Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

KASUS HALUSINASI

DISUSUN OLEH :

MIRANTI RINGGI
P00220217024

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN POSO
TAHUN 2019/2020
A. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi Melalui
panca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. Halusinasi adaah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (Fajrina, Sari, Dita, & Rahayu, 2017)
B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sehjak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjanganmenyebabakan
teraktivasinya neutransmitter otak.
d. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit
ini.
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress.
d. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
1) Dimensifisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
2) Dimensiemosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat
berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan,namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan
yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengotrol
semua perilaku klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

5) Dimensispiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu.
3. Jenis
Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
a. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)Gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya pasien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,
gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan
komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi Penghidu(Olfaktori)Gangguan stimulus pada penghidu, yamg
ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti :
darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasnya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)Gangguan stimulus yang ditandai dengan
adanya sara sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)Gangguan stimulus yang ditandai dengan
merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetikGangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi
tubuh seperti darah mengalirmelalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.g.
g. Halusinasi ViseralTimbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering
merasa diringa terpecah dua.
2) Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya seperti
dalam mimpi.
4. Rentang Respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat,
emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang
meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan
sebagai berikut:Rentang Respon Neurobiologist, Respon adaptif, Respon,
Maladaptif, Pikiran logis, Pikiran kadang menyimpang, kelainan pikiran, Persepsi
akurat, Ilusi, Halusinasi, Emosi konsisten, Reaksi emosional, Ketidakmampuan,
Perilaku sesuai, Perilaku tidak lazim, Emosi,Hubunngan sosial, mengalami,
Ketidakteraturan, menarik diri,Rentang respon neurobiologis

5. Akibat
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan ingkungan. Ini
diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk
melakuka sesuatu hal diluar kesadarannya.
6. Mekanisme Koping
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
7. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh
pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawat pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai
pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.Neuroleptika dengan dosis efek tiftinggi bermanfaat pada penderita
psikomotorik yang meningkat.
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang
pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik.
c. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien
kembalikemasyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong
pasien bergaul dengan orang lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
pasien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti
therapy modalitas yang terdiri dari:
Terapi aktivitas
1) Terapi music : Focus ; mendengar ; memainkan alat musik ; bernyanyi. yaitu
menikmati dengan relaksasi music yang disukai pasien.
2) Terapi seniFocus: untuk mengekspresikan perasaan melalui
beberapapekerjaan seni.
3) Terapi menari. Focus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
4) Terapi relaksasi. Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok
5) Terapi social Pasien belajar bersosialisai dengan pasien lain
6) Terapi kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
d. TAK Stimulus Persepsi; Halusinasi
Sesi 1 : Mengenal halusinasi
Sesi 2 ; Mengontrol halusinasi dengan menghardik
Sesi 3 ; Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
Sesi 4 ; Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
e. Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga( Home Like
Atmosphere)
8. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan Efek

Perubahan sensori persepsi Cor Problem

Isolasi sosial : menarik diri Cause

9. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan sensori persepsi: halusinasi
10. Rencana asuhan Keperawatan
a. Tujuan Umum
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya

b. Tujuan Khusus
TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria Hasil
Setelah 1 X interaksi, pasien mampu membina hubungan saling percaya
dengan perawat dengan kriteria: ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan
rasa senang, da kontak mata, mau berjabat tangan, maumenyebutkan nama,
mau dududk berdampingan dengan perawat, mau mengungkapkan
perasaannya.
2) Intervensi
Effect
Cor Problem
Cause
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenakan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
c) Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai pasien
d) Buat kontrak yang jelas
e) Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati serta menerima apa
adanya
f) Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasarpasien
g) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
h) Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian ada ekspresi
perasaan pasien.
TUK 2: pasien dapat mengenal halusinasinya
1) Kriteria Hasil
Setelah 2 X interaksi, pasien dapat menyebutkan:
a) Isi
b) Waktu
c) Frekuensi
d) Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
2) Intervensi
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi ( verbal dan nono
verbal)
c) Bantu mengenal halusinasi
d) Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarivikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan pasien isi, waktu, dn frekuensi
halusinasi pagi, siang , sore, malam atau sering, jarang )
e) Diskusikan tentang apa yang dirasakaan saat terjadi halusinasi
f) Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi
g) Diskusikan tentang dampak yang akan dialami jika pasien menikmati
halusinasinya.
TUK 3 : pasien dapat mengontrol halusinasinya
1) Kriteria Hasil:
Setelah 2X interaksi pasien menyebutkan tindakan yang biasanya diakukan
untuk mengendalikan halusinasinya.
2) Intervensi
a) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan paisen
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol halusinasi
d) Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya
e) Pantau pelaksanaan tindakan yang telah dipiih dan dilatih, jika berhasi
beri pujian
TUK 4 : pasien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
1) Kriteria Hasil:
Setelah 2X interaksi keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan
dengan perawat
2) Intervensi
a) Buat kontak pertemuan dengan keluarga (waktu, topik, tempat)
b) Diskusikan dengan keluarga : pengertian halusianasi, tanda gejala,
proses terjadi, cara yang bisa diakukan oleh pasien dan keluarga untuk
memutus halusinasi, obat-obat halusinasi, cara merawat pasien
halusinasi dirumah, beri informasi waktu follow up atau kapan perlu
mendapat bantuan.
c) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
TUK 5: pasien dapat menggunakan obat dengan benar
1) Kriteria Hasil
Setelah 2X interaksi pasien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan
benar
2) Intervensi
a) Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis, nama,
frekuensi, efek samping minum obat
b) Pantau saat pasien minum obat
c) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada perawat
d) Beri reinforcemen jika pasien menggunakan obat dengan benar
e) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
f) Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter/perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Inisial : Nn. G
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Dayo dara No. 9 blok B
Pendidikan :SD Tidak Tamat
Status pernikahan :Belum Menikah
Tanggal Pengkajian : 16 okt 2018 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik : 01-99-05
2. Alasan Masuk
Pasien mengamuk dirumah, melempar barang – barang, memukul orang dan sering
keluyuran.
3. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi
Pasien tidak mengalami gangguan jiwa dimasa lalu. Pasien pernah melakukan
penganiyaan fisik kepada orang lain. Pasien pernah memukul orang yang lewat bahkan
pernam memukul adiknya sendiri tanpa sebab dan sering melemparkan barang kepada
orang lain sesuai dengan apa yang dikatakan anggota keluarga pasien. Pasien
melakukannya kurang lebih sekitar 2 bulan yang lalu dilakukan didalam rumah dan
beberapa kali diluar rumah. Berdasarkan penjelasan dari kakak pasien, Pasien sering di
pukul oleh ayah pasien ketika nakal atau berbuat salah di waktu kecil.
Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan (RPK)
Dalam keluarga Nn. G, adik kandung dari nenek Nn. G sebelah ayah mengalami
gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu pasien, Pasien pernah di bully semasa duduk di
bangku SMA dan berlanjut sampai perkuliahan. Hal itu membuat pasien susah untuk
bersosialisasi dan lebih sering menyendiri
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Fisik
a. TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 89 x/i
S : 36,8 00 C
P : 24x/menit
b. Ukur :
TB : 161 cm
BB : 62 Kg
c. Keluhan fisik : pasien mengatakan sering merasa keram dan capek
5. Psikososial
a. Genogram

Keterangan
:Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

-------- : tinggal serumah

: meninggal
b. Konsep diri
1) Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien adalah seorang wanita yang
bekerja sebagai pelayan toko dan merupakan anak kedua dari 4 bersaudara.
Pasien juga merasa puas terhadap dirinya sebagai wanita.
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya dan sebagai pelayan di
tempat kerjanya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien berharap agar dapat diperlakukan baik oleh teman-teman serta
lingkungannya, pasien juga ingin cepat sembuh, pasien juga mengatakan jika
dapat mengulang waktu pasien ingin memperbaiki masa SMA dan
Perkuliahannya menjadi lebih baik
5) Harga diri
Pasien mengetahui kalau dirinya sakit
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah keluarga. Namun di
tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman. Pasien mengalami
kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain.
d. Spiritual
Pasien menganut agama islam. Pasien juga mengetahui jika beribadah membuat
pssien jauh lebih tenang. Pasien mengaku sering di anggap gila oleh tetangganya
6. STATUS MENTAL
a. Penampilan : pakaian Nn. G sesuai dan nampak bersih.
b. Pembicaraan : Gagap, keras dan tidak mampu memulai
pembicaraan, dan sering memindahkan pembicaraan yang tidak sesuai dengan
yang ditanyakan.
c. Aktivitas Motorik : Tegang, pasien juga nampak menggerak-gerakan
jarinya dan nampak gelisah.
d. Alam perasaan : Pasien nampak khawatir dan kadang putus asa dan
kadang kala sedih.
e. Afek : labil.
f. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang dan pasien sibuk memainkan
jarinya.
g. Persepsi : Pendengaran.
h. Proses pikir : Sirkumtansial dan kehilangan asosiasi.
i. Isi pikir : Depersonalisasi.
j. Tingkat kesadaran : Orientasi waktu tempat dan orang jelas, pasien tau
kalau saat ini pasien sedang berbicara dengan suster di taman dan pada siang hari.
k. Memori : Pasaien mengalami gangguan daya ingat saat ini.
l. Uji tingkat konsentrasi dan berhitung : Pasien mampu menyebut angka
dengan baik. Pasien dapat mengambil keputusan dengan bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri : Pasien mengenali penyakitnya dan mempunyai keinginan
untuk sembuh.
7. Mekanisme Koping
Saat dilakukan wawancara dengan klien data di dapat mampu merespon pertanyaan
dengan baik (adaptif), dan reaksi lambat (maladaptif)
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan mengalami kesulitan untuk membangun hubungan dengan orang
lain. Keluarga pasien mengatakan pasien suka menyendiri dan lebih banyak di kamar.
9. Pengetahuan kurang tentang penyakit yang diderita tapi mengetahui pasien sakit
10. Aspek Medis
a. Diagnosa medis : Skizofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab
11. Pohon Masalah

Efek Resiko perilaku kekerasan

Cor Problem Perubahan sensori persepsi

Cause Isolasi sosial

12. Diagnosa keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
b. Isolasi sosial
c. resiko prilaku kekerasan
13. Analisa Data
Data Problem
DS : Gangguan persepsi sensori:
- Pasien mengatakan halusinasi
mendengar ibunya yang
sudah meninggal
memanggilnya
- Kakak pasien mengatakan
oasien sering berbicara
sendirir
DO :
- Pasien senyum-senyum
sendiri
- Pasien sering tertawa dan
menangis sendiri
- Tidak ada kontak mata
DS :
- Pasien mengatakan takut
untuk berkomunikasi dengan
orang lain
- Keluarga mengatakan pasien Isolasi Sosial
lebih sering menyendiri di
kamar
DO :
- Pasien menyendiri
- Pasien murung
- Pasien terlihat sulit menjalin
hubungan dengan orang lain
DS :
- Keluarga mengatakan pasien
mengamuk Resiko prilaku kekerasan
- Keluarga mengatakan pasien
melempar-lempar barang
- Keluarga mengatakan pasien
pernah memukul orang
DO :
- Pasien melempar-lempar
barang
- Pasien memukul orang

14. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


a. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
Kondisi pasien
1) DS
a) Pasien mengatakan sering mendengar suara ibunya yang sudah meninggal
memanggilnya
b) Pasien mengatakan sulit menjalin hubungan dengan orang lain
c) Keluarga mengatakan pasien mengamuk di rumah
d) Keluarga mengatakan pasien sering menyendiri dan tampak murung
e) Keluarga mengatakan pasien sulit menjalin hubungan dengan orang lain
f) Keluarga mengatakan pasien memukul orang
2) DO
a) Pasien menyendiri
b) Pasien melempar-lempar barang
c) Pasien murung
d) Pasien tertawa sendiri
e) Pasien sedih
f) Pasien sulit menjalin hubungan dengan orang lain
g) Tidak ada kontak mata
Strategi Pelaksanaan 1
Pasien mampu :
a) Mengenali halusinasi yang dialaminya
b) Mengontrol halusinasinya
c) Mengikuti program pengobatan secara optimal
Orientasi:
”Selamat pagi ibu gita, Saya Mahasiswa keperawatan POLTEKKES yang akan
merawat bapak Nama Saya Vita fadila suharto, senang dipanggil suster Vita.
Nama Ibu siapa? Ibu Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa keluhan Ibu saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
Ibu dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di taman? Berapa
lama? Bagaimana kalau 20 menit”
Kerja:
”Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
”Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering mendengar suara? Berapa kali sehari Ibu alami? Pada keadaan apa suara
itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang Ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?
”Ibu, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba Ibu peragakan!
Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus IbuG sudah bisa”
Terminasi:
”Bagaimana perasaannya Ibu setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara
itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan
latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana
kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara
dengan cara yang kedua? Jam berapa Ibu G?Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
Evaluasi
Diagnosa Hari/tang Implementasi evaluasi
gal/jam
Gangguan 1. Membantu pasien S:
persepsi mengenal : - “selamat pagi,suster.”
sensori: a. Isi - “nama saya Nurgita, saya
halusinasi b. Waktu terjadi senang di panggil Gita.”
c. Frekuensi - “baik. Saya merasa
d. Situasi pencetus mendengar suara ibu saya
e. Perasaan saat yang sudah meninggal.”
terjadi halusinasi - : “ia, saya mau duduk di
2. Melatih pasien dekat taman. Selama
mengontrol kurang lebih 20 menit.”
halusinasi dengan - “ia, saya mendengar suara-
cara menghardik suara yang menyuruh saya
untuk memukul orang.”
- “suara itu mucul diwaktu
sunyi dan malam hari.”
Paling sering ketika saya
mulai menyendiri. Biasanya
sampai 5 6 kali sehari.”
- “saya merasa takut,
suster.” “saya mengikuti
apa yang diperintahkan.”
“suara terus terusan
terdengar dan ternging di
telingaku.”
- “oh iya suster.”
O :pasien dapat menyebutkan
isi, waktu, frekuensi, situasi
pencetus dan perasaan saat
terjadi halusinasi. Pasien
mengikuti cara yang diajarkan
oleh perawat
A : SP1P tercapai
P : lanjutkan SP2

b. Strategi Pelaksanaan 2 Pasien


Kondisi pasien
1) DS
a) Pasien mengatakan suara yang di dengar adalah suara ibu yang meninggal
b) Pasien mengatakan sura mucul di waktu sendiri dan ketika malam hari
c) Pasien mengatakan suara-suara muncul 5-6 kali sehari
2) DO
d) Pasien merespon pertanyaan
e) Pasien kooperatif
f) Pasien mulai melihat lawan bicara
Pasien mampu :
a) Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
b) Memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:
“Selamat pagi IbuBagaimana perasaan Ibu hari ini? Masih iangat dengan saya?
Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah
kita latih sebelum?Berkurangkan suara-suaranya? Bagus! Sesuai janji kita tadi
saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini
saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Ibu mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan Ibu Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya kakak,adikIbu
katakan: dek, ayo ngobrol dengan Ibu sedang dengar suara-suara. Begitu Ibu
Coba Ibu lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya Ibu!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
Ibu pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini
kalau Ibumengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam
jadwal kegiatan harian Ibu. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti
lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya
akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di
mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”
Evaluasi :
Diagnosa Hari/tang Implementasi Evaluasi
gal/jam
Gangguan 1. Mengevaluasi S:
persepsi kegiatan yang lalu - “selamat pagi suster,baik
sensori: 2. Melatih berbicara suster. ia suster masih
halusinasi dengan orang lain ingat.ia suster, suara-suara
saat halusinasi masih sering muncul tapi
muncul sudah mulai berkurang yang
3. Memasukan dalam biasanya 5-6 kali sekarang
jadwal kegiatan sudah menjadi 3-4 kali.”
pasien - “oh iya suster. Diluar saja
suster.”
- “saya merasa lebih baik
suster.sudah 2 cara suster.
Ia suster. Jam 4 sore
suster.”
- “Oh iya suster. Pagi.”
O:
- Pasien memperagakan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain.
A : SP2P tercapai
P : Lanjutkan SP3

c. Strategi Pelaksanaan 3 Pasien


Kondisi pasien
1) DS
a) Pasien mengatakan sudah melakukan cara yang di ajarkan
b) Pasien mengatakan suara-suara yang muncul sudah berkurang, yang
biasanya 5-6 kali sekarang menjadi 3-4 kali
2) DO
a) Pasien merespon pertanyaan
b) Pasien kooperatif
c) Pasien menyebutkan cara menghardik dan mempraktekannya.
d) Pasien melakukan cara bercakap-cakap
e) Pasien mulai melihat lawan bicara
Pasien Mampu:
a) Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
b) Melaksanakan aktivitas terjadwal
c) Mampu memperagakan cara yang diajarkan
Orientasi:
“Selamat pagi ibu.Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ?
Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara
yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau
di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara?
Bagaimana kalau 20 menit? Baiklah.”
Kerja:
“Apa saja yang biasa Ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali ibu bisa lakukan. Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari
pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian Ibu Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita
membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 siang?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
Evaluasi :
Diagnosa Hari/tan Implementasi Evaluasi
ggal/jam
Gangguan S:
persepsi “selamat pagi suster.” “baik, suster.
sensori: Masih muncul suster.” “ia, saya
halusinasi terus menggunakan 2 cara yang
diajarkan suster kemarin.” “diruang
tamu saja suster.” “terserah suster
saja bagaimana bagusnya.” “baiklah
suster.”
“menyanyi suster. Biasa pagi
setelah minum obat saya
berolahraga atau lari-lari keliling
suster, siangnya saya istirahat.
Disore hari saya mulai berdzikir dan
membaca buku suster. Malamnya
setelah makan malam saya
berbincang sebentar kemudian
tidur.” “oh iya suster.”

SP 4
Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Orientasi:
“Selamat pagi Ibu Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat?
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang Ibu minum. Kita
akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya
Ibu?”
Kerja:
“Ibu adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Ibu
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
Ibu minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, Ibu akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan
kekeadaan semula. Kalau obat habis Ibu bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. Ibu juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini.
Pastikan obatnya benar, artinya Ibu harus memastikan bahwa itu obat yang
benar-benar punya Ibu Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya Ibu juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan!
Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada
jadwal kegiatan Ibu Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau
pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu
lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai