Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DEMAM BERDARAH DENGUE

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue / DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam
berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas
kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue
dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi
perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan (
sindrom renjatan dengue )
B. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti :
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari,
badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar
matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes
Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa
orang secara bergantian dalam waktu singkat.
C. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi,
dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan
dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa
terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian.
D. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai
syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah
dengue.
1. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah,
nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
2. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan
panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik.
Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin
tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim.
Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis
sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus.
Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak
nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang
nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan
adanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turniket positif dari adanya salah
satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif, ekimosis, epistaksis, perdarahan
yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau
hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi
20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai
80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
WHO (1975) membagi manifestasi klinis DHF dalam klasifikasi derajat :
DD/DBD Derajat keterangan Laboratorium
DD Demam disertai mialgia, Leukopeni,
nyeri retroorbital, sakit trombositopenia, tidak
kepala, artralgia ditemukan bukti adanya
kebocoran plasma
DBD I Sama seperti gejala diatas Trombositopenia, ada
ditambah dengan uji kebocoran plasma
bendung positif
DBD II Derajat 1 ditambah
perdarahan spontan
misalnya epitaksis,
perdarahan gusi, perdarahan
bawah kulit
DBD III Kegagalan sirkulasi / pre
syok ( kulit teraba lembab,
dingin dan pasien gelisah,
nadi cepat dan lemah )
DBD IV Syok berat, disertai tekanan
darah dan nadi tidak terukur

E. Pemeriksaan Diagnostik
 Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
 Serotogi : uji HI (Hemaglutination Inhibition test).
 Rongten thorax : effusi pleura.
F. Penatalaksanaan Terapeutik
1. Medis
a. Tanpa renjatan
 Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 liter sehari )
 Antipiretik jika terdapat demam.
 Antikonvulsan jika terdapat kejang.
 Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan
minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
b. DHF dengan renjatan
 Pasang infus RL
 Jika dengan infus tidak ada respon beri plasma expander ( 20 – 30 ml/kgBB )
 Tranfusi Hb dan Ht jika turun
2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda vital secara kontinue
 Pemeriksaan Hb dan Ht tiap 4 jam
 Obesrvasi intake da output
 Pada pasien DHF derajat 1 pasien diistrhatkan, observasi vital sign, beri
kompres dan perbanyak minum
 Pada pasien DHF derajat II pemeriksaan tanda vital dan observasi hasil darah
lengkap
 Pada pasien derajat III infus guyur, beri posisi semi fowler, berikan oksigen
dan pengawasan tanda vital tiap 15 menit, pasang kateter, observasi produksi
urine tiap jam
b. Resiko perdarahan
Observasi perdarahan : petechie, epitaksis, hematemesis dan melena, catat
perdarahan,
c. Peningkatan suhu tubuh
Observasi tanda vital secara periodik, beri banyak minum dan beri kompres

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15 tahun.
Endemik didaerah Asia tropik.
2. Keluhan Utama : Panas / demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab, demam
disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF
lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah
diderita dahulu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang
menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan
yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban
bekas.
7. ADL
 Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
 Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat
terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya
aktifitas bermain.
 Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
 Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
 Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas dapat
meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
8. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi
cepat dan lemah.
 Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
 Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
 Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
 Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan
dehidrasi turgor kulit menurun.
 Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
 Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
 Pemeriksaan Penunjang : Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
Hb dan PCV meningkat (≥20%), Trombositopenia (≤100.000/ml), Leukopenia
(mungkin normal atau leukositosis), Ig.D.dengue positif, Hasil pemeriksaan
kimia darah menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan hiponatremia,
Urium dan PH darah mungkin meningkat, Asidosis metabolik: pCO <35-40
mmHg HCO rendah, SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien DHF adalah :
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebocoran plasma
darah
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ektravaskuler
6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan; perpindahan cairan
intravaskuler ke ektravaskuler
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat ; mual muntah
8. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah
(trombositopeni)
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil ( NOC ) ( NIC )
1 Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Management
pola napas Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan
berhubungan dengan Respiratory status : teknik chin lift atau jaw
hipoventilasi Airway patency thrust bila perlu
Vital sign Status  Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil :
 Identifikasi pasien perlunya
 Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
batuk efektif dan suara buatan
nafas yang bersih,  Pasang mayo bila perlu
tidak ada sianosis dan
 Lakukan fisioterapi dada jika
dyspneu (mampu
perlu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas  Keluarkan sekret dengan
dengan mudah, tidak batuk atau suction
ada pursed lips  Auskultasi suara nafas, catat
 Menunjukkan jalan adanya suara tambahan
nafas yang paten (klien  Lakukan suction pada mayo
tidak merasa tercekik,  Berikan bronkodilator bila
irama nafas, frekuensi perlu
pernafasan dalam  Berikan pelembab udara
rentang normal, tidak Kassa basah NaCl Lembab
ada suara nafas  Atur intake untuk cairan
abnormal) mengoptimalkan
 Tanda Tanda vital keseimbangan.
dalam rentang normal  Monitor respirasi dan status
(tekanan darah, nadi, O2
pernafasan) Terapi Oksigen
 Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
 Pertahankan jalan nafas yang
paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Hipertermia Thermoregulation Fever Treatment


 Monitor tanda vital
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
keperawatan, diharapkan  Monitor iwl
proses infeksi virus
suhu tubuh klien normal  Monitor warna dan suhu kulit
dengue dengan kriteria hasil :  Monitor wbc, hb dan hct
 Tanda vital normal  Kompres pada lipatan paha
TD (systole 110- dan axila
130mmHg, diastole  Monitor intake dan output
70-90mmHg), HR(60-  Tingkatkan sirkulasi udara
100x/menit), RR (16-  Kolaborasi pemberian cairan
24x/menit), suhu intravena dan antipiretik
0
(36,5-37,5 C) Temperatur Regulation
 Tidak ada perubahan  Monitor suhu per 2 jam
warna kulit  Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
 Beri tahu tentang penanganan
emergency yang diperlukan

3 Ketidakefektifan Circulation status Peripheral sensation


perfusi jaringan Tissue perfusion management :
Kriteria hasil :  Monitor daerah tertentu yang
perifer berhubungan
 Mendemontrasikan peka terhadap panas/ dingin/
dengan kebocoran status sirkulasi yang tajam/ tumpul
plasma darah ditandai dengan  Monitor terhadap adanya
 Tekanan sistole paretese
dan diastole dalam  Instruksikan keluarga untuk
rentang yang memonitor adaya lesi atau
diharapkan luka
 Tidak ada otostatik  Batasi pergerakan kepala leher
hipertensi dan punggung
 Tidak ada  Monitor kemam[uan BAB
peningkatatan TIK  Kolaborasi pemberian
> 15 mmhg antibiotik
 Medemonstrasikan  Monitor adanya
kemampuan kognitif tromboplebitis
 Menunjukkan fungsi  Dikusikan penyebab
sensori motori cranial perubahan sensasi
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
involunter

4 Nyeri akut Pain level Manajemen Nyeri


Pain control  Kaji secara menyeluruh
berhubungan dengan
Confort level tentang nyeri, meliputi: lokasi,
agen injuri biologis karakteristik, waktu kejadian,
Kriteria Hasil:
 Klien mampu lama, frekuensi, kualitas,
mengontrol nyeri intensitas/beratnya nyeri, dan
(tahu penyebab nyeri, faktor-faktor pencetus
mampu menggunakan  Observasi isyarat-isyarat non
tehnik nonfarmakologi verbal dari ketidaknyamanan
untuk mengurangi  Berikan analgetik sesuai
nyeri, mencari dengan anjuran
bantuan)  Gunakan komunkasi
 Melaporkan bahwa terapeutik agar klien dapat
nyeri berkurang mengekspresikan nyeri
dengan menggunakan  Kaji latar belakang budaya
manajemen nyeri klien
 TD (systole 110-  Tentukan dampak dari
130mmHg, diastole ekspresi nyeri terhadap
70-90mmHg), HR(60- kualitas hidup: pola tidur,
100x/menit), RR (16- nafsu makan, aktifitas mood,
24x/menit), suhu hubungan, pekerjaan,
0
(36,5-37,5 C) tanggungjawab peran
 Klien tampak rileks  Kaji pengalaman individu
mampu tidur/istirahat terhadap nyeri, keluarga
 Mampu mengenali dengan nyeri kronis
nyeri ( skala,  Evaluasi tentang keefektifan
frekuensi, tanda nyeri dari tindakan mengontrol
) nyeri yang telah digunakan
 Berikan dukungan terhadap
klien dan keluarga
 Berikan informasi tentang
nyeri, seperti: penyebab,
berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan
 Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan
 Anjurkan klien untuk
memonitor sendiri nyeri
 Ajarkan penggunaan teknik
non-farmakologi, ex:
relaksasi, guided imagery,
terapi musik, distraksi,
aplikasi panas-dingin,
massase)
 Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri
 Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi
keluhan
Pemberian Analgetik
 Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum
pengobatan
 Berikan obat dengan prinsip 5
benar
 Cek riwayat alergi obat
 Libatkan klien dalam
pemilhan analgetik yang akan
digunakan
 Pilih analgetik secara tepat
/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
 Tentukan pilihan analgetik
(narkotik, non narkotik,
NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital,
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik, monitor
reaksi obat dan efeksamping
obat
 Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek-efek yang
tidak diinginkan
Manajemen lingkungan :
kenyamanan
 Batasi pengunjung
 Tentukan hal-hal yang
menyebabkan
ketidaknyamanan seperti
pakaian lembab, Perhatikan
hygiene pasien untuk menjaga
kenyamanan
 Sediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
 Tentukan temperatur ruangan
yang paling nyaman
 Sediakan lingkungan yang
tenang
 Atur posisi pasien yang
membuat nyaman.

5 Kekurangan volume Fluid balance Fluid management


Hydration  Timbang popok/pembalut jika
cairan berhubungan
Nutritional Status : diperlukan
dengan pindahnya Food and Fluid  Pertahankan catatan intake
Intake dan output yang akurat
cairan intravaskuler
Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi (
ke ektravaskuler  Mempertahankan urine kelembaban membran
output sesuai dengan mukosa, nadi adekuat, tekanan
usia dan BB, BJ urine darah ortostatik ), jika
normal, HT normal diperlukan
 Tekanan darah, nadi,  Monitor hasil lAb yang
suhu tubuh dalam batas sesuai dengan retensi cairan
normal (BUN , Hmt , osmolalitas urin
 Tidak ada tanda tanda )
dehidrasi,  Monitor vital sign
 Elastisitas turgor kulit  Monitor masukan makanan /
baik, membran mukosa cairan dan hitung intake
lembab, tidak ada rasa kalori harian
haus yang berlebihan  Kolaborasi pemberian cairan
IV
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan
 Berikan diuretik sesuai
interuksi
 Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar
 Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

6 Resiko syok Syok prevention Syok Prevention


hipovolemik Syok management  monitor status sirkulasi HR,
Kriteria hasil warna kulit, suhu, nadi perifer
berhubungan dengan
 Nadi, pernapasan, dan CRT
perdarahan; dalam batas yang  monitor tanda inadekuat
perpindahan cairan diharapkan oksigenasi
 Irama jantung dalam  monitor suhu dan pernapasan
intravaskuler ke
batas normal  monitor input dan output
ektravaskuler  Laboratorium dalam  pantai nilai laboratorium
batas normal (Na, K,  monitor tanda asites
Cl, Mg, PH, Hct)  monitor tanda awal syok
 Tidak ada tanda  tempatkan pasien dalam
dehidrasi posisis supine
 pantau kepatenan jalan napas
 berikan cairan IV yang tepat
 ajarkan keluarga dan pasien
tanda awal syok
 ajarkan keluarga dan klien
cara mengatasi syok
syok management
 monitor fungsi neurologis
 monitor fungis renal
 monitor tekanan nadi
 monitor status cairan
 catat gas darah arteri dan
oksigen
 monitor nilai laboratorium

7 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Nutrition Manajemen


nutrisi kurang dari keperawatan diharapkan  kaji adanya alergi makanan
kebutuhan nutrisi dapat  kaji kemampuan pasien
kebutuhan tubuh
dipertahankan dengan mendapatkan nutrisi yang
berhubungan dengan kriteria hasil: dibutuhkan
intake nutrisi yang  Adanya peningkatan  kolaborasi ahli izi
tidak adekuat
berat badan  yakinkan diet yang
 Mampu dikonsumsi mengandung
mengidentifikasikan tinggi serat
kebutuhan nutrisi Nutrition Monitoring
 turgor kulit baik  monitor penurunan berat
 tidak ada tanda badan
malnutrisi  monitor lingkungan selama
 peningkatan fungsi makan
menelan  jadwalkan pengobatan dan
 tidak terjadi tindakan tidak saat makan
penurunan berat badan  monitor turgor kulit
yang berarti  monitor mula muntah
 monitor kadar albumin, hct,
total protein dan hb

8 Resiko perdarahan Blood lose severity Bleeding precautions


berhubungan dengan Blood koagulasi  monitor ketat tanda
Kriteria hasil : perdarahan
penurunan faktor
 tidak ada hematuri dan  Pantau Hb dan Ht
pembekuan darah hematemesis  Monitor TTV
(trombositopeni)  kehilangan darah yang  Pertahankan bedrest selama
terlihat perdarahan aktif
 tekanan darah dalam  Kolaborasi dalam pemberian
batas normal produk darah
 tidak ada perdarahan  Anjurkan pasien untuk
dan distensi abdomen mengkonsumsi makanan yang
 laboratorium dalam mengandungnvitamin K
batas normal Bleeding reduction
 Identifikasi penyebab
perdarahan
 Monitor status cairan
 Monitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan
 Pertahankan patensi IV line
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A.(2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta

McCloskey, J dan Bulechek, G. (2000). Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby:


Philadelphia

Nanda (2015), Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasication, 2015-2017. Edisi 10.
EGC, Jakarta

___________, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-
Noc. Jilid 1. EGC. Jakarta

Padila, (2013), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta

Smeltzer, S.C, (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol
2, EGC, Jakarta
Wijaya, S. A. & Putri, M. Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan Dewasa,
Teori, Contoh Askep. Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai