasi, sosialisasi ataupun
kewenangan mengurus masalah kesehatan di penyuluhan (KIE) tentang tujuan dan substan-
200
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205
si Jampersal pada umumnya. Informasi yang banyaknya dukun tidak terlatih yang memberi-
sampai ke kelompok sasaran hanya tentang kan jasa pemeriksaan kehamilan dan pertolongan
ANC, Persalinan, Nifas dan pelayanan keseha- persalinan (Mariati U, 2011; Isti M, 2011; Um-
tan neonatal untuk masyarakat secara gratis. mul, 2011).
Masyarakat penerima adalah Penerima man-
faat atau sasaran kebijakan tidak paham ten- (5) Dampak Kebijakan Jampersal Terhadap
tang tujuan, substansi kebijakan dan dampaknya Kesehatan Ibu dan Anak
terhadap kesehatan mereka. Kebijakan Jampersal tidak memberikan
Hasil studi tentang pemasangan IUD efek atau dampak yang berarti terhadap kes-
(MKJP) yang dilakukan di RSUP M.Djamil Pa- ehatan ibu. Dari informasi yang didapat tern-
dang, sebagai satu-satunya RS Pemerintah yang yata berbagai dampak yang diharapkan tidak
menjalankan pemasangan alat kontrasepsi pas- muncul. Kebijakan Jampersal ternyata tidak
ca salin di Provinsi Sumatera Barat adalah 31.8 didukung secara utuh dan substansial oleh
% ibu telah mencabut IUD pasca salin kurang Pemda kab-kota dan unit-unit kerja dibawahn-
dari 3 bulan dan >60 % ibu telah mencabut ya. Situasi ini dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
IUD kurang dari 6 bulan, dan >80 % pencabu- Hasil studi di beberapa negara berkem-
tan IUD pasca Salin itu dilakukan di praktek bang termasuk Indonesia telah membuktikan
bidan swasta . bahwa hampir 35% kelahiran atau sekitar 200
Hasil studi determinan penyebab ke- juta kelahiran adalah merupakan Unmet need
matian ibu dan kematian bayi di Provinsi Su- KB atau terjadinya kelahiran yang disebabkan
matera Barat tahun 2007 juga menemukan tidak adanya alat kontrasepsi. Tingginya an-
besarnya kasus kematian ibu di rumah sakit gka Unmet need KB ini sebagian besar dialami
pemerintah yang disebebkan oleh beberapa oleh keluarga sangat miskin, memiliki tingkat
faktor yaitu jauhnya jarak antara rumah sakit pendidikan rendah, tinggal di daerah miskin
dengan tempat asal rujukan ibu, keterlambatan perkotaan dan dialami wanita dibawah usia 19
dukun atau petugas kesehatan merujuk, keter- tahun.
lambatan pengambilan keputusan oleh kelu- Kebijakan Jampersal sebenarnya meru-
arga, kelalaian ibu dalam memeriksa diri saat pakan sebuah upaya terobosan untuk meny-
hamil, faktor petugas rumah sakit (terutama iasati stagnasi dalam pencapaian tujuan pem-
rumahsakit umum daerah) yang belum memi- bangunan kesehatan, yang berkaitan dengan
liki science of crisis yang memadai serta masih Kesehatan Ibu Anak yang juga merupakan
201
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205
Tabel 2. Angka kematian neonatum, post-neonatum, bayi, anak dan balita untuk periode 10 ta-
hun menurut provinsi, Indonesia Tahun 2012
Aceh 28 18 47 6 52
Sumatera Utara 26 14 40 15 54
Sumatera Barat 17 10 27 7 34
Riau 15 9 24 4 28
Jambi 16 18 34 3 36
Sumatera Selatan 20 8 29 9 37
Bengkulu 21 8 29 7 35
Lampung 20 10 30 8 38
Bangka Belitung 20 7 27 6 32
Kepulauan Riau 21 13 35 8 42
Jawa
DKI Jakarta 15 7 22 10 31
Jawa Barat 17 13 30 9 38
Jawa Tengah 22 10 32 7 38
DI Yogyakarta 18 7 25 5 30
Jawa Timur 14 15 30 4 34
Banten 23 9 32 7 38
Bali & Nusa
Tenggara
Bali
18 11 29 4 33
NTB
33 24 57 18 75
NTT
26 19 45 14 58
202
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205
Lanjutan tabel 2.
Kalimantan
Kalimantan Barat
18 13 31 6 37
Kalimantan
Tengah 25 24 49 8 56
Kelimantan 30 14 44 13 57
Selatan
12 9 21 10 31
Kalimantan Timur
Sulawesi
Sulawesi Utara 23 9 33 4 37
Sulawesi Tengah 26 32 58 28 85
Sulawesi Selatan 13 12 25 13 37
Sulawesi Tenggara 25 20 45 10 55
Gorontalo 26 41 67 11 78
Sulawesi Barat 26 34 60 11 70
Maluku & Papua
Maluku 24 12 36 24 60
Maluku Utara 37 24 62 25 85
Papua 27 27 54 64 115
Jumlah 20 14 34 10 43
Sumber: Arah Kebijakan dan Strategis BKKBN Tahun 2013 ((BKKBN), 2012)
203
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205
204
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205
Propinsi Sumatera Barat. Padang: Laporan progress to MDG 5: health systems research.
Akhir Penelitian PSKG Unand & BKKBN Reprod Health, 10.1186, 1742-4755-9-27
Perwakilan Sumatera Barat DEPKES, R. 2006. Profil Kesehatan Indonesia Ta-
Asamoah, et.al. 2011. Distribution of Causes of Ma- hun 2004. In: KESEHATAN, K. (ed.)
teral Mortality Among Different Socio De- Elgar, E. 2005. Public Policy An Introduction to The
mographic Groups in Ghana, A Descriptive Theory and Practice of Policy Analysis. . USA:
Study. BMC Public Health, 11: 159 Northampton
Baggot, R. 2010. Public Health: . Policy And Politics. Isti M, M Azam, Dina N. 2011. Faktor Tindakan
London: Palgrave Macmilan Persalinan Operasi Sectio Caesarea. Jurnal
Baird J, M.S., Ruger Jp. 2011. Effects of the World Kemas 7(1): 14-21
Bank’s maternal and child health interven- Lang, J and Rothman KJ. 2011. Field Test Results of
tion on Indonesia’s poor: evaluating the the Motherhood Methodto Measure Mater-
safe motherhood project. Soc Sci Med, doi: nal Mortality. Indian J Med Res, 133: 64-69
10.1016/j.socscimed.2010.04.038, 1948-55 Lia,X, t.al. 2010. Trens in Maternal Mortality Due to
BAPPEDA, S. 2010.RPJMD Propinsi Sumatra Barat Obstetric Hemorrhage in Urban and Rural
Tahun 2011-2015. BAPPEDA Propinsi Suma- China, J. Perinat Med, 39: 35-41
tra Barat Mariati U, Agus Z., Sulin D, Amri Z, Arasy F, Hanum
BAPPENAS 2011. Report on The Achievement of DKK 2011. Studi Kematian Ibu dan Kema-
The Millennium Development Goals Indo- tian Bayi di Provinsi Sumatera Barat: Faktor
nesia, 2011. In: BAPPENAS (ed.). Jakarta Determinan dan Masalahnya. Kesmas, 5 (6)
Byrne A, M. A., Soto Ej, Dettrick Z. 2012. Context- Umnul M, Widya HC, Anik S. 2011. Faktor Ibu dan
specific, evidence-based planning for scale- Bayi yang Berhubungan Dengan Kejadian
up of family planning services to increase Kematian Perinatal. Jurnal Kemas, 7(1): 41-
50
205