Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan dambaan setiap keluarga.Baik itu laki-laki maupun

perempuan adalah anugrah dan titipan Tuhan.Tidak dipungkiri kasing sayang

dan dorongan orangtua dalam meningkatkan perkembangan anak sangat

dibutuhkan.Selain itu, setiap keluarga juga mengharapkan anaknya kelak

bertumbuh kembang secara optimal sehingga dapat dibanggakan, serta

berguna bagi nusa dan bangsa.Sebagai generasi penerus bangsa, anak harus

mendapatkan perhatian sejak mereka masih didalam kandungan sampai

mereka menjadi manusia dewasa. Dia mengalami perkembangan dalam

struktur fisik dan mental, jasmani, dan rohani sebagai ciri-ciri dalam

memasuki jenjang kedewasaan.

Dalam buku yang diulas oleh Soetjiningsih (2012: 2-3) tumbuh

kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak

konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai

dewasa inilah, anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang.

Tercapainya tumbuh kembang optimal tergantung pada potensi

biologik.Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil

interaksi antara faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikosial (biologis,

fisik dan psikososial). Proses yang unikdan hasil akhir yang berbeda-beda

memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.Tumbuh kembang merupakan


manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi,biokimia, dan fisilogi

yang terjadi sejak konsepsi maturitas/dewasa. Pertumbuhan (growth) adalah

perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya

jumlah,ukuran,dimensi pada tingkat sel,organ maupun individu. Sedangkan

perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kualitatif.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas.

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam sebuah keluarga,

terutama bagi anak-anak mereka.Sikap dan perilaku orang tua terhadap anak

sangat berpengaruh dalam perkembangan dan kondisi psikologis anak.Peran

orang tua dalam keluarga seperti mendidik, membimbing, mengasihi,

membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak sering mengalami

kendala.Sebagian orang tua yang baik harus mampu mendidik anak agar

mampu menjadi anak yang berguna dan berakhlak mulia.Dalam dimensi

hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat

adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara

satu dengan yang lainnya.(Afni, 2015: 2-3)

Menurut Anayanti, (2014: 2) Permasalahan yang dialami oleh anak

usia dini yang sering dijumpai adalah permasalahan pada perkembangannya,

dan apabila permasalahan tersebut tidak segera diatasi akan sangat berdampak

buruk bagi perkembangannya kelak. Berbagai faktor yang menyebabkan

permasalahan perkembangan anak tidak hanya menghambat perkembangan


emosi dan sosialnya, akan tetapi juga menghambat perkembangan fisik,

intelektual, kognitif dan bahasa.

Permasalahan yang dialami oleh anak harus diketahui sejak dini, jika

ada keterlambatan perkembangan seharusnya orangtua segera berkonsultasi

dengan tenaga kesehatan agar cepat diketahui berbagai faktor yang

menghambat pertumbuhannnya. Faktor lingkungan dan cara mengasuh sangat

mempengaruhi perkembangan anak.

Menurut Neneng Susanti (2014: 3) Masalah perkembangan anak yang

umumnya terlihat adalah anak yang belum bisa bicara sesuai dengan usianya,

anak yang tidak mau lepas dari ibunya, anak pemarah, dan anak yang hanya

fokus pada dirinya sendiri. Adapun masalah perkembangan tersebut

cenderung sangat terlihat, sehingga anak dengan masalah perkembangan

lainnya belum diketahui secara pasti.

Hasil perhitungan statistik dunia menyatakan sekitar 3 % anak dari

populasi mengalami retardasi mentalatau keterbelakangan mental( 7.5 Juta

orang) dengan definisi hanya menggunakan standar IQ. Yang lebih

mencengangkan kita lagi adalah fakta bahwa kira-kira setiap lima atau enam

menit, seorang anak terlahir dengan Retardasi Mental (9,000 per bulan).

Diantaranya 90% tergolong ringan, 6 % sedang, dan 5% tergolong Retardasi

Mental berat. (Anna,2012)

Menurut Ayu (2013: 3) Penelitian yang di lakukan di negara Jepang

menjelaskan bahwa masalah terbesar yang dihadapi anak adalah

keterlambatan dalam kemampuan berkomunikasi pada saat anak tersebut


berumur 3-4 tahun.(Tri, 2010) Penelitian yang dilakukan di Equador pada

anak 48-61 bulan tahun 2003-2004 tercatat 28,1% anak mengalami

keterlambatan motorik halus. Dan dari Jurnal Penelitian Indonesia yang

diambil dari dua rumah sakit di Jakarta menyebutkan bahwa 11,3% anak

mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus.

Keterlambatan perkembangan anak dalam kemampuan perkembangan

anak dalam kemampuan berkomunikasi bisa terjadi disebabkan oleh orangtua

ataupun cara mengasuh yang kurang tepat, orangtua atau pengasuh yang

pendiam cenderung menyebabkan anak kurang aktif dalam berbicara.

Hasil penelitian Tisnawati Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

sekitar 35,4% anak balita di Indonesia menderita penyimpangan

perkembangan seperti penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus,

serta penyimpangan mental emosional. Pada tahun 2008 berdasarkan

pemantauan status tumbuh kembang balita, prevalensi tumbuh kembang turun

menjadi 23,1%. Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami kemajuan

dalam program edukasi. (Tri, 2010: 3)

Sekitar 16% dari anak usia di bawah lima tahun (balita) di Indonesia

mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai

berat. Sekitar 5 – 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan

perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum

belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1 – 3% anak di

bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum yang

meliputi perkembangan motorik, bahasa, sosio–emosional, dan kognitif.


Keterlambatan dalam kecakapan motorik merupakan presentasi yang umum

dijumpai pada gangguan perkembangan. Menurut skrinning yang dilakukan

peneliti dengan menggunakan DDST di salah satu Rukun Warga di Kota

Surabaya Kecamatan Mulyorejo pada bulan April tahun 2014 didapatkan hasil

40% anak toddler usia 1 – 3 tahun pada ibu bekerja suspected atau dicurigai

adanya keterlambatan pada perkembangan motoriknya baik motorik kasar

maupun motorik halus. (Krinana,2015:67)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur tahun 2011

melakukan pemeriksaan terhadap 2.634 anak dari usia 0-72 bulan. Dari hasil

pemeriksaan untuk perkembangan ditemukan normal sesuai dengan usia 53%,

meragukan (membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%,

penyimpangan perkembangan sebanyak 34%. Dari penyimpangan

perkembangan, 10% terkena motorik kasar (seperti berjalan, duduk), 30%

motorik halus (seperti menulis, memegang), 44% bicara bahasa dan 16%

sosialisasi kemandirian. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa angka

meragukan dan penyimpangan perkembangan masih cukup besar di

Indonesia.Hal ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan orangtua

terhadap tahap-tahap perkembangan balita serta sikap dan keterampilan

orangtua yang masih kurang dalam hal pemantauan perkembangan balitanya

(Nadhiroh, 2012: 3).

Pengetahuan orangtua yang masih rendah merupakan salahsatu faktor

yang menyebabkan perkembangan anak terhambat.Hal ini dikarenakan pola


asuh orangtua yang belum tepat sehingga membutuhkan pengetahuan tentang

perkembangan anak.

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2010

menyebutkan bahwa di Kabupaten Kediri yang memiliki balita dan anak

prasekolah 125.728 hanya dilakukan deteksi dini pada 50.689 balita dan anak

prasekolah, hal ini menunjukkan bahwa belum dilakukan deteksi dengan tepat

sehingga tidak bisa diketahui jumlah anak dengan kelainan tumbuh kembang

yang sesungguhnya (Budiarti,Temu, Wahjurini, P.H, dan Suryawati, Fifi,

2011: 160).

Gangguan pertumbuhan dinegara maju lebih sering disebabkan oleh

faktor genetik ini, misalnya kelainan bawaan yang disebabkan oleh kelainan

kromosom seperti sindrom Down, sindrom Turner, dan sebagainya.

Sementara itu, di Negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan

selain disebabkan oleh faktor genetic, juga disebabkan oleh faktor lingkungan

yang kurangkondusif untuk tumbuh kembang anak, seperti penyakit infeksi,

kurang gizi, penelntaran anakdan sebagainya, yang juga berdampak terhadap

tingginyaangka kematian bayi dan anak. (Ranuh,2013:62)

Berdasarkan buku yang diulas oleh Syamsu Yusuf LN (2012)Dalam

upaya mendidik atau membimbing anak/remaja, agar mereka dapat

mengembangkan potensi dirinya seoptimal mugkin, maka bagi para pendidik,

orangtua, atau siapa saja yang berkepentingan dalam pendidikan anak, perlu

dianjurkan untuk memahami perkembangan anak. Pemahaman itu penting,

karena beberapa alasan berikut: Masa anak merupakan periode perkembangan


yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan,

pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

perkembangan berikutnya, pengetahuan tentang perkembangn anak dapat

membantu mereka mengembangkan diri, dan memecahkan masalah yang

dihadapinya, melalui pemahaman tentang factor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak, dapat diantisipasi tentang berbagai uaya untuk

memfasilitasi perkembangan tersebut, baik dilingkungan keluarga, sekolah

maupun masyarakat. Disamping itu, dapat diatasi juga tentang upaya untuk

mencegah berbagai kedala atau factor-faktor yang mungkin akan

mengkontaminasi (meracuni) perkembangan anak.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 26 April

2017 yang dilakukan pada 10 ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun dengan

memberikan pertayaan mengenai perkembangan anak di Posyandu Rose, Desa

Ngablak, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri terdapat 7 (70%)

mengalami keterlambatan perkembangan dan ibu belum mengerti terhadap

perkembangan anak usia 1-3 tahun dan 3 (30%) ibu mengerti tentang

perkembangan anak usia 1-3 tahun dan anak tidak mengalami keterlambatan

perkembangan.

Maka solusi yang akan diberikan yaitu, memberikan pengetahuan

tentang perkembangan anak usia 1-3 tahun, memberi pengarahan dan selalu

mengingatkan kepada ibu untuk selalu mengikuti informasi tentang

perkembangan anak usia 0-3 tahun, melalui media-media informasi.


Dari latar belakang di atas peneliti tertarik mengambil judul

“Perbedaan Pengetahuan Orangtua terhadap Perkembangan Anak Sebelum

dan Sesudah dilakukan Penyuluhan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan penelitian tersebut

adalah:

1. “Adakah Perbedaan Pengetahuan Orangtua terhadap Perkembangan Anak

Sebelum dilakukan Penyuluhan?”

2. “Adakah Perbedaan Pengetahuan Orangtua terhadap Perkembangan Anak

Sesudah dilakukan Penyuluhan?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pengetahuan orangtua terhadap perkembangan

anak sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan orangtua terhadap perkembangan anak

sebelum dilakukan penyuluhan

b. Mengidentifikasi pengetahuan orangtua terhadap perkembangan anak

sesudah dilakukan penyuluhan


c. Menganalisis perbedaan pengetahuan orangtua dengan perkembangan

anak.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk pengembangan pengetahuan serta dapat

dijadikan masukan dalam meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan

anak agar orangtua lebih paham dalam perkembangan anaknya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Fasilitas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

fasilitas kesehatan untuk memberikan pengetahuan tentang perkembangan

anak terhadap orangtua

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai sumbangan aplikatif bagi tenaga kesehatan terutama bidan agar

lebih meningkatkan perhatian dalam memberikan informasi mengenai

perkembangan anak

c. Bagi Responden

Manfaat bagi responen adalah untuk membuka wawasan tentang

pengetahuan perkembangan anak

d. Bagi Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan anak


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek. Penginderaan

terjadi melalui panca indera yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman rasa

dan raba. Namun sebagian besar pengetahuan seseorang didapat melalui

panca indera mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. (Wawan A, &

Dewi M, 2011: 11)

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan manusia

terhadap sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup sehingga

kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang sebagai upaya

untuk memenuhi kebutuhan manusia baik di maa sekarang maupun dimasa

depan. Pengetahuan hanya sekedar menjawab what, misalnya apa alam, apa

manusia, apa air, dan lainnya. (Ariani, Ayu P, 2014: 17)

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan

hal mata pelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam,
seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta

keadaan sosial budaya. (Budiman, & Agus, 2013: 3)

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup.Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari

media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan

sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari

obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap

obyek tersebut.
b. Informasi / Media Massa

Informasi adalah "that of which one is apprised or told: intelligence,

news"( Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa

informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah

informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU

teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-

undang teknologi informasi).

Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya

informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan

pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui

komunikasi.Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program

komputer, dan basis data.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas


yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir

tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan selama hidup :

Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan

semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena

mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ

akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa

kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat

sejalan dengan bertambahnya usia.(Budiman, & Agus, 2013: 4-7)


3. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

Menurut Titik L (2015: 6-7) cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai

berikut :

1). Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban.Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

2). Cara kekuasaan (Otoriter)

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik

formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip

orang lain yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3). Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.


4) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

metodologi penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita dengan penelitian ilmiah.

4. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam buku yang diulas oleh Ariani (2014: 28),

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interprestasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif yaitu:

Tingkat pengetahuan kategori baik, jika nilainya 76-100%

Tingkat pengetahuan kategori baik, jika nilainya 56-75%

Tingkat pengetahuan kategori baik, jika nilainya < 56%

B. KONSEP ORANG TUA

1. Definisi Orang Tua

Orang tau adalah ayah dan atau/ibu seorang anak baik melalui hubungan

biologis maupun sosial umpanya, orang tau memiliki peran yang sangat

penting dalam membesarkan anak dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan


untuk perempuan/pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dan seorang

yang mengisi peran ini (Wikipedia, 2017).

Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang

bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang

dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu. Jika menurut

Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke

dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi

dan mempersiapkan anak meuju ke dewasaan dengan memberikan

bimbingan dan pengarahan yang dapat mwmbantu anak dalam menjalani

kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan

berbeda pada masing-masing orang tua karena setiap keluarga memiliki

kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga satu

dengan yang lain. (Wikipedia, 2017)

2. Peran Orang Tua

Orang tua hendaknya berusaha, agar apa yang merupakan kewajiban anak

dan tuntutan sebagai orang tua mereka kenal dan laksanakan, sesuai dengan

kemajuan anak dan kemampuan orang tua (Hamadi, 2012: 135).

Peran Orang tua:

a) Untuk pencapaian emosi-sosial

b) Prestasi belajar

c) Children Learn What the Live


(Ahmadi A, 2014:135)

d) Melengkapi dan mempersiapkan anak menuju kedewasaan

e) Memberikan bimbingan pengarahan

(Wikipedia, 2017)

C. Konsep Perkembangan Anak

Menurut Danim (2011: 10) Pertumbuhan dan perkembangan manusia

dipengaruhi oleh pengaruh genetik dan lingkungan. Agaknya memang perlu

menguji dampak positif dan negatif dari faktor-faktor berikut ini bagi

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik pada umumnya.Pertama, faktor

warisan genetik dan bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi dengan

lingkungan pengaruh.Kedua, faktor sosial-ekonomi, termasuk pengaruh

pendapatan, perumahan, gizi, pendidikan dan akses ke layanan

kesehatan.Ketiga, faktor pengaruh lingkungan global dan lokal, misalnya

dampak pencemaran sehingga mengganggu kesehatan.Latihan pun dapat

meningkatkan pertumbuhan dalam kelompok-kelompok otot tetapi kecil

kemungkinan mempengaruhi ekstensi struktur tulang.Anak-anak yang tidak

dapat aktif dapat memperlambat pertumbuhannya, karena memang mereka

sanagat berpotensi menderita penyakit infeksi, penyakit menular, dan pada

gilirannya menganggu pertumbuhan.Stres dan gangguan emosional juga dapat

mengganggu pertumbuhan itu.


1. Pengertian Perkembangan Anak

Perkembangan adalah bertambahnya bertambahnya kemampuan (skill)

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas.

(Soetjiningsih, 2013: 3)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih komples dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa

serta sosialisasi dan kemandirian. (Depkes RI, 2011: 4)

Menurut Samsuwiyati (2013: 4) Perkembangan tidak terbatas pada

pengertian perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang

semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian

perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari

fungsi-fungsi jasmaniah dan ruhaniah yang dimiliki individu menuju ke

tahap pematangan, dan belajar.

2. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut Hurlock EB, tumbuh kembang anak mempunyai ciri-ciri

tertentu, yaitu:

1) Perkembangan melibatkan perubahan (Develoment involves

changes);

2) Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya


(Early development is more critical than later development);

3) Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar

(development is the product of maturation and learning).

4) Pola perkembangan dapat diramalkan (The developmental pattern is

predictable);

5) Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan

(The developmental pattern has predictable characteristics).

6) Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan (There are

individual differences in development);

7) Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan (There are

periods in the development pattern);

8) Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan (There

are social expectation for every developmental period);

9) Setiap area perkembangan mempunyai potensi risiko (Every area of

development has potensial hazards). (Soetjiningsih, 2013: 4)

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling

berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan menimbulkan perubahan.

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya

perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.


2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan

sebelum ia melewati tahap sebelumnya. Setbagai contoh, seorang anak

tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak

akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain

yangterkait fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan

awal ini merupakan masa kritis karena merupakan masa kritis karena

akan menentukan perkembangan selanjutnya.

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-

beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi

organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun

demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan

lain-lain.Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi

badannya serta bertambah kepandaiannya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hokum yang

tetap yaitu:

a. Perkembangn terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian


menuju kearah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).

b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak

kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan.Tahap-tahp tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya

anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum berjalan dan

sebagainya. (Depkes RI, 2011: 4-5)

3. Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang

Menurut Soetjiningsih (2013:14), kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan

menjadi 3, yaitu:

1) Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

Yang termasuk kebutuhan asuh adalah:

a) Pangan/gizi

b) Papan/pemukiman yang layak

c) Kebersihan perorangan

d) Sanitasi lingkungan

e) Sandang/pakaian yang layak

f) Kesegaran jasmani (olahraga dan jasmani)

g) Rekreasi

2) Asih (Kebutuhan emosi/Kasih sayang)


a) Kasih sayang orang tua

b) Rasa aman

c) Harga diri

d) Dukungan/dorongan

e) Mandiri

f) Rasa memiliki

g) Kebutuhan akan sukses, mendapat kesempatan, dan pengalaman

3) Asah (Kebutuhan Stimulasi)

Stimulasi merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidikan dan

pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini merangsang

perkembangan mental psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,

kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak, yaitu:

1) Faktor Genetik

Faktor Genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama

dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Memulai

instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah

dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan.Pertubuhan ditandai oleh intensitas dan kecepatan

pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur,

pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor


genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan

patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi generic

yang baik, bila berinteraksi dengan lingkungan yang positif, akan

membuahkan hasil akhir yang optimal

2) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai

tidaknya potensi genetik. Lingkungan yang baik akan memungkinkan

tercapainya potensi genetik, sedangkan yang tidak baik akan

menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan

biofisikopsikososial yang mempengaruhi individu setiap hari, memulai

dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:

a. Faktor lingkungan prenatal

b. Faktor lingkungan perinatal

c. Faktor lingkungan pascanatal (Soetjiningsih, 2013: 61-62)

5. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur

Umur 0-3 bulan

 Mengangkat kepala setinggi 450.

 Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.

 Melihat dan menatap wajah anda.

 Mengoceh spontan atau bereaksi .mengoceh.


 Suka tertawa keras.

 Bereaksi terkejut terhadap suara keras.

 Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.

 Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,kontak.

Umur 3-6 bulan

 Berbalik dari telungkup ke telentang.

 Mengangkat kepala setinggi 900.

 Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.

 Menggenggam pensil.

 Meraih benda yang dalam jangkauannya.

 Memegang tangannya sendiri.

 Berusaha memperluas pandangan.

 Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.

 Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.

 Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain

sendiri.

Umur 6-9 bulan

 Duduk (sikap tripoid-sendiri).

 Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.

 Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.

 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.


 Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat

yang bersamaan.

 Memungut benda besar kacang dengan cara menelungkup.

 Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata.

 Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.

 Bermain tepuk tangan/ciluk ba.

 Bergembira dengan melempar benda.

 Makan kue sendiri.

Umur 9-12 bulan

 Mengangkat kepala ke posisi berdiri.

 Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.

 Dapat berjalan dengan dituntun.

 Mengulurkan tangan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.

 Menggenggam erat pensil.

 Memasukkan benda ke mulut.

 Mengulang menirukan bunyi yang didengar.

 Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.

 Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.

 Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.

 Senang diajak bermain “CILUK BA”.

 Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.


Umur 12-18 bulan

 Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

 Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.

 Berjalan mundur 5 langkah.

 Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata

“mama”.

 Menumpuk 2 kubus.

 Memasukkan kubus di kotak.

 Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa

mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.

 Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing.

Umur 18-24 bulan

 Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.

 Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

 Bertepuk tangan, melambai-lambai.

 Menumpuk 4 buah kubus.

 Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

 Menggelindingkan bola kerah sasaran.

 Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.

 Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.

 Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri.


Umur 24-36 bulan

 Jalan naik tangga sendiri.

 Dapat bermain dan menendang bola kecil.

 Mencoret-coret pensil pada kertas.

 Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.

 Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.

 Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda

atau lebih.

 Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu

mengangkat piring jika diminta.

 Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.

 Melepas pakainnya sendiri. (Depkes RI, 2011: 10-11)

6. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

1. Pengertian Deteksi Dini Tumbuh Kembang adalah kegiatan

pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya pentimpangan

tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. (Depkes RI,

2011: 40)

2. 3 Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak:

1) Deteksi dini penyimpangan pertmbuhan, yaitu untuk

mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan

mikro/makrosefal.
2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk

mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan),

gangguan daya lihat, gangguan gaya dengar.

3) Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk

mengetahui adanya masalah mental emosional, autism dan

gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivif.

E. Konsep Penyuluhan

1. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yang merupakan

bagian terpadu dari bimbingan. Konseling menjadi strategi utama dalam

proses bimbingan dan merupakan teknik standart serta tugas pokok seorang

konselor di pusat pendidikan. Penyuluhan diartikan sebagai hubungan timbal

balik antara dua orang individu (penyuluhan dan klien) untuk mencapai

pengertian tentang diri sendiri dalam hubungan dengan maslah-masalah

yang dihadapi pada waktu yang akan datang. Penyuluhan juga merupakan

upaya bantuan yang diberikan pada konseling (peserta didik) agar mereka

memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan

olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang

(Maulana, 2012:137).

2. Tujuan Penyuluhan
Tujuan penyuluhan kesehatan adalah

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan

sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal.

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental

dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah

perilaku perorangan dan masyarakat dalam bidang kesehatan.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyuluhan

Faktor-faktor Yang diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan

penyuluhan kesehatan :

a. Informasi

Informasi didefinisikan suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

memanipulasi, pengumumkan, menganalisis dan menyebarkan

informasi dengan tujuan tertentu (Budiman & Agus, 2014:4).

b. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi pendidikanya, semakin mudah seseorang menerima informasi

yang didapatnya.

c. Tingkat sosial ekonomi


Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang makan semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.

d. Adat istiadat

Pengaruh adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal

yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat

menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

e. Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih mementingkan informasi yang disampaikan oleh

orang – orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul

kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi.

f. Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam

penyuluhan

(Mubarak, 2014:69).

4. Langkah – langkah perencanaan penyuluhan

a. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data atau

keterangan lain yang diperlakukan untuk kepentingan perencanaan.

b. Menentukan prioritas

Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang

ditentukan oleh program yang ditunjang. Penentuan prioritas didasarkan

pada beratnya dampak dari masalah tersebut sehingga perlu di


prioritaskan penanggulangannya, pertimbangan politis, dan sumber daya

yang ada.

c. Menentukan tujuan penyuluhan

Tujuan harus jelas, realistis (bisa dicapai) dan dapat diukur. Jika

program sekarang yang akan di kembangkan segi penyuluhannya

sedang berjalan beberapa lama, perlu diperhatikan seberapa jauh

peyuluhan waktu itu, dan bagaimana hasil penyuluhan waktu itu.

d. Menetukan sasaran penyuluhan

Sasaran penyuluhan adalah individu atau kelompok yang akan diberi

penyuluhan.

e. Menetukan isi penyuluhan

Isi penyuluhan harus dituangkan ke dalam bahasa yang mudah dipahami

oleh sasaran, dapat dilaksanakan oleh sasaran yang mereka miliki, atau

terjangkau oleh sasaran dalam menyusun isi penyuluhan harus

dikemukakan keuntungan jika sasaran melaksanakan apa yang

dianjurkan oleh penyuluhan tersebut dan perlu dipahami dasar – dasar

komunikasi.

f. Menetukan metode penyuluhan yang akan digunakan

Di tahap ini, tentukan cara penyampaian pesan 0 pesan tersebut kepada

sasaran agar tujuan tercapainya metode atau cara bergantung pada aspek

atau tujuan yang akan dicapai.

g. Memilih alat peraga atau media penyuluhan


Setelah menentukan metode, selanjutnya tentukan media apa yang akan

digunakan untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya poster, leaflet,

atau media lain.

h. Menyusun rencana penilaian (evaluasi)

1) Pastikan dalam tujuan yang telah dijabarkan sudah secara khusus

dan jelas mencantumkan waktu evaluasi, tempat pelaksanaan

evaluasi, dan kelompok sasaran yang akan dievaluasi.

2) Apa jenis indikator atau kriteria yang akan dipakai dalam penilaian.

3) Perlu dilihat kembali, apakah tujuan penyuluhan sudah berjalan

dengan tujuan program.

4) Kegiatan – kegiatan penyuluhan apa yang akan dievaluasi.

5) Metode dan instrumen apa yang akan digunakan untuk evaluasi

tersebut.

6) Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.

7) Sarana – sarana apa (alat, biaya, tenaga, dan lain-lain) yang

diperlukan untuk evaluasi dan tempat sasaran tersebut diperoleh.

8) Apakah terdapat fasilitas atau kesempatan untuk mempersiapkan

tenaga – tenaga yang akan melaksanakan evaluasi tersebut

9) Bagaimana rencana untuk memberikan umpan baik evaluasi ini

kepada para pimpinan program.


i. Menyusun rencana pelaksanaan

Setelah menetapkan pokok – pokok kegiatan penyuluhan termasuk

waktu, tempat, pelaksanaan, buat jadwal pelaksanaan yang dicantumkan

oleh suatu daftar (Maulana, 2012:139).


F. Kerangka konsep

Kerangka Konsep merupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan

secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. (Az.Aziz

Alimul Hidayat, 2014: 41)

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan:

1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Lingkungan
5. Sosial budaya

Ibu yang Pengetahuan Penyuluhan Pengetahuan


mempunyai sebelum Perkembangan sebelum
anak usia 0-3 penyuluhan anak usia 0-3 penyuluhan
tahun tentang tahun: tentang
perkembangan perkembangan
anak usia 0-3 1.Pengertian anak usia 0-3
perkembangan
tahun tahun
anak

2.Kebutuhan dasar
tumbuh kembang Kategori
Kategori Pengetahuan:
Pengetahuan:
1. Baik : 76%-100% 3.Faktor-faktor
yang 1. Baik :
2. Cukup : 56%-75%
mempengaruhi 76%-100%
3. Kurang : <56%
perkembangan 2. Cukup :
Ariani (2014: 28)
56%-75%
4.Tahapan 3. Kurang :
perkembangan <56%
anak
Ariani (2014:28)
Keterangan:

: Diteliti : Berpengaruh

: Tidak diteliti : Berhubungan

Gambar II.1: Kerangka konseptual penelitian perbedaan pengetahuan

orangtua terhadap perkembangan anak usia 0-3 tahun sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan

G. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat

diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah

dikumpulkan dalam penelitian. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2010: 42)

Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih dibuktikan kebenaranya

melalui analisis terhadap bukti – bukti empiris, setelah melakukan pembuktian

dari hasil penelitian, maka hypotesis ini benar atau salah, dapat di terima atau

ditolak (Setiadi, 2013:56).

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah

melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau
salah, dapat diterima atau ditolak. Bila diterima atau terbukti maka hipotesis

tersebut menjai tesis (Soekidjo, 2012:105).

Hipotesis Alternatif (Ha): “Ada perbedaan atara pengetahuan orangtua

terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan”


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian atau desain penelitian merupakan rencana penelitian

yang disusun sedemikian rupa. Sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban

terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau

macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian serta berperan

sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013:63)

Rancangan penelitian ini, peneliti mengguanakan rancangan pre-

eksperimental yang jenis rancanganya pre-posttes dalam satu kelompok (one-

Group pre-posttest design). Rancangan pre-post test salam satu kelompok (one-

Group pre-posttest design) yaitu mengungkapkan hubungan sebab akhibat

dengan cara melibatkan satu kelompok subjek (Nursalam, 2016:165)

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui adanya perbedaan pengetahuan

orangtua terhadap perkembangan anak usia 0-3 tahun sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan. Pertama peneliti mengumpulkan ibu yang mempunyai

anak usia 0-3 tahun di Posyandu Desa Ngablak, Kecamatan Banyakan,

Kabupaten Kediri. Kemudian peneliti membagikan kuesioner untuk mengukur

pengetahuan orangtuaterhadap perkembangan anak usi 0-3 tahun setelah itu

peneliti memberikan perlakuan/intervensi berupa penyuluhan tentang

perkembangan anak usia 0-3 tahun. Kemudian peneliti membagikan kuesioner

yang sama untuk mengukur kembali pengetahuan orangtua terhadap


perkembangan anak usia 0-3 tahun. Setelah kuesioner dikumpulkan dan diolah

dari kedua dibandingkan yaitu hasil kuesioner sebelum dilakukan penyuluhan

ada atau tidak perbedaan pengetahuan orangtua yang sudah diberikan penyuluhan

Penjelasan tersebut dapat dilihat dengan gambaran sebagai berikut :

Pola = O1 X O2

Keterangan :

O1 : Pengukuran pengetahuan orangtua terhadap perkembangan anak usia 0-3

tahun

X : Perlakuan berupa penyuluhan tentang perkembangan anak usia 0-3 ahun

O2 : Pengukuran pengetahuan orangtua terhadap perkembangan anak usia0-3

tahun sesudah diberikan perlakuan berupa penyuluhan.

B. Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagan rancangan kegiatan penelitian yang akan

dilakukan. Kerangka kerja meliput populasi, sampel, teknik sampling penelitian,

teknik pengumpulan data dan analisis data (Nursalam, 2016:55).

Kerangka kerja adalah model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana

seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa

faktor yang dianggap penting untuk maslah (Hidayat, 2009:37).


Populasi

Semua ibu yang mempunyai anak usia 0-3 tahun yang rutin membawa anaknya
ke posyandu Desa Ngablak Kecamatan Ngablak Kabupaten Kediri sejumlah 35
orang

Teknik sampling Total


Sampling

Sampel

Semua ibu yang mempunyai anak usia 0-3 tahun yang rutin mrmbawa anaknya ke
posyandu Desa Ngablak Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri sejumlah 35 orang

Variabel independen Variabel dependen

Penyuluhan tentang perkembangan Pengetahuan ibu sebelum dan sesudah


anak usia 0-3 tahun dilakukan penyuluhan tentang perkembangan
anak usia 0-3 tahun

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

Pengetahuan ibu tentang Pengetahuan ibu


perkembangan anak ussia 0-3 tentang
tahun sebelum dilakukan Penyuluhan
perkembangan
penyuluhan anak usia 0-3
tahun setelah
dilakukan
penyuluhan
Pengolahan Data

Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisis Data

Wilcoxon Match Pairs Test

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar III.I Kerangka Kerja Perbedaan Pengetahuan Orangtua Terhadap

Perkembangan Anak Usia 0-3 Tahun.


C. Populasi, sampel, dan tehnik pengambilan sampling

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan leh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya

(Setiadi, 2013:101).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua orangtua yang mempunyai

anak usia 0-3 tahun di Posyandu Desa Ngablak Kecamatan Banyakan

Kabupaen Kediri dan populasinya sebanyak 35 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain,sampel adalah elemen – elemen

populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (setiadi,

2013:104).

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak

usai 0-3 tahun di Desa Ngblak Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri

sejumlah 35 orang.

3. Teknik pengambilan sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi untuk menjadi

sampel dari populasi dan mewakili populasinya. Teknik sampling

merupakan cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar

memperoleh sampel yang benar benar sesuai dengan keseluruhan subjek

penelitian (Nursalam, 2016:173)


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampling jenuh. Yaitu tehnik

penentuan sampel bila semua anggota populasi di gunakan sebagian sampel.

Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi

dijadikan sampel (A. Aziz Alimatul Hidayat, 2014:76).

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu

kelompok yang berada dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain

mengatkan bahwa variabel adalah sesuatu yang diguanakan sebagai ciri, sifat,

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan (Notoatmodjo, 2012:103).

1. Klasifikasi variabel :

Penelitian ini mengguanakan 2 variabel yaitu :

a. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam,

2016:177).

Dalam penelitan ini variabel Independen (variabel bebas) adalah

penyuluhan perkembangan anak usia 0-3 tahun


b. Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel Dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nurslam, 2016:178).

Dalam penelitian ini Variabel Dependen (variabel terikat) adalah

pengetahuan ibu tentang perkembangan anak usia 0-3 tahun.

2. Definisi Opersional

Definisi operasional merupkan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Pada definisi

operasonal akan dijelaskan secara padat mengenai unsur penelitian yang

meliputi bagaimana caranya menentukan variabrl dan mengukur suatu

variabel (Setiaji, 2013:122).

Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel

atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data

(responden) yang satu dengan responden yang lain. Disamping itu variabel

harus didefinisi operasionalkan juga perlu dijelaskan cara atau metode

pengukuran, hasil ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran yang

digunakan (Notoatmodjo, 2012:111).


Tabel III.1 Definisi Operasional Perbedaan Pengetahuan Orangtua Terhadap
Perkembangan Anak Usia 0-3 Tahun di Posyandu Desa Ngablak
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri
Variabel Definisi
No Parameter Alat Skala Skor
Penelitian Operasional
1. Variabel Memberika SAP 1.
independen: n meliputi Leaflet
penyuluhan penyuluhan 1. Pengertian 2. SAP
tentang pada perkemban
perkembanga orangrtua gan anak
n anak usia0- yang 2. Kebutuhan
3 tahun mempunyai dasar
anak usia 0- tumbuh
3 tahun di kembang
Posyandu 3. Faktor-
Desa faktor yang
Ngablak mempengar
Kecamatan uhi
Banyakan perkemban
Kabupaten gan
Kediri
2. Variabel Segala Responden K O Pernyataan
dependent: sesuatu dapat U R positif jika
pengetahuan yang menjawab E D jawaban :
orangtua diketahui dengan benar S I Benar : 1
tntang dan kuesioner I N Salah : 0
perkembanga dimengerti tentang O A Pernyataan
n anak usia oleh kanker N L negatif jika
0-3 tahun orangtua Payudara E jawaban :
sebelum dan tentang meliputi: R Benar : 0
sesudah perkembang SAP Salah : 1
dilakukan an anak usia meliputi
penyuluhan 0-3 tahun 1. Pengertian Kriteria
sebelum perkemban pengetahua
dan sesudah gan anak n:
dilakukan 2. Kebutuhan Baik :76-
penyuluhan dasar 100%
di Posyandu tumbuh Cukup:56-
Kecamatan kembang 75%
Ngablak 3. Faktor- Kurang:
Kabupaten faktor <56%
Kediri yang Ariani
mempenga (2014:28)
ruhi
Variabel Definisi
No Parameter Alat Skala Skor
Penelitian Operasional
perkemban
gan
4. Tahapan
erkembang
an

E. Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar

pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan

dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatdmojo, 2012:87). Dalam

penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data dengan kuesioner.

Kuesioner adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir (Setiadi,

2013:125).

Dalam penelitian ini, peneliti mengguanakan kuesioner tertutup.

Kuesioner tertutup atau berstruktur adalah diamana angket tersebut dibuat

sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab

pada jawaban yang sudah ada (Hidayat, 2009:86).

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh

peneliti, meliputi pertanyaan tentang data umum dan data khusus. Data

umum diantaranya umur, pendidikan, pekerjaan, pernah atau tidak mendapat

informasi dan dimana memperoleh informasi. Data khusus berupa


pernyataan seputar pokok bahasan meliputi pengertian perkembangan anak,

kebutuhan dasar tumbuh kembang, faktor-faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang, tahapan perkembangan menurut umur.

Proses pembuatan kuesioner itu sendiri adalah peneliti membuat kisi-kisi

pernyataan sesuai dengan konsep dan hal-hal yang akan dikaji, serta

menentukan skor masing-masing pertanyaan. Adapun jumlah pertanyaan

dalam kuesioner tersebut adalah 20 pertanyaanyang terdiri dari 4 pokok

bahasan meliputi pengertian perkembangan anak, kebutuhan dasar tumbuh

kembang, faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, tahapan

perkembangan menurut umur. Adapun kuesioner sebelum penyuluhan yaitu

sebanyak 20 pertanyaan yang tersedia jawaban benar atau salah, sedangkan

kuesioner sesudah penyuluhan sebanyak 20 pertanyaan dengan soal yang

sama.

Kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti kemudian dikonsulkan kepada

pembimbing dan sudah dilakukan uji validitas di RT 05 RW 04 Kelurahan

Bujel Kecamatan Mojoroto Kota Kediri kepada 20 responden. Proses uji

validitas menggunakan rumus Product Moment dinyatakan valid dan uji

reliabilitas dengan rumus Cronbach’s Alpha dinyatakan reliabel, Responden

diberikan penjelasan tentang teknik pengisian kuesioner sesuai dengan

petunjuk dan responden diberikan kesempatan untuk bertanya kepada

peneliti mengenai hal-hal yang belum dimengerti kemudian peneliti

membagikan kuesioner kepada responden.


2. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Posyandu Desa Ngablak kecamatan

Banyakan Kabupaten Kediri

b. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 09 Juni 2017 sampai dengan 15

Juni 2017.

F. Prosedur Pengambilan Data

Pengumpulan data suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan data karakteristik subjek yang diperlukan salam suatu penelitian

(Nursalam, 2016:191).

1. Studi Pendahuluan

a. Mengurus surat ijin studi pendahuluan dari Institusi Akademi

Kebidanan Dharma Husada Kediri dengan menyerahlan proposal.

b. Menyerahkan surat ijin studi pendahuluan dari institusi ke lahan yang

digunakan untuk studi pendahuluan

c. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara pada 10

responden, pada tanggal 8 Mei 2017 di Posyandu Rose Desa Ngablak

Kecamatan Ngablak Kabupaten Kediri

2. Penelitian

a. Mengurus surat ijin penelitian dari institusi Akbid Dharma Husada

Kediri dengan menyerahkan hasil akhir usulan penelitian


b. Menyerahkan surat ijin penelitian dari institusi ke dinas kesehatan

Kabupaten Kediri dan puskesmas Tiron dengan menyerahkan hasil akhir

usulan penelitian

c. Dari dinas kesehatan Kabuapaten Kediri dan puskesmas menyerahkan

surat ijin ke lahan penelitian

d. Mengikuti Posyandu di Desa Ngablak Kecamatan Banyakan kabupaten

Kediri, dan mengumpulkan orangtua yang mempunyai anak usia 0-3

tahun di Posyandu di Desa Ngablak Kecamatan Banyakan kabupaten

Kediri

Pengambilan data saat penelitian dilakukan pada tanggal 09 Mei 2017

dengan menyebarkan kuesioner sebelum penyuluhan, setelah selesai

mengisi data kuesioner kemudian peneliti memberikan penyuluhan

tentang perkembangan anak. Sesudah penyuluhan responden diberikan

kuesioner yang sama dengan kuesioner sebelum penyuluhan dan

diminta untuk mengisi kembali. Selanjutnya dikumpulkan pada peneliti

e. Melakukan kunjungan rumah pada responden yang tidak hadir dalam

penyuluhan , kemudian peneliti melakukan penyuluhan ulang sebanyak

2 kali, selanjutnya data dikumpulkan dan ditabulasi.

G. Analisis Data

1. Pengolahan data

Sebelum dianalisis data yang terumpul di olah terlebih dahulu secara manual

dengan langkah-langkah berikut:


a. Editing (penyunting data)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2014:114).

Pada penelitian ini, peneliti, hasil pre-post yang diperoleh

dikumpulkan semua. Agar hasil yang didapat peneliti baik dan valid,

proses yang dilakukan setelah pengumpulan adalah pengecekan

kelengkapan data yang diisi oleh responden. Apabila terdapat jawaban

yang terlewati maka kuesioner akan diulangi

b. Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer (Hidayat,

2014:114).

Kuesioner yang telah terkumpul diberi tanda atau kode sebagai

berikut :

1) Responden pertama diberi kode 1, responden kedua diberi kode 2

dan seterusnya sampai responden terakhir

2) Umur responden

a) Kode 1 : < 25 tahun

b) Kode 2 : 25-35 tahun

c) Kode 3 : 36-45 tahun

d) Kose 4 : >45 tahun


3) Pendidikan ibu

a) Kode 1 : Tidak sekolah

b) Kode 2 : SD

c) Kode 3 : SMP

d) Kode 4 : SMA

e) Kode 5 : Akademi / PT

4) Pekerjaan responden

a) Kode 1 : PNS

b) Kode 2 : Petani

c) Kode 3 : Wiraswasta

d) Kode 4 : Ibu Rumah Tangga

5) Pernah memperoleh informasi tentang Perkembangan Anak

a) Kode 1 : Petugas Kesehatan

b) Kode 2 : Media Massa

c) Kode 3 : Tetangga

d) Kode 4 : Lain – lain

c. Scoring

Semua data yang kembali perlu dinilai secara tepat dan konsisten,

karena setiap angket merefleksikan sosok individu yang telah

melakukan kontribusi dan berpartisipasi dalam menjawab angket yang

telah dikirimkan responden kepada tim peneliti. Setiap angket harus


diskor dengan cara yang sama dan kriteria yang sama (Hidayat,

2012:122).

Pada penelitian ini peneliti memberikan skor pada lembar kuesioner

responden. Setelah proses editing dan coding, peneliti memberi skor

untuk pernyataan positif jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika

jawaban salah diberi skor 0, untuk pernyataan negatif jika jawaban

benar diberi skor 0 dan jika jawaban salah diberi skor 1.

d. Tabulating

Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau

diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012:176).

Pada penelitian ini tabulasi dari data umum meliputi umur,

pendidikan, pekerjaan, sudah pernah mendapat informasi dan dimana

mendapat informasi, serta data khusus yang meliputi pengetahuan

orangtua terhadap perkembangan anak usia 0-3 tahun sebelum dan

sesudah dilakukan penyuluhan di Posyandu Desa Ngablak Kecamatan

Banyakan Kabupaten Kediri. Kemudian hasilnya dipindahkan kedalam

tabel dan diprosenkan.

2. Analisis Data

Dalam melakukan analisis khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terpana yang disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dianalisis (Hidayat, 2014:119).

Data dan variabel pengetahuan yang terkumpul diberi skor kemudian

ditabulasikan pada tiap pilihan responden. Jawaban dikatakan benar apabila


sesuai dengan teori dan pedoman. Jawaban benar diberi skor 1, jawaban

yang salah diberi skor 0.

Rumus:

x
p X100%
y

Keterangan :

p : persentase

x : skor yang didapat

y : Skor maksimal

Kemudian hasil presentase pengetahuan ditafsirkan skala kualitatif

dengan kategori :

a. Baik : 76-100%

b. Cukup : 56-75%

c. Kurang : <56%

(Ariani, 2014:28).

Kedua data tersebut kemudian dikorelasikan dengan menggunakan test

Wilcoxon Match Pairs Test, untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel

yang berpasangan (related) bila datanya berbentuk ordinal (rangking).

Rumus Wilcoxon :

n (n  1)
T
Z hitung  4
n (n  1)(2n  1)
24
Keterangan :

T : Jumlah jenjang atau rangking

N : Jumlah sampel

Taraf signifikan dibagi dua karena jenis penelitian dua arah, bila harga z

hitung lebih kecil dari pada z tabel tanpa memperhitungkan nilai negatif dan

positif maka H0 diterima dan sebaliknya. H0 diterima bila Z hitung lebih

kecil dari Z tabel (Z hitung < Z tabel) dan H1 diterima bila Z hitung lebih

besar dari Z tabel (Z hitung > Z tabel) (Sugiyono, 2012:263).

H. Etika penelitian

Dalam penelitian ini mendapatkkan rekomendasi dari Akademi Kebidanan

Dharma Husada Kediri dengan mengajukan permohonan ijin ke Desa Ngblak

Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri. Setelah mendapatkan persetujuan

barulah melakukan penelitian dengan menekankan etika yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed

Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya jika subjek bersedia meka mereka harus

mendatangani lembar persetujuan (Hidayat, 2014:88).


Pada penelitian ini peneliti terlebih dahulu memberikan lembar

persetujuan kepada responden, jika responden bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden. Informed consent tersebut

nantinya akan disimpan sebagai arsip peneliti dan bukti yang dapat

dipertanggung jawabkan.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan (Hidayat, 2014:87).

Dalam kuesioner yang disiapkan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden yang bersangkutan, peneliti hanya mencantumkan nomor atau

kode responden saja. Sehingga peneliti mudah mengidentifikasi responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitiaan, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti (Hidayat, 2014:88).

Pada penelitian ini data responden tidak disajikan dalam bentuk aslinya,

peneliti bertanggung jawab dalam segala hal yang berkitan dengan

responden. Sehingga peneliti akan menjaga penuh kerahasiaan dari


kuesioner yang ada, dan tidak akan membocorkan rahasia apapun kepada

pihak lain.

I. Tabel Model (Dummy)

Peneliti menyajikan tabel penyajian data sebagai berikut :

1. Data Umum

Tabel III.2. : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di


Posyandu Desa Ngablak Kecamatan Banyakan
Kabupaten Kediri.
No Pendidikan Frekuensi Presentase(%)
1 Tidak Sekolah
2 SD
3 SMP
4 SMA
5 Akademi / Perguruan
Tinggi
Total

Tabel III.3. : Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Posyandu


Desa Ngablak Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
No Umur (Tahun) Frekuensi Presentase(%)
1 < 25 tahun
2 25-35 tahun
3 36-45 tahun
Total

Tabel III.4.: Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di


Posyandu Desa Ngablak Kecamatan Banyakan
Kabupaten Kediri
No Pekerjaan Frekuensi Presentase(%)
1 PNS
2 Swasta
3 Wiraswasta
4 Ibu Rumah Tangga
Total
Tabel III.5. : Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Yang Didapat.
No Sumber Informasi Frekuensi Presentase
1 Petugas Kesehatan
2 Media Massa
3 Tetangga
4 Lain – lain
Total

2. Data Khusus

Tabel III.5. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pengetahuan Orangtua Terhadap Perkembangan Anak
Sebelum dilakukan Penyuluhan di Posyandu Desa
Ngablak Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
No Pengetahuan Sebelum
Frekuensi Presentase
1 Baik
2 Cukup
3 Kurang
Total

Tabel III.6. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pengetahuan Orangtua Terhadap Perkembangan Anak
Sesudah dilakukan Penyuluhan di Posyandu Desa
Ngablak Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
No Pengetahuan Sesudah
Frekuensi Presentase
1 Baik
2 Cukup
3 Kurang
Total
Tabel III.7.: Tabulasi Silang Perbedaan Pengetahuan Orangtua
Terhadap Perkembangan Anak Sebelum dan Sesudah
dilakukan Penyuluhan di Posyandu Desa Ngablak
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
Pengetahuan Penyuluhan Total
Sebelum Sesudah
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Baik
Cukup
Kurang
Total
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PEKEMBANGAN ANAK USIA 0-3 TAHUN

DI POSYANDU DESA NGABLAK KECAMATAN BANYAKAN KABUPATEN

KEDIRI

Disusun Oleh:

YESI PURI KARANI

Bd.DH.2014.060

AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA KEDIRI

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Perkembangan Anak Usia 0-3 Tahun

a. Subjudul : a. Pengertian perkembangan


b. Kebutuhan dasar tumbuh kembang
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
d. Tahapan perkembangan anak

Sasaran : Orangtua yang mempunyai anak usia 0-3 tahun

Jumlah: 35 orang

I. Tujuan Penyuluhan Umum (TPU)

Setelah mengikuti pebyuhuhan +_ 10 menit orangtua dapat mengetehui tentang

perkembangan anak usia 0-3 tahun

II. Tujuan Penyuluhan Khusus (TPK)

a. Setelah mengikuti penyuluhan orangtua dapat menyebutkan

pengertian perkembangan.

b. Setelah mengikuti penyuluhan orangtua dapat mengetahui

kebutuhan dasar tumbuh kembang pada anak.

c. Setelah mengikuti penyuluhan orangtua dapat mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi perkembangan.

d. Setelah mengikuti penyuluhan orangtua dapat mengetahui tahapan

perkembangan anak.
Penyuluhan

a. Pengertian perkembangan anak

b. Kebutuhan dasar tumbuh kembang

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

d. Tahapan perkembangan anak

III. Metode Penyuluhan

Ceramah dan Tanya jawab

IV.Kegiatan Penyuluhan

Pembuk Kegiatan Penutup (10

aan (5 Inti (10 menit)

menit) menit)

Penyulu Peserta Penyuluh Peserta Penyuluh Peserta

Memberi Menjawab Menjelaska Memperhatia Menyimpulka Memperhatiak

salam salam n Materi k materi n materi n penjelasan

yang

disampaikan

Perkenal Merespon Memberi Bertanya Mengevaluasi Menjawab

an kesempatan apabila ada


untuk materi yang

bertaya tidak

mengerti

Apresias Menyimak Memberiak Menjawab Memberi Menjawab

i pertanyaan pertanyaan salam salam

balik penyuluh

kepada

peserta

V. Media dan Alat

a. Leaflet

VI. Sumber Penyuluhan

Depkes RI. (2011). Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang

Anak

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

VII. Evaluasi

a. Jelaskan pengertian perkembangan anak

b. Jelaskan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak

c. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

d. Jelaskan tahapan perkembangan anak


LAMPIRAN

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Perkembangan Anak

Perkembangan adalah bertambahnya bertambahnya kemampuan (skill)

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas.

(Soetjiningsih, 2013: 3).

B. Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang

Menurut Soetjiningsih (2013:14), kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan

menjadi 3, yaitu:

1) Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

Yang termasuk kebutuhan asuh adalah:

h) Pangan/gizi

i) Papan/pemukiman yang layak

j) Kebersihan perorangan

k) Sanitasi lingkungan

l) Sandang/pakaian yang layak

m)Kesegaran jasmani (olahraga dan jasmani)

n) Rekreasi
2) Asih (Kebutuhan emosi/Kasih sayang)

h) Kasih sayang orang tua

i) Rasa aman

j) Harga diri

k) Dukungan/dorongan

l) Mandiri

m)Rasa memiliki

n) Kebutuhan akan sukses, mendapat kesempatan, dan pengalaman

3) Asah (Kebutuhan Stimulasi)

Stimulasi merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidikan dan

pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini merangsang

perkembangan mental psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,

kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak, yaitu:

3) Faktor Genetik

Faktor Genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama

dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Memulai

instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah

dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas


pertumbuhan.Pertubuhan ditandai oleh intensitas dan kecepatan

pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur,

pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor

genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan

patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi generic

yang baik, bila berinteraksi dengan lingkungan yang positif, akan

membuahkan hasil akhir yang optimal

4) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai

tidaknya potensi genetik. Lingkungan yang baik akan memungkinkan

tercapainya potensi genetik, sedangkan yang tidak baik akan

menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan

biofisikopsikososial yang mempengaruhi individu setiap hari, memulai

dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:

d. Faktor lingkungan prenatal

e. Faktor lingkungan perinatal

f. Faktor lingkungan pascanatal (Soetjiningsih, 2013: 61-62)

D. Tahapan Perkembangan Anak

Umur 0-3 bulan

 Mengangkat kepala setinggi 450.


 Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.

 Melihat dan menatap wajah anda.

 Mengoceh spontan atau bereaksi .mengoceh.

 Suka tertawa keras.

 Bereaksi terkejut terhadap suara keras.

 Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.

 Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,kontak.

Umur 3-6 bulan

 Berbalik dari telungkup ke telentang.

 Mengangkat kepala setinggi 900.

 Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.

 Menggenggam pensil.

 Meraih benda yang dalam jangkauannya.

 Memegang tangannya sendiri.

 Berusaha memperluas pandangan.

 Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.

 Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.

 Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain

sendiri.

Umur 6-9 bulan

 Duduk (sikap tripoid-sendiri).


 Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.

 Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.

 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.

 Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat

yang bersamaan.

 Memungut benda besar kacang dengan cara menelungkup.

 Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata.

 Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.

 Bermain tepuk tangan/ciluk ba.

 Bergembira dengan melempar benda.

 Makan kue sendiri.

Umur 9-12 bulan

 Mengangkat kepala ke posisi berdiri.

 Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.

 Dapat berjalan dengan dituntun.

 Mengulurkan tangan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.

 Menggenggam erat pensil.

 Memasukkan benda ke mulut.

 Mengulang menirukan bunyi yang didengar.

 Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.

 Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.

 Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.


 Senang diajak bermain “CILUK BA”.

 Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.

Umur 12-18 bulan

 Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

 Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.

 Berjalan mundur 5 langkah.

 Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata

“mama”.

 Menumpuk 2 kubus.

 Memasukkan kubus di kotak.

 Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa

mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.

 Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing.

Umur 18-24 bulan

 Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.

 Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

 Bertepuk tangan, melambai-lambai.

 Menumpuk 4 buah kubus.

 Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

 Menggelindingkan bola kerah sasaran.

 Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.


 Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.

 Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri.

Umur 24-36 bulan

 Jalan naik tangga sendiri.

 Dapat bermain dan menendang bola kecil.

 Mencoret-coret pensil pada kertas.

 Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.

 Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.

 Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda

atau lebih.

 Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu

mengangkat piring jika diminta.

 Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.

 Melepas pakainnya sendiri. (Depkes RI, 2011: 10-11)


KISI-KISI KUESIONER

PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK


USIA 0-3 TAHUN SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN
(Di Posyandu Desa Ngablak Kecamatn Banyakan Kabupaten Kediri)

Jumlah Nomor Jenis Kunci


No Komponen
Soal Soal Pertanyaan Jawaban
Pengertian 1 Negatif S
1. 2
Perkembangan Anak 2 Positif B
Macam Kebutuhan 3 Negatif S
2. Dasar Tumbuh 3 4 Positif B
kembang 5 Positif B
Faktor yang 6 Negatif S
3. Mempengaruhi 3 7 Positif B
Tumbuh Kembang 8 Positif B
Positif
Positif
Negatif
9 B
Negatif
10 B
Negatif
11 S
Positif
12 S
Positif
13 S
Positif
Tahapan 14 B
Negatif
4. Perkembangan Anak 12 15 B
Positif
Menurut Umur 16 B
Positif
17 S
Positif
18 B
19 B
20 B
KUESIONER

PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK


USIA 0-3 TAHUN SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN
(Di Posyandu Desa Ngablak Kecamatn Banyakan Kabupaten Kediri)

Petunjuk:
1. Berikan tanda silang (x), pada kolom jawaban yang telah disediakan
2. Bila kuesioner kurang jelas Anda dapat bertanya pada peneliti
3. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan teliti

A. Data Umum
1. Pendidikan
TidakSekolah SMA

SD Akademi/ PT

SMP

2. Umur
< 25 tahun 36-45 tahun

25-35 tahun >45 tahun

3. Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga

Petani Lainnya, sebutkan......

Swasta / Wiraswasta

4. Informasi yang didapat


Petugas Kesehatan Lainnya, sebutkan

Media Massa
Tetangga

B. Data Khusus

Kuesioner tentang Perkembangan Anak

Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Deteksi Dini Tumbuh


Kembang (DDTK) pada Balita

Petunjuk pengisian lembar kuesioner


1. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama
2. Jawablah pernyataan di bawah ini dengan memilih tanda cek (√ ) pada kolom
jawaban yang telah disediakan sesuai dengan hati nurani anda
3. Pilihla salah satu jawaban yang menurut anda sesuai
B = Benar
S = Salah

No Pernyataan Benar Salah Skor


1. Perkembangan anak adalah bertambahnya
ukuran berat badan dan tinggi badan.
2. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks.
3. Pangan/gizi,papan/pemukiman,
sandangan/pakaian yang layak merupakan
kebutuhan dasar Asah.
4. Kebutuhan Fisik merupakan kebutuhan Asuh.
5. Kasih sayang orangtua, rasa aman, harga diri
merupakan kebutuhan Asih.
6. Faktor kemiskinan merupakan faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang.
7. Faktor genetik merupakan faktor keturunan.
8. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
sangat menentukan tercapai tidaknya potensi
akademik.
9. Mengangkat kepala,menggerakkan kepala dari
kiri/kanan tengah, melihat tatapan
wajah,mengoceh spontan atau bereaksi
mengoceh merupakan tahapan perkembangan
anak umur 0-3 bulan.
10. Berbalik dari telungkup ke telentang,
mengangkat kepala setinggi 900,
mempertahankan kepala tetap tegak dan stabil
merupakan tahapan perkembangan anak umur 3-
6 bulan.
11. Menggenggam pensil, meraih benda dalam
jangkauannya, berusaha mengarahkan
pandangan mengoceh merupakan tahapan
perkembangan anak umur 6-9 bulan.
12. Duduk, belajar berdiri, kedua kakinya
menyangga sebagian berat badan, merangkak
meraih mainan atau mendekati seseorang,
merupakan tahapan perkembangan anak umu 9-
12 bulan.
13. Mengangkat kepala ke posisi berdiri, belajar
berdiri selama 30 detik atau berpegangan di
kursi, dapat berjalan dengan dituntun merupakan
tahapan perkembangan anak umur 6-9 bulan.
14. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan
yang lainnya, memungut benda dari satu tangan
ke tangan yang lainnya, memungut benda,
bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada,
tatata merupakan tahapan perkembangan anak
umur 6-9 bulan.
15. Mengulurkan tangan/badan untuk meraih
mainan yang diinginkan, mengulang menirukan
bunyi yang didengar, menyebutkan 2-3 suku
kata yang sama tanpa arti, ingin tahu ingin
menyentuh apa saja merupakan tahapan
perkembangan anak umur 9-12 bulan.
16. Berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk
memungut mainan kemudian berdiri kembali,
memanggil ayah dengan kata “papa”,
memanggil ibu dengan kata “mama” merupakan
tahapan perkembangan anak umur 12-18 bulan.
17. Berdiri sendiri selama 30 detik, berjalan tana
terhuyung-huyung, beertepuk tangan
melambalai-lambai, memungu beda kecil
dengan ibu jari dan jari telunjuk merupakan
tahapan perkembangan anak umur 24-36 bulan.
18. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti,
membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga,
memegang cangkir sendiri, belajar makan-
minum sendiri merupakan tahapan
perkembangan anak umur 18-24 bulan.
19. Jalan naik tangga sendiri, dapat bermain dan
menendang bola kecil, mencoret-coret pensil
pada kertas, bicara dengan baik menggunakan 2
kata merupakan tahapan perkembangan anak
umur 24-36 bulan.
20. Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta, akan
sendiri tanpa banyak tumbah, melepaskan
pakaiannya sendiri merupakan tahapan
perkembangan anak umur 24-36 bulan.

Anda mungkin juga menyukai